Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa, ilussi, halusinasi, terapi kognitif, terapi keluarga, model
keperawatan jiwa, pakar keperawatan jiwa, asuhan gangguan keperawatan
jiwa, terapi aktifitas kelompok, diagnosa keperawatan, psikopat, diagnosa,
trauma.

1.2 Rumusan Masalah


Dari beberapa pernyataan diatas, muncul rumusan masalah sebagai berikut :
1.2.1 Mengetahui pengertian kesehatan jiwa?
1.2.2 Mengetahui kreteria sehat jiwa menurut yohada ?
1.2.3 Mengetahui rentang sehat jiwa ?
1.2.4 Mengetahui pengertian keperawatan kesehatan jiwa ?
1.2.5 Mengetahui prinsip-prinsip keperawtan kesehatan jiwa ?
1.2.6 Bagaimana perkembangan keperawatan kesehatan jiwa ?
1.2.7 Apa saja konseptual model keperawatab kesehatan jiwa ?
1.2.8 B agaimana peran perawat kesehatan jiwa ?
1.2.9 Mengetahi asuhan yang kompeten bagi perawat jiwa ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan pembaca tentang konsep dasar
keperawatan jiwa.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui pengertian kesehatan jiwa?
b. Untuk Mengetahui kreteria sehat jiwa menurut yohada ?
c. Untuk Mengetahui rentang sehat jiwa ?
d. Untuk Mengetahui pengertian keperawatan kesehatan jiwa ?
1
e. Untuk Mengetahui prinsip-prinsip keperawtan kesehatan jiwa ?
f. Untuk Bagaimana perkembangan keperawatan kesehatan jiwa ?
g. Untuk Apa saja konseptual model keperawatab kesehatan jiwa ?
h. Untuk Bagaimana peran perawat kesehatan jiwa ?
i. Untuk Mengetahi asuhan yang kompeten bagi perawat jiwa

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Jiwa

1. A mind that grows and adjust is in control, and is free of serious stress.
(kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan
mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas
dari stress yang serius).
2. Indicator of mental health include positive attitude toward self,growth,
development, self actualization, integration, autonomy, reality
perception & environmental mastery. (indikator sehat jiwa meliputi
sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki
aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai
kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan).
3. The capacity of individuals within the group & environment to interact
with one another in ways that promote subjective well-being,optimal
developmrnt of individual and collective abilities (cognitive, offective
and relational) and achievement of individual and collective goals
consistens with justice. (kemampuan individu dalam kelompok dan
lingkungannya untuk berinteraksi dengan yang lain sebagai cara untuk
mecapai kesejahteraan, perkembangan yang optimal, dengan
menggunakan kemampuan mentalnya (kognisi, afeksi, dan relasi)
memiliki prestasi individu serta kelompoknya konsisten dengan hokum
yang berlaku).
4. Refers an adaptation to distress by mobilizing internal & external
resources to minimize tension. (merujuk pada penyesuaian diri
terhadap distress dengan mengerahkan sumber-sumber internal dan
eksternal untuk meminimalisir ketegangan).

3
5. Kesehatan jiwwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya.
6. Kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini
berjalan selaras dengan oaring lain.

2.2 Kriteria Sehat Jiwa Menurut Yohada

1. Sikap positif terhadap diri sendiri


2. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
3. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
4. Otonomi
5. Persefsi realitas
6. Environmental mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan ingkungan)

2.3 Rentang Sehat Jiwa


1. Dinamis bukan titik statis
2. Rentang dimulai dari sehat optimal-mati
3. Ada tahap-tahap
4. Adanya variasi tiap individu
5. Menggambarkan kemampuan adaptasi
6. Berfungsi secara efektif : sehat

Sehat Optimal Sakit Kronis –


Mati
2.4 Pengertian Keperawatan Kesehatan Jiwa
1. Menurut Dorothy, Cecelia

4
Perawatan psikatrik/keperawatan kesehatan jiwa: proses
dimana perawat membantu individu atau kelompok dalam
mengambangkan konsep diri yang positif, meningkatkan pola
hubungan antar pribadi yang lebih harmonis serta agar berperan
lebih produktif di masyarakat
Pengertian di atas memfokuskan bantuan perawat pada
konsep diri individu yang terganggu pada klien gangguan
mental. Sebagai contoh seseorang yang megalami kebingungan
identitas seperti gay, banci, waria, merupakan gangguan pada
self identity, dimana terjadi gangguan identitas diri apakah ia
seorang laki-laki atau perempuan. Di samping itu banyak konsep
diri yang lain seperti body image (gambaran diri), self ideal
(ideal diri), role (peran), self esteem (harga diri).
Klien gangguan jiwa memiliki hubungan yang tidak
harmonis misalnya bermusuhan dengan orang lain dan
mengancam (agression) atau curiga yang berlebihan (paranoid).
Klien gangguan jiwa juga seringkali tidak produktif di
masyarakat, bahkan cenderung merugikan masyarakat misalnya
mencuri (cleptomany), malas (abulio) atau perilaku deviasi social
lain seperti pemakaian zat adiktif.
2. Menurut American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktiek
keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia
sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik
dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan
mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien
berada (American Nurses Associations).
3. Menurut Kaplan Sadock
Proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan
dan mempertahankan prilaku yang akan mendukung integrasi.
5
Pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok,
organisasi atau komunitas

