Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN PUSTAKA

A. Abortus
1. Pengertian
Abortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup diluar kandungan yang menurut para ahli ada usia
sebelum 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-100 gram,
tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu diangggap
keajaiban karna semakin tinggi BB anak waktu lahir Makin besar
kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2015).
2. Klasifikasi Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu:
a. Abortus spontan yairu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa
disengaja atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
b. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja
tanpa indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun
dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
a. Abortus medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena
tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu
mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-
tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan
biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh tenaga
tradisional.
Menurut gambaran klinis, dibedakan atas:
a. Abortus membakat (imminens) yaitu abortus tingkat permulaan,
dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup
dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.Dalam hal ini,
keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat
hormonal dan antispasmodika serta istirahat. Kalau perdarahan setelah
beberapa minggu masih ada, maka perlu ditentukan apakah kehamilan
masih baik atau tidak. Kalau reaksi kehamilan 2 kali berturut-turut
negatif, maka sebaiknya uterus dikosongkan (kuret).
b. Abortus insipiens yaitu abortus yang sedang berlangsung dan
mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, ketuban yang teraba akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri, kehamilan tidak dapat dipertahankan lagi. Terapi seperti
abortus inkomplit.
c. Abortus inkomplit (keguguran yang tersisa) yaitu jika hanya sebagian
hasil konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta.Abortus komplit artinya seluruh hasil konsepsi telah keluar
(desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong. Terapi hanya
dengan uterotonika.
d. Abortus habitualis (keguguran berulang) adalah keadaan terjadinya
abortus tiga kali berturut-turut atau lebih. Menurut HERTIG abortus
spontan terjadi dalam 10 5dari kehamilan dan abortus habitualis3,6-
9,8% dari abortus spontan.Kalau seorang penderita telah mengalami 2
abortus berturut-turut maka optimisme untuk kehamilan berikutnya
berjalan normal, hanya sekitar 16 %.
e. Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi genital.
f. Abortus septik adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran darah atau
peritonium.
g. Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan
tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan
selama 6 minggu atau lebih. Fetus yang meninggal ini bisa keluar
dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati, bisa diresorbsi
kembali sehingga hilang, bisa terjadi mengering dan menipis yang
disebut fetus papyraceus, atau bisa jadi mola karnosa dimana fetus
yang sudah mati 1 minggu akan mengalami degenerasi dan air
ketubannya diresorbsi.
3. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
a. Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus
pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan
kelainan ini adalah Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom
dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau
alkohol.
d. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena
hipertensi menahun
e. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan
dan toksoplasmosis
f. Factor eksternal,seperti radiasi dan obat-obatan
g. Factor janin
Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan
bawaan uterus.
4. Patofisiologi
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis
dan perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan
dengan tempat perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya
dan mungkin menjadi benda asing di dalam uterus sehingga merangsang
kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin
5. Prognosis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus
desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya.
Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam
hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan
lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai
bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas
bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
B. Abortus Imminens
1. Pengertian
Abortus iminens (keguguran mengancam), abortus ini baru
mengancam dan masih ada harapan untuk mempertahankannya.Abortus
iminens adalah abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman
terjadinya abortus selanjutnya. (Sarwono, 2008 : 467)
Abortus imminens adalah keguguran membakat dan akan terjadi
dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan
obat-obat hormonal dan anti spajmodika serta istirahat. (Mochtar
Rustam, hal. 212)
2. Penyebab Abortus imminens
Penyebab - penyebab abortus iminens yaitu :
a. Faktor genetik
Kelainan struktur kromoson yang diturunkan wanita atau pria bisa
berdampak pada rendahnya konsentrasi sperma, infertilitas dan
mengurangi peluang kehamilan dan terjadi keguguran. Kelainan
sering juga berupa gen yang abnormal, mungkin karena mutasi gen
yang bisa mengganggu proses implantasi dan menyebabkan
keguguran.
b. Faktor endometrium
1) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi
2) Gizi ibu berkurang karena anemia atau terlalu pendek jarak
kehamilan.
c. Faktor lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat bahan
kimia atau radiasi umumnya berakhir dengan abortus, misalnya
paparan temabakau, sigaret rokok mengandung ratusan unsure koksik,
antara lain nikotin, yang mempunyai efek vasoaktif sehingga
menghambat sirkulasi uteroplasenta dengan adanya gangguan pada
system fetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang
berakibat terjadinya abortus.
1) Kelainan genetalia ibu
a) Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uterus
b) Congenital anomaly (hippoplasia uteri, uterus bikornis)
2) Trauma fisik
a) Kecelakaan lalu lintas, jatuh,hubungan seksual.
d. Faktor – faktor lain yang menyebabkan abortus iminens yaitu :
1) Plasenta sign (gejala plasenta) ialah perdarahan yang terjadi dari
pembuluh-pembuluh daerah sekitar plasenta. Gejala ini selalu
terjadi dan terdapat pada kera macacus rhesus yang hamil.
2) Erosi portionis juga mudah berdarah pada kehamilan
3) Polyp
3. Diagnosa kehamilan mudah pada abortus iminens kalau terdapat :
a. Perdarahan sedikit
b. Nyeri memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali
c. Pada pemeriksaan dalam belum ada pembukaan
d. Tidak ditemukan kelainan pada servik
4. Pencegahan Abortus Imminens
Setelah mengetahui berbagai penyebab dari gangguan ini, abortus
imminens sebenarnya bisa dihindari dengan sedini mungkin melakukan
langkah-langkah pencegahan.
Adapun langkah-langkah praktis yang bisa dilakukan untuk memperkecil
resiko terjadinya abortus imminens adalah sebagai berikut :
a. Rutin memeriksakan diri ke dokter, berkonsultasi dan menjalani test
USG. 3 cara ini setidaknya dapat membuat ibu, mengetahui gejala
kelainan dalam kandungan sedini mungkin sehingga. Jika terjadi
kelainan, bisa cepat dilakukan tindakan penyelamatan untuk
menghindari resiko yang lebih tinggi.
b. Mempersiapkan kehamilan sebaik-baiknya, semisal mencukupi
asupan nutrisi ibu hamil mempertebal daya tahan tubuh atau jika
diperlukan, melakukan terapi untuk mengobati penyakit akut (seperti
typhus, malaria, pielonefritis, pneumonia dan lain-lain) atau kronis
(TBC, anemia berat, laparatomi dan lainlain) baik yang diderita calon
bapak maupun calon ibu. Selain dapat menular pada bayi, penyakit-
penyakit tertentu yang diderita calon bapak/ibu juga dapat
menghambat proses kehamilan.
c. Mengurangi aktivitas fisik sejak masa pra-kehamilan hingga
kehamilan.
d. Selektif dalam mengkonsumsi obat dan berkonsultasi terlebih dahulu
apakah sebuah obat aman dikonsumsi ibu hamil atau tidak.
e. Istirahat yang cukup dan menenangkan pikiran. Salah satu sebab yang
dapat memicu terjadinya abortus imminens adalah tekanan psikologis
seperti trauma, keterkejutan yang sangat atau rasa ketakutan yang luar
biasa. Karena itu, ibu hamil harus mengkondisikan pikirannya agar
sebisa mungkin rileks dan santai. Peran dan dukungan dari orang-
orang terdekat juga amat diperlukan dalam upaya menciptakan
keadaan kondusif
f. Mengatur jarak kehamilan
g. Mengonsumsi vitamin dan nutrisi-nutrisi lain yang diperlukan tubuh
h. Menjalani ANC atau Antenatal Care, yakni perawatan pada ibu hamil
untuk sedini mungkin mengidentifikasi dan mencegah terjadinya
kondisi yang mengancam keselamatan bayi dan ibu. Program ini juga
akan membantu ibu hamil menjalani masa kehamilannya dan
menjadikan momen-momen tersebut tak ubahnya pengalaman yang
menyenangkan

