Disusun Oleh :
Kelompok 4
Vita Septiana (01031181823010)
Tasia Veronica (01031181823028)
Arza Mayori (01031181823029)
Nadia Sandika (01031181823031)
Sinta Septriana (01031281823083)
Adi Budi Purnomo (01031281823112)
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami hadapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat sertakarunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Etika Bisnis yang berjudul “Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan / Corporate Social Responsibility (CSR).”
Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini
kami susun sedemikian rupa sehingga dapat memperluas wawasan kita dan
lebih memahami menerapkan teori etika dalam kehidupan bisnis dan keseharian.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna
dan terdapat beberapa kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran dari
semua pihak diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembenahan
makalah yang kami selesaikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB 1..........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
BAB III......................................................................................................................................21
PENUTUP..................................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................21
ii
3.2 Saran.........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................23
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
4. Apa Saja Tanggung Jawab Ekonomis Dan Tanggung Jawab Sosial ?
5. Bagaimana Kinerja Sosial Perusahaan?
6. Bagaimana Implementasi Tanggung Jawab Sosial?
7. Bagaimana Kasus-Kasus terkait Tanggung Jawab Sosial ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pengadilan, mempunyai milik, mengadakan kontrak, dll. Seperti subyek
hukum biasa (manusia perorangan), perusahaan pun harus mentaati perturan
hukum dan memenuhi hukumannya, bila terjadi pelanggaran. “Suatu
korporasi adalah suatu makhluk buatan, tidak terlihat, tidakterwujud, dan
hanya berada di mata hukum. Karena semata – mata ciptaan hukum, ia
hanya memilki ciri-ciri yang oleh akta pendiriannya diberikan kepada…”
(Hakim Agung, Marshal,1819).
4
Apakah pimpinan perusahaan atau orang-orang pebentuk perusahaan
merupakan pelaku moral. Mereka masing-masing miliki status moral. Yang
dipersoalkan adalah apakah perusahaan sendiri merupakan pelaku moral,
terlepas dari orang yang termasuk dalam perusahaan ini. Ada argument pro
dan kontra. Disatu pihak harus diakui bahwa hanya individu atau manusia
perorangan yang mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan, dan
akibatnya hanya individu yang dapat memikul tanggung jawab. Tetapi di
lain pihak sulit juga untuk mnerima pandangan bahwa perusahaan hanyalah
semacam benda mati yang dikemudikan oleh para manager.
Perusahaan yang mepunyai sejarah tertentu yang sering dilukiskan
pada kesempatan yubileum 100 tahun berdirinya atau sebagainya.,
perusahaan bisa tumbuh, perusahaan bisa menjalankan pengaruh atas politik
local, kita sering mendengar ada corporate culture yang tertentu, dan
sebagainya. Ciri-ciri tersebut tidak mungkin ditemukan pada benda mati.
5
mesti dicapai dengan mengorbankan kepentingan pihak lain, termasuk
masyarakat luas. Bahkan jangan hanya karena demi keuntungan, perusahaan
bersikap arogan tidak peduli pada kepentingan pihak-pihak lain. Sebaliknya,
kendati secara moral dibenarkan bahwa perusahaan memang punya tujuan
utama mengejar keuntungan, keuntungan itu harus dicapai dengan tetap
memperdulikan kepentingan banyak orang lain.
6
b) Kesejahteraan Sosial Umum
Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial dimaksudkan
untuk membantu memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kegiatan-kegiatan sosial ini sangat beragam, misalnya
menyumbangkan dana untuk membangun rumah ibadah, membangun
prasarana dan fasilitas sosial dalam masyarakat (listrik, jalan, air,
tempat rekreasi dan sebagainya), melakukan penghijauan, menjaga
sungai dari pencemaran atau ikut membersihkan sungai dari polusi,
melakukan pelatihan Cuma-cuma bagi pemuda yang tinggal di sekitar
perusahaan, memberi beasiswa kepada anak dari keluarga yang
kurang mampu ekonomi dan seterusnya.
c) Memenuhi Aturan Hukum Yang Berlaku Dalam Suatu
Masyarakat
Lingkup tanggung jawab sosial perusahaan yang ketiga adalah
memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, baik
yang menyangkut kepentingan bisnis maupun yang menyangkut
kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai bagian integral dari
masyarakat, perusahaan mempunyai kewajiban dan juga kepentingan
untuk menjaga ketertiban dan keteraturan sosial. Tanpa hal tersebut
kegiatan bisnis perusahaan tersebut pun tidak akan berjalan.
