Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

“PENGUKURAN ARUS SUMBER DC”

OLEH:
MUHAMMAD AFRIZAL GHIFARI R.
F1B015059

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2016
KATA PENGANTAR

 Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas


limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan
penysunan makalah ini.

Penyusun berusaha menampilkan makalah ini dalam bentuk


yang selengkap mungkin dan mudah untuk dicerna. Makalah ini
disusun guna menyelesaikan tugas mata kuliah Pengukuran Besaran
Listrik. Penyusun menyadari, dengan keterbatasan-keterbatasan yang
dimiliki, makalah ini masih memiliki kekurangan-kekurangan.
Namun, penyusun yakin setidaknya dapat membantu pembaca dalam
memperoleh informasi dan penjelasan tentang materi pengukuran
besaran listrik tentang pengukuran arus sumber DC ini. Oleh karena
itu, penyusun harapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini
menjadi lebih baik dan terperinci.

Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua


pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari
awal sampai akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.

Mataram, Oktober 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................3
BAB I....................................................................................................4
1.1. Latar Belakang............................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................4
BAB II...................................................................................................5
2.1. Amperemeter DC........................................................................5
2.2. Voltmeter DC...........................................................................14
2.3. Efek Pembebanan.....................................................................20
2.4. Ohmmeter.................................................................................28
BAB III...............................................................................................33
3.1. Kesimpulan...............................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................34

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lebih dari satu setengah abad yang lalu, telah banyak diperoleh
sumbangan mengenai ilmu pengukuran besaran listrik. Selama
periode tersebut, segala upaya ditujukan kepada penyempurnaan
instrument (alat ukur) jenis-jenis defleksi dengan sebuah skala atau
penunjuk yang dapat bergerak. Sudut defleksi dari penunjuk
merupakan suatu fungsi, dengan demikian dapat disamakan dengan
harga dari besaran listrik yang diukur.
Istilah alat ukur analog dibuat untuk ciri-ciri ukur jenis defleksi
dan membedakan dari sejumlah instrument yang berbeda. Sementara
apabila harga besaran yang diukur ditampilkan dalam desimal
(digital), instrumen tersebut disebut dengan alat ukur digital.
Ilmu dan teknologi sangat berkaitan erat dengan pengukuran
sebagai hal yang tidak dapat dipisahkan. Instrumen pengukuran
modern adalah salah satu buah hasil dari ilmu pengetahuan.
Instrumentasi adalah cabang dari keteknikan yang tidak hanya
memberikan ilmu pengetahuan tetapi semua cabang keteknikan dan
obat-obatan secara baik. Pengukuran yang tepat dari dimensi,
temperatur, tekanan, daya, tegangan, arus, impedansi, mermacam-
macam sifat material, dan sebagian besar variabel fisika lainnya
adalah penting bagi keteknikan sebagai ilmu pengetahuan.
Pengukuran akurat sangat diperlukan untuk perancangan yang
ekonomis.

4
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah mengenai
Amperemeter DC, Voltmeter DC, efek pembebanan, dan ohmmeter.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Amperemeter DC

a. Prinsip Amparemeter DC

Salah satu dari alat ukur yang mengukur arus dari sumber
DC adalah Ampermeter. Amperemeter DC ini memiliki dasar
sistem kumparan putar, yang pada umumnya diarahkan sebagai
gerakan meter D’Arsonval atau gerakan meter kumparan putar
magnet permanen/PPMC (Permanen Magnet Moving Coil).

Gambar 1. Penggerak Meter D’Arsonval

5
b. Penggerak Meter D’Arsonval dalam Amparemeter DC

Selama gulungan kumparan putar yang ditunjukkan pada


gambar 1 adalah kawat yang sangat halus, penggerak meter
D’Arsonval dasar sangat terbatas dalam penggunaan tanpa
modifikasi. Salah satu modifikasi yang diperlukan sekali adalah
dengan menaikan batas ukur arus yang diukur dengan
penggerak meter dasar.

Hal ini dilakukan dengan menempatkan sebuah resistansi


rendah yang diparalel dengan resistansi penggerak Rm.