5. Penanganan
a. Lakukan penilaian secara tepat mengenai keadaan umum pasien dan
TTV.
b. Istirahat baring. Tidur terbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah
ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanik.
c. Jangan melakukan aktivitas fisik yang berlebihan atau hubungan
seksual.
d. Jika perdarahan berhenti lakukan asuhan atenatal seperti biasa.
e. Jika perdarahan berlangsung, nilai kondisi janin (uji kehamilan, USG),
lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain.

C. Definisi injeksi IC(intracutan)


1. Pengertian
Memberikan obat melalui suntikan intracutan dan intrademal adalah
suatu tindakan membantu proses penyembuhan melalui suntikan kedalam
jaringan kulit atau indra dermis. Istilah intradermal (ID) berasal dari kata
“ intra” yang berarti lapis dan “dermis “ yang berarti sensitif, lapisan
pembuluh darah dalam kulit ketika sisi anatominya mempunyai derajat
pembuluh darah tinggi pembuluhdarah betul-betul kecil, makanya
penyerapan dari injeksi disini lambat dan dibatasi dengan efek sistemik
yang dapat dibandingkan karena absorsinya terbatas, maka
penggunaannya biasa untuk aksi lokal dalam kulit untuk obat yang
sensitif atau untuk menentukan sensitifitas terhadap organisme.
Injeksi intracutan dimasukan langsung ke lapisan epidermis tepat
dibawah startumkorneum. Umumnya berupa larutan atau suspensi dalam
air volume yang disuntikan sedikitnya ( 0,1-0,2ml) digunakan untuk
tujuan diagnosa. (Alimul, 2006)
2. Tujuan injeksi IC(intracutan)
a. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
b. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari pemberian obat.
c. Membantumenentukandiagnosaterhadappenyakittertentumisalnya,
(tuberculin test)
d. Menghindarkanpasiendariefekalergiobat ( dengan skin test )
e. Digunakanuntuk test tuberculinatau test alergi terhadap obat-obatan
f. Pemberian vaksinasi.
3. Indikasi injeksi IC(intracutan)
a. Pasien yang membutuhkan test alergi ( mantoux test )
b. Pasien yang akan melakukan vaksinasi
c. Mengalihkan diagnosa penyakit
d. Sebelum memasukkan obat
4. Kontraindikasi injeksi IC(intracutan)
a. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit
b. Pasien dengan kulit terluka
c. Pasien yang sudah dilakukan skin test
5. Keuntungan injeksi IC(intracutan)
a. Suplai darah sedikit, sehingga absorbsi lambat
b. Bisa mengetahui adanya alergi terhadap obat tertentu.
c. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat
6. Kerugian injeksi IC(intracutan)
a. Apabila obat sudah disuntikkan maka obat tersebut tidak dapat ditarik
lagi ini berarti pemusnahan obat yang mempunyai efek tidak baik atau
toksit maupun kelebihan dosis karena ketidak hati-hatian dan sukar
dilakukan.
b. Tuntutan sterilitas sangat ketat.
c. Memerlukanpetugasterlatih yang berwenanguntukmelakukaninjeksi.
d. Adanyaresikotoksisitasjaringandanakanterasasakitsaatpenyuntikan.
7. Prinsip injeksi IC(intracutan)
a. Sebelum memberikan obat perawat harus mengetahui diagnosa medis
pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan
prinsip 10 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar
waktu pemberian, benar cara pemberian, benar keterangan tentang
obat pasien, benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar
tentang riwayat alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi
pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama,
dan benar dokumentasi pemakaian obat.
b. Untuk mantoux test (pemberian PPD) diberikan 0,1 CC dibaca setelah
2-3 kali 24 jam dari saat penyuntikan obat.
c. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan
d. Perawat harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya bila
ada penolakan pada suatu jenis obat, maka perawat dapat mengkaji
penyebab penolakan, dan dapat mengkolaborasikannya dengan dokter
yang menangani pasien, bila pasien atau keluarga tetap menolak
pengobatan setelah pemberian inform consent, maka pasien maupun
keluarga yang bertanggungjawab menandatangani surat penolakan
untuk pembuktian penolakan terapi
e. Injeksi Intracutan yang dilakukan untuk melakukan test pada jenis
antibiotik, dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai
ketentuannya, lalu mengambil 0,1 CC dalam spuit dan menambahkan
aquabides 0,9 CC dalam spuit, yang disuntikkan pada pasiennya 0,1
CC
f. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil
0,1 CC dalam spuit untuk langsung di suntikkan pada pasien(Potter &
Perry, 2010)