Salah satu bentuk dan wujud paling konkrit dari upaya menjaga
ketertiban dan keteraturan sosial ini sebagai wujud tanggung jawab
sosial perusahaan adalah dengan mematuhi aturan hukum yang
berlaku. Kalau perusahaan tidak mematuhi aturan hukum yang ada,
sebagaimana halnya semua orang lainnya, maka ketertiban dan
keraturan masyarakat tidak akan terwujud. Jadi, perusahaan
mempunyai tanggung jawab sosial dan moral untuk taat pada aturan
bisnis yang ada, tidak hanya demi kelangsungan bisnis, melainkan
juga demi menjaga ketertiban dan keteraturan baik dalam iklim bisnis
maupun keadaan sosial pada umumnya.
7
d) Lingkungan Alam
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan alam ini
diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap masa depan bumi yang
dapat berupa sikap menghindarkan diri dari kegiatan mencemari
lingkungan (pollution) atau pengurasan sumber daya alam
(exploitation) ketika melakukan kegiatan perusahaan. Perusahaan
secara terus menerus mengembangkan metode alternatif, baik dalam
menangani kotoran, limbah berbahaya, maupun sampah biasa
sebagaimana diwajibkan dalam UU No. 32/2009 tentang Lingkungan
Hidup.
8
Tanggung jawab perusahaan adalah meningkatkan keuntungan
menjadi sebesar mungkin. Tanggung jawab ini diletakkan dalam tangan
manajer. Pelaksanaanya tentu harus sesuai dengan aturan-aturan main yang
berlaku di masyarakat, baik dari segi hukum, maupun dari segi kebiasaan
etis. Tetapi manajer tidak mempunyai tujuan lain dan pasti tidak terikat
dengan tujuan-tujuan sosial yang asing terhadap tugasnya untuk
menghasilkan keuntungan sebesar mungkin untuk perusahaan.
9
sebesar mungkin. Modal yang ditanamkan di dalamnya harus diperoleh
kembali dalam jangka waktu yang wajar (return on investment), bersama
dengan laba yang wajar pula, hal itu merupakan tanggung jawab ekonomis
perusahaan. Tanggung jawab ekonomis ini mempunyai aspek sosial yang
penting, kinerja setiap perusahaan menyumbangka kepada kinerja ekonomi
nasional, dengam sendirinya memberi kontribusi yang berarti kepada
kemakmuran masyarakat. Hal itu terutama kita sadari dalam keadaan krisis,
bila terjadi banyak pemutusan hubungan kerja dan banyak perusahaan harus
menghentikan kegiatannya.
Contoh di bidang sosial hidup, misalnya bagi suatu pabrik kertas, yang
paling menguntungkan dari segi ekonomis adalah membuang limbah
industrinya ke dalam sungai saja. Setiap cara lain akan mengakibatkan biaya
10
produksi naik, sehingga dari segi ekonomis menjadi tidak menarik.
Membuang limbah industri itu di tempat lain akan memakan biaya
transportasi yang besar. Membangun instalasi pengolahan limbah hingga
menjadi cairan yang tidak berbahaya, akan memakan biaya yang lebih besar
lagi. Dari segi ekonomis, jalan keluar yang paling efektif adalah membuang
limbah ke dalam sungai. Satiap cara lain akan memberatkan pengeluaran
bagi perusahaan, sehingga mengurangi keuntungan. Hanya saja, membuang
limbah dalam sungai akan mengurangi banyak pihak lain. Masyarakat di
sekitar pabrik tidak lagi bisa memanfaatkan air sungai umtuk kepentingan
rumah tangga, seperti mandi atau cuci pakaian. Jika membedakan tanggung
jawab sosial dalam arti positif dan dalam arti negatif, langsung menjadi jelas
konsekuensinya dalam rangka etika bisnis memang memikul tanggung
jawab dalam arti negatif karena tidak boleh melakukan kegiatan yang
merugikan masyarakat.