4. Menurut Caroline dalam Basic Nursing, 1999

Keahlian perawat kesehatan mental adalah merawat


seseorang dengan penyimpangan mental, dimana memberikan
kesempatan kepada perawat untuk mengoptimalkan
kemampuannya, harus peka, memiliki kemampuan untuk
mendengar, tidak hanya menyalahkan, memberikan penguatan
atau dukungan, memahami dan memberikan dorongan.

5. Menurut Clinton dan Nelson


Dalam persepktif keperawatan jiwa komunitas,
keperawatan jiwa adalah berikut :... The Primay role of mental
health nurses is to meet the needs of the consumer, and that do this
effectively involves taking in emphatic and critical stance on
mental helath policy and mental health care. (Cinton & Nelson,
Mental Health Nursing Practice, 1996: 1)
Definisi diatas lenih memfokuskan pada peran utama
perawat kesehatan mental adalah untuk menemukan kebutuhan-
kebutuhan pasien dan hal tersebut dilakukan secara efektif melalui
sikap empati (memahami apa yang di rasakan klien), sikap kritis
dalam menelah kebijakan kesehatan dan perawatan kesehatan
mental).
6. Menurut Patricia D. Barry
Keperawatan jiwa dibangun oleh berbagai teori yang
mendasari secara terpadu dan saling berkaitan (interconnect).
Artinya seorang perawat jiwa harus menguasai teori-teori tertentu
sebagai prasyarat ilmu kejiwaanya. Hal ini penting karena manusia
tidak dipandang sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi
6
sebagai satu kesatuhan yanng utuh (holistik). Sebagai contoh
ketika seseorang sakit, misalnya Decompensatio Cordis atau gagal
jantung secara biologis ia akan tergsnggu (nyeri,sesak, susah
bersktifitas, susah tidur), secara psikologis ia terganggu (cemas,
takut, marah, menyesal, pesimis), secara sosial ia terganggu
terpisah dari keluarga, tidak bisa bertugas, tidak bisa aktif dalam
kegiatan sosial, susah berbicara, tidak bertemu
tetangga),spiritualnyapun terganggu artinya setelah sakit menjadi
susah untuk mengikuti kegiatan keagamaan, melakukan ibadah
tidak sempurna, tingginya biaya yang dikeluarkan menjadi mudah
marah, tidak sabar, berburuk sangka dan sebagainya. Pendekatan
klien secara holistic tersebut membutuhkan dasar keilmuan yang
kompleks dan saling berkaitan, misalnya ilmu biologi, patologi dan
ilmu psikologi.
7. Menurut Antain Otong
Kesehatan mental bertanggung jawab secara kontinyu dalam
seluruh rentang kehidupan klien dari mulai fase anak sampai lansia
yang dikenal dengan history life span. Peran lain yang sangat
penting berdasarkan definisi diatas adalah mengidentifikasi pasien
yang beresiko. Gangguan jiwa berat dapat dihindari dengan cara
penemuan kasus dini atau analisa potensial situasi yang dapat
menjadi faktor pencetus gangguan jiwa. Diantara situasi yang
beresiko menjadi faktor pendukung terjadinya gangguan jiwa
antara lain, keluarga broken home, peperangan, pecandu narkotika,
konflik berkepanjangan, krisis ekonomi, penggusuran, kehilangan
orang yang berarti, dan sebagainya.
Setiap orang memiliki kultur historis yang berada mulai dari
cara dia dilahirkan, cara dia diasuh (parenting pattern),
limgkungan tempat dia dibesarkan, pemdidikan yang diperoleh.
Tugas perawat menggali dan menganalisis factor-faktor yang
7
potensial menjadi stressor dan membantu memperkuat
mekanisme pertahana diri klien (cope mechanisme) agar klien
dapat beradaptasi dengan stressor yang potensial menyebabkan
gangguan jiwa.

8. Menurut Stuart Sundeen


Keperawatan mental adalah proses inter personal dalam
meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang berpengaruh
pada fungsi integrasi. Pasien tersebut bias individu, keluarga,
kelompok, organisasi atau masyarakat. Tiga area praktik
keperawatan mental yaitu perawatan langsung, komunikasi dan
management.(stuart sendeen’s & laraia, psychiatric nursing,
1998:15)
Berdasarkan definisi diatas focus utama pada klien
keperawatan jiwa adalah promotif dan preventif. Hal penting
mengingat kekambuhan klien gangguan jiwa tetap tinggi sekitar
15-20 %. Perawatan klien yang sudah menderita gangguan jiwa
sangat lama antara 1- 10 tahun. Hal itu memerlukan biaya yang
sangat tinggi dan sumber daya yang sangat banyak. Berdasarkan
hala tersebut maka promotif dan maintenancekesehatan jiwa
sangat penting. Misalnya dengan cara mengadakan crisis center,
konsultasi remaja, konsultasi pernikahan, padat karya bagi
pengganguran, promosi kesehatan jiwa, gerakan anti NAPZA,
dan sebagainya. Menurut stuart sundeen tiga area praktik
keperawatan mental yaitu perwatan langsung, komunikasi dan
management menjadi tugas perawat jiwa.

