Anda di halaman 1dari 27

ETIKA BISNIS

MAKALAH TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

Dosen Pengampu : Emylia Yuniarte, S.E., M.Si, Ak

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Vita Septiana (01031181823010)
Tasia Veronica (01031181823028)
Arza Mayori (01031181823029)
Nadia Sandika (01031181823031)
Sinta Septriana (01031281823083)
Adi Budi Purnomo (01031281823112)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami hadapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat sertakarunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Etika Bisnis yang berjudul “Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan / Corporate Social Responsibility (CSR).”
Terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini
kami susun sedemikian rupa sehingga dapat memperluas wawasan kita dan
lebih memahami menerapkan teori etika dalam kehidupan bisnis dan keseharian.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih belum sempurna
dan terdapat beberapa kekurangan di dalamnya. Kritik dan saran dari
semua pihak diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pembenahan
makalah yang kami selesaikan.

Palembang ,06 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB 1..........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah......................................................................................2

BAB II..........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..........................................................................................................................3

2.1 Tanggung Jawab Legal dan Moral Perusahaan...........................................................3

2.1.1 Tanggung Jawab Legal.......................................................................................3

2.1.2 Tanggung Jawab Moral Perusahaan....................................................................4

2.2 Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan..................................................5

2.3 Pandangan Milton Friedman Tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan................8

2.4 Tanggung Jawab Ekonomis Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.......................9

2.5 Kinerja Sosial Perusahaan........................................................................................11

2.6 Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan...................................................12

2.7 Kasus Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia......................................16

2.7.1 Kebobrokan Freeport – Pencemaran Lingkungan dan Pelanggaran HAM


Perusahaan Emas Terbesar di Indonesia...........................................................16

2.7.2 Pelanggaran Terhadap Landasan Hukum CSR yang Dilakukan PT PUSRI......19

BAB III......................................................................................................................................21

PENUTUP..................................................................................................................................21

3.1 Kesimpulan...............................................................................................................21

ii
3.2 Saran.........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................23

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu topik bisnis
yang banyak dibicarakan. Topik ini sekaligus menarik, karena menimbulkan
perdebatan seru baik pada tingkat filosifis-teoretis maupun pada tingkat
praktis. Antara lain dipersoalkan dan diperdebatkan mengenai apakah
memang perusahaan punya tanggung jawab moral dan sosial? Kalaupun
ada,manakah lingkup tanggung jawab itu? Apakah dalam kaitan dengan
tanggung jawab sosial perusahaan itu, suatu perlu ketrlibatan dalam
kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat atau tidak? Bagaimana
tanggung jawab perusahaan itu dapat dioprasionalkan dalm suatu
perusahaan?

Tanggung jawab sosial perusahaan menunjukan kepedulian


perusahaanterhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas
daripada hanya sekedarkepentingan perusahaan saja. Tanggung jawab
dari perusahan (Corporate Social Responsibility ) merujuk pada
semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan
semua stake holder,termasuk didalamnya adalah pelangganatau
customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah,
supplier bahkan juga competitor.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Tanggung Jawab Legal dan Moral Perusahaan ?
2. Apa saja Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan?
3. Bagaimana Pandangan Milton Friedman Tentang Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan?

1
4. Apa Saja Tanggung Jawab Ekonomis Dan Tanggung Jawab Sosial ?
5. Bagaimana Kinerja Sosial Perusahaan?
6. Bagaimana Implementasi Tanggung Jawab Sosial?
7. Bagaimana Kasus-Kasus terkait Tanggung Jawab Sosial ?

1.3 Tujuan Penyusunan Makalah


1. Untuk Mengetahui Tanggung Jawab Legal Perusahaan dan Moral
Perusahaan
2. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Tanggung Jawab Moral Perusahaan
3. Untuk Mengetahui Pandangan Milton Friedman Tentang Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan
4. Untuk Mengetahui Tanggung Jawab Ekonomis Dan Tanggung Jawab
Sosial
5. Untuk Mengetahui Kinerja Sosial Perusahaan
6. Untuk Memahami Implementasi Kasus Tanggung Jawab Sosial
7. Untuk Memahami Kasus-Kasus terkait Tanggung Jawab Sosial

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanggung Jawab Legal dan Moral Perusahaan

