OLEH:
MUHAMMAD AFRIZAL GHIFARI R.
F1B015059
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................3
BAB I....................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................4
BAB II...................................................................................................5
2.1. Amperemeter DC........................................................................5
2.2. Voltmeter DC...........................................................................14
2.3. Efek Pembebanan.....................................................................20
2.4. Ohmmeter.................................................................................28
BAB III...............................................................................................33
3.1. Kesimpulan...............................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................34
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lebih dari satu setengah abad yang lalu, telah banyak diperoleh
sumbangan mengenai ilmu pengukuran besaran listrik. Selama
periode tersebut, segala upaya ditujukan kepada penyempurnaan
instrument (alat ukur) jenis-jenis defleksi dengan sebuah skala atau
penunjuk yang dapat bergerak. Sudut defleksi dari penunjuk
merupakan suatu fungsi, dengan demikian dapat disamakan dengan
harga dari besaran listrik yang diukur.
Istilah alat ukur analog dibuat untuk ciri-ciri ukur jenis defleksi
dan membedakan dari sejumlah instrument yang berbeda. Sementara
apabila harga besaran yang diukur ditampilkan dalam desimal
(digital), instrumen tersebut disebut dengan alat ukur digital.
Ilmu dan teknologi sangat berkaitan erat dengan pengukuran
sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan. Instrumen pengukuran
modern adalah salah satu buah hasil dari ilmu pengetahuan.
Instrumentasi adalah cabang dari keteknikan yang tidak hanya
memberikan ilmu pengetahuan tetapi semua cabang keteknikan dan
obat-obatan secara baik. Pengukuran yang tepat dari dimensi,
temperatur, tekanan, daya, tegangan, arus, impedansi, mermacam-
macam sifat material, dan sebagian besar variabel fisika lainnya
adalah penting bagi keteknikan sebagai ilmu pengetahuan.
Pengukuran akurat sangat diperlukan untuk perancangan yang
ekonomis.
4
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah mengenai
Amperemeter DC, Voltmeter DC, efek pembebanan, dan ohmmeter.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Amperemeter DC
a. Prinsip Amparemeter DC
Salah satu dari alat ukur yang mengukur arus dari sumber
DC adalah Ampermeter. Amperemeter DC ini memiliki dasar
sistem kumparan putar, yang pada umumnya diarahkan sebagai
gerakan meter D’Arsonval atau gerakan meter kumparan putar
magnet permanen/PPMC (Permanen Magnet Moving Coil).
5
b. Penggerak Meter D’Arsonval dalam Amparemeter DC
V m=I m R m
Karena resistansi shunt dihubungkan secara paralel dengan
gerakan meter, penurunan tegangan shunt adalah sama dengan
penurunan tegangan pada gerakan meter. Maka dapat diartikan:
V sh=V m
Arus melalui resistansi shunt adalah sama dengan arus total
dikurangi arus gerakan meter.
I sh =I−I m
6
Rangkaian amperemeter DC dengan penggerak meter
d’arsonval dasar ditunjukkan oleh Gambar 2.
Gambar 2.
Dalam banyak hal Ish lebih besar dari pada Im, yang
mengalir pada penggerak itu sendiri.
V sh I m Rm I m Rm
Rsh = = = ( Ω)
I sh I sh I −I m
( 2−1 )
7
Jumlah n disebut faktor kelipatan dan hubungan arus total
dengan arus meter adalah:
I=nI m
( 2−2 )
Rm I m Rm
Rsh = = ( Ω)
nI m−I m n−1
( 2−3 )
Contoh 1
Solusi :
V m=I m R m=1 mA×100 Ω=0,1V
V sh=V m =0,1V
I sh=I−I m=10 mA−1 mA=9 mA
V sh 0,1 V
Rsh= = =11, 11Ω
I sh 9 mA
Contoh 2
8
Gerakan meter 100 A dengan resistensi internal 800
akan digunakan dalam 0 hingga 100 mA amperemeter. Cari
nilai resistansi shunt yang diperlukan.