2.5 Prinsip-Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa


1. Roles and functions of psychiatric nurse: competent care (peran dan fungsi
keperawatan jiwa: perawatan yang kompeten)

8
 Keperawatan jiwa mulai muncul sebagai profesi awal abad ke-19 dan
pada masa tersebut berkembang menjadi spesialis dengan peran dan
fungsi yang unik.
 Keperawatan jiwa adalah suatu proses interpersonal dengan tujuan untuk
meningkatkan dan memelihara perilaku yang mendukung terwujudnya
satu kesatuan yang harmonis (integrated). Kliennya bias berupa individu,
keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat.tiga area praktik
keperawatan mental yaitu perwatan langsung, komunikasi dan
management menjadi tugas perawat jiwa.
 Ada 4 factor yang dapat menentukan tingkat penampilan perawat jiwa,
yaitu aspek hokum, kualifikasi perawat, lahan praktik, dan inisiatif dari
perawat sendiri (stuart& laraia, 1998: 13).

2. Theraputic nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara


perawat dengan klien)

 Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar yang


bermakna dan pengalaman memperbaiki emosional klien. Perawat
menggunakan atribut yang ada pada dirinya dan teknik ketrampilan
klinik yang khusus dalam bekerja sama dengan klien untuk perubahan
perilaku klien
 Kualitas pelayanan dibutuhkan oleh perawat agar dapat menjadi
penolong yang efektif meliputi: penegtahuan tentang diri sendiri,
klarifikasi nilai yang dianut, menggali perasaan yang muncul,
kemampuan untuk memberikan contoh, memiliki jiwa kemanusiaan, dan
sikap etis dan bertanggung jawab
 Modal struktur ruang dan analisis transaksional digunakan untuk menguji
komponen komponen proses komunikasi dan melakukan identifikasi
masalah bersama antara klien dengan perawat. Teknik komunikasi
terapeutik yang menolong klien juga dapat didiskusikan.

9
 Dimesnsi respon yang sejati, saling menghormati, memahami, dan
empatik secara nyata harus ditampilkan.
 Dimensi konfrontasi, kesegaran atau immediacy, pearawat yang menutup
diri, perasaan terharu yang disebabkan kepura-puraan, dapat memberikan
stimulasi roll play dan memberikan kontribusi terhadap penilaian diri
pasien atau insight.
 Kebutuhan dalam komunikasi terapeutik seperti resisten, transferen,
konterferens, dan adanya pelanggaran pribadi klien merupakan
penghambat dalam komunikasi terapeutik.
 Hasil terapeutik dalam bekerja dengan klien gangguan pskiatrik berkatan
dengan dasar pengetahuan perawat, ketrampilan klinik, kapasitas
intropeksi dan evaluasi diri perawat.

3. conceptual models of psiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa)

 Konsep model keperawatan jiwa terdiri atas 6 macam, yaitu:


psychoanalytical (freud, Ericson),interpersonal (Sullivan, peplau), social
(caplan,szasz), existential (ellis, rongers), supportive therapy (wermon,
rockland), medical (meyer, kraeplin).

4. Stress adaption model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa)

 Stress adaptasi model stuart memberikan asumsi bahwa lingkungan


secara alami memberikan berbagai strata social, dimana perawatan
psikiatri disediakan melalui proses keperawatan dalam biologis,
psikologis, sosialkultural, dan konteks legal etis, bahwa sehat/sakit,
adaptif/maladaptive sebagai konsep yang jelas, tingkat pencegahan
primer, skunder, tresier termasuk didalamnya 4 tingkatan dalam
penatalaksanaan psikiatrik.

10
 Standart kesehatan mental melalui tidak begitu jelas dibandingkan
dengan gangguan mental.
 Komponen biopsikososial model mencakup factor
prediposisi(pendukung), stressor pencetus, penilaian terhadap stressor,
sumber coping, dan coping mekanisme.
 Pola respon individu mencakup respon coping individual, yang mana hal
tersebut merupakan subjek diagnosa keperawatan. Masalah kesehatan
yang menjadi subjek diagnose medis.
 Kegiatan keperawatan psikiatrik dijelaskan dalam 4 tahap tindakan:
krisis, akut, pemeliharaan, dan peningkatan kesehatan.

5. Biological context of psychiatric nursing care (keadaan biologis dalam


keperawatan jiwa).

 Perawat psikiatrik harus belajar mengenai struktur dan fungsi dari otak,
mencakup proses neurotransmission, untuk lebih memahami etiologi,
mempelajarinya dan agar lebih efektif dalam strategi intervensi gangguan
psikiatrik.
 Brain imaging teknik seperti CT, MRI, BEAM, PET dan SPECT untuk
melihat secara langsung kondisi otak yang akan menolong dalam diagnosa
beberapa kelainan otak dan memahami hubungan antara struktur dan
fungsi otak.
 Penelitian tentang gen yang membawa kelainan mental telah membawa
kesulitan dan ketidak yakinan sampai saat ini tetapi dapatmeningkatkan
penelitian di masa yang akan datang.
 Irama sirkadian seperti sebuah jaringan jam internal yang mengendalikan
kegiatan dalam tubuh meliputi gaya hidup, tidur, perasaan, makan, minum,
kesuburan, dan sakit dalam siklus waktu 24 jam.
 Psikoimunologi adalah bidang kajian baru yang memperdalam tentang
pengaruh faktor psikososial pada sistem syaraf dalam respon imun.

11
 Perawat psikiatrik membutuhkan kemampuan untuk mendapatkan riwayat,
penampilan fisik, kemampuan menginterprentasikan hasil laboratorium
untuk menemukan gejala dan gejala dan untuk indikasi proses rujukan.
 Implikasi klinis dari penelitian tetang neurosains telah didiskusikan dalam
hubungannya dengan skizofrenia, kelainan mood, gangguan panik, dan
merujuk pada indikasi yang khusus.
 Pada tahun 1990-an telah disebut sebagai dekade otak dan wajah
keperawatan psikiatrik ditandai dengan tantangan intergrasi antara
informasi neurosains biopsikososial model dari perawatan jiwa.

6. Psychological context of psyhiatric nursing care (keadaan psikologis dalam


keperawatan jiwa).

 Pengujian sstatus mental menggambarkan rentang hidup psikologis klien


melalui waktu. Hal ini membutuhkan bahwa perawat melakukan observasi
perilaku klien dan menggambarkannya secara objektif serta tidak
menyalahkannya.
 Pengelompokkan pengkajian status mental klien meliputi penampilan
pasien, pembicaraan, aktivitas motorik, mood, affect, interaksi selama
wawancara, persefsi, isi pemikiran, proses pemikiran, proses pikir, tingkat
kesadaran, memory, tingkat kosentrasi dan kalkulasi, informasi dan
kecerdasan, keputusan (judgement), dan penelitian diri.
 Test psikologis menilai kemampuan intelektual dan kognitif serta
menggambarkan fungsi kepribadian.
 Behavior rating scale menolong ahli klinis dalam mengukur tingkat
masalah klien, membuat diagnosa yang lebih akurat, menggambarkan
kemajuan klien, mendokumentasikan kemajuran tindakan.

7. Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan sosial budaya


dalam keperwatan jiwa).

12
 Kepekaan terhadap budaya adalah salah satu pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk kesuksesan dalam intervensi
keperawatan pada kehidupan klien yang memiliki latar budaya yang
berbeda-beda
 Faktor resiko untuk gangguan psikiatrik dari sosialkultural merupakan
faktor predisposisi yang dapat secara berarti meningkatkan potensial
kelainan psikiatrik, menurunkan potensi klien untuk sembuh, atau
kebalikannya. Hal tersebut meliputi umur, etnik, gender, pendidikan,
pendapatan, dan sistem keyakinan.
 Variasi stressor sosiokultural menghambat perkembangan perawatan
kesehatan mental meliputi: keadaan yang merugikan, stereotype,
intoleransi, stigma, prasangka, discrimination, rasisme.
 Respon coping dan gejala kelainan mental yang muncul diekspresikan
secara berbeda dalam budaya yang berbeda.
 Pengkajian kepada klien yang memiliki faktor resiko sosialkultural
menarik bagi perawat untuk mampu mengidentifikasi masalah klien dan
pengembangan tindakan keperawatan agar lebih akurat, sesuai, dan
memilikikepekaan budaya.
 Bersama sama antara perawat dengan klien membutuhkan persutujuan
mengenai respon koping klien secara alami pemahaman dalam
memecahkan masalah, dan harapan akan hasil yang didapatkan dalam
konteks sosisalkultural.

8. Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan lingkungan


dalam keperawatan jiwa)

 Bagain-bagian dari lingkungan secara langsung akan mempengaruhi


pelayanan keperawatan mental. Perawat seharusnya memberikan informasi
baru dan mengintergrasikannya kedalam praktik untuk menyediakan
keperawatan yang berkualitas dan pelayanan yang efektif.

13
9. Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan legal etika dalam
keperwatan jiwa)

 Terdapat 2 tipe penerima klien dirumah sakit jiwa. Kesepakatan yang


disadari dengan kesepakatan yang tidak didasari. Kesepakatan yang tidak
didasari meliputi issu mengenai, hukum dan aspek etik serta legal dan
aspek profesional.
 Klien psikiatrik memiliki variasi hak asasi yang luas dan hak sebagai
warga sipil. Mereka selayaknya mendapatkan informasi hak tersebut dan
pihak rumah sakit menghargai hak tersebut. Beberapa dari hak tersebut
bersifat kontroversi dan dilematis.
 Perawat psikiatrik memiliki 3 peran dalam menampilkan tugas profesional
dan tugas pribadi, pemberian pelayan, pekerja dari pihak rumah sakit, dan
sebagai warga negara pribadi.

10. Implementing the nursing process standart of care (penatalaksanaan poses


keperawatan dengan standar perawatan)

 Proses keperawatan bersifat interaktif, suatu proses pemecahan masalah


(problem solving), digunakan oleh perawat secara sistematis dan secara
individual untuk mencapai tujuan keperawatan.
 Pengkajian seharusnya mersfleksikan keadaan, proses, dan informasi
biopsikososiospritual klien, data dikumpulkan secara sistematik yang
secara ideal didasari konsep perawatan jiwa.
 Diagnosa keperawatan seharusnya meliputi respon adaptif klien atau
respon maladaptif klien, mendefinisikan karakteristik respon tersebut, dan
pengaruh stressor.
 Perencanaan keperawatan seharusnya meliputi prioritas daignosa
keperawatan dan tujuan yang diharapkan.

14
 Intervensi keperawatan seharusnya secara langsung membantu kilien
meningkatkan insight (penilaian terhadap dirinya) dan pemecahan masalah
melalui perencanaan tindakan yang positif.
 Evaluasi meliputi penelaian kembali fase-fase sebelumnya dari proses
keperwatan menentukan tahapan untuk merencanakan tujuan yang hendak
dicapai.

11. Actualizing the psychiatric nursing care role: professional perfomance


standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa : melalui penampilan standart-
standart profesional

 Standart penampilan profesional diaplikasikan untuk mengatur tanggung


jawab pribadi dan untuk praktik, hal tersebut seharusnya didemotrasikan
oleh perawat baik sebagai individu maupun sebagai kelompok standar juga
berhubungan dengan otonomi dan self definition.
 Perawat psikiatrik juga membutuhkan partisipasi aktif dalam organisasi
evaluasi formal keseluruhan pola-pola perawatan melalui peningkatan
kualitas jenis aktivitas yang meliputi sistem, konsumen, evaluasi klinik.
 Evaluasi penampilan meliputi peninjauan kembali secara alternatif
penampilan kerja dan supervisi klinik pelayanan keperawatannya.
 Perawat psikiatrik diharapkan untuk secara kontinyu belajar untuk
memelihara informasi yang lalu dan memperoleh informasi yang terkini
dalam bidangnya.
 Rekan sejawat membutuhkan pandangan perawat psikiatrik yang
memandang kelompok sebagai tim kolaborasi dalam pemberian pelayanan
kesehatan.
 Pertimbangan legal etis dan isu terapeutik mempengaruhi aspek-aspek
dalam perawatan psikiatri dan digunakan dalam pengambilan keputusan
etis dalam merawat klien.

15
 Kolaborasi adalah sharing dalam perencanaan, pengambilan
keputusan,pemecahan masalah, penentuan tujuan, dalam bekerja sama
dengan komunikasi yang terbuka.

2.6 Perkembangan Keperawatan Kesehatan Jiwa


Skema 1.1.

Evolving Functions
 1958: DEALING WITH PATIENT PROBLEM OF ATTITUDE, MOOD &
INTERPRETATION OF REALITY, EXPLORING DISTURBING &
CONFLICTING THOUGHT & FEELINGS, USING THE PATIENT
POSITIVEFEELINGS, BRING PSYCHOPHYSIOLOGICAL
HOMEOSTATIS,COUNSELING IN EMERGENCIES, INCLUDING PANIC
&FEAR, STRENGTHENING THE WELL PART OF PATIENTS

 1960: PRIMERY PREVENTION, IMPLEMENTING & CONSULTATION IN


COMMUNITY, MULTIDIPLINARY TRETAMENT, CHANGE: TO
PSYCHIATRIC & MENTAL HEALTH

 1970: SPECIALTY NURSING PRACTICE


KEPERAWATN JIWA: PROSES INTERPERSONAL YANG BERUPAYA
UNTUK MENINGKATKAN & MEMPERTAHANKAN FUNGSI YANG
TERINTEGRASI,
PASIEN/SISTEM KLIEN BERUPA INDIVIDU, KELUARGA,
KELOMPOK,ORGANISASI/KOMUNITAS

 BIDANG SPESIALISASI PRAKTIK KEPERAWATAN YANG


MENERAPKAN TEORI PERILAKU MANUSIA SEBAGAI ILMUNYA &
PENGGUNAAN DIRI SENDIRI SECARA TERAPEUTIK SEBAGAI
KIATNYA (ANA)

Secara skematis dapat dilihat bahwa perkembangan keperawatan


kesehatan jiwa dimulai dari cara menangani klien yang memiliki masalah sikap,
perasaan, dan konflik. Kemudian berkembang kearah pencegahan primer dan
penangan secara multidisiplin. Perkembangan selanjutnya mengarah pada
16
bidang spesialisasi keperawatn jiwa yang membutuhkan pendidikan
keterampilan khusus.