2.1.1 Tanggung Jawab Legal


Dr.A.Sonny Keraf (1998:116-118) ,mengemukakan bahwa sebagai
badan hukum, perusahaan mempunyai hak-hak legal tertentu sebagaimana
dimiliki oleh manusia. Misalnya ; hak milik pribadi, hak paten, hak atas
merek tertentu, dan sebagainya. Sejalan dengan itu, perusahaan juga
mempunyai kewajiban legal untuk menghormati hak legal perusahaan lain :
tidak boleh merampas hak perusahaan lain.
Perusahaan memang memiliki tanggung jawab, tetapi hanya terbatas
pada tanggung jawab legal yaitu tanggung jawab memenuhi aturan hukum
yang ada. Hanya ini tanggung jawab perusahaan, karena perusahaan
memang dibangun atas dasar hukum untuk kepentingan pendiri dan bukan
untuk pertama-tama melayani masyarakat.
Secara lebih tegas itu berarti, berdasarkan pemahaman mengenai
status perusahaan di atas, jelas bahwa perusahaan tidak punya tanggung
jawab moral dan sosial. Pertama , karena perusahaan bukanlah moral
person yang memiliki akal budi dan kemauan bebas dalam bertindak.
Kedua, dalam kaitan dengan pandangan legal-recognition, perusahaan
dibangun oleh orang atau kelompok orang tertentu untuk kepentingannya
dan bukan untuk melayani kepentingan masyarakat. Karena itu, pada
dasarnya perusahaan tidak punya tanggung jawab moral dan sosial.
Perusahaan harus mempunyai tanggung jawab legal, karena sebagai
badan hukum ia memilki status legal. Karena merupakan badan hukum,
perusahaan mempunyai banyak hak dan kewajiban legal yang dimiliki juga
oleh manusia perorangan, seperti menuntut di pengadilan, dituntut di

3
pengadilan, mempunyai milik, mengadakan kontrak, dll. Seperti subyek
hukum biasa (manusia perorangan), perusahaan pun harus mentaati perturan
hukum dan memenuhi hukumannya, bila terjadi pelanggaran. “Suatu
korporasi adalah suatu makhluk buatan, tidak terlihat, tidakterwujud, dan
hanya berada di mata hukum. Karena semata – mata ciptaan hukum, ia
hanya memilki ciri-ciri yang oleh akta pendiriannya diberikan kepada…”
(Hakim Agung, Marshal,1819).

2.1.2 Tanggung Jawab Moral Perusahaan


Supaya mempunyai tanggung jawab moral, perusahaan perlu berstatus
moral atau dengan kata lain perlu merupakan pelaku moral. Pelaku moral
(moral agent) bisa melakukan perbuatan yang kita beri kualifikasi etis atau
tidak etis. Untuk itu salah satu syarat yang penting adalah memiliki
kebebasan atau kesanggupan mengambil keputusan bebas.
Tanggung jawab moral perusahaan hanya mempunyai makna teoritis
saja dan tidak ada konsekuensi untuk praktek bisnis, sebab seandainya
perusahaan sendiri terlepas dari orang-orang yang bekerja di dalamnya tidak
merupakan pelaku moral dan karena itu tidak bisa memikul tanggung jawab
moral, namun pimpinan perusahaan tetap merupakan pelaku moral dan
akibatnya memikul tanggung jawab moral atas keputusan yang mereka
ambil.

Ciri-ciri yang ditentukan dalam akte pendirian korporasi bisa


mengakibatkan bahwa korporasi itu berperan penting dan mempunyai
dampak besar atas dunia di sekelilingnya. Supaya mempunyai tanggung
jawab moral, perusahaan perlu berstatus moral atau dengan kata lainper;l
merupakan pelaku moral. Pelaku moral (moral agent) bisa melakukan
perbuatan yang kita beri kualifikasi etis atau tidak etis. Salah satu syarat
penting adalah miliki kebebasan atau kesanggupan mengambil keputusan
bebas.

4
Apakah pimpinan perusahaan atau orang-orang pebentuk perusahaan
merupakan pelaku moral. Mereka masing-masing miliki status moral. Yang
dipersoalkan adalah apakah perusahaan sendiri merupakan pelaku moral,
terlepas dari orang yang termasuk dalam perusahaan ini. Ada argument pro
dan kontra. Disatu pihak harus diakui bahwa hanya individu atau manusia
perorangan yang mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan, dan
akibatnya hanya individu yang dapat memikul tanggung jawab. Tetapi di
lain pihak sulit juga untuk mnerima pandangan bahwa perusahaan hanyalah
semacam benda mati yang dikemudikan oleh para manager.
Perusahaan yang mepunyai sejarah tertentu yang sering dilukiskan
pada kesempatan yubileum 100 tahun berdirinya atau sebagainya.,
perusahaan bisa tumbuh, perusahaan bisa menjalankan pengaruh atas politik
local, kita sering mendengar ada corporate culture yang tertentu, dan
sebagainya. Ciri-ciri tersebut tidak mungkin ditemukan pada benda mati.

Menurut Peter Frence 1979, “corporate can be full-fledge moral


person and have whatever previleges, rights and duties as are. In the normal
course of affairs, accorded to moral persons”. Pernyataan ini jelas membela
status moral perusahaan. Ada keputusan yang diambil oleh korporasi yang
hanya bisa dihubungkan dengan korporasi itu sendiri dan tidak dengan
beberapa orang yang bekerja untuk korporasi tersebut.