Solusi :
I 100 mA
=n= =1000
Im 100 μA
Oleh karena itu
Rm 800Ω
=R sh = =0 , 80 ( Ω )
n−1 1000−1
9
Gambar 3.
Amperemeter dengan shunt meter
Harga resistansi masing-masing dari shunt dihitung
dimulai dari batas ukur yang paling sensitive kemudian
menginjak ke batas ukur yang lebih tinggi. Dari gambar 3 batas
ukur yang paling sensitif adalah batas ukur 1A.
Rsh = Ra + Rb + Rc
Resistansi shunt dapat dihitung dengan pers 2.3
Rm
Rsh = (Ω )
n−1
10
Persamaan yang diperlukan untuk menghitung harga dari setiap
shunt, Ra, Rb, Rc dapat diperoleh dari Gambar 4 berikut:
Gambar 4.
Menghitung harga resistansi shunt Ayrton
Selama resistansi Rb + Rc parallel dengan Rm + Ra, tegangan
pada tiap cabang harus sama dan dapat dituliskan sebagai:
V =V
( R b +R c ) ( Ra +R m)
Dalam hubungannya dengan arus dan resistansi dapat kita
tuliskan:
( Rb + Rc )( I −I m ) =I m ( R a + R m)
atau
I ( R b + R c )−I m ( Rb + Rc ) =I m ( R sh −( R b + R c ) + Rm )
11
I ( R b + R c )−I m ( Rb + Rc ) =I m R sh −I m ( Rb + Rc ) + I m Rm
Yang dapat kita tuliskan sebagai:
I m ( R sh + Rm )
Rb + Rc = ( Ω)
I
( 2−4 )
Menentukan Ra :
Ra =R sh −( Rb + Rc ) ( Ω )
( 2−5 )
Rb =( R b + R c )−R c ( Ω )
( 2−7 )
Contoh 3
12
Gambar 5.
Ayrton shunt circuit
Solusi:
Rm 1k Ω
Rsh = = =10 ,1 ( Ω )
n−1 100−1
Ketika meter diatur pada range 100 mA, resistor Rb dan Rc
memberikan hubungan shunt. Resistansi shunt total diperoleh
dari persamaan:
13
I m ( R sh +Rm )
Rb + Rc =
I
100 μA ( 10 , 1Ω+1 k Ω )
Rb + Rc = =1 , 01 ( Ω )
100 mA
Resistor Rc yang memberi resistansi shunt pada range 1 A dapat
diperoleh dengan persamaan yang sama; namun, saat ini arus I
akan menjadi 1 A.
I m ( R sh +R m)
Rc =
I
100 μA (10 ,1 Ω+1 k Ω )
Rc = =0 , 101 ( Ω )
1A
Resistor Rb dapat diperoleh dari persamaan 2-7 di mana;
Rb =( R b +R c )−R c
Rb =1 .01 Ω−R c=1 , 01 Ω−0 , 101 Ω=0 , 909 Ω
Resistor Ra idapat ditemukan dari
Ra =R sh−( Rb +Rc )
Ra =10 , 1Ω−( 0 , 909 Ω+0 , 101Ω ) =9 , 09Ω
14
2.2. Voltmeter DC
Gambar 6.
Penggerak meter D’Arsonval yang digunakan pada
Voltmeter DC
15
Sensitifitas diperoleh dengan mengambil perbandingan
terbalik dari arus pengimpangan skala penuh, yang dituliskan
sebagai S:
1
S=
I fs
( 2−8 )
dimana :
Ifs = Arus maksimum
16
umumnya dicetak pada bagian muka dari meter, menyatakan
resistansi dari peralatan pada batas ukur satu volt.
1
S=
I fs
Harga dari resistor pengali sekarang dapat dihitung dengan :
Rs =S×Range−Rm
Contoh 4
17
Menghitung sensitivitas dari gerakan meter 100 A yang
akan digunakan sebagai voltmeter dc.
Solusi:
1 1 kΩ
S= = =10
I fs 100 μA V
Contoh 5
Menghitung nilai resistansi multiplier pada range 50 V
voltmeter DC yang menggunakan gerakan meter 500 A
dengan resistansi internal 1 k.