8. Lokasi yang digunakan untuk injeksi IC(intracutan)


a. Lengan bawah bagian dalam
b. Dada bagian atas
c. Punggung dalam area scapula (Widyatun, 2012)
9. Prosedur pemberian obat injeksi IC(intracutan)
Pemberian obat secara intracutan adalah tindakan memasukkan obat
kedalam tubuh melalui jaringan kulit dengan menggunakan spuit.
Pemberian obat secara intracutan dapat dilakukan pada lengan bawah
bagian dalam, dada bagian atas, dan punggung di bawah scapula.
a. Tujuan
1) Untuk tes diagnostik terhadap alergi.
2) Mengetahui reaksi obat tertentu.
3) Untuk tes penyakit tertentu.
b. Alat dan Bahan
Baki yang berisi :
1) Bak injeksi
2) Obat yang digunakan
3) Spuit sesuai penggunaan (spuit 1cc)
4) Kapas alkohol
5) Aquabides, jika obat dilarutkan
6) Sarung tangan
7) Bengkok
8) Pengalas
c. Persiapan Pasien
Jelaskan kepada pasien mengenai tujuan dan tindakan yang akan
dilakukan
d. Prosedur Kerja
1) Cuci tangan
2) Pasang sarung tangan
3) Periksa kembali order obat : nama pasien, nama dan dosis obat,
rute pemberian, dan waktu pemberian.
4) Siapkan obat
5) Letakkan peralatan dan obat ke dekat pasien
6) Posisikan pasien senyaman mungkin
7) Letakkan pengalas dan bengkok dekat dengan area yang akan di
injeksi
8) Buka obat dengan cara :
9) Flakon/Vial : buka tutup metal, lakukan disinfeksi tutup karet
dengan kapas alkohol. Apabila sediaan obat dalam flakon masih
berupa bubuk larutkan dengan aquabidest sebanyak yang tercantum
pada petunjuk penggunaan obat
10) Ampul : ketuk obat yang ada di ujung ampul, patahkan
leher ampul dengan tangan menggunakan kain kasa.
11) Isi spuit sebanyak 0,1 ml dan larutkan dengan aquabides
bila perlu.
a) Flakon/vial : isap udara sebanyak cairan yang diperlukan. Tusuk
jarum dengan posisi bavel tegak. Suntikkan udara kedalam
flakon. Balik flakon, dengan tangan kiri memegang flakon
dengan ibu jari dan jari tengah sedangkan tangan kanan
memegang ujung barrel dan plugger. Jaga ujung jarum dibawah
cairan. Biarkan tekanan udara membantu mengisi obat dalam
keadaan spuit. Setelah selesai, tarik jarum dari flakon.
b) Ampul : masukkan jarum kedalam ampul. Isap obat. Jaga ujung
jarum berada di bawah cairan setelah selesai tarik jarum dari
ampul
12) Buang udara dalam spuit,tutup kembali kemudian
masukkan ke dalam bak injeksi.
13) Pilih area penusukan kemudian, lakukan disinfeksi dengan
kapas alkohol.
14) Lakukan penyuntikan dengan lubang jarum menghadap ke
atas membentuk sudut 15-200 dari permukaan kulit.
15) Masukkan obat perlahan-lahan hingga terjadi gelembung.
16) Tarik spuit tanpa melakukan masase.
17) Tandai daerah suntikan, tunggu 10 menit perhatikan reaksi
pasien bila ada rasa gatal berarti pasien alergi terhadap obat. Akan
tetapi, jika tidak ada rasa gatal lanjutkan pemberian obat.
18) Rapikan pasien.
19) Rapikan alat.
20) Cuci tangan
21) Dokumentasikan tindakan. (Sigalingging, 2012)
KASUS
PEMBERIAN OBAT ANTOBIOTIK DENGAN CARA INTRACUTAN PADA
NY.M DENGAN ABORTUS IMMINENS DI RUANG PONEK RSD IDAMAN
BANJARBARU
Pengkajian
Hari / Tanggal : Sabtu, 19 Oktober 2019
Jam : 22:50 WITA
A. Data Subjektif
1. Identitas

