Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-

6
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September

ISOLASI SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK DIKLOROMETANA BATANG


TUMBUHAN ASHITABA (Angelica keiskei)

ISOLATION OF FLAVONOID COMPOUND FROM DICHLOROMETHANE EXTRACT


OF ASHITABA (Angelica keiskei) STEM

Miya Nur Safita, Suyatno


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761

Email : mi yanursafita@ ymail.com

Abstrak. Ashitaba (Angelica keiskei) adalah salah satu tumbuhan famili Apiaceae yang merupakan
tanaman introduksi dari Jepang dan dibudidayakan di Kecamatan Trawas, Jawa Timur.
Penelitian terhadap ekstrak diklorometana batang tumbuhan ashitaba belum pernah dilakukan. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan struktur molekul senyawa flavonoid
dari ekstrak diklorometana batang tumbuhan ashitaba. Dalam penelitian ini ekstraksi serbuk
batang ashitaba dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut diklorometana, pemisahan
dengan metode kromatografi cair vakum (KCV) dan kromatografi cepat (flash chromatography),
penentuan struktur molekul menggunakan metode spektroskopi (UV, IR, dan LC-MS). Dari hasil
penelitian diperoleh isolat
berupa serbuk berwarna kuning dengan titik leleh 114-116℃. Berdasarkan data
spektroskopi
disimpulkan
oktadienil] bahwa senyawa hasil isolasi adalah 2’,4’,4-trihidroksi-3’-[(E)-3,7-dimetil-2,6-
chalkon
(xanthoangelol).

Kata kunci: Ashitaba (Angelica keiskei), flavonoid,


xanthoangelol

Abstract. Ashitaba (Angelica keiskei) is one of the family Apiaceae that are introduced from Japan and
cultivated in Trawas, East Java. Due to phytochemical investigation of dichloromethane extract
of ashitaba stem had not been done yet. This study aimed to determine the molecular structure of
flavonoid compounds from dichloromethane extract of ashitaba stem. In this study, the extraction of
ashitaba stem powder was carried out by maceration method using dichloromethane, separation by
vacuum liquid chromatography (VLC) and flash chromatography, the determination of the molecular
structure using spectroscopic methods (UV, IR, and LC-MS). The results were obtained isolate form
of yellow powder
with a melting point of 114-116℃. Based on spectroscopic data, it can be concluded that the
isolated
compound
(xanthoangelol).was 2',4',4-trihydroxy-3'-[(E)-3,7-dimethyl-2,6-octadienyl] chalcone

Keywords: Ashitaba (Angelica keiskei), flavonoid,


xanthoangelol

PENDAHULUAN Jepang sehingga belum banyak dikenal di


Indonesia. Ashitaba berasal dari pulau Hachijo,
Ashitaba (Angelica keiskei) adalah tanaman Jepang. Ashitaba akan tumbuh dengan sempurna
introduksi yaitu tanaman yang didatangkan dari di daerah dataran tinggi yang cukup lembab. Di
C-65
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : 978-602-0951-12-
6
Indonesia, tumbuhan ashitaba Jurusan
banyakKimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September
dibudidayakan di Desa Ketapanrame,
Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.
Selain itu, ashitaba juga tumbuh baik di Lombok
Timur yang berlokasi di Desa Sembalum,
Kecamatan Sumbawa dan dikembangkan di
kebun percobaan Manoko, Balai Penelitian