11
secara langsung dikejar keuntungan, namun usaha-usaha kinerja sosial ini
tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab ekonomis perusahaan. Di sini
tertap berlaku bahwa bisnis bukan karya amal. Dan perbedaan yang
menentukan antara keduanya adalah pencarian keuntungan. Hanya saja,
keuntungan bisa dicari secara langsung atau melalui jalan putar yang
panjang. Kinerja sosial perusahaan akhirnya bertujuan juga untuk mencari
keuntungan.
12
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
Konsep CSR yang terdapat dalam UU Perseroan Terbatas juga
mencakup lingkungan. Jadi, secara resmi, UU ini menggunakan istilah
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). UU ini mengatur
kewajiban bagi perseroan yang berkaitan dengan sumber daya alam
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pasal 74
ayat (1) UU PT berbunyi, “Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.” Bila
ketentuan ini tidak dijalankan, maka ada sanksi yang akan dijatuhkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas
Pemerintah menerbitkan PP No. 47 Tahun 2012 sebagai peraturan
pelaksana dari Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007. PP No. 47 Tahun
2012 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
ini hanya berisi sembilan pasal. Salah satu yang diatur adalah
mekanisme pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
perseroan. Pasal 4 ayat (1) PP No. 47 Tahun 2012 menyebutkan,
“Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh Direksi
berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan setelah mendapat
persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar
Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-
undangan.”
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
UU Penanaman Modal juga menyelipkan satu pasal yang mengatur
CSR. Pasal 15 huruf b berbunyi: “Setiap penanam modal berkewajiban:
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Penjelasan Pasal 15
huruf menambahkan bahwa yang dimaksud dengan “tanggung jawab
sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap
13
perusahaan penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang
serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya masyarakat setempat.
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi
UU Minyak dan Gas Bumi memang tidak secara tersurat mengatur
tanggung jawab sosial perusahaan. Namun, bila dibaca secara seksama,
ada satu aturan yang secara tersirat menyinggung mengenai CSR.
Ketentuan itu adalah Pasal 11 ayat (3) huruf p, yang berbunyi, “Kontrak
Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat
paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu: pengembangan
masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.”
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara
UU Minerba tidak menyebut tanggung jawab sosial secara tersurat,
tetapi menggunakan istilah program pengembangan dan pemerdayaan
masyarakat. Pasal 108 ayat (1) UU Minerba menyebutkan bahwa
“Pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha
Pertambangan Khusus) wajib menyusun program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat.” Pasal 1 angka 28 UU Minerba
mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai “usaha untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun
kolektif, agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.”
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
PP No. 23 Tahun 2010 merupakan aturan pelaksana dari UU Minerba.
PP ini menjelaskan lebih lanjut mengenai pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat yang telah disinggung oleh UU Minerba.
Ada satu bab khusus, yakni BAB XII, yang terdiri dari empat pasal
yang mengatur pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Salah
satunya adalah Pasal 108 yang berbunyi, “Setiap pemegang IUP
14
Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan
laporan realisasi program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat setiap 6 (enam) bulan kepada menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.” Pelanggaran terhadap
kewajiban ini dapat dikenakan sanksi administratif.
7. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi
UU Panas Bumi juga memiliki satu pasal yang mengatur mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan. UU ini menyebutkan istilah
tanggung jawab sosial perusahaan dan pengembangan masyarakat
sekaligus. Pasal 65 ayat (2) huruf b berbunyi: “Dalam pelaksanaan
pelenyelenggaraaan Panas Bumi masyarakat berhak untuk: memperoleh
manfaat atas kegiatan pengusahaan Panas Bumi melalui kewajiban
perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan
dan/atau pengembangan masyarakat sekitar.”
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir
Miskin
Setidaknya ada dua pasal yang menyinggung CSR dalam UU No. 13
Tahun 2011. Pertama, Pasal 36 ayat (1) huruf c yang menyatakan
bahwa salah satu sumber pendanaan dalam penanganan fakir miskin,
adalah dana yang disisihkan dari perusahaan perseroan. Ketentuan ini
ditegas oleh Pasal 36 ayat (2) yang berbunyi, “Dana yang disisihkan
dari perusahaan perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
digunakan sebesar-besarnya untuk penanganan fakir miskin.” Selain itu,
ada pula Pasal 41 yang menggunakan istilah pengembangan
masyarakat. Pasal 41 ayat (3) menjelaskan bahwa pelaku usaha
berperan serta dalam menyediakan dana pengembangan masyarakat
sebagai perwujudan dari tanggung jawab sosial terhadap penanganan
fakir miskin.