Istri Suami

Nama Ny. M Tn. A

Umur 21 Tahun 24 Tahun

Agama Islam Islam

Suku/Bangsa Banjar/ Indonesia Banjar/Indonesia

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan IRT TNI

Alamat Asrama Dentipur 8. JL. Ahmad Yani KM 30,5


Kelurahan Guntung Manggis, Banjarbaru

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar flek-flek darah segar pada pukul 22:00 WITA,
tidak ada mules pada bagian perut.
3. Data Riwayat Perkawinan
Ini adalah pernikahan ibu yang pertama, ibu menikah pada usia 21 tahun
dan usia pernikahan kurang lebih 6 bulan .
4. Data Riwayat Kehamilan
Ini merupakan kehamilan ibu yang pertama, ibu melakukan ANC
pertama 2 minggu yang lalu di tempat praktik bidan dan imunisasi TT
sebelum menikah.
5. Data Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelum hamil menggunakan alat kontrasepsi Kondom.
6. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan tidak pernah menderita menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, campak, dan HIV/AIDS dan juga tidak memiliki
penyakit turunan seperti asma, hipertensi, jantung dan diabetes.
7. Pola Kebutuhan Sehari-hari
Nutrisi : Ibu biasa mengkonsumsi nasi, lauk pauk, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
Eliminasi : Eliminasi BAK frekuensi 6 kali dalam sehari, urine
berwarna kuning jernih. Frekuensi BAB 2 kali dalam
sehari, konsistensi lembek berwarna kuning kecoklatan
dan tidak ada masalah.
Aktivitas : Ibu melakukan aktivitas rumah tangga seperti biasa.
8. Data psikososial dan spiritual
Ibu merasa cemas dengan kehamilannya sekarang karena keluarnya flek-
fek darah segar secara tiba-tiba.

B. Data Objektif
Keadaan Umum baik, nadi kuat angkat, kesadaran composmetis, TD :
130/80 mmHg, N : 80x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,0˚C, tinggi badan 157
cm, berat badan 65 kg, LILA 25 cm, inspeksi kepala tampak bersih dan
berwarna rambut hitam. Muka terlihat tidak pucat, tidak sembab, tidak ada
cloasma gravidarum. Mata, konjungtiva berwarna merah muda, warna
sklera putih, reflex pupil normal. Hidung bersih, warna mokusa hidung
normal, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung. Telinga bersih,
kedua daun telinga simetris, tidak ada benjolan abnormal. Mulut, kedua
mokusa bibir simetris, warna mukosa bibir merah muda, bibir lembab, gigi
bersih, dan tidak berlubang, tidak caries, tidak ada sariawan. Leher tidak ada
pembesaran pada vena junggularis. Dada cembung, tidak ada retraksi
dinding dada. Payudara simetris, warna areola mamae hiperpigmentasi,
kelenjar monsgomeri baik, putting menonjol. Abdomen belum tampak
pembesaran pada perut, tidak ada bekas luka operasi,tidak ada garis linea
alba dan nigra. Palpasi TFU tidak teraba, pemeriksaan dalam tidak ada
pembukaan, portio kuncup arah posterior, sarung tangan darah segar.
Ekstrimitas simetris, tidak oedoma, tidak varises, dan warna kuku merah
muda.