C-66
Tanaman Obat dan Aromatik di Lembang, Bahan-bahan yang di butuhkan adalah n-
Jawa heksana teknis, diklorometana teknis, etil
Barat [1]. asetat teknis, kloroform p.a, metanol p.a,
Ashitaba merupakan tumbuhan famili FeCl3, HCl pekat, pita Mg, pereaksi semprot,
Apiaceae dan disebut juga seledri jepang, hal ini silika gel Merck GF-60 (63-200 µm), kieselgel
dikarenakan bentuk tumbuhan ashitaba Merck 60
yang mirip dengan seledri, perbedaannya GF-254, pelat KLT silika gel Merck GF-254
adalah ukuran ashitaba lebih besar dan lebih
tinggi dibandingkan dengan seledri. (20×20; 0,25 mm).
Batang, daun, dan umbi ashitaba jika Prosedur Penelitian
dipotong akan mengeluarkan getah berwarna
Tahap Pengumpulan dan Penyiapan Sampel
kuning yang disebut chalkon (golongan senyawa
Batang tumbuhan ashitaba diperoleh dari
flavonoid) [2]. Dari ekstrak metanol kulit akar
Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas,
ashitaba telah diidentifikasi sebelas senyawa
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sebelum
turunan kumarin dan lima senyawa turunan
diteliti lebih lanjut, sampel tumbuhan tersebut
chalkon [3]. Dari ekstrak etil asetat batang
diidentifikasi di LIPI Kebun Raya Purwodadi,
tumbuhan ashitaba diidentifikasi lima senyawa
Pasuruan, Jawa Timur.
chalkon, tujuh senyawa kumarin, tiga senyawa
flavanon, satu senyawa diasetilen, dan satu Ekstraksi dan Isolasi
senyawa 5-alkilresorsinol [4]. Ekstraksi 2 kg serbuk batang tumbuhan
Penelitian tentang kandungan kimia dalam ashitaba dilakukan dengan cara maserasi
ekstrak diklorometana batang tumbuhan ashitaba berturut-turut selama 3x24 jam pada suhu kamar
belum pernah dilaporkan sehingga peneliti dengan pelarut n-heksana dan diklorometana.
tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hasil maserasi dengan pelarut diklorometana
isolasi senyawa flavonoid dari ekstrak disaring secara vakum dengan penyaring
diklorometana batang tumbuhan ashitaba Buchner sehingga diperoleh ekstrak
(Angelica keiskei). diklorometana. Selanjutnya ekstrak tersebut
diuapkan dengan rotary vacuum evaporator
BAHAN DAN METODE (penguap putar) menghasilkan ekstrak padat.
Metode kromatografi cair vakum (KCV)
Alat
digunakan untuk memisahkan komponen-
Seperangkat alat ekstraksi dengan metode komponen yang terdapat dalam ekstrak padat
maserasi, penyaring Buchner, pompa vakum dengan fasa diam kieselgel Merck 60 GF-254
(Dreh Schieber Vacuum Pumpe DSEZ), vacuum menggunakan eluen n-heksana, n-heksana-etil
rotary evaporator, seperangkat alat kromatografi asetat, dan etil asetat yang dielusi secara gradien.
lapis tipis, kromatografi cair vakum, dan Pemisahan dengan metode kromatografi cepat
kromatografi cepat, Fisher John melting point (Flash Chromatography) menggunakan eluen
apparatus, alat gelas, spektrofotometer UV kloroform-etil asetat 19:1 secara isokratik.
(Shimadzu Pharma Spec. UV-1800), Kromatografi lapis tipis (KLT) selanjutnya
Spektrofotometer FTIR (Shimadzu), LC digunakan untuk memonitor hasil pemisahan
(Hitachi L 6200) - MS (Mariner menggunakan eluen kloroform-etil asetat = 7 :
Biospectrometry). 3. Fraksi yang menunjukkan satu noda dengan
nilai Rf yang sama digabung kemudian
Bahan dilakukan rekristalisasi menggunakan pelarut
yang sesuai. Uji kemurnian isolat
dilakukan dengan
pengukuran titik leleh menggunakan alat Fisher 19:1 yang dielusi secara isokratik,
John melting point apparatus dan KLT menghasilkan
menggunakan tiga sistem eluen. 44 fraksi (volume setiap fraksi 10 ml). Setelah
dimonitor menggunakan kromatografi lapis tipis,
HASIL DAN PEMBAHASAN fraksi gabungan 10-12 diuapkan dan
Hasil Ekstraksi dan Isolasi Senyawa
Flavonoid dari Batang Tumbuhan Ashitaba
(Angelica keiskei)