Resistansi rendah ini disebut dengan Shunt (Rsh) dan


fungsinya untuk memberikan sebuah cara pengganti pada arus
total meter, I, di sekitar meter penggerak.

Penurunan tegangan gerakan meter :

V m=I m R m
Karena resistansi shunt dihubungkan secara paralel dengan
gerakan meter, penurunan tegangan shunt adalah sama dengan
penurunan tegangan pada gerakan meter. Maka dapat diartikan:

V sh=V m
Arus melalui resistansi shunt adalah sama dengan arus total
dikurangi arus gerakan meter.

I sh =I−I m

6
Rangkaian amperemeter DC dengan penggerak meter
d’arsonval dasar ditunjukkan oleh Gambar 2.

Gambar 2.

Penggerak Meter D’Arsonval Pada Rangkaian Meter

Dalam banyak hal Ish lebih besar dari pada Im, yang
mengalir pada penggerak itu sendiri.

Resistansi shunt diperoleh dengan diketahui tegangan,


dan arus yang lewat pada shunt, dapat ditentukan besarnya
resistansi shunt, yaitu:

V sh I m Rm I m Rm
Rsh = = = ( Ω)
I sh I sh I −I m
( 2−1 )

Tujuan perancangan shunt adalah untuk memperoleh


pengukuran arus I yang besarnya n kali lebih besar dari Im.

7
Jumlah n disebut faktor kelipatan dan hubungan arus total
dengan arus meter adalah:

I=nI m
( 2−2 )

Substitusi pers. (2-2) ke pers. (2-1) menghasilkan

Rm I m Rm
Rsh = = ( Ω)
nI m−I m n−1
( 2−3 )

 Contoh 1

Menghitung nilai resitansi shunt diperlukan untuk


mengkonversi gerakan meter 1 mA, dengan resistansi internal
100 , menjadi 0 A hingga 10 mA amperemeter.

Solusi :
V m=I m R m=1 mA×100 Ω=0,1V
V sh=V m =0,1V
I sh=I−I m=10 mA−1 mA=9 mA
V sh 0,1 V
Rsh= = =11, 11Ω
I sh 9 mA

 Contoh 2

8
Gerakan meter 100 A dengan resistensi internal 800 
akan digunakan dalam 0 hingga 100 mA amperemeter. Cari
nilai resistansi shunt yang diperlukan.

Solusi :

Faktor perkalian n adalah rasio 100 mA dengan 100 A atau

I 100 mA
=n= =1000
Im 100 μA
Oleh karena itu

Rm 800Ω
=R sh = =0 , 80 ( Ω )
n−1 1000−1

c. Perencanaan Resistansi Shunt

Keuntungan shunt Ayrton adalah menghilangkan


kemungkinan dari penggerak meter menjadi rangkaian tanpa
beberapa resistor shunt. Keuntungan lainnya, alat ini dapat
digunakan dengan batas ukur penggerak meter yang lebar.

9
Gambar 3.
Amperemeter dengan shunt meter
Harga resistansi masing-masing dari shunt dihitung
dimulai dari batas ukur yang paling sensitive kemudian
menginjak ke batas ukur yang lebih tinggi. Dari gambar 3 batas
ukur yang paling sensitif adalah batas ukur 1A.

Resistansi shunt adalah;

Rsh = Ra + Rb + Rc
Resistansi shunt dapat dihitung dengan pers 2.3

Rm
Rsh = (Ω )
n−1

10
Persamaan yang diperlukan untuk menghitung harga dari setiap
shunt, Ra, Rb, Rc dapat diperoleh dari Gambar 4 berikut:

Gambar 4.
Menghitung harga resistansi shunt Ayrton
Selama resistansi Rb + Rc parallel dengan Rm + Ra, tegangan
pada tiap cabang harus sama dan dapat dituliskan sebagai:
V =V
( R b +R c ) ( Ra +R m)
Dalam hubungannya dengan arus dan resistansi dapat kita
tuliskan:

( Rb + Rc )( I −I m ) =I m ( R a + R m)
atau

I ( R b + R c )−I m ( Rb + Rc ) =I m ( R sh −( R b + R c ) + Rm )