Gambar 7.
Rangkaian dasar voltmeter DC
Solusi:
1 1 kΩ
S= = =2
I fs 500 μA V
18
Nilai dari Rs multiplier kini dihitung dengan mengalikan
sensitivitas oleh range dan dikurangi dengan resistansi internal
dari gerakan meter.
Rs =S×range−Rm
kΩ
Rs =2 ×50V −1kΩ=99 k Ω
V
Contoh 6
Menghitung nilai resistensi multiplier untuk beberapa
range DC rangkaian voltmeter ditunjukkan pada Gambar 8
Solusi:
19
1 1 kΩ
S= = =20
I fs 50 μA V
Nilai resistor multiplier sekarang dapat dihitung sebagai
berikut:
3 V range
Rs 1=S×Range−R m
20 k Ω
Rs 1= ×3 V −1 k Ω=59 k Ω
V
10V range
Rs 2 =S×Range−R m
20 kΩ
Rs 2 = ×10 V −1k Ω=199 kΩ
V
30 V range
Rs 3 =S×Range−Rm
20 k Ω
Rs 3 = ×30 V −1 k Ω=599 k Ω
V
20
2.3. Efek Pembebanan
Contoh 7
Gambar 9.
21
Rangkaian pembebanan pada voltmeter
RB
V RB =E
R A +R B
5 kΩ
V RB =30 V × =5 V
25 k Ω+5 k Ω
Pada Meter A, resistansi total yang ditunjukkan pada rangkaian
adalah:
RTA =S×Range
RTA =1k Ω/V ×10 V =10 k Ω
Kombinasi parallel dari RB dengan meter A adalah:
R B×RTA
Re 1 =
R B+R TA
5 k Ω×10 k Ω
Re 1 = =3 , 33 k Ω
5 k Ω+10 k Ω
Pada Meter B, resistansi total yang ditunjukkan pada rangkaian
adalah:
22
RTB =S×Range
RTB =20 k Ω/V ×10V =200 k Ω
Kombinasi parallel dari RB dengan meter B adalah:
R B×RTB
Re 2 =
R B+R TB
5 k Ω×200 k Ω
Re 2 = =4 , 88 k Ω
5 k Ω+200 k Ω
Dengan demikian pembacaan yang diperoleh meter B,
ditentukan dengan menggunakan persamaan pembagian
tegangan adalah:
Re 2
V RB =E×
Re 2 +R A
4 , 88 k Ω
V RB =30 V × =4,9 V
4 , 88 k Ω+25 k Ω
5V −3,53 v
Kesalahan Voltmeter A = × 100 % = 29,4%
5v
5V −4,9 v
Kesalahan Voltmeter A = ×100 % = 2%
5v
23
pemasangan amperemeter dalam suatu rangkaian untuk
memperoleh pembacaan arus.
Gambar 10.
Harga arus yang diharapkan pada rangkaian seri
24
Menghubungkan rangkaian sebuah ammeter pada
rangkaian untuk mengukur arus seri seperti ditunjukkan pada
Gambar 11
Gambar 11.
Rangkaian yang diseri dengan ammeter
25
E
I e=
R1
( 2−10 )
E
I m=
R 1 +Rm ( 2−11 )
Im R1
=
Ie R 1 + Rm ( 2−12 )
Contoh 2.8
26
Gambar 12.
Rangkaian seri-paralel
Solusi:
Gambar 13.
Rangkaian untuk menunjukkan amperemeter pembebanan
27
R a Rb
R1 =Rc +
R a +Rb
R1 =1 k Ω+0,5 k Ω=1,5 k Ω
Im R1 1,5 k Ω
= = =0 , 95
Ie R 1 +Rm 1,5 k Ω+78 k Ω
I m=0,95 I e
Arus melalui meter adalah 95% dari arus yang diharapkan;
Oleh karena itu, arus meter ini telah menyebabkan kesalahan
5% karena efek pembebanan. Kita dapat menulis sebuah
pernyataan untuk persen kesalahan karena pembebanan sebagai
berikut;
Im
Kesalahan Pembebanan= I −
( Ie )
×100 %=5,0 %
28
2.4. Ohmmeter
29
E
I fs =
R z +R m
( 2−13 )
E
I=
R z +Rm + R x
Dengan arus I lebih kecil dari arus penyimpangan skala penuh,
Ifs, yang disebabkan oleh penambahan resistansi Rx.
I E / ( R z + Rm + R x ) R z+ R m
= =
I fs E / ( R z + R m) R z + R m+ R x
30
P menyatakan perbandingan antara arus I dengan arus
penyimpangan skala penuh Ifs, maka dapat dinyatakan:
I R z + Rm
P= =
I fs R z + Rm + R x
( 2−14 )
Contoh 9
Suatu penggerak meter dengan arus penyimpangan skala penuh
I mA digunakan sebagai rangkaian ohmmeter. Penggerak meter
mempunyai resistansi dalam Rm sebesar 100 dan baterai 3 V dipakai
dalam rangkaian ohmmeter tersebut.
Buatlah skala pada permukaan meter untuk pembacaan resistansi.
Solusi:
E
R z = −R m
I fs
3V
R z= −100 Ω=2,9 k Ω
1mA
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 20% adalah:
31
R z +R m
R x= −( R z +Rm )
P
2,9 k Ω+0,1 k Ω
R x= −( 2,9 k Ω+0,1 k Ω )
0,2
3k Ω
R x= −3 k Ω=12 k Ω
0,2
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 40% adalah:
R z +R m
R x= −( R z +Rm )
P
3k Ω
R x= −3 k Ω=4,5 k Ω
0,4
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 50% adalah:
R z +R m
R x= −( R z +Rm )
P
3k Ω
R x= −3 k Ω=3 k Ω
0,5
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 75% adalah:
R z +R m
R x= −( R z +Rm )
P
3k Ω
R x= −3 k Ω=1 k Ω
0 , 75
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 100% adalah:
R z +R m
R x= −( R z +Rm )
P
3k Ω
R x= −3 k Ω=0 k Ω
1,0
32
Data di atas tersebut disusun dalam tabel
Contoh 10
Solusi:
E 1,5 V
Rin = = =1,5 k Ω
I 1 mA
Oleh karena itu, skala ohmmeter harus diberi harga 1,5 k di
kisaran range . Resistansi eksternal 1,5 k akan menyebabkan
penunjuk membelokkan ke skala menengah. Ketika tegangan sell
menjadi 1,3 V dan ohmmeter disesuaikan untuk defleksi skala penuh
dengan mengurangi Rz, resistansi internal total ohmmeter sekarang:
33
E 1,5 V
Rin = = =1,5 k Ω
I 1 mA
Jika resistor 1,3 k sekarang diukur dengan Ohmmeter, kita
akan mengharapkan kurang dari defleksi skala menengah; namun,
penunjuk akan membelokkan ke skala menengah, yang diberi tanda
1,5 k. Umur dari sell telah menyebabkan pembacaan yang salah.
Kesalah persen terkait dengan bacaan tersebut adalah
1,5k Ω−1,3k Ω
×100%=13,3%
Persen kesalahan = 1,5k Ω
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Amperemeter DC memiliki dasar sistem kumparan putar, yang
pada umumnya diarahkan sebagai gerakan meter D’Arsonval
atau gerakan meter kumparan putar magnet permanen/PPMC
(Permanen Magnet Moving Coil).
34
2. Penggerak meter D’Arsonval dasar dapat diubah ke voltmeter
DC dengan menghubungkan sebuah pengali (multiplier) Rs
yang seri dengan penggerak meter.
DAFTAR PUSTAKA
http://bagasap90.te.student.pens.ac.id/Pak%20Zainal
%20%28Pengukuran%20Listrik%29/Bab%20II.pptx
http://wuriyaningsih.blogspot.co.id/2014/05/pengenalan-alat-ukur-
listrik.html
35