2.2 Ruang Lingkup Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Tanggung jawab sosial menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap
kepentingan pihak-pihak lain secara luas daripada sekadar terhadap
kepentingan perusahaan belaka. Dengan konsep tanggung jawab sosial
perusahaan mau dikatakan bahwa kendati secara moral adalah baik bahwa
perusahaan hampir meraih keuntungan, tidak dengan sendirinya perusahaan
dibenarkan untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan
kepentingan pihak-pihak lain. Artinya, keuntungan dalam bisnis ini tidak

5
mesti dicapai dengan mengorbankan kepentingan pihak lain, termasuk
masyarakat luas. Bahkan jangan hanya karena demi keuntungan, perusahaan
bersikap arogan tidak peduli pada kepentingan pihak-pihak lain. Sebaliknya,
kendati secara moral dibenarkan bahwa perusahaan memang punya tujuan
utama mengejar keuntungan, keuntungan itu harus dicapai dengan tetap
memperdulikan kepentingan banyak orang lain.

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan sesungguhnya mengacu


pada kenyataan, bahwa perusahaan adalah badan hukum yang dibentuk oleh
manusia dan terdiri dari manusia. Ini menunjukkan bahwa sebagaimana
halnya manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, demikian pula perusahaan
(sebagai lembaga yang terdiri dari manusia-manusia) tidak bisa hidup,
beroperasi, dan memperoleh keuntungan tanpa pihak lain. Ini menuntut agar
perusahaan pun perlu dijalankan dengan tetap bersikap tanggap, peduli, dan
tanggung jawab atas hak dan kepentingan pihak lainnya.

Dengan demikian, konsep tanggung jawab sosial dan moral


perusahaan mengandung makna bahwa suatu perusahaan harus bertanggung
jawab atas tindakan dan kegiatan lainnya yang mempunyai pengaruh atas
orang-orang tertentu, masyarakat, dan lingkungan di mana perusahaan itu
beroperasi. Ruang lingkup tanggung jawab sosial perusahaan, yaitu:

a) Stakeholders Atau Pihak - Pihak Terkait Yang Punya


Kepentingan
Lingkup tanggung jawab sosial ini memperlihatkan bahwa yang
disebut tanggung jawab sosial perusahaan adalah hal yang sangat
konkrit. Jika perusahaan punya tanggung jawab sosial dan moral
berarti perusahaan tersebut secara moral dituntut dan menuntut diri
untuk bertanggung jawab atas hak dan kepentingan pihak-pihak terkait
yang mempunyai kepentingan, seperti konsumen, buruh, investor,
kreditor, pemasok, penyalur, masyarakat setempat, pemerintah dan
lain-lain.

6
b) Kesejahteraan Sosial Umum
Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial dimaksudkan
untuk membantu memajukan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kegiatan-kegiatan sosial ini sangat beragam, misalnya
menyumbangkan dana untuk membangun rumah ibadah, membangun
prasarana dan fasilitas sosial dalam masyarakat (listrik, jalan, air,
tempat rekreasi dan sebagainya), melakukan penghijauan, menjaga
sungai dari pencemaran atau ikut membersihkan sungai dari polusi,
melakukan pelatihan Cuma-cuma bagi pemuda yang tinggal di sekitar
perusahaan, memberi beasiswa kepada anak dari keluarga yang
kurang mampu ekonomi dan seterusnya.
c) Memenuhi Aturan Hukum Yang Berlaku Dalam Suatu
Masyarakat
Lingkup tanggung jawab sosial perusahaan yang ketiga adalah
memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, baik
yang menyangkut kepentingan bisnis maupun yang menyangkut
kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai bagian integral dari
masyarakat, perusahaan mempunyai kewajiban dan juga kepentingan
untuk menjaga ketertiban dan keteraturan sosial. Tanpa hal tersebut
kegiatan bisnis perusahaan tersebut pun tidak akan berjalan.
Salah satu bentuk dan wujud paling konkrit dari upaya menjaga
ketertiban dan keteraturan sosial ini sebagai wujud tanggung jawab
sosial perusahaan adalah dengan mematuhi aturan hukum yang
berlaku. Kalau perusahaan tidak mematuhi aturan hukum yang ada,
sebagaimana halnya semua orang lainnya, maka ketertiban dan
keraturan masyarakat tidak akan terwujud. Jadi, perusahaan
mempunyai tanggung jawab sosial dan moral untuk taat pada aturan
bisnis yang ada, tidak hanya demi kelangsungan bisnis, melainkan
juga demi menjaga ketertiban dan keteraturan baik dalam iklim bisnis
maupun keadaan sosial pada umumnya.

7
d) Lingkungan Alam
Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan alam ini
diwujudkan dalam bentuk kepedulian terhadap masa depan bumi yang
dapat berupa sikap menghindarkan diri dari kegiatan mencemari
lingkungan (pollution) atau pengurasan sumber daya alam
(exploitation) ketika melakukan kegiatan perusahaan. Perusahaan
secara terus menerus mengembangkan metode alternatif, baik dalam
menangani kotoran, limbah berbahaya, maupun sampah biasa
sebagaimana diwajibkan dalam UU No. 32/2009 tentang Lingkungan
Hidup.