Melalui perkalian Im pada ruas kanan diperoleh:

11
I ( R b + R c )−I m ( Rb + Rc ) =I m R sh −I m ( Rb + Rc ) + I m Rm
Yang dapat kita tuliskan sebagai:
I m ( R sh + Rm )
Rb + Rc = ( Ω)
I
( 2−4 )

Menentukan Ra :
Ra =R sh −( Rb + Rc ) ( Ω )
( 2−5 )

Arus I adalah arus maksimum untuk batas ukur yang di pasang


pada amperemeter. Resistor Rc dapat ditentukan oleh :
I m ( Rsh + Rm )
Rc = (Ω )
I
( 2−6 )

Perbedaannya antara persamaan 2-4 dengan persamaan 2-6


hanya pada besarnya arus I, yang tidak pernah sama. Sekarang
resistor Rb dapat dihitung sebagai berikut:

Rb =( R b + R c )−R c ( Ω )
( 2−7 )

 Contoh 3

Menghitung nilai dari resistor shunt untuk rangkaian


yang ditampilkan pada Gambar 5.

12
Gambar 5.
Ayrton shunt circuit

Solusi:

Total hambatan shunt Rsh ditentukan dari

Rm 1k Ω
Rsh = = =10 ,1 ( Ω )
n−1 100−1
Ketika meter diatur pada range 100 mA, resistor Rb dan Rc
memberikan hubungan shunt. Resistansi shunt total diperoleh
dari persamaan:

13
I m ( R sh +Rm )
Rb + Rc =
I
100 μA ( 10 , 1Ω+1 k Ω )
Rb + Rc = =1 , 01 ( Ω )
100 mA
Resistor Rc yang memberi resistansi shunt pada range 1 A dapat
diperoleh dengan persamaan yang sama; namun, saat ini arus I
akan menjadi 1 A.
I m ( R sh +R m)
Rc =
I
100 μA (10 ,1 Ω+1 k Ω )
Rc = =0 , 101 ( Ω )
1A
Resistor Rb dapat diperoleh dari persamaan 2-7 di mana;

Rb =( R b +R c )−R c
Rb =1 .01 Ω−R c=1 , 01 Ω−0 , 101 Ω=0 , 909 Ω
Resistor Ra idapat ditemukan dari
Ra =R sh−( Rb +Rc )
Ra =10 , 1Ω−( 0 , 909 Ω+0 , 101Ω ) =9 , 09Ω

Periksa: Ra + Rb + Rc = 9,09 + 0,909 + 0,101 = 10,1 

14
2.2. Voltmeter DC

a. Penggunaan penggerak meter d’arsonval pada voltmeter DC

Penggerak meter D’Arsonval dasar dapat diubah ke


voltmeter DC dengan menghubungkan sebuah pengali
(multiplier) Rs yang seri dengan penggerak meter seperti yang
ditunjukkan pada gambar;

Gambar 6.
Penggerak meter D’Arsonval yang digunakan pada
Voltmeter DC

Tujuan dari multiplier adalah untuk memperluas


jangkauan tegangan dari meter dan untuk membatasi arus yang
melewati penggerak D”Arsonval pada saat arus penyimpangan
skala maksimum.

Untuk mendapatkan harga resistor pengali, pertama-tama


kita tentukan sensitifitas dari penggerak meter.

15
Sensitifitas diperoleh dengan mengambil perbandingan
terbalik dari arus pengimpangan skala penuh, yang dituliskan
sebagai S:

1
S=
I fs
( 2−8 )

dimana :
Ifs = Arus maksimum

Satuan gabungan dari sensitifitas pada pesamaan di atas


adalah ohm per volt yang dapat dinyatakan sebagai berikut
1 1
S= = =Ω
ampere V V
Ω
Pengukuran tegangan dilakukan dengan menempatkan
voltmeter pada kedua ujung resistor yang di test. Hal ini pada
dasarnya meletakkan resistansi voltmeter total parallel dengan
resistansi rangkaian; oleh karena itu, diinginkan untuk membuat
resistansi voltmeter jauh lebih tinggi dari resistansi sirkuit.

Karena gerakan meter yang berbeda digunakan dalam


voltmeter dan karena nilai multiplier yang berbeda untuk setiap
rentang, ini akan menjadi kesulitan untuk mengekspresikan
penilaian instrumen.

Informasi yang lebih berarti dapat disampaikan kepada


pemakai melalui nilai sensitifitas dari peralatan. Nilai ini, pada

16
umumnya dicetak pada bagian muka dari meter, menyatakan
resistansi dari peralatan pada batas ukur satu volt.

Untuk menentukan resistasi total yang ditunjukkan volt


meter terhadap suatu rangkaian, diperoleh melalui perkalian
antara sensitifitas dengan batas ukur.

Satuan sensitifitas menyatakan harga dari resistansi


pengali untuk batas ukur satu volt.

Menghitung harga dari pengali pada batas ukur lebih


besar dari satu volt adalah perkalian sederhana antara
sensitifitas dengan batas ukur dan dikurangi dengan internal
dari penggerak meter, atau

R s = S x Range – Resistansi Dalam


( 2−9 )

Dengan menambahkan sebuah saklar putar kita dapat


menggunakan gerakan meter yang sama untuk beberapa batas
ukur tegangan DC seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7
pada contoh dibawah.

Resistansi pengali pada kelipatan batas ukur voltmeter


DC dapat ditentukan sebagai berikut:

1
S=
I fs
Harga dari resistor pengali sekarang dapat dihitung dengan :
Rs =S×Range−Rm

 Contoh 4

17
Menghitung sensitivitas dari gerakan meter 100 A yang
akan digunakan sebagai voltmeter dc.

Solusi:

Sensitivitas dihitung sebagai:

1 1 kΩ
S= = =10
I fs 100 μA V

 Contoh 5
Menghitung nilai resistansi multiplier pada range 50 V
voltmeter DC yang menggunakan gerakan meter 500 A
dengan resistansi internal 1 k.

Gambar 7.
Rangkaian dasar voltmeter DC

Solusi:

Sensitivitas dari gerakan meter 500 μA pada Gambar 7 adalah

1 1 kΩ
S= = =2
I fs 500 μA V

18
Nilai dari Rs multiplier kini dihitung dengan mengalikan
sensitivitas oleh range dan dikurangi dengan resistansi internal
dari gerakan meter.
Rs =S×range−Rm

Rs =2 ×50V −1kΩ=99 k Ω
V
 Contoh 6
Menghitung nilai resistensi multiplier untuk beberapa
range DC rangkaian voltmeter ditunjukkan pada Gambar 8

Gambar 8. Rangkaian voltmeter multiple-range

Solusi:

Sensitivitas dari gerakan meter dihitung sebagai

19
1 1 kΩ
S= = =20
I fs 50 μA V
Nilai resistor multiplier sekarang dapat dihitung sebagai
berikut:
3 V range
Rs 1=S×Range−R m
20 k Ω
Rs 1= ×3 V −1 k Ω=59 k Ω
V
10V range
Rs 2 =S×Range−R m
20 kΩ
Rs 2 = ×10 V −1k Ω=199 kΩ
V
30 V range
Rs 3 =S×Range−Rm
20 k Ω
Rs 3 = ×30 V −1 k Ω=599 k Ω
V

20
2.3. Efek Pembebanan

a. Efek Pembebanan Voltmeter

Saat sebuah voltmeter digunakan untuk mengukur


tegangan pada komponen rangkaian, voltmeter itu sendiri dalam
hubungan parallel dengan komponen rangkaian. Kombinasi
parallel dari dua resistor menjadi lebih kecil saat voltmeter
dihubungkan.

Penurunan tegangan mungkin tidak berarti atau mungkin


cukup besar, tergantung dari sensitivitas dari voltmeter yang
digunakan.

Efek ini disebut efek pembebanan voltmeter.

 Contoh 7

Dua buah voltmeter yang berbeda digunakan untuk


mengukur tegangan pada suatu resistor Rb seperti dalam
rangkaian pada Gambar 9.