Dalam penelitian ini, sebanyak 2 kg serbuk


batang tumbuhan ashitaba dimaserasi berturut-
turut selama 3x24 jam dengan pelarut n-heksana
dan diklorometana. Penyaringan dilakukan pada
ekstrak yang diperoleh menggunakan penyaring
Buchner. Filtrat yang dihasilkan dari ekstrak
diklorometana kemudian diuapkan secara vakum
menggunakan penguap putar
(rotary
evaporator) pada suhu ±65℃ sehingga diperoleh
ekstrak
kehitaman padat berwarna hijau
sebanyak 18,225 gram.
Kromatografi cair vakum (KCV)
digunakan untuk memisahkan komponen-
komponen senyawa pada15 gram ektrak padat
menggunakan fasa diam kieselgel Merck 60
GF-
254 serta eluen berturut-turut n-heksana, n-
heksana-etil asetat, dan etil asetat yang
dielusi secara gradien menghasilkan 131 fraksi
(volume setiap fraksi 12 ml). Hasil pemisahan
dimonitor menggunakan kromatografi lapis
tipis. Gabungan fraksi 70-90 dipisahkan lebih
lanjut dengan KCV menggunakan eluen yang
sama menghasilkan 128 fraksi. Fraksi yang
menunjukkan noda utama yaitu pada fraksi
102-
115 digabung. Gabungan fraksi 102-115
menghasilkan serbuk berwarna kuning
seberat
0,169 gram.
Serbuk tersebut dipisahkan dengan
kromatografi cepat (flash chromatography)
menggunakan fasa diam silika gel Merck G-60
60-200 µm dengan eluen kloroform-etil asetat
=
menghasilkan serbuk berwarna kuning Berdasarkan hasil pengukuran spektrum
sebanyak UV dalam metanol menunjukkan puncak
80 mg. Selanjutnya dilakukan rekristalisasi maksimum pada 237 nm (pita II) dan 367
menggunakan pelarut n-heksana-etil asetat nm
menghasilkan isolat berupa serbuk berwarna
kuning sebanyak 31 mg dengan titik leleh
114-
116℃.
Senyawa hasil isolasi pada tiga sistem
eluen menunjukkan satu noda pada kromatografi
lapis tipis (KLT) yaitu Rf = 0,85 (kloroform-
aseton), Rf = 0,64 (kloroform-etil asetat), dan Rf
= 0,27 (n-heksana-etil asetat). Uji kualitatif
senyawa hasil isolasi dengan pereaksi FeCl3
menunjukkan warna cokelat kehitaman. Hasil uji
Shinoda test memberikan perubahan warna dari
kuning menjadi orange.

Penentuan Struktur Molekul Senyawa


Hasil
Isolasi

Hasil pengukuran spektrum ultraviolet


(UV) dalam metanol (MeOH) menunjukkan
puncak maksimum pada: 237 dan 367 nm;
(MeOH+NaOH) = 285 dan 435 nm; (MeOH +
AlCl3) = 249 dan 366 nm; (MeOH + AlCl3
+HCl) = 255 dan 368 nm; (MeOH + NaOAc)
=
284 dan 366 nm; dan (MeOH + NaOAc +
H3BO3) = 284 dan 366 nm.
Spektrum IR (KBr) vmaks: 3419,90 –
-1 -1
3371,68 cm (O-H), 3070,78 cm (C-H
-
aromatis), 2956,97; 2924,18; dan 2852,81 cm
1

-1
(C-H alkil), 1726,35 cm (C=O), 1631,83;
-1
1572,04; 1512,24; 1498,74; dan 1427,37 cm
-1
(karakteristik cincin aromatis), 1371,43 cm
(C- H, CH3 umbrella), 1288,49; 1242,20;
dan
1124,54 cm-1 (C-O).
Hasil analisis dengan Liquid
Chromatography menunjukkan satu puncak
pada kromatogram dengan waktu retensi 3,1
menit dan memberikan puncak ion semu
+
(M+H) pada m/z 393. Dengan demikian isolat
memiliki massa molekul relatif 392.
-1
(pita I). Spektrum isolat mirip dengan spektrum dan 2852,81 cm serta vibrasi tekuk C-H alkil
UV flavonoid jenis chalkon yang memiliki dan CH3 umbrella pada 1371,43cm .
-1

