Anda di halaman 1dari 9

PERCOBAAN 2

INTERFEROMETER MICHELSON

A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan Interferometer Michelson adalah untuk mempelajari bagaimana
cara kerja dari interferometer Michelson serta mengukur besar panjang gelombang dari sinar
Laser He-Ne.
B. DASAR TEORI
Salah satu sifat gelombang dari partikel ditunjukkan oleh fenomena interferensi.
Interferensi merupakan gabungan secara superposisi dari dua atau lebih sumber cahaya yang
dapat menghasilkan pola terang (interferensi maksimum) dan pola gelap (interferensi
minimum). Agar dapat berinterferensi, cahaya tersebut harus memiliki amplitudo, frekuensi,
dan beda fase yang tetap (Halliday & Resnick,1999). Cahaya dengan sifat yang demikian
selanjutnya disebut sebagai cahaya yang koheren.
Fenomena interferensi dapat diamati dengan menggunakan alat yang disebut dengan
interferometer. Berdasarkan cara kerjanya, interferometer dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu interferometer pembagi amplitudo dan interferometer pembagi muka
gelombang (Fitriana, N.H. et al 2018). Salah satu jenis interferometer pembagi ampitudo
adalah interferometer Michelson yang digunakan untuk mengukur panjang gelombang sinar
tertentu dari garis interferensi dengan tingkatan ketelitian tinggi. Interferometer Michelson
ditemukan oleh A.A Michelson pada tahun 1881 dengan prinsip yang sama seperti halnya
percobaan celah ganda oleh Young.
Sebagian besar interferometer termasuk interferometer Michelson, menggunakan beam
splitter (pemecah sinar) sebagai komponen yang paling penting. Bentuk dari beam splitter
(pemecah sinar) adalah kubus dengan dua prisma segitiga yang dilapisi resin dengan
ketebalan tertentu . Saat cahaya laser dijatuhkan pada set alat interferometer Michelson,
cahaya akan dipecah oleh beam splitter. Pada beam spillter sinar akan dipecah menjadi dua
bagian, sebagian dipantulkan menuju cermin M1 dan sebagian akan ditransmisikan menuju
cermin M2. Dari M1 dan M2, sinar akan dipantulkan lagi menuju beam spillter yang kemudian
oleh beam spillter dipantulkan/ditransmisikan menuju layar menjadi pola gelap terang (Tim
Praktikum Fisika Modern, 2016).
Gambar 1. Skema percobaan Interferometer Michelson

Jika mula-mula pusat dari pola garis interferensi yang terjadi di layar terlihat terang
kemudian M2 digeser sedemikian rupa menuju M' 2 sehingga cincin mengalami perubahan ke
terang berikutnya, maka lintasan cahaya yang menumbuk M 2 telah bergeser sejauh satu
panjang gelombang (sejauh S). Perubahan dari cermin M 2 ke depan maupun ke belakang
sama pengaruhnya. Karena cahaya bolak-balik melewati lapisan udara yang sama, maka
cermin M2 akan memiliki panjang gelombang setengah dari panjang gelombang M' 2. Oleh
karena itu, besarnya S dapat ditentukan melalui persamaan berikut :
S=nλ(1)
dimana n adalah jumlah perubahan cincin( gelap-terang-gelap atau terang-gelap-
terang, λ adalah panjang gelombang sinar laser dan S sebagai perubahan panjang lintasan
optik yang dirumuskan S = 2 ¿. Dengan demikian ,
λ=2 ¿ ¿

C. ALAT DAN DESAIN PERCOBAAN


Dalam percobaan interferometer Michelson, alat dan bahan yang digunakan adalah
sebagai berikut :
Set-up alat lengkap dari interferometer Michelson yang terdiri atas : (1) Half mirror M
(Beam Splitter) sebagai pembagi sinar, yaitu meneruskan sebagian sinar dan juga
memantulkan sebagian sinar yang lain, (2) Cermin tetap M1 (Adjustable mirror) sebagai
penerima sinar yang dipantulkan oleh Beam Splitter , (3) Cermin gerak M2 (Movable
Mirror) sebagai penerima sinar yang ditransmisikan oleh Beam Splitter, untuk
dipantulkan kembali bersama cermin M1 menuju Beam Splitter yang selanjutnya akan
diteruskan pada layar. (4) Stationary mirror adjusting screw sebagai sekrup yang dapat
diputar-putar searah sumbu X dan Y agar terbentuk pola gelap-terang pada layar. (5)
Vernier sebagai skala yang dapat diputar dan divariasi agar terbentuk beda lintasan pada
M2. Laser He-Ne sebagai sumber cahaya monokromatik dan Layar berwarna putih/
dinding berwarna putih sebagai tempat terbentuknya pola gelap-terang.

Gambar 2. Set-up alat Interferometer Michelson

D. PROSEDUR PERCOBAAN
Pertama, mengatur posisi laser sedemikian rupa agar tidak bergeser posisinya serta
mengarahkan cahaya dari laser He-Ne agar terpancar tepat mengenai set alat interferometer
Michelson. Kedua, Menghidupkan laser dan mengatur posisi Half mirror M (Beam Splitter)
agar berkas cahaya terpecah menjadi 2 bagian dan membentuk posisi yang saling tegak lurus.
Ketiga, Mengatur posisi cermin gerak M2 (Movable Mirror) dengan cara memutar skrup pada
Stationary mirror adjusting screw agar terbentuk cincin gelap-terang pada layar. Keempat,
Mencatat posisi awal dari cermin gerak M 2 (Movable Mirror) sebelum dilakukan pemutaran
pada vernier. Setelah itu, vernier diputar secara perlahan untuk mencari banyaknya pola gelap-
terang yang terbentuk pada layar (n) dan mencatat posisi akhir dari skrup vernier sebagai
posisi dari M' 2. Kelima, Mengulangi langkah 4 sampai mendapatkan 10 data dengan
melakukan variasi pemutaran skrup pada vernier untuk selanjutnya dicatat pada data
pengamatan.

E. DATA PENGAMATAN
No. Posisi M 2 Posisi M 2' n
1. 0 0 4
2. 0 1 7
3. 0 2 10
4. 0 3 13
5. 0 4 16
6. 0 5 19
7. 0 6 23
8. 0 7 25
9. 0 8 30
10. 0 9 33
Tabel 1.Data Pengamatan Interferometer Michelson
Nst : 1 μm
F. ANALISIS DATA
Dalam percobaan interferometer Michelson, metode analisis yang digunakan untuk
menentukan panjang gelombang dari sinar laser He-Ne adalah metode analisis kuadrat
terkecil yang memiliki persamaan umum y=a+bx. Adapun nilai a dan b dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

a=
∑ x 2 . ∑ y−∑ x . ∑ xy b=
N ∑ xy−∑ x . ∑ y
2 2
N ∑ x 2 −( ∑ x ) ; N ∑ x 2 −( ∑ x )

∑ x2 N
S a =S y
√ N ∑ x2 −( ∑ x )
2
;
S b =S y
√ 2
N ∑ x −( ∑ x )
2

2 2

Dengan √
S y=
1
N −2 [ ∑y−
∑ x 2 ( ∑ y ) −2 ∑ x . ∑ xy . ∑ y+ N ( ∑ xy )
2

N ∑ x 2 −( ∑ x )
2

Selain menggunakan metode kuadrat terkecil, dalam percobaan ini juga digunakan metode
]
analisis grafik untuk mendapatkan hubungan antar variabel (hubungan antara jumlah
perubahan cincin gelap-terang dengan perubahan panjang lintasan cahaya).
1. Metode Kuadrat Terkecil
Mengacu pada persamaan (2) yaitu :
2
λ= ¿
n
2
n= ¿
λ
Dengan menggunakan persamaan regresi linier ¿ a+ bx , maka didapat hubungan sebagai
berikut :
2
n=y ; ¿=x ; =b ; a=0
λ
No |M'2-M2| = x n= y x2 y2 xy
1 0 4 0 16 0
2 1 7 1 49 7
3 2 10 4 100 20
4 3 13 9 169 39
5 4 16 16 256 64
6 5 19 25 361 95
7 6 23 36 529 138
8 7 25 49 625 175
9 8 30 64 900 240
10 9 33 81 1089 297
∑ 45 180 285 4094 1075
3240 1676083 115562
∑2
2025 0 81225 6 5

 Menentukan nilai b́
N ∑ xy −∑ x ∑ y
b́=
N ∑ x 2−¿ ¿
10 x 1075−45 x 180
b́=
10 x 285−2025
b́=3,21

 Menentukan S y
1
Sy=
√ N−2
¿¿

(285 x 32400 )−2 x 45 x 1075 x 180+10 x 1155625


Sy=
√ 1
10−2
S y =¿1,16515
[
4098−
10 x 285−2025 ]
 Menentukan Sb
N
Sb =S y
√ N ∑ x 2−¿ ¿
¿

10
Sb =1,16515
√ 10 x 285−2025
Sb =¿0,128278
 Panjang gelombang ( λ ) dari Laser He-Ne, dihitung dari persamaan:
2
b=
λ
2
λ́=

2
λ́=
3,21
λ́=0.6231 μm
 Ralat mutlak :
2
Sλ=
∂λ
√|
S
∂b b
2
|

S λ = |2. Sb|
2
S =√|2.(0,128278)|
λ

S λ =0,2565
 Ralat Relatif :

Rλ= x 100 %
λ
0,2565
Rλ= x 100 %
0,623
R λ =0,41 %( 4 AP)
Jadi, panjang gelombang sinar laser He-Ne yang digunakan dalam percobaan ini adalah
λ=(0,6231± 0,2565)μm dengan ralat relatif sebesar0,41 % (4 AP)
2. Metode Grafik
Dalam percobaan ini, untuk menunjukkan keterkaitan antara variabel-variabel dalam
percobaan dapat menggunakan metode analisis grafik. Dari persamaan (2), dengan
menggunakan persamaan linier y=a+bx didapat hubungan
2
n=y ; ¿=x ; =b ; a=0
λ
Berdasarkan pendekatan tersebut, dapat ditentukan grafik hubungan antara perubahan
pola gelap-terang (n) dengan perubahan panjang lintasan cahaya (¿) sebagai berikut:
Grafik Hubungan antara Perubahan Pola Gelap-Terang (n) dengan
Perubahan Panjang Lintasan Cahaya (lM'2-M2l) :
35
30 f(x) = 3.21 x + 3.55
R² = 1
25
20 |M'2-M2|
Linear (|M'2-M2|)
n