Gambar 9.

21
Rangkaian pembebanan pada voltmeter

Karakteristik kedua meter tersebut adalah sebagai berikut:


 Meter A : S = 1K/V, Rm = 0,2 K, Range = 10 V

 Meter B : S = 20K/V, Rm = 1,5 K, Range = 10 V

Tegangan jatuh pada resistor RB saat meter tidak


dihubungkan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
pembagian tegangan:

RB
V RB =E
R A +R B
5 kΩ
V RB =30 V × =5 V
25 k Ω+5 k Ω
Pada Meter A, resistansi total yang ditunjukkan pada rangkaian
adalah:

RTA =S×Range
RTA =1k Ω/V ×10 V =10 k Ω
Kombinasi parallel dari RB dengan meter A adalah:

R B×RTA
Re 1 =
R B+R TA
5 k Ω×10 k Ω
Re 1 = =3 , 33 k Ω
5 k Ω+10 k Ω
Pada Meter B, resistansi total yang ditunjukkan pada rangkaian
adalah:

22
RTB =S×Range
RTB =20 k Ω/V ×10V =200 k Ω
Kombinasi parallel dari RB dengan meter B adalah:

R B×RTB
Re 2 =
R B+R TB
5 k Ω×200 k Ω
Re 2 = =4 , 88 k Ω
5 k Ω+200 k Ω
Dengan demikian pembacaan yang diperoleh meter B,
ditentukan dengan menggunakan persamaan pembagian
tegangan adalah:

Re 2
V RB =E×
Re 2 +R A
4 , 88 k Ω
V RB =30 V × =4,9 V
4 , 88 k Ω+25 k Ω
5V −3,53 v
Kesalahan Voltmeter A = × 100 % = 29,4%
5v

5V −4,9 v
Kesalahan Voltmeter A = ×100 % = 2%
5v

b. Efek Pembebanan Amperemeter

Salah satu sumber kesalahan dalam pengukuran (yang


sering diabaikan) adalah kesalahan yang disebabkan oleh

23
pemasangan amperemeter dalam suatu rangkaian untuk
memperoleh pembacaan arus.

Semua amperemeter berisikan beberapa resistensi


internal yang kemungkinan range dari harga yang rendah untuk
arus meter, mampu mengukur dalam batas ukur ampere pada
sebuah harga yang cukup besar dari 1 kΩ atau lebih besar dari μ
amperemeter.

Pemasangan sebuah amperemeter dalam suatu rangkaian


selalu menaikkan resistansi dari rangkaian, dengan demikian
selalu menurunkan arus yang mengalir pada rangkaian.

Kesalahan yang disebabkan oleh meter tergantung pada


hubungan antara harga resistansi yang sebenarnya dari
rangkaian dan harga resistansi dalam amperemeter.

Gambar 10, rangkaian seri terdapat aliran arus yang


melewati R1. Ie adalah arus saat amperemeter tidak terhubung
ke rangkaian.

Gambar 10.
Harga arus yang diharapkan pada rangkaian seri

24
Menghubungkan rangkaian sebuah ammeter pada
rangkaian untuk mengukur arus seri seperti ditunjukkan pada
Gambar 11

Gambar 11.
Rangkaian yang diseri dengan ammeter

Jumlah arus sekarang turun menjadi Im, dengan adanya


penambahan resistansi Rm.

Hubungan antara Ie dan Im dapat kita lakukan dengan


menggunakan teorema Thevenin.

Rangkaian pada Gambar 11 adalah berbentuk rangkaian


persamaan ekuivalen Thevenin dengan sebuah sumber
tegangan tunggal yang diseri dengan sebuah resistor.

Terminal output x dan y dihubung singkat, besar arus


yang mengalir adalah:

25
E
I e=
R1
( 2−10 )

Penempatan ammeter yang seri dengan R1 menyebabkan


arus berkurang ke suatu harga yang sama dengan:

E
I m=
R 1 +Rm ( 2−11 )

Pembagian persamaan (2-11) dengan pers. (2-10)


menghasilkan persamaan berikut:

Im R1
=
Ie R 1 + Rm ( 2−12 )

Persamaan (2-12) dapat untuk menentukan kesalahan


yang terjadi pada suatu rangkaian terhadap pembebanan
ammeter jika diketahui harga resistansi persamaan Ekuivalen
Thevenin dan resistansi dari ammeter.

 Contoh 2.8

Sebuah meter arus yang memiliki resistansi internal 78 


digunakan untuk mengukur arus yang melalui resistor Rc pada
Gambar 2-12. Tentukan persen kesalahan membaca karena
ammeter pembebanan.

26
Gambar 12.
Rangkaian seri-paralel

Solusi:

Meter arus akan terhubung ke rangkaian antara titik x dan y


dalam skema pada Gambar 13.

Gambar 13.
Rangkaian untuk menunjukkan amperemeter pembebanan

Melihat kembali ke dalam rangkaian dari terminal x dan y.


Resistensi setara Thevenin dinyatakan

27
R a Rb
R1 =Rc +
R a +Rb
R1 =1 k Ω+0,5 k Ω=1,5 k Ω

Oleh karena itu rasio meter arus ke arus yang diharapkan


adalah

Im R1 1,5 k Ω
= = =0 , 95
Ie R 1 +Rm 1,5 k Ω+78 k Ω

Pemecahan untuk menghasilkan Im

I m=0,95 I e
Arus melalui meter adalah 95% dari arus yang diharapkan;
Oleh karena itu, arus meter ini telah menyebabkan kesalahan
5% karena efek pembebanan. Kita dapat menulis sebuah
pernyataan untuk persen kesalahan karena pembebanan sebagai
berikut;
Im
Kesalahan Pembebanan= I −
( Ie )
×100 %=5,0 %

28
2.4. Ohmmeter

Penggerak meter D’Arsonval dasar yang dihubungkan dengan


sebuah baterai dan resistor akan membentuk suatu rangkaian
ohmmeter sederhana seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14.

Jika titik x dan y dihubungkan, kita memiliki sebuah rangkaian


seri sederhana dengan arus melalui penggerak meter yang berasal dari
sumber tegangan E. Amplitudo arus dibatasi oleh resistor Rz dan Rm.

Pada Gambar 14, dimana resistor Rz terdiri atas resistor tetap


dan resistor variable. Penghubungan titik x dan y setara dengan
menghubung-singkatkan kedua tes probe dari ohmmeter pada “zero”
sebelum alat ukur digunakan. Mengatur resistor variable Rz untuk
memperoleh penyimpangan skala penuh yang tepat dari penggerak
meter. Amplitudo dari arus yang melewati penggerak meter dapat
ditentukan dengan menggunakan hukum Ohm berikut:

29
E
I fs =
R z +R m
( 2−13 )

Gambar 14. Rangkaian dasar Ohmmeter


Penentuan harga dari suatu resistor yang tidak diketahui : Kita
hubungkan resistor yang tidak diketahui Rx, antara x dan y pada
Gambar 14.

Arus rangkaian ditunjukkan sebagai:

E
I=
R z +Rm + R x
Dengan arus I lebih kecil dari arus penyimpangan skala penuh,
Ifs, yang disebabkan oleh penambahan resistansi Rx.

Perbandingan terhadap resistansi rangkaian yang ditunjukkan


sebagai berikut:

I E / ( R z + Rm + R x ) R z+ R m
= =
I fs E / ( R z + R m) R z + R m+ R x

30
P menyatakan perbandingan antara arus I dengan arus
penyimpangan skala penuh Ifs, maka dapat dinyatakan:

I R z + Rm
P= =
I fs R z + Rm + R x
( 2−14 )

Persamaan (2-14) sangat diperlukan saat pemberian skala pada


permukaan meter dari ohmmeter untuk menunjukkan harga dari
resistor yang diukur.

 Contoh 9
Suatu penggerak meter dengan arus penyimpangan skala penuh
I mA digunakan sebagai rangkaian ohmmeter. Penggerak meter
mempunyai resistansi dalam Rm sebesar 100  dan baterai 3 V dipakai
dalam rangkaian ohmmeter tersebut.
Buatlah skala pada permukaan meter untuk pembacaan resistansi.