rentang serapan UV pada daerah 230-270 nm


(pita II) dan 340-390 nm (pita I) [5]. Data
spektrum IR isolat menunjukkan adanya
kerangka senyawa chalkon yang didukung
-
dengan adanya regang gugus C=O (1726,35 cm
1
), C-H aromatis dan C-H alkena (3070,78 cm-
1
),
dan karakteristik cincin aromatis
(1631,83;
-1
1572,04; 1512,24; 1498,74; dan 1427,37 cm ).
-1
Vibrasi regang O-H (3419,90 dan 3371,68 cm )
dan regang C-O (1288,49; 1242,20; dan 1124,54
-1
cm ) juga mendukung bahwa isolat merupakan
senyawa flavonoid yang memiliki gugus
hidroksil.
Berdasarkan hasil spektrum UV terjadi
pergeseran batokromik pada pita I yang
mengalami pergeseran sebesar 68 nm dan pita
II
48 nm akibat penambahan NaOH. Pergeseran
tersebut menunjukkan adanya gugus hidroksil
pada atom C-4 dan C-4’ [5]. Tidak adanya
pergeseran batokromik pita I pada penambahan
larutan AlCl3 menunjukkan bahwa senyawa
chalkon tersebut tidak memiliki gugus orto-
dihidroksi pada cincin B. Penambahan larutan
AlCl3+HCl mengakibatkan pergeseran
batokromik pada pita II sebesar 18 nm, hal
tersebut menunjukkan adanya gugus OH pada
atom C-2’. Penambahan larutan NaOAc
mengakibatkan pergeseran batokromik pada pita
II sebesar 47 nm, hal tersebut memperkuat
dugaan adanya gugus OH pada atom C-4 dan C-
4’. Tidak adanya pergeseran batokromik pita
I pada penambahan larutan NaOAC+H3BO3
menunjukkan bahwa senyawa chalkon tersebut
tidak memiliki gugus orto-dihidroksi pada cincin
A.
Berdasarkan hasil kajian literatur,
kandungan senyawa flavonoid dari tumbuhan
ashitaba terdapat gugus geranil. Spektrum IR
mendukung keberadaan gugus geranil yaitu
vibrasi ulur C-H alkil pada 2956,97; 2924,18;
Berdasarkan hasil analisis data uji Littro. 22(2): 177-185.
kualitatif dan spektroskopi (UV, IR, dan LC- 2. Ogawa, H., Nakamura, R., & Baba,
MS) dapat disimpulkan bahwa senyawa fenolik K.
hasil isolasi merupakan senyawa chalkon yaitu 2005. Beneficial Effect to Laserpitin, A
2’,4’,4- trihidroksi-3’- [(E)- 3,7-dimetil-2,6- Caumarin Compound from Angelica
okta-dienil] chalkon atau xanthoangelol keiskei, on Lipid Metabolism in
dengan rumus molekul C25H28O4. Struktur Strokeprone Spontaneously Hypertensive
molekul senyawa tersebut ditunjukkan pada Rats. Journal of Clinical and
Gambar 1. Experimental

OH

H
O

OH O

Gambar 1. Struktur Senyawa Xanthoangelol


Hasil
Isola
si

KESIMPULA
N
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa senyawa fenolik hasil
isolasi dari batang tumbuhan ashitaba
(Angelica keiskei) merupakan senyawa
chalkon yaitu
2’,4’,4-trihidroksi-3’- [(E)- 3,7- dimetil- 2,6 -
oktadienil] chalkon (xanthoangelol) dengan
rumus molekul C25H28O4.

UCAPAN TERIMA
KASIH
Ucapan terimakasih disampaikan
kepada LIPI Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan,
Jawa Timur yang telah mengidentifikasi
sampel tumbuhan ashitaba.

DAFTAR
PUSTAKA

1. Sembiring, Bagem Br dan Manoi, F.


2011.
Identifikasi Mutu Tanaman Ashitaba.
Bul
Pharmacology and Physiology. 32: 1104-
1109.
3. Kim, D. W., C-Long, M. J., Yuk, H. J.,
Wang, Y., Song, Y. H., Jeong, S. H., dan
Park, K. H. 2014. Quantitative Analysis of
Phenolic Metabolites from Different Parts
of Angelica Keiskei by HPLC–ESI MS/MS
and their Xanthine Oxidase Inhibition.
Food Chemistry 153: 20-27.
4. Akihisa, T., Tokuda, H., Ukiya, M., Iizuka,
M., Schneider, S., Ogasawara, K.,
Mukainaka, T., Iwatsuki, K., Suzuki, T., &
Nishino. H. 2003. Chalcones, Coumarines,
and Flavonones from the Exudate of
Angelica Keiskei and their
Chemopreventive Effects. Cancer Letters.
201 : 133-137.
5. Markham, K. R. 1988. Cara
Mengidentifikasi Flavonoid. Penerjemah:
Kosasih Padmawinata. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai