Anda di halaman 1dari 2

AHLI BPK

Majelis Hakim

Hakim Ketua : Apakah saudara mengetahui mengapa saudara dihadirkan dalam persidangan ini?

Ahli BPK : “Ya, saya mengerti bahwa saya dihadirkan oleh saudara jaksa sebagai ahli di persidangan
Ini untuk dimintai keterangan mengenai kerugian keuangan negara.”

Hakim Ketua : “Kompetensi apa yang saudara miliki dalam perkara ini?”

Ahli BPK :”Saya sudah berpengalaman dan bekerja di bidang ini selama 12 tahun, saya sudah
beberapakali menjadi ahli di persidangan lain. Saya menjabat sebagai analisis keuangan perusahaan
terutama bagian PNBP.

Hakim Ketua : ” apakah saudara sudah membaca dan memahami mengenai kasus yang diperkarakan
di persidangan ini?”

Ahli BPK :”Sudah majelis hakim, sebelumnya saya sudah menerima Salinan dari saudara penuntut
umum mengenai duduk perkara ini dan saya sudah memahami nya dengan baik.”

Hakim 1 : “baik saudara ahli saya lanjutkan, bisakah saudara jelaskan kaitan antara kasus tersebut
dengan kerugian keuangan negara yang ditimbulkan?

Ahli BPK : “Baik, disini sesuai dengan duduk perkaranya, saudara terdakwa menyalahgunakan
kewenangan untuk mengawasi proses aliran dana fpjp dari Bank Indonesia ke Bank Royanmer
dengan merekayasa suntakian dana dalam peraturan LPS yang mengakibatkan kerugian keuangan
negara. Kerugian keuangan negara ini terdeteksi pada hasil audit BPK”

PENUNTUT UMUM

PU : “ Baik saudara ahli, terkait hasil audit tersebut bisa saudara jelaskan bagaimana mekanisme
audit dari BPK ? ”

Ahli BPK : “ Bisa, pak. jadi BPK melakukan pemisahaan penghitungan kerugian keuangan negara
dikarenakan pemberian FPJP diputuskan dan dilaksanakan oleh BI, sedangkan proses penetapan
Bank Royanmer sebagai bank gagal berdampak sistemik dilakukan oleh KSSK, dan ditangani oleh LPS.
Terkait proses pemberian FPJP BPK RI menemukan 3 temuan, yang pertama adanya perubahan
peraturan di Indonesia mengenai CAR. Kedua dalam pemberian FPJP, BI menggunakan data CAR
Bank Royanmer yang lama. Ketiga, adanya agunan dari berupa aset kredit pada tiga debitur yang
dijamin di deposito Bank Century juga (Back to Back).

PU : “ apakah ada kejanggalan dari hasil audit tersebut dan berapa jumlah kerugian keuangan
Negara yang ditimbulkan? “

Ahli BPK : “ Ada, Pak. Pemberian FPJP dengan menggunakan data CAR tanggal 30 September 2008
sebesar 2,35 % pada saat persetujuan FPJP tanggal 14 November 2008, meskipun CAR Bank Century
per 31 Oktober 2008 telah negatif 3,35 % diduga agar Bank Century memenuhi syarat memperoleh
FPJP. Selain itu, BI dalam menerima agunan FPJP berupa aset kredit dibawah 150 % tidak sesuai
dengan ketentuan dan syarat pemberian FPJP.
Dari temuan tersebut, BPK RI menyimpulkan adanya kerugian negara, yaitu penyimpangan yang
terjadi dalam pemberian FPJP, dalam hal ini dilakukan oleh BI sebesar Rp 689, 394 miliar yang
merupakan nilai keseluruhan dari penyaluran FPJP.

Penasihat Hukum

PH1 : “Baik saudara, apakah hasil audit tersebut bisa dibuktikan kebenarannya?”

Ahli : “Bisa, pak. Jadi selama ini, auditor BPK tidak pernah keliru dalam menghitung kerugian
keuangan negara dan selalu menemukan apabila ada kejanggalan-kejanggalan yang tidak
semestinya. Jadi saya bisa memastikan bahwa hasil audit BPK itu valid, pak.”

PH1 : “Lalu mengapa saudara yakin bahwa hasil audit tersebut bisa dikatakan valid? Bisa saja karena
adanya human error?”

Ahli : “Iya pak. Saya yakin karena dalam merumuskan hasil audit sudah menggunakan alat yang
canggih, sehingga apabila ada kerugian keuangan negara akan terdeteksi secara otomatis, tidak
hanya itu, kami BPK melalui orang-orang yang sudah berpengalaman dan berkompeten dibidangnya
melakukan pengecekan ulang secara manual, guna untuk menghindari kekeliruan. Jadi terkait
human error atau kekeliruan sangat kecil kemungkinannya, pak.”

PH1 : “Dalam penginputan data itu pasti dilakukan secara manual dan yang mengerjakan pasti
manusia bukan?”

Ahli : “Benar, pak.”

PH1 : “Jadi apakah manusia tidak pernah melakukan kesalahan?”

Ahli : “Tentu pernah, pak. Tapi kami dari pihak BPK berusaha untuk mencegah hal itu terjadi.”

PH1 : “Cukup Yang Mulia.”

PU : “ apakah ada kejanggalan dari hasil audit tersebut dan berapa jumlah kerugian keuangan
Negara yang ditimbulkan? “

Ahli BPK : “ ada majelis hakim, pada tanggal 7 januari 2008 pada tahap pertama mencapai 2,7 triliun
Dana tersebut seharusnya digunakan sebesar 1,97 Triliun untuk membayar 3457 nasabah,. Dan pada
tahap kedua pada tanggal 7 April 2009 Bank Indonesia mengucurkan dana FPJP sebesar 1,5 Triliun
yang dikucurkan secara tunai sebesar 930 Miliar dan 570 Miliar. Dalam FPJP tersebut telah
dimanipulasi jumlah nasabah yang awalnya untuk 1540 dengan dana 660 Miliar diubah menjadi
2405 nasabah dengan dana 930 Miliar.

Anda mungkin juga menyukai