Solusi:

Harga Rx yang akan membatasi arus pada penyimpangan skala penuh,


harus dihitung:

E
R z = −R m
I fs
3V
R z= −100 Ω=2,9 k Ω
1mA
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 20% adalah:

31
R z +R m
R x= −( R z +Rm )
P
2,9 k Ω+0,1 k Ω
R x= −( 2,9 k Ω+0,1 k Ω )
0,2
3k Ω
R x= −3 k Ω=12 k Ω
0,2
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 40% adalah:

R z +R m
R x= −( R z +Rm )
P
3k Ω
R x= −3 k Ω=4,5 k Ω
0,4
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 50% adalah:

R z +R m
R x= −( R z +Rm )
P
3k Ω
R x= −3 k Ω=3 k Ω
0,5
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 75% adalah:

R z +R m
R x= −( R z +Rm )
P
3k Ω
R x= −3 k Ω=1 k Ω
0 , 75
Harga Rx dengan penyimpangan skala penuh 100% adalah:

R z +R m
R x= −( R z +Rm )
P
3k Ω
R x= −3 k Ω=0 k Ω
1,0
32
Data di atas tersebut disusun dalam tabel

P (%) Rx (k) Rz + Rm (k)


20 12 3
40 4,5 3
50 3 3
75 1 3
100 0 3

 Contoh 10

Sebuah ohmmeter dirancang gerakan meter di sekitar 1 mA


dan cell 1,5 V. Jika tegangan cell menjadi 1,3 V karena umur
pemakai sudah lama, Hitung kesalahan yang dihasilkan di kisaran
range pada skala ohmmeter.

Solusi:

Total resistasi internal dari ohmmeter adalah

E 1,5 V
Rin = = =1,5 k Ω
I 1 mA
Oleh karena itu, skala ohmmeter harus diberi harga 1,5 k di
kisaran range . Resistansi eksternal 1,5 k  akan menyebabkan
penunjuk membelokkan ke skala menengah. Ketika tegangan sell
menjadi 1,3 V dan ohmmeter disesuaikan untuk defleksi skala penuh
dengan mengurangi Rz, resistansi internal total ohmmeter sekarang:

33
E 1,5 V
Rin = = =1,5 k Ω
I 1 mA
Jika resistor 1,3 k sekarang diukur dengan Ohmmeter, kita
akan mengharapkan kurang dari defleksi skala menengah; namun,
penunjuk akan membelokkan ke skala menengah, yang diberi tanda
1,5 k. Umur dari sell telah menyebabkan pembacaan yang salah.
Kesalah persen terkait dengan bacaan tersebut adalah

1,5k Ω−1,3k Ω
×100%=13,3%
Persen kesalahan = 1,5k Ω

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Amperemeter DC memiliki dasar sistem kumparan putar, yang
pada umumnya diarahkan sebagai gerakan meter D’Arsonval
atau gerakan meter kumparan putar magnet permanen/PPMC
(Permanen Magnet Moving Coil).

34
2. Penggerak meter D’Arsonval dasar dapat diubah ke voltmeter
DC dengan menghubungkan sebuah pengali (multiplier) Rs
yang seri dengan penggerak meter.

3. Efek pembebanan voltmeter adalah saat dimana sebuah


voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan pada komponen
rangkaian, voltmeter itu sendiri dalam hubungan parallel
dengan komponen rangkaian. Dimana kombinasi parallel dari
dua resistor menjadi lebih kecil saat voltmeter dihubungkan.

4. Penggerak meter D’Arsonval dasar yang dihubungkan dengan


sebuah baterai dan resistor akan membentuk suatu rangkaian
ohmmeter sederhana.

DAFTAR PUSTAKA

http://bagasap90.te.student.pens.ac.id/Pak%20Zainal
%20%28Pengukuran%20Listrik%29/Bab%20II.pptx

http://wuriyaningsih.blogspot.co.id/2014/05/pengenalan-alat-ukur-
listrik.html

35

Anda mungkin juga menyukai