2.7 Konseptual Model Keperawatn Kesehatan Jiwa

Table 1.1.

MODEL VIEW OF THERAPEUTIC ROLES OF


BEHAVIORAL PROCESS PATIENT &
DEVIATION THERAPIST
 SYCHOA  EGO TIDAK  ASOSIASI  KLIEN :
NALYTI MAMPU BEBAS & MENGUNGKA
CAL MENGONTROL ANALISA PKAN SEMUA
(FREUD, ANSIETAS, MIMPI PIKIRAN &
ERICKS KONFLIK  TRANFEREN MIMPI
ON) TIDAK SELESAI UNTUK  TERAPIST :
MEMPERBAIK MENGINTERP
I TRAUMATIK RETASI
MASA LALU PIKIRAN &
MIMPI PASIEN
 INTERPE  ANSIETAS  BUILD  PATIENT :
RSONAL TIMBUL & FEELING SHARE
(SULLIV DIALAMI SECURITY ANXIETIES
AN, SECARA  TRUSTING  THERASPIST :
PEPLAU) INTERPERSON RELATINSHIP USE
AL & EMPATHY &
INTERPERSON RELATIONSHI
AL P
SATISFACTIO
N
 SOSIAL  SOCIAL &  ENVIRONMEN  PASIEN :
(CAPLA ENVIRONMENT T MENYAMPAI
17
N, AL FACTORS MANIPULATI KAN
SZASZ) CREATE ON & SOCIAL MASALAH
STRESS, SUPPORT MENGGUNAK
WHICH CAUSE AN SUMBER
ANXIETY & YANG ADA DI
SYMPTOM MASYARAKA
T
 EXISTEN  INDIVIDU  EXPERIENCE  KLIEN :
SIAL GAGAL IN BERPERAN
(ELUS, MENEMUKAN RELATIONSHI SERTA
ROGERS & MENERIMA P, DALAM
) DIRI SENDIRI CONDUCTED PENGALAMA
IN GROUP, N YANG
 ENCOURAGE BERARTI
D TO ACCEPT UNTUK
SELF & MEMPELAJAR
CONTROL I DIRI
BEHAVIOR  TERAPIST:
MEMPERLUA
S
KESADARAN
DIRI KLIEN
 SUPPOR  FAKTOR  MENGUATKA  KLIEN :
TIVE BIOPSIKOSOSI N RESPON TERLIBAT
THERAP AL & RESPON KOPING DLM,
Y MALADAPTIF ADAPTIF IDENTIFIKASI
(WERMO SAAT INI COPING
N,  TERAPIST :
ROCKLA HUBUNGAN
ND) YG HANGAT

18
& EMPATIK
 MEDICA  COMBINATION  PEMERIKSAA  KLIEN :
L FROM N MENJALANI
(MEYER, PHYSIOLOGIC DIAGNOSTIK, PROSEDUR
KRAEPLI AL, GENETIC, TERAPI DIAGNOSTIK
N) ENVIRONMENT SOMATIK, & TERAPI
AL & SOCIAL FARMAKOLO JANGKA
GIK & TEHNIK PANJANG
INTERPERSON  TERAPIST :
AL THERAPY,
REPPORT
EFFECTS,
DIAGNOSE
ILLNESS,
THERAPEUIT
C APPROACH

Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat dikelompokkan ke


dalam 6 model yaitu :

1. Psychoanalitycal (Freud, Erickson)


Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang
apabila ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau
insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akal ( ego) untuk
mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), aksn
mendorong terjadinya penyimpangan perilaku ( deviation of Behavioral).
Factor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah adanya koflik intra-
psikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasanan pada masa oral
dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak adanya stimulus
untuk belajar berkata-kata, dilarang dengan kekerasan untuk memasukkan benda