15
2.7 Kasus Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia
16
tahun yang panjang di mana sejumlah temuan menunjukkan perusahaan
telah melanggar peraturanlingkungan.
4. Teknologi yang tak layak. Erosi dari limbah batuan mencemari perairan
di gunung dan gundukan limbah batuan yang tidak stabil telah
menyebabkan sejumlah kecelakaan.
6. Logam berat pada tanaman dan satwa liar. Dibandingkan dengan tanah
alami hutan, tailing Freeport mengandung tingkat racun logam selenium
(Se), timbal (Pb), arsenik (As), seng (Zn), mangan (Mn) dan tembaga
(Cu) yang secara signifikan lebih tinggi.
17
9. Gangguan ekologi. Freeport sempat menyatakan bahwa “Muara di hilir
daerah pengendapan tailing kami adalah ekosistem yang berfungsi dan
beraneka ragam dengan ikan dan udang yang melimpah.”
10. Dampak pada Taman Nasional Lorenz. Taman Nasional Lorenz yang
terdaftar sebagai Warisan Dunia wilayahnya mengelilingi daerah
konsesi Freeport.
Analis kasus :
18
upaya dari pemerintah untuk mempererat hukum bagi perusahaan ini
sehingga kekayaan tanah papua tidak begitu saja diambil oleh orang asing.
19
PUSRI, dikarenakan pencemaran amonia telah terjadi berkali-kali dan telah
merugikan kesehatan baik fisik maupun jiwa bagi warga sekitar bahkan
mengancam nyawa.
Persoalan lingkungan hidup manusia yang tercemar oleh aktifitas
industri PT. Pusri merupakan pelanggaran hukum yang berat dan
bertentangan dengan UUD 1945 dan UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
serta UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Pasal 87 ayat (1) UU No.32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang berbunyi “Tiap penanggung jawab
usaha atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa
pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian
pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi atau
melakukan tindakan tertentu,”. Pelanggaran tersebut semestinya telah
diketahui pihak yang berwenang dan dilakukan tindakan hukum
berdasarkan sanksi administratif sesuai UU No. 32 tahun 2009 pasal 99.
Dilansir dari detiknews 1 November 2018, sebanyak 25 warga
Palembang, Sumatera Selatan, terpapar amonia dari pabrik PT Pupuk
Sriwidjaja (Pusri). Ada warga yang muntah hingga harus dilarikan ke rumah
sakit. Melihat banyak anak kecil yang muntah-muntah, warga langsung
membawa mereka ke RS Graha Pusri Medika. Seluruh yang terkena dampak
langsung ditangani tim medis dan diperbolehkan dokter pulang malam itu
juga.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah kepedulian perusahaan
terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada sekedar
terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dalam perkembangan etika bisnis
yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih komprehensif mengenai
lingkup tanggung jawab sosial perusahaan. Sampai sekarang ada empat
bidang yang dianggap dan diterima sebagai ruang lingkup tanggung jawab
sosial perusahaan.
21
3.2 Saran
Setiap perusahaan perlu dan wajib untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan karena kinerjja suatu perusahaan dapat berjalan
lancar ketika mereka mau peduli dengan keadaan di sekitarnya dan tidak
semata-mata hanya mementingkan kepentingan perusahaan saja. Misalnya,
mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan segala cara
yang mengakibatkan pihak-pihak lain merasa dirugikan. Disini diperlukan
hati nurani setiap individu dalam perusahaan tersebut untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial itu. Tentu saja hal ini akan bermanfaat bagi
kehidupan perusahaan dalam jangka panjang. Masyarakat pun akan
mendukung setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan asalkan tidak
merugikan yang ada di sekitarnya dan semakin tumbuh rasa kepercayaan
masyarakat terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
http://bagbaginfo.blogspot.com/2016/06/tanggung-jawab-sosial-perusahaan.html
(diakses pada September 2020)
23