2.3 Pandangan Milton Friedman Tentang Tanggung Jawab Sosial


Perusahaan
Yang dimaksud disini dengan tanggung jawab sosial perusahaan
adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung
jawab moral perusahaan bisa diarahkan kepada banyak hal : kepada diri
sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain, dan seterusnya.
Namun yang paling disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap
masyarakat dalam kegiatan perusahaan tersebut. Hampir semua pengarang
tentang etika bisnis akan menerima perlunya tanggung jawab sosial
perusahaan. Tetapi pendekatannya sering kali sangat berbeda.

Milton Friedman adalah profesor emeritus dari Universitas


Chicago dan pemenang Hadiah Nobel bagian ekonomi pada tahun 1976. Ia
sudah merumuskan pandangannya tentang tanggung jawab sosial
perusahaan dalam bukunya,Capitalism and Freedom (1962). Tetapi yang
jadi masyhur dalam konteks ini adalah tulisan kecilnya yang dimuat dalam
New York Times Magazine,13 september 1970, dengan judul The social
responsibility of business is to incrase its profits.

8
Tanggung jawab perusahaan adalah meningkatkan keuntungan
menjadi sebesar mungkin. Tanggung jawab ini diletakkan dalam tangan
manajer. Pelaksanaanya tentu harus sesuai dengan aturan-aturan main yang
berlaku di masyarakat, baik dari segi hukum, maupun dari segi kebiasaan
etis. Tetapi manajer tidak mempunyai tujuan lain dan pasti tidak terikat
dengan tujuan-tujuan sosial yang asing terhadap tugasnya untuk
menghasilkan keuntungan sebesar mungkin untuk perusahaan.

Menurut Friedman maksud dari perusahaan adalah perusahaan publik


dimana kepemilkan terpisah dari manajemen. Para manajer hanya
menjalakan tugas yang dipercayakan kepada mereka oleh para pemegang
saham. Sehingga tanggung jawab social boleh dijalankan oleh para manajer
secara pribadi, seperti juga oleh orang lain, akan tetapi sebagai manajer
mereka mereka mewakili pemegang saham dan tanggung jwab mereka
adalah mengutamakan kepentingan mereka, yakni memperoleh keuntungan
sebanyak mungkin.

Friedman menyimpulkan bahwa doktrin tanggung jawab social dari


bisnis merusak system ekomoni pasar bebas. Terdapat satu dan hanya satu
tanggung jawab social untuk bisnis, yakni memanfaatkan sumber daya nya
dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan
keuntungan, selama masih dalam batas aturan main, artinya melibatkan diri
dalam kompetisi yang terbuka dan bebas tanpa penipuan atau kecurangan.

2.4 Tanggung Jawab Ekonomis Dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

2.4.1 Tanggung Jawab Ekonomis

Tanggung jawab ekonomis perusahaan adalah usaha perusahaan agar


kinerja ekonomisnya selalu baik.  Dalam kapitalisme liberalistis tanggung
jawab itu dilihat sebagai profit maximization atau mendapat untung

9
sebesar mungkin. Modal yang ditanamkan di dalamnya harus diperoleh
kembali dalam jangka waktu yang wajar (return on investment), bersama
dengan laba yang wajar pula, hal itu merupakan tanggung jawab ekonomis
perusahaan. Tanggung jawab ekonomis ini mempunyai aspek sosial yang
penting, kinerja setiap perusahaan menyumbangka kepada kinerja ekonomi
nasional, dengam sendirinya memberi kontribusi yang berarti kepada
kemakmuran masyarakat. Hal itu terutama kita sadari dalam keadaan krisis,
bila terjadi banyak pemutusan hubungan kerja dan banyak perusahaan harus
menghentikan kegiatannya.

2.4.2 Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawabnya


terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomis, kegiatan-kegiatan
yang dilakukan perusahaan demi suatu kegiatan sosial dengan tidak
memperhitungkan untung atau rugi ekonomis. Hal itu bisa terjadi dengan
dua cara, yaitu positif dan negatif. Secara positif, perusahaan bisa
melakukan kegiatan yang tidak membawa keuntungan ekonomis dan
semata-mata dilangsungkan demi kesejahteraan masyarakat atau satu
kelompok di dalamnya, contoh yang sering terjadi adalah penyelenggaraan
pelatihan keterampilan untuk pengangguran atau mendirikan panti asuhan
untuk anak-anak yatim piatu. Jika perusahaan melibatkan diri dalam
kegiatan serupa itu, ia hanya mengeluarkan dana dan tidak mendapat
sesuatu kembali. Secara negatif, perusahaan bisa untuk menahan diri untuk
tidak melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang sebenarnya bisa
menguntungkan dari segi bisnis, tetapi akan merugikan masyarakat.
Kegiatan-kegiatan itu dapat membawa keuntungan ekonomis, tapi
perusahaan mempunyai alasan untuk tidak melakukannya.