19
pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan
traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah menggunakan metoda asosiasi bebas dan
analisa mimpi, transferen untuk memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien
dibuat dalam keadaan ngantuk yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya
pengalaman alam bawah sdarnya digali dengan pertanyaan-pertanyaan untuk
menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih dikenal dengan metode hypnotic yang
memerlukan keahlian dan latihan yang khusus.
Dengan carademikian, klien akan mengungkapkan semua pikiran dan
mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi pikiran dan
mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya melakukan assessment atau pengkajian
mengenai keadaan-keadaan traumatic atau stressor yang dianggap bermakna pada
masa lalu misalnya (pernah disiksa orang tua, pernah disodomi, diperlakukan
secara kasar, diterlantarkan, diasuh dengan kekerasan. Diperkosa pada masa
anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi terapeutik setelah terjalin
trust ( saling percaya).
2. Interpersonal (Sullivan, peplau)
Menurut kosep model ini, kelainan jiwa seseorang bias muncul akibat adanya
ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety), Ansietas timbul
dan dialami seseorang akibat adanya koflik saat berhubungan dengan orang lain
(interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adanya ketakutan
ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Sebagai contoh dalam kasus
seseorang anak yang tidak dikehendaki (Unwanted Child). Dimana seorang anak
dilahirkan dari hasil hubungan gelap, ibunya pernah berupaya untuk
membunuhnya karena merasa malu dan melanggar norma, lingkungannya tidak
menerima dengan hangat karena dianggap anak haram, teman-temannya
mengejek, ayahnya tidak pernah memberikan kasih saying, maka ia akan tumbuh
menjadi anak yang tidak diterima oleh orang lain.
20
Proses terapi menurut konsep ini adalah Build Feeling security (berupaya
membangun rasa aman bagi klien), Trusting Relationship and Interpersonal
Satisfaction (menjalin hubungan yang saling percaya) dan membina kepuasan
dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya
melakukansharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa
dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan sikap orang lain), theraspist use
empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberikan respon
verbal yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain
seperti: “saya senang berbicara dengan anda, saya siap membantu anda, anda
sangat menyenangkan bagi saya”.
3. Social (Caplan, Szasz)

Menurut konsep ini, seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau


penyimpangan perilaku apabila banyak factor social dan factor lingkungan yang
akan memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental factor
create stress, which cause anxiety and symptom). Akumulasi stressor yang ada
pada lingkungan seperti: bising, macet, tuntutan persaingan pekerjaan, harga
barang yang mahal, persaingan kemewahan, iklim yang sangat panas atau dingin,
ancaman penyakit, polusi, sampah, akan mecetuskan stress pada individu.

Stressor dari lingkungan diperparah oleh stressor dalam hubungan social


seperti atasan yang galak, istri yang cerewet, anak yang nakal, tetangga yang
buruk, guru yang mengancam atau teman sebaya yang jahat akan memunculkan
sebagai stressor dan membangkitkan kecemasan.

Prinsif proses terapi yang sangat penting dalam konsep model ini adalah
Environment Manipulation and Social Support (pentingnya modifikasi lingkungan
dan adanya dukungan social). Sebagai contoh dirumah harus bersih, teratur,
harum, tidak bising, ventilasi cukup, penataan alat dan perabotan yang teratur.

21
Lingkungan kantor yang asri, bersahabat, ada taman, tata lampu yang indah,
hubungan kerja yang harmonis, hubungan suami istri yang memuaskan.

Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien
harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat
melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan therapist
berupaya : menggali system social klien seperti suasana di rumah, di kantor, di
sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.

4. Existensial (Ellis, Rogers)


Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa
terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu
tidak memiliki kebanggaan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami
gangguan dalam Body image-nya.
Petanyaan yang tidak bias dijawab adalah: Siapakah saya ini sebenarnya? Apa
tujuan saya lahir ke dunia ini? Apa kelebihan dan kekurangan saya? Bagaimana
seharusnya saya bersikap agar orang lain menyukai saya? Apa pegangan jalan
hidup saya? Norma mana yang saya anut? Seringkali individu merasa asing dan
bigung dengan dirinya sendiri, sehingga pencarian makna kehidupannya
(eksistensinya) menjadi kabur.
Prinsip dalam proses terapinya adalah: mengupayakan individu agar
berpengalaman bergauk dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain
yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan (experience in
relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara intropeksi (self assessment),
bergaul dengan kelompok sendiri dan menerima kritik atau feed back tentang
perilakunya dari orang lain (encouraged toaccept self and control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah: klien dianjurkan untuk berperan serta dalam
memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan
mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompol. Therapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed
back, kritik, saran atau Rewart & punishment
22
5. Supportive therapy (Wermon, Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep model ini adalah: factor biopsikososial
dan respon maladaptive saat ini. Aspek Biologisnya menjadi masalah seperti:
sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya mengalami banyak
keluhan seperti: mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan bersalah, ragu-ragu,
pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti: susah bergaul, menarik diri,
tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan pekerjaan, dan sebagainya.
Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan jiwa. Fenomena
tersebut muncul akibatketidakmampuan dalam beradaptasi pada masalah-masalah
yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu. Stressor pada saat
ini misalnya berupa PHK atau ujian yang dianggap penting sekali seperti ujian
PNS, ujian saringan masuk PTN, test masuk pekerjaan. Ketidakmampuan
beradaptasi dan menerima apapun hasilnya setelah berupaya maksimal
menyebabkan individu menjadi stress.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon coping adaptif, individu
diupayakan mengenal terlebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang ada pada
dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan masalah.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi coping yang
dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Therapist berupaya menjalin hubungan
yang hangat dan empatik dengan kien unntuk menyiapkan coping klien yang
adaptif.
6. Medical (Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan fisik cenderung muncul akibat multifactor yang
kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor social. Sehigga
focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan diagnostic, terapi
somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat berperan dalam
berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur diagnostic dan terapi
jangka panjang, terapist berperan dalam pemberian terapi, laporan mengenai
dampak terapi, menentukan jenis pendekatan terapi yang digunakan, (therapy,
repport effects, diagnose illness, therapeutic approach).
23
2.8 Peran Perawat Kesehatan Jiwa

Menurut weiss (1947) yang dikutip oleh Struart Sundeen dalam principles
and practice of Psychiatric Nursing Care (1995),peran perawat adalah sebagai
Attitude Therapy, yakni:

 Mengobservasi perubahan, baik perubahan kecil atau menetap yang terjadi


pada klien
 Mendemonstrasikan penerimaan.
 Respek
 Memahami klien.
 Mempromosikan ketertarikan klien dan berpartisipasi dalam interaksi.
Sedangkan menurut Peplau, peran perawat meliputi:
 Sebagai pendidik
 Sebagai pemimpin didalam situasi yang bersifat local, nasional, dan
internasional.
 Sebagai “surrogate parent”,
 sebagai konselor.
Dan sebagai tambahan dari peran perawat adalah:
 bekerja sama dengan lembaga kesehatan mental.
 Konsultasi dengan yayasan kesejahteraan.
 Memberikan pelayanan kepada klien diluar klinik.
 Aktif melakukan penelitian.
 Membantu pendidikan masyarakat.
Clinical
Secara skematis peran perawat kesehatan jiwa dapat digambarkan
Legal & Ethical
sebagai berikut Patient

PSYCHIATRIC

24

Social
Fiscal

Professional
Skema 1.2

Direct Care Comunication

Coordinator
Degelation Collaboration

Management

Psychiatric

Skema 1.3

2.9 Asuhan Yang Kompeten Bagi Perawat Jiwa

1. Pengkajian biopsikososial yang peka terhadap budaya.


2. Merancang dan implementasi rencara tindakan untuk klien dan keluarga.
3. Peran serta dalam pengelolaan kasus : mengorganisasikan, mengkaji,
negosiasi, koordinasi pelayanan bagi individu dan keluarga.

25
4. Memberikan pedoman pelayanan bagi individu, keluarga, kelompok,
untuk menggunakan sumber yang bersedia di komunitas kesehatan mental,
termasuk pelayanan terkait, teknologi dan system social yang paling tepat.
5. Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental serta mengatasi pengaruh
penyakit mental melalui penyuluhan dan konseling.
6. Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah
psikologis dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
7. Mengelola dan mengkoordinasi system pelayanan yang mengintegrasikan
kebutuhan klien, keluarga, staf dan pembuat kebijakan.

BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
26
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis,
dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,
perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan
emosional.
Faktor yang menyebabkan gangguan jiwa juga dapat dipandang
dalam tiga kategori, yaitu :
1. Faktor individual: meliputi struktur biologis, ansietas, kekhawatiran
dan ketakutan, ketidakharmonisan dalam hidup, dan kehilangan arti hidup
(Seaward, 1997).
2. Faktor interpersonal: meliputi komunikasi yang tidak efektif,
ketergantungan yang berlebihan atau menarik diri dari hubungan, dan
kehilangan kontrol emosional.
3. Faktor budaya dan sosial: meliputi tidak ada penghasilan, kekerasan,
tidak memiliki tempat tinggal, kemiskinan, dan diskriminasi seperti
perbedaan ras, golongan, usia dan jenis kelamin.
Berbagai kondisi psikososial yang menjadi indikator taraf
kesehatan jiwa masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan karakteristik
kehidupan di perkotaan (urban mental health) meliputi: kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT), kasus perceraian, anak remaja putus sekolah, kasus
kriminalitas anak remaja, masalah anak jalanan, promiskuitas,
penyalahgunaan Napza dan dampak nya (hepatitis C,HIV/AIDS dll),
gelandangan psikotik serta kasus bunuh diri. Ada 6 macam model
keperawatan kesehatan jiwa, yaitu:
1. Psikoanalisa
2. Interpersonal
3. Sosial
4. Existensial
5. Supportive therapy
6. Medical

27
1.2 Saran
Sebagai saran diharapakan setelah membaca makalah ini, mahasiswa
dapat mengetahi tentang penyakit anemia serta hala-hal lain yang telah
dibahas dalam makalah ini dan semoga makalah ini dapat memeberikan
manfaat bagi kita semua.

28
DAFTAR PUSTAKA

Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta: PT. Refika Aditama.

http://triahi.blogspot.co.id/2012/10/konsep-dasar-keperawatan-kesehatan-
jiwa.html

29

Anda mungkin juga menyukai