15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
|M'2-M2|

Dari grafik diatas, dapat diketahui bahwa perubahan jumlah frinji (pola gelap teragng)
linier terhadap pergeseran lintasan optis oleh perubahan posisi movable mirror yang
dilalui oleh berkas cahaya laser He-Ne. Semakin besar pergeseran lintasan optiknya maka
akan semakin banyak perubahan frinji yang terjadi. Untuk menentukan panjang
gelombang sinar laser He-Ne yang digunakan, dapat diperoleh dari besar kemiringan
(slope) garis yang dalam hal ini besarnya adalah b = 3,21. Selanjutnya panjang
gelombang sinar laser He-Ne dihitung melalui persamaan :
2
b=
λ
2
λ=
b
2
λ=
3,21
λ=0.6231 μm

G. PEMBAHASAN
Pada percobaan interferometer Michelson, fenomena yang dapat diamati adalah
fenomena interferensi gelombang. Fenomena interferensi terjadi akibat adanya gabungan
(superposisi) dari dua atau lebih sumber cahaya yang koheren (memiliki frekuensi,amplitudo
dan beda fase yang sama) sehingga menghasilkan pola gelap-terang pada layar (Halliday &
Resnick ,1999). Terbentuknya frinji (pola gelap-terang) diakibatkan karena perbedaan dari
lintasan cahaya. Dalam percobaan ini, pola interferensi dapat terbentuk karena adanya
komponen utama dari set alat interferometer Michelson yang disebut beam spillter sebagai
pemecah sinar (Hilbert, 2013). Oleh beam spillter sinar akan dipecah menjadi dua bagian,
sebagian dipantulkan menuju M1 dan sebagian akan ditransmisikan menuju M2. Dari M1 dan
M2, sinar akan dipantulkan lagi menuju beam spillter yang kemudian oleh beam spillter
dipantulkan/ditransmisikan menuju layar menjadi pola gelap terang.
Interferometer Michelson merupakan salah satu jenis interferometer pembelah amplitudo
yang biasanya difungsikan untuk mengukur indeks bias, getaran (vibrasi), serta pengukuran
panjang gelombang sumber cahaya tertentu (Fitriana, N.H. et al 2018). Dalam percobaan ini,
interferometer Michelson hanya digunakan untuk mengukur panjang gelombang sinar laser
jenis Helium Neon (He-Ne). Laser ini merupakan salah satu jenis laser gas yang disebabkan
karena atom netral serta molekul ( Handayani,S.L.2014).
Berdasarkan data perubahan panjang lintasan cahaya (¿) serta perubahan pola gelap-
terang (n) yang telah diperoleh, besarnya panjang gelombang dapat dihitung melalui
hubungan pada persamaan (1). Selanjutnya, dengan menggunakan metode analisis kuadrat
terkecil dan metode grafik yang telah dilakukan, diperoleh hasil panjang gelombang sinar
laser He-Ne yang digunakan dalam percobaan ini adalah λ=(0,6231± 0,2565)μm dengan ralat
relatif sebesar0,41 % ( 4 AP ) .Hasil dari percobaan tersebut, kurang sesuai dengan teori yang
ada. Menurut teorinya, laser He-Ne memiliki panjang gelombang sebesar ¿ 0,6328 μm ,
sehingga terdapat selisih sebesar 0,0097μm dengan hasil percobaan. Adanya perbedaan
tersebut menunjukkan adanya kesalahan-kesalahan yang terjadi selama percobaan .
Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain adalah kurangnya ketelitian praktikan dalam
menghitung pola gelap-terang yang terjadi serta kurangnya ketepatan dalam memutar vernier
yang menyebabkan perubahan frinji pada layar terlalu cepat sehingga kurang teramati oleh
praktikan.

H. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Interferometer Michelson merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menghasilkan
pola interferensi. Terbentuknya interferensi tersebut dikarenakan adanya perbedaan
lintasan perjalanan optik dari berkas cahaya koheren yang saling berinterkasi. Cara kerja
dari interferometer Michelson yaitu ketika sumber cahaya diarahkan pada beam splitter ,
maka sebagian cahaya akan dipantulkan pada cermin pertama atau M 1, dan sebagian
cahaya yang lain akan diteruskan ke cermin kedua atau M2. Dari M1 dan M2 , cahaya akan
dipantulkan kembali menuju beam splitter, kemudian diteruskan/dipantulkan oleh beam
splitter ke layar sehingga terlihat pola interferensi yang berbentuk cincin gelap terang.