Contoh di bidang sosial hidup, misalnya bagi suatu pabrik kertas, yang
paling menguntungkan dari segi ekonomis adalah membuang limbah
industrinya ke dalam sungai saja. Setiap cara lain akan mengakibatkan biaya

10
produksi naik, sehingga dari segi ekonomis menjadi tidak menarik.
Membuang limbah industri itu di tempat lain akan memakan biaya
transportasi yang besar. Membangun instalasi pengolahan limbah hingga
menjadi cairan yang tidak berbahaya, akan memakan biaya yang lebih besar
lagi. Dari segi ekonomis, jalan keluar yang paling efektif adalah membuang
limbah ke dalam sungai. Satiap cara lain akan memberatkan pengeluaran
bagi perusahaan, sehingga mengurangi keuntungan. Hanya saja, membuang
limbah dalam sungai akan mengurangi banyak pihak lain. Masyarakat di
sekitar pabrik tidak lagi bisa memanfaatkan air sungai umtuk kepentingan
rumah tangga, seperti mandi atau cuci pakaian. Jika membedakan tanggung
jawab sosial dalam arti positif dan dalam arti negatif, langsung menjadi jelas
konsekuensinya dalam rangka etika bisnis memang memikul tanggung
jawab dalam arti negatif karena tidak boleh melakukan kegiatan yang
merugikan masyarakat.

2.5 Kinerja Sosial Perusahaan


Alasan mengapa bisnis menyalurkan sebagian dari labanya kepada
karya amal melalui yayasan independen adalah berkaitan dengan kenyataan
bahwa perusahaan-perusahaan itu berstatus publik. Walaupun banyak
yayasan yang didirikan perusahaan berbuat baik kepada masyarakat, tidak
bisa dikatakan juga bahwa dengan itu mereka mempraktekkan tanggung
jawab sosial dalam arti positif, karena biasanya tidak dilakukan tanpa
pamrih. Perusahaan mempunyai maksud tertentu, khususnya meningkatkan
citra perusahaan di mata masyarakat, baik masyarakat di dekat pabriknya
maupun masyarakat luas. Kini upaya meningkatkan citra perusahaan dengan
mempraktekkan karya amal sering disebut “kinerja sosial
perusahaan” (corporate social performance).

Upaya kinerja sosial perusahaan sebaiknya tidak dikategorikan


sebagai pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Walaupun tidak

11
secara langsung dikejar keuntungan, namun usaha-usaha kinerja sosial ini
tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab ekonomis perusahaan. Di sini
tertap berlaku bahwa bisnis bukan karya amal. Dan perbedaan yang
menentukan antara keduanya adalah pencarian keuntungan. Hanya saja,
keuntungan bisa dicari secara langsung atau melalui jalan putar yang
panjang. Kinerja sosial perusahaan akhirnya bertujuan juga untuk mencari
keuntungan.

Perusahaan tidak saja mempunyai kinerja ekonomis, tetapi juga


kinerja sosial. Konsepsi kinerja sosial memang tidak asing terhadap
tanggung jawab ekonomis perusahaan, tetapi konsepsi ini sangat cocok juga
dengan paham stakeholders management. Citra baik merupakan aset yang
sangat berharga, dan tidak boleh dilupakan bahwa citra baik itu dibentuk
dalam hubungan dengan semua stakeholders.

2.6 Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Keberadaan CSR di Indonesia memperoleh respon yang positif dari


pemerintah. Respon pemerintah ini terlihat dengan terbitnya kebijakan
pemerintah melalui Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-
236/MBU/2003, yang mengharuskan seluruh BUMN untuk menyisihkan
sebagian labanya untuk pemberdayaan masyarakat yang dikenal dengan
Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), yang implementasinya
ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri BUMN, SE No
433/MBU/20033 yang merupakan petunjuk pelaksanaan dari keputusan
Menteri BUMN tersebut. Berikut merupakan regulasi yang mengatur
seputar CSR di Indonesia.

12
1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas
Konsep CSR yang terdapat dalam UU Perseroan Terbatas juga
mencakup lingkungan. Jadi, secara resmi, UU ini menggunakan istilah
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). UU ini mengatur
kewajiban bagi perseroan yang berkaitan dengan sumber daya alam
untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Pasal 74
ayat (1) UU PT berbunyi, “Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.” Bila
ketentuan ini tidak dijalankan, maka ada sanksi yang akan dijatuhkan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas
Pemerintah menerbitkan PP No. 47 Tahun 2012 sebagai peraturan
pelaksana dari Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007. PP No. 47 Tahun
2012 yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
ini hanya berisi sembilan pasal. Salah satu yang diatur adalah
mekanisme pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
perseroan. Pasal 4 ayat (1) PP No. 47 Tahun 2012 menyebutkan,
“Tanggung jawab sosial dan lingkungan dilaksanakan oleh Direksi
berdasarkan rencana kerja tahunan Perseroan setelah mendapat
persetujuan Dewan Komisaris atau RUPS sesuai dengan anggaran dasar
Perseroan, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-
undangan.”
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
UU Penanaman Modal juga menyelipkan satu pasal yang mengatur
CSR. Pasal 15 huruf b berbunyi: “Setiap penanam modal berkewajiban:
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.” Penjelasan Pasal 15
huruf menambahkan bahwa yang dimaksud dengan “tanggung jawab
sosial perusahaan” adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap

13
perusahaan penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang
serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan
budaya masyarakat setempat.
4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas
Bumi
UU Minyak dan Gas Bumi memang tidak secara tersurat mengatur
tanggung jawab sosial perusahaan. Namun, bila dibaca secara seksama,
ada satu aturan yang secara tersirat menyinggung mengenai CSR.
Ketentuan itu adalah Pasal 11 ayat (3) huruf p, yang berbunyi, “Kontrak
Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat
paling sedikit ketentuan-ketentuan pokok yaitu: pengembangan
masyarakat sekitarnya dan jaminan hak-hak masyarakat adat.”
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara
UU Minerba tidak menyebut tanggung jawab sosial secara tersurat,
tetapi menggunakan istilah program pengembangan dan pemerdayaan
masyarakat. Pasal 108 ayat (1) UU Minerba menyebutkan bahwa
“Pemegang IUP (Izin Usaha Pertambangan) dan IUPK (Izin Usaha
Pertambangan Khusus) wajib menyusun program pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat.” Pasal 1 angka 28 UU Minerba
mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai “usaha untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun
kolektif, agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.”
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
PP No. 23 Tahun 2010 merupakan aturan pelaksana dari UU Minerba.
PP ini menjelaskan lebih lanjut mengenai pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat yang telah disinggung oleh UU Minerba.
Ada satu bab khusus, yakni BAB XII, yang terdiri dari empat pasal
yang mengatur pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Salah
satunya adalah Pasal 108 yang berbunyi, “Setiap pemegang IUP

14
Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi wajib menyampaikan
laporan realisasi program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat setiap 6 (enam) bulan kepada menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.” Pelanggaran terhadap
kewajiban ini dapat dikenakan sanksi administratif.
7. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi
UU Panas Bumi juga memiliki satu pasal yang mengatur mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan. UU ini menyebutkan istilah
tanggung jawab sosial perusahaan dan pengembangan masyarakat
sekaligus. Pasal 65 ayat (2) huruf b berbunyi: “Dalam pelaksanaan
pelenyelenggaraaan Panas Bumi masyarakat berhak untuk: memperoleh
manfaat atas kegiatan pengusahaan Panas Bumi melalui kewajiban
perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab sosial perusahaan
dan/atau pengembangan masyarakat sekitar.”
8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir
Miskin
Setidaknya ada dua pasal yang menyinggung CSR dalam UU No. 13
Tahun 2011. Pertama, Pasal 36 ayat (1) huruf c yang menyatakan
bahwa salah satu sumber pendanaan dalam penanganan fakir miskin,
adalah dana yang disisihkan dari perusahaan perseroan. Ketentuan ini
ditegas oleh Pasal 36 ayat (2) yang berbunyi, “Dana yang disisihkan
dari perusahaan perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
digunakan sebesar-besarnya untuk penanganan fakir miskin.” Selain itu,
ada pula Pasal 41 yang menggunakan istilah pengembangan
masyarakat. Pasal 41 ayat (3) menjelaskan bahwa pelaku usaha
berperan serta dalam menyediakan dana pengembangan masyarakat
sebagai perwujudan dari tanggung jawab sosial terhadap penanganan
fakir miskin.

15
2.7 Kasus Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia

2.7.1 Kebobrokan Freeport – Pencemaran Lingkungan dan


Pelanggaran HAM Perusahaan Emas Terbesar di Indonesia

PT Freeport Indonesia, perusahaan yang pernah terdaftar sebagai salah


satu perusahaan multinasional terburuk tahun 1996, adalah potret nyata
sektor pertambangan Indonesia. Keuntungan ekonomi yang dibayangkan
tidak seperti yang dijanjikan, sebaliknya kondisi lingkungan dan masyarakat
di sekitar lokasi pertambangan terus memburuk dan menuai protes akibat
berbagai pelanggaran hukum dan HAM dampak lingkungan serta
pemiskinan rakyat sekitar tambang.

Laporan WALHI tentang Dampak Lingkungan Hidup Operasi


Pertambangan Tembaga dan Emas Freeport-Rio Tinto di Papua adalah
laporan yang menyajikan gambaran tentang keberadaan Freeport yang
independen mengenai dampak lingkungan akibat tambang Freeport diantara:

1. Pelanggaran hukum: Temuan kunci pada laporan ini adalah Freeport-


Rio Tinto telah gagal mematuhi permintaan pemerintah untuk
memperbaiki praktik pengelolaan limbah berbahaya terlepas rentang

16
tahun yang panjang di mana sejumlah temuan menunjukkan perusahaan
telah melanggar peraturanlingkungan.

2. Pemerintah secara resmi menyatakan bahwa Freeport-Rio Tinto: Telah


lalai dalam pengelolaan limbah batuan, bertanggung jawab atas longsor
berulang pada limbah batuan Danau Wanagon yang berujung pada
kecelakaan fatal dan keluarnya limbah beracun yang tak terkendali
(2000).

3. Pelanggaran dan pencemaran lingkungan. Tembaga yang dihamburkan


dan pencemaran Air Asam Batuan (Acid Rock Drainage, ARD) dalam
bentuk buangan (leachate) dan tailing.

4. Teknologi yang tak layak. Erosi dari limbah batuan mencemari perairan
di gunung dan gundukan limbah batuan yang tidak stabil telah
menyebabkan sejumlah kecelakaan.

5. Tingkat racun tailing dan dampak terhadap perairan. Sebagian besar


kehidupan air tawar telah hancur akibat pencemaran dan perusakan
habitat sepanjang daerah aliran sungai yang dimasuki tailing.

6. Logam berat pada tanaman dan satwa liar. Dibandingkan dengan tanah
alami hutan, tailing Freeport mengandung tingkat racun logam selenium
(Se), timbal (Pb), arsenik (As), seng (Zn), mangan (Mn) dan tembaga
(Cu) yang secara signifikan lebih tinggi.

7. Perusakan habitat muara. Tailing sungai Freeport-Rio Tinto akan


merusak hutan bakau seluas 21 sampai 63 km2 akibat sedimentasi.

8. Kontaminasi pada rantai makanan di muara. Logam dari tailing


menyebabkan kontaminasi pada rantai makanan di Muara Ajkwa.
Daerah yang dimasuki tailing Freeport menunjukkan kandungan logam
berbahaya yang secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan muara-
muara terdekat yang tak terkena dampak dan dijadikan acuan.

17
9. Gangguan ekologi. Freeport sempat menyatakan bahwa “Muara di hilir
daerah pengendapan tailing kami adalah ekosistem yang berfungsi dan
beraneka ragam dengan ikan dan udang yang melimpah.”

10. Dampak pada Taman Nasional Lorenz. Taman Nasional Lorenz yang
terdaftar sebagai Warisan Dunia wilayahnya mengelilingi daerah
konsesi Freeport.

11. Transparansi. Freeport-Rio Tinto beroperasi tanpa tranparansi atau


pemantauan peraturan yang layak

Pada tanggal 15 September 2011, 8.000 dari 22.000 pekerja Freeport


Indonesia melakukan aksi mogok menuntut kenaikan upah dari US $3,5/jam
sampai US $7,5/jam. Inilah pemogokan kerja terlama dan paling banyak
melibatkan karyawan sejak Freeport mulai beroperasi di Indonesia pada
tahun 1967. Dua tahun sekitar bulan Juli 2009 – November 2011, setidaknya
11 karyawan Freeport dan sub-kontraktor ditembak mati secara misterius
oleh para penembak gelap. PT Freeport McMoRan telah mengeluarkan dana
sebesar Rp 711 milyar untuk “uang keamanan” yang diberikan kepada para
aparat pemerintah.

Analis kasus :

Menurut pendapat kelompok kami, bahwa kegiatan pertambangan


yang dilakukan oleh PT Freeport tidak mencerminkan adanya implementasi
dari regulasi tentang Corporate Social Responsibility (CSR) yang telah
ditetapkan oleh pemerintah Indonesia. Kegiatan tersebut sangatlah
merugikan lingkungan sekitar perusahaan dikarenakan banyak kandungan
hasil limbah yang tidak diolah dengan baik oleh perusahaan. Perusahaan
semata-mata hanya mementingkan keuntungan tanpa melihat dampak dari
limbah dan aktivitas kegiatan perusahaan terhadap lingkungan sekitar.
Apalagi perusahaan ini telah berdiri lama di Indonesia, seharusnya ada

18
upaya dari pemerintah untuk mempererat hukum bagi perusahaan ini
sehingga kekayaan tanah papua tidak begitu saja diambil oleh orang asing.

Pelanggaran lain yang dilakukan perusahaan tersebut terkait etika


deontologi adalah perusahaan tidak membayar kewajibannya dengan baik
sehingga adanya karyawan yang melakukan kegiatan mogok kerja. Selain
itu kesejahteraan karyawan maupun masyarakat sekitar yang terkena
dampaknya pun tidak dipikirkan oleh perusahaan. Kemudian, Perusahaan
tersebut juga melakukan pelanggaran lain yaitu pelanggaran etika teleologi
yaitu egoisme etis dimana perusahaan hanya mementingkan para pemilik
dan petinggi perusahaan tanpa memikirkan kehidupan masyarakat sekitar
perusahaan.