C. Assassment ( Diagnosa)
G1P0A0, hamil 8 minggu dengan Abortus Imminens

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga.
2. Melaporkan hasil pemeriksaan pasien kepada dr. SPOg
Advice : - Infus RL 28 TPM
- Cefotaxime 1 gr/ 12 jam
- Ultrogeston 200 mg 2x1 Tablet
3. Memberitahu ibu akan dilakukan pemasangan infus karena akan
dimasukkan obat antibiotik lewat infus
4. Memasang infus RL
5. Menyiapkan injeksi Cefotaxime 1 gr / IV
6. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu akan diberikan injeksi antibiotik dan
sebelumnya akan dilakukan penyuntikan dibawah kulit sedikit untuk
mengetahui ibu ada alergi pada obat atau tidak
7. Menyiapkan alat-alat untuk penyuntikan intracutan : sarung tangan satu
pasang, spuit steril 10 cc dan 1 cc, bak instrument, perlak dan alasnya,
wastafel/tempat cuci tangan, handuk/ kain untuk mengeringkan tangan,
bengkok, alcohol swabs, obat cefotaxime 1 vial, aquadest, daftar pemberi
obat, Waskom berisi larutan klorin 0,5%.
8. Menyuntik dengan cara intracutan yaitu : beri penjelasan kepada ibu
tentang prosedur yang akan dilakukan, siapkan peralatan ke dekat pasien,
pasang sampiran , atur posisi ibu senyaman mungkin, cuci tangan dengan
sabun dibawah air mengalir lalu keringkan dengan handuk, memakai
sarung tangan ( untuk melindungi petugas dari infeksi), bebaskan daerah
yang akan disuntik dari pakaian yaitu permukaan ventral ( lengan bawah
bagian dalam) pasang pengalas di bawah daerah yang akan di suntik,
bersihkan area penyuntikan menggunakan alcohol swabs dengan gerakan
silkuler dan arah keluar dengan diameter sekitar 5 cm, kemudian tunggu
sampai kering, tegangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan
kiri, tusukan jarum ke dalam kulit dengan lubang jarum menghadap ke
atas dan jarum dengan permukaan kulit membentuk sudut 15-20˚,
kemudian kulit agak diangkat ke atas, masukan obat perlahan sampai
terjadi gelembung berwarna putih pada kulit, Tarik jarum keluar setelah
obat masuk dan jangan lakukan massage, beri tanda dengan pena dengan
diameter kurang lebih 2 cm untuk tes alergi, instruksikan klien untuk
tidak menggosok area tersebut, kembalikan posisi klien, bersihkan alat isi
spuit dengan larutan klorin 0,5% sebelum di buang, lepaskan sarung
tangan (sebelum sarung tangan di lepas cuci menggunakan larutan klorin
0,5%) rendam selama 10 menit, cuci tangan dengan sabun dibawah air
mengalir, keringkan tangan menggunakan handuk
9. Setelah 10-15 menit observasi kulit ada tidaknya tanda alergi pada
suntikan intracutan cefotaxime . ibu tidak ada tanda-tanda alergi kulitnya,
tidak kemerahan, tidak bengkak, dan tidak gatal, Observasi adanya reaksi
sistemik ibu tidak ada mual dan muntah
10. Memberitahu keluarga bahwa ibu akan di pindahkan ke ruang
merpati untuk dilakukan observasi.
11. Mengantar pasien ke ruang merpati
12. Melakukan dokumentasi dalam bentuk SOAP

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. A. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter, & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Buku 2 . Jakarta: Salemba
Medika.
Sigalingging, G. (2012). Buku Panduan Laboratorium Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC.
Widyatun, D. (2012). Pemberian Obat Melalui Intracutan . Yogyakarta: Salemba
Medika.
Chuningham. 1995. Obstetri William. EGC, Jakarta
Manuaba, IGB. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri. EGC, Jakarta
Manuaba, IGB. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. EGC, Jakarta
Mansjoer, arif ,dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3.Jilid1.Media
Aesculapius FKUI, Jakarta
Mochtar R.. 1998. Sinopsis Obstetri Fisiologi.Cetakan ke-II. EGC, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2001.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Prawirohario.Sarwono, 2007.Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
Sastrawirsata Sulaeman, 1984. Obstetri Patologi. FKUP Bandung, Bandung
Syaifudin, Abdul Bakri. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.YBP-SP, Jakarta
Winknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. YBP-SP, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai