Disusun Oleh :
NAMA : NURHAFIFAH
NIM : P27901118080
PRODI : D3 KEPERAWATAN
A. MASALAH UTAMA
Resiko Perilaku Kekerasan
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi ini berhubungan dengan pengaruh stresor yang
mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu. Stresor dapat
disebabkan dari luar maupun dari dalam. Stresor yang berasal dari
luar dapat berupa serangan fisik, kehilangan, kematian dan lain-lain.
Stresor yang berasal dari dalam dapat berupa, kehilangan keluarga
atau sahabat yang dicintai, ketakutan terhadap penyakit fisik,
penyakit dalam, dan lain-lain. Selain itu, lingkungan yang kurang
kondusif, seperti penuh penghinaan, tindak kekerasan, dapat
memicu perilaku kekerasan.
3. Faktor Risiko
NANDA (2016) menyatakan faktor-faktor risiko dari risiko perilaku
kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self- directed violence) dan
risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other- directed
violence).
a. Risiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-
directed violence)
1) Usia > 45 tahun
2) Usia 15-19 tahun
3) lsyarat tingkah laku (menulia catatan cinta yang sedih,
menyatakan pesan bernada kemarahan kepada orang
tertentu yang telah menolak individu tersebut, dll
4) Konflik mengenai orientasi seksual
5) Konflik dalam hubungan Interpersonal
6) Pengangguran atau kehilangan pekerjaan (masalah
Pekerjaan)
7) Terlibat dalam tindakan seksual autoerotik
8) Sumber daya personal yang tidak memadai
9) Status perkawinan (sendiri, menjanda, bercerai)
10) Isu kesehatan mental (depresi, psikosis, gangguan
kepribadian, penyalahgunaan zat)
11) Pekerjaan (profesional, eksekutif, administrator atau pemilik
bisnis, dll.)
12) Pola kesulitan dalam keluarga (riwayat bunuh diri, sesuatu
yang bersifat kekerasaan atau konfliktual)
13) Isu kesehatan fisik 14) Gangguan psikologis
14) Isolasi sosial
15) Ide bunuh diri
16) Rencana bunuh diri
17) Riwayat upacara bunuh diri berulang
18) Isyarat verbal (membicarakan kematian, menanyakan tentang
dosis mematikan suatu obat, dll.)
b. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-
directed violence)
1) Akses atau ketersediaan senjata
2) Alterasi (gangguan) fungsi kognitif
3) Perlakuan kejam terhadap binatang
4) Riwayat kekerasaan masa kecil, baik secara fisik, psikologis,
maupun seksual
5) Riwayat penyalahgunaan zat
6) Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
7) Impulsif
8) Pelanggaran atau kejahatan kendaraan bermotor (seperti,
pelanggaran lalu lintas, penggunaan kendaraan bermotor
untuk melampiaskan amarah)
9) Bahasa tubuh negatif (seperti, kekakuan, mengepalkan
tinju/pukulan, hiperaktivitas, dll.)
10) Gangguan neurologis (trauma kepala, gangguan serangan,
kejang, dll)
11) Intoksikasi patologis
12) Riwayat melakukan kekerasan tidak langsung (kencing di
lantai, menyobek objek di dinding, melempar barang,
memecahkan kaca, membanting pintu, dll.)
13) Pola perilaku kekerasaan terhadap orang lain (menendang,
memukul, menggigit, mencakar, upaya perkosaan,
memperkosa, pelecehan seksual, mengencingi orang, dll.)
14) Pola ancaman kekerasaan (ancaman secara verbal terhadap
objek atau orang lain, menyumpah serapah, gestur atau
catatan mengancam, ancaman seksual, dll.)
15) Pola perilaku kekerasan antisosial (mencuri, meminjam
dengan memaksa, penolakan terhadap medikasi, dll.)
16) Komplikasi perinatal
17) Komplikasi prenatal
18) Menyalakan api
19) Gangguan psikosis
20) Perilaku bunuh diri
a. Respon adaptif
1) Pernyataan (Assertion)
Respon marah dimana individ mampu menyatakan atau
mengungkapkan rasa marah, rasa tidak setuju, tanpa
menyalahkan atau menyakiti orang lain. Hal ini biasana akan
memberikan kelegaan.
2) Frustasi
Respon yang terjadi akibat individu gagal dalam mencapai
tujuan, kepuasan, atau rasa aman yang tidak biasanya dalam
keadaan tersebut individu tidak menemukan alternatif lain.
b. Respon maladaptif
1) Pasif
Suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk
menghindari suatu tuntutan nyata.