2.7.2 Pelanggaran Terhadap Landasan Hukum CSR yang


Dilakukan PT PUSRI

Pencemaran udara dilingkungan PT PUSRI berupa pencemaran


amonia telah melanggar hukum CSR yang berlaku di Indonesia. PT PUSRI
yang telah mencemari lingkungan yang mengakibatkan beberapa warga
keracunan amonia dan dihimbau untuk menutup operasional pabrik PT

19
PUSRI, dikarenakan pencemaran amonia telah terjadi berkali-kali dan telah
merugikan kesehatan baik fisik maupun jiwa bagi warga sekitar bahkan
mengancam nyawa.
Persoalan lingkungan hidup manusia yang tercemar oleh aktifitas
industri PT. Pusri merupakan pelanggaran hukum yang berat dan
bertentangan dengan UUD 1945 dan UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
serta UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Pasal 87 ayat (1) UU No.32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang berbunyi “Tiap penanggung jawab
usaha atau kegiatan yang melakukan perbuatan melanggar hukum berupa
pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan kerugian
pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi atau
melakukan tindakan tertentu,”. Pelanggaran tersebut semestinya telah
diketahui pihak yang berwenang dan dilakukan tindakan hukum
berdasarkan sanksi administratif sesuai UU No. 32 tahun 2009 pasal 99.
Dilansir dari detiknews 1 November 2018, sebanyak 25 warga
Palembang, Sumatera Selatan, terpapar amonia dari pabrik PT Pupuk
Sriwidjaja (Pusri). Ada warga yang muntah hingga harus dilarikan ke rumah
sakit. Melihat banyak anak kecil yang muntah-muntah, warga langsung
membawa mereka ke RS Graha Pusri Medika. Seluruh yang terkena dampak
langsung ditangani tim medis dan diperbolehkan dokter pulang malam itu
juga.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tanggung jawab sosial perusahaan adalah kepedulian perusahaan
terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas daripada sekedar
terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dalam perkembangan etika bisnis
yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih komprehensif mengenai
lingkup tanggung jawab sosial perusahaan. Sampai sekarang ada empat
bidang yang dianggap dan diterima sebagai ruang lingkup tanggung jawab
sosial perusahaan.

Indicator keberhasilan tanggung jawab social perusahaan terhadap


masyarakat sendiri dilihat dari bagaimana masyarakat setempat merasakan
manfaat dengan adanya kegiatan yang dilakukan perusahaan. Karena
dengan memperhatikan kesejahteraan masyarakat setempat dan
memperhatikan limbah dari produk yang dihasilkan maka perusahaan
tersebut telah menjalankan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat.
Dengan begitu terjalin hubungan yang baik antara masyarakat setempat
dengan perusahaan.

21
3.2 Saran
Setiap perusahaan perlu dan wajib untuk melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan karena kinerjja suatu perusahaan dapat berjalan
lancar ketika mereka mau peduli dengan keadaan di sekitarnya dan tidak
semata-mata hanya mementingkan kepentingan perusahaan saja. Misalnya,
mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan segala cara
yang mengakibatkan pihak-pihak lain merasa dirugikan. Disini diperlukan
hati nurani setiap individu dalam perusahaan tersebut untuk melaksanakan
tanggung jawab sosial itu. Tentu saja hal ini akan bermanfaat bagi
kehidupan perusahaan dalam jangka panjang. Masyarakat pun akan
mendukung setiap kegiatan yang dilakukan perusahaan asalkan tidak
merugikan yang ada di sekitarnya dan semakin tumbuh rasa kepercayaan
masyarakat terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.

22
DAFTAR PUSTAKA

A. Sonny Keraf. 1998. Etika Bisnis Tuntunan dan Relevansinya.


Yogyakarta:Kanisius.

Bob Ilham Pramudya, 2015. Kebobrokan Freeport - Pencemaran Lingkungan &


Pelanggaran HAM Perusaan Emas Terbesar di Indonesia.
https://www.kompasiana.com/bobobladi/5519c8bca33311a61bb6595c/kebo
brokan-freeport-pencemaran-lingkungan-pelanggaran-ham-perusaan-emas-
terbesar-di-indonesia (diakses pada September 2020)

Irwanto. 2018. Diduga keracunan gas amonia, puluhan anak-anak di Palembang


dilarikan ke RS https://www.merdeka.com/peristiwa/diduga-keracunan-gas-
amonia-puluhan-anak-anak-di-palembang-dilarikan-ke-rs.html (diakses
pada September 2020)

Rena Virgiana, 2016. Makalah Corporate Social Responsibility ( CSR ).


https://renavirgiana.wordpress.com/2016/04/17/makalah-corporate-social-
responsibility-csr/ (diakses pada September 2020)

Redaksi, 2017. Mengenal Sejumlah Regulasi yang Mengatur CSR di Indonesia.


https://kliklegal.com/mengenal-sejumlah-regulasi-yang-mengatur-csr-di
indonesia/#:~:text=Pasal%2015%20huruf%20b%20berbunyi,untuk
%20tetap%20menciptakan%20hubungan%20 (diakses pada September
2020)

http://bagbaginfo.blogspot.com/2016/06/tanggung-jawab-sosial-perusahaan.html
(diakses pada September 2020)

23

Anda mungkin juga menyukai