2) Agresif
Perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk
bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
3) Amuk atau kekerasan
Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.
4. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
7. Mekanisme Koping
Perawat perlu mempelajari mekanisme koping untuk membantu klien
mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam
mengekspresikan marahnya. Secara umum, mekanisme koping yang
sering digunakan, antara lain mekanisme pertahanan ego, seperti :
a. Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia
artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang
sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
b. Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya
atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda
yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap
rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayu, mencumbunya.
c. Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak
yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan
tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan
dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya dan
akhirnya ia dapat melupakannya.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan
orang tersebut dengan kasar.
e. Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya anak
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain
perang-perangan dengan temannya.
Halusinasi Causa
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Dengan tujuan untuk mengumpulkan data – data dengan
cara wawancara observasi langsung dengan klien, informasi dari catatan
keperawatan, catatan medis dan perawat ruangan.
1. Identitas Klien
Klien Tn. P berusia 34 tahun, jenis kelamin laki-laki, status
perkawinan belum menikah, Agama Islam. pendidikan terakhir
SMP, klien bertempat tinggal di Jl.Jaya Katwang RT 08 RW 11
Kota Tangerang, Klien dirawat pada tanggal 26 Agustus 2020 di
RSJ Melati Mas. Nomor Rekam Medik 14862. Sumber informasi
yaitu klien, perawat ruangan dan status rekam medik.
2. Alasan masuk
Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RSJ klien
sering marah – marah, mudah tersinggung, sulit tidur, mengamuk,
merusak alat rumah tangga, ketawa sendiri, dan malas bekerja.
3. Faktor predisposisi
Riwayat penyakit sekarang
Sakit sudah berlangsung ± 11 tahun, ± 10 tahun yang lalu klien
opname di RSJ Bogor, sembuh kemudian bekerja. ± 6 bulan
terakhir tidak mau minum obat dan kumat lagi.
Klien mengatakan pernah melakukan aniaya fisik seperti aniaya
kekerasan dalam keluarga dan pernah memukul orang lain karena
sering diejek.
Riwayat peyakit keluarga
Garis keturunan dalam keluarga belum pernah ada anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa.
4. Faktor presipitasi
Putus obat sejak 6 bulan yang lalu dan tidak kontrol lagi
5. Pemeriksaan fisik
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik pada saat pengkajian di
dapat data dengan hasil tanda – tanda vital yaitu tekanan darah
110/80 mmHg, suhu 37ºC, nadi 72×/menit dan pernafasan
20×/menit. Hasil ukur berat badan 40 kg, tinggi badan 160 cm.
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
6. Psikososial
a. Genogram
Tn. P
laki-laki
perempuan
8. Hubungan sosial
Klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat dengannya
adalah ibunya. Dalam keluarga klien merasa enggan untuk
berkomunikasi lebih senang menyendiri di kamar.
9. Spiritual
Klien dan keluarganya beragama Islam, klien melakukan ibadah
sholat.
14. Pengetahuan
Pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya, tanda dan gejala
kekambuhan, obat yang diminum dan cara menghindari
kekambuhan. Pemahaman tentang sumber koping yang adaptif
dan manajemen hidup sehat kurang.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Objektif
- Pasien terlihat mengepalkan tangan
- Pandangan mata pasien tajam
b. Data Subjektif
- Pasien mengatakan kesal dan marah dengan seseorang
- Pasien mengatakan ingin memukul seseorang
- Pasien mengatakan ingin mendorong sesorang
2. Diagnosa Keperawatan :
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Umum :
Pasien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan secara
fisik
4. Tujuan Khusus :
a. Pasien mampu mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien mampu mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan
c. Pasien mampu mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
dilakukan
d. Pasien mampu mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan yang
dilakukan
e. Pasein mampu menerapkan cara mengontrol marah secara fisik I
(tarik nafas dalam)
5. Tindakan Keperawatan :
a. Identifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
c. Identifikasi akibat perilaku kekerasan
d. Latih cara mengontrol marah secara fisik I (tarik nafas dalam)
e. Anjurkan untuk dimasukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
- “Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang – bincang
tentang marah dan cara mengontrol marah dengan tarik nafas
dalam?”
- “Baik pak coba pak sebutkan kembali penyebab bapak marah”
- “Lalu apa yang bapak lakukan ketika bapak sedang marah?”
- “Baik coba sekarang bapak sebutkan akibat dari perilaku yang
bapak lakukan tersebut.”
- “Nah tadi kita juga sudah latihan tentang mengontrol marah
dengan cara fisik I yaitu tarik nafas dalam, nah coba ibu
jelaskan kembali caranya”
- “Yaa benar sekali pak, coba bapak praktekan kembali cara
nya”
- “Wah bagus, karena bapak sudah menegerti caranya
bagaiman kalau kita masukan ke dalam jadwal kegiatan
harian. Jika bapak melakukannya beri tanda ceklis di kolom
‘ya’ dan jika tidak melakukan bapak beri tanda ceklis di kolom
‘tidak’.”
b. Kontrak
1) Topik
“Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan
lagi cara untuk mengontrol / mencegah marah dengan cara
fisik II”
2) Waktu
“Baik pak, berarti jam 10:00 WIB kita berjumpa lagi ya?”
3) Tempat
“Bapak ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana jika
disini lagi?”. Baik pak, Sampai jumpa, saya permisi.
Wassalamu’alaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK) Resiko Perilaku Kekerasan
SP II
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
- Pasien mengatakan kesal dan marah dengan seseorang
- Pasien mengatakan ingin memukul seseorang
- Pasien mengatakan ingin mendorong sesorang
b. Data Objektif :
- Pasien terlihat mengepalkan tangan
- Pandangan mata pasien tajam
2. Diagnosa Keperawatan :
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Umum :
Pasien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan secara
fisik.
4. Tujuan Khusus :
Pasein mampu menerapkan cara mengontrol marah secara fisik II
(pukul bantal dan kasur).
5. Tindakan keperawatan :
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik II : memukul kasur dan kasur
c. Susun jadwal kegiatan harian cara II.
B. Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
“Asaalamuaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu
sekarang saya datang lagi”
“Apakah bapak masih ingat bagaimana cara mengontrol marah
secara fisik I yang tadi kita pelajari??”
“Bisakah bapak mempraktekannya kembali?”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Adakah hal yang
menyebabkan bapak marah?”
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah pak, sesuai dengan janji saya tadi kita akan berlatih
cara mengontrol marah dengan cara fisik II yaitu dengan
memukul bantal dan kasur.”
2) Waktu
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?”
3) Tempat
“Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
2. FASE KERJA
a. “Jika ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan
kesal, berdebar-debar, dan mata melotot selain bernafas dalam-
dalam, bapak bisa melampiaskan nya dengan memukul bantal
dan kasur”
b. “Sekarang mari kita latihan memukul bantal dan kasur. Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung pergi ke kamar dan
lampiaskanlah kemarahan tersebut dengan memukul bantal dan
kasur. Nah, coba bapak lakukan, pukul bantal dan kasurnya. Ya,
bagus sekali”
c. “Kekesalan yang bapak rasakan lampiaskan saja ke bantal dan
kasur”
d. “Nah, cara inipun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan
marah. Jangan lupa untuk merapikan kembali tempat tidurnya ya.”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
- “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara
menyalurkan marah tadi?”
- “Coba bapak sebutkan cara-cara yang sudah kita latih tadi!
Bagus!”
- “Wah bagus, karena bapak sudah mengerti caranya
bagaiman kalau kita masukan ke dalam jadwal kegiatan
harian. Jika bapak melakukannya beri tanda ceklis di kolom
‘ya’ dan jika tidak melakukan bapak beri tanda ceklis di kolom
‘tidak’.”
b. Kontrak
1) Topik
“Untuk besok bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk
berbincang bincang mengenai cara mengontrol marah secara
verbal”
2) Waktu
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang kembali sekitar
pukul 10:00 WIB selama 15 menit, apakah bapak setuju?”
3) Tempat
“Mau dimana besok kita berbincang-bincang? Baiklah sampai
bertemu lagi, Assalamu’alaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK) Resiko Perilaku Kekerasan
SP III
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
- Pasien mengatakan kesal dan marah dengan seseorang
- Pasien mengatakan sedang tidak nyaman
- Pasien mengatakan ingin berkelahi
- Pasien mengatakan ingin mencaci – maki seseorang
b. Data Objektif :
- Pandangan mata pasien tajam dan sinis
- Pasien megucapkan kata – kata kasar
2. Diagnosa Keperawatan :
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Umum :
Pasien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan secara
fisik.
4. Tujuan Khusus :
a. Berbicara secara baik – baik
b. Meminta sesuatu secara baik – baik
c. Menolak secara baik - baik
5. Tindakan keperawatan :
a. Latih cara mengontrol marah secara verbal (berbicara, meminta
dan menolak secara baik –baik)
b. Anjurkan untuk dimasukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
2. FASE KERJA
a. “Sekarang kita latihan cara berbicara yang baik untuk mencegah
marah. Kalau marah sudah diluapkan dengan tarik nafas dalam
dan memukul bantal atau kasur, bapak sudah merasa lega maka
kita perlu berbicara dengan orang yang membuat kita marah
atau kesal.”
b. “Nah ada tiga cara pak, yang pertama meminta dengan baik
tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata – kata yang kasar. Contohnya seperti ini ;
permisi bolehkah saya meminjam benda itu?, bolehkah saya
meminta makanan itu?. Oke sekarang coba bapak praktekkan.
Ya bagus seperti itu ya pak.”
c. “Yang kedua jika ada sesorang yang menyuruh dan bapak tidak
mau melakukannya karena sedang melakukan kegiatan lain
maka bapak harus menolaknya secara baik – baik. Contohnya
seperti ini ; maaf saya tidak bisa melakukannya karena saya ada
kerjaan. Baik sekarang coba bapak praktekkan. Ya, seperti itu ya
pak.”
d. “Dan yang terakhir jika ada perlakuan dari sesorang yang
membuat bapak kesal dan marah, bapak boleh melawannya
dengan bicara secara baik – baik. Contohnya seperti ini : tolong
jangan lakukan itu saya tidak suka, jika kamu seperti itu terus
saya akan marah. Oke sekarang coba bapak praktekkan. Oke
bagus pak, seperti itu ya.”
e. “Oh iya pak, jangan lupa untuk selalu bicara dengan nada yang
tidak terlalu tinggi dan jangan menggunkan kata – kata kasar ya
pak”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
- “Baik pak, kita sudah melakukan latihan cara mengontrol
marah secara verbal yaitu dengan berbicara, meminta dan
menolak secara baik - baik. Sekarang bagaimna perasan
bapak sekarang setalah kita latihan cara mengontol marah
secara verbal?”
- “Coba bapak sebutkan cara – cara yang sudah kita latih tadi.
Wah bagus pak”
- “Karena bapak sudah bisa melakukannya bagaimana kalau
kita masukan ke dalam jadwal kegitan harian ya pak. Jika
bapak melakukannya beri tanda ceklis di kolom ‘ya’ dan jika
tidak melakukannya beri tanda ceklis di kolom ‘tidak’.”
b. Kontrak
1) Topik
“Besok kita akan latihan cara mengontrol marah dengan cara
spiritual yaitu dengan beribadah dan berdoa ketika masuk
waktu sholat.”
2) Waktu
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang kembali sekitar
pukul 10:00 WIB selama 15 menit, apakah bapak setuju?”
3) Tempat
“Untuk tempatnya bagaimana kalau di kamar saja? Baiklah
bapak, sampai bertemu lagi, Assalamu’alaikum.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK) Resiko Perilaku Kekerasan
SP IV
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
- Pasien mengatakan ingin marah dengan seseorang
- Pasien mengatakan kesal dengan seseorang
- Pasien mengatakan tidak nyaman dengan sesorang
b. Data Objektif :
- Wajah pasien tampak memerah
- Pandangan mata pasien tajam
- Pasien terlihat mengerutkan dahinya
2. Diagnosa Keperawatan :
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Umum :
Pasien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan secara
fisik.
4. Tujuan Khusus :
Pasein mampu menerapkan cara mengontrol marah secara spiritual.
5. Tindakan keperawatan :
a. Latih cara mengontrol marah dengan cara spiritual
b. Anjurkan untuk dimasukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
- “Baik pak, kita sudah melakukan latihan cara mengontrol
marah secara spiritual. Sekarang bagaimna perasan bapak
sekarang setalah kita latihan cara mengontol marah secara
spiritual?”
- “Karena bapak sudah bisa melakukannya bagaimana kalau
kita masukan ke dalam jadwal kegitan harian ya pak. Jika
bapak melakukannya beri tanda ceklis di kolom ‘ya’ dan jika
tidak melakukannya beri tanda ceklis di kolom ‘tidak’.”
b. Kontrak
1) Topik
“Untuk besok kita akan bertemu kembali untuk berlatih cara
mengontrol marah dengan meminum obat secara teratur.”
2) Waktu
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang kembali sekitar
pukul 10:00 WIB selama 15 menit, apakah bapak setuju?”
3) Tempat
“Dimana besok kita berbincang-bincang? Baiklah sampai
bertemu lagi, Assalamu’alaikum.”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK) Resiko Perilaku Kekerasan
SP V
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
a. Data Subjektif :
- Pasien mengatakan kesal dan marah dengan seseorang
- Pasien mengatakan sedang tidak nyaman
- Pasien mengatakan ingin berkelahi
b. Data Objektif :
- Pasien terlihat mengepalkan tangan
- Pandangan mata pasien tajam
- Wajah pasien memerah
- Pasien mengucapkan kata-kata kasar
2. Diagnosa Keperawatan :
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Umum :
Pasien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan secara
fisik.
4. Tujuan Khusus :
Pasein mampu menerapkan cara mengontrol marah dengan minum
obat secara teratur.
5. Tindakan keperawatan :
a. Latih cara mengontrol marah dengan cara minum obat secara
teratur
b. Anjurkan untuk dimasukan dalam jadwal kegiatan harian pasien
B. Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
“Asaalamuaikum pak, masih ingat dengan saya?”
“Alhamdulillah jika bapak masih ingat saya, sesuai dengan janji
saya kemarin sekarang saya menemui bapak untuk berlatih
tentang cara mengontrol marah dengan meminum obat secara
teratur.”
b. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan bapak saat ini? Masih ada perasaan kesal
atau marah?”
“Atau ada hal yang membuat bapak marah dan kesal hari ini?”
“Baik kalau begitu bolehkah saya melihat jadwal kegiatan
hariannya pak?
“Bolehkah bapak sebutkan dan praktekan kembali mengenai cara
mengontrol marah secara fisik yang sudah kita pelajari kemarin?”
“Wah hebat ternyata bapak sudah bisa melakukannya”
“Coba sekarang bapak sebutkan kembali cara mengontrol marah
secara verbal yang sudah kita diskusikan kemarin.”
“Yaa benar sekali bapak, lalu sekarang bapak praktekan cara
berbicara, meminta dan menolak secara baik – baik pak.”
“Bagaimana cara mengontrol marah dengan cara spiritual yang
sudah didiskusikan kemarin”
c. Kontrak
1) Topik
“Baiklah pak, sesuai dengan janji saya kemarin kita akan
berlatih cara mengontrol marah dengan cara meminum obat
secara teratur.”
2) Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang – bincang? Bagaimana
kalau 15 menit? Untuk membahasa tentang cara mengontrol
marah dengan obat ini pak”
3) Tempat
“Untuk tempatnya sesuai janji saya kemarin kita lakukan di
kamar saja ya pak”
2. FASE KERJA
a. “Baik apakah bapak sudah dapat obat dari dokter?”
b. “Berapa macam obat yang bapak minum? Warna nya apa saja?”
c. “Bagus, jam berapa dimunumnya pak?”
d. “Apakah bapak tau manfaat atau keguanaan dari obat ini pak?”
e. “Baik bapak obatnya ada tiga macam pak, yang warna nya
orange namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang. Yang merah
jambu namanya HLP agar rasa marah berkurang, dan yang
terakhir ada THP bewarna putih ini agar pikiran tenang.”
f. “Nanti di rumah sebelum minum obat lihat dulu labelnya, cek
apakah obat itu milik bapak atau bukan, baca juga dosis dan
nama obatnya apakah sudah benar apa belum obatnya.”
g. “Oh iya pak jangan sampai berhenti minum obat ya jika belum
diinstruksikan oleh dokter, karena bisa menyebabkan
kekambuhan pak jika bapak berhenti minum obat tanpa instruksi
dari dokter.”
3. FASE TERMINASI
a. Evaluasi
- “Baik pak, kita sudah melakukan latihan cara mengontrol
marah dengan minum obat secara teratur. Sekarang
bagaimna perasaan bapak setalah kita latihan cara
mengontol marah dengan minum obat?”
- “Baik kalau begitu coba bapak sebutkan kembali warna obat
dan kegunaannya pak?”
- “Yaa benar pak, sekarang bagaimana pak jika bapak
berhenti minum obat tanpa instruksi dokter?”
- “Wah benar sekali pak”
- “Karena bapak sudah bisa melakukannya bagaimana kalau
kita masukan ke dalam jadwal kegitan harian ya pak. Jika
bapak melakukannya beri tanda ceklis di kolom ‘ya’ dan jika
tidak melakukannya beri tanda ceklis di kolom ‘tidak’.”
b. Kontrak Topik yang akan datang
1) Topik
“Oh iya pak karena kita sudah berlatih cara – cara mengontrol
marah, besok saya akan bertemu bapak kembali untuk
membahas perkembangan kemampuan bapak dalam
mengontrol marah setelah dilakukan penerapan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan ini.”
2) Waktu
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang sekitar pukul
10:00 WIB selama 20 menit, apakah bapak setuju?”
3) Tempat
“Mau dimana besok kita berbincang-bincang? Bagaimana di
depan taman saja ya pak? Baiklah sampai bertemu lagi,
Assalamu’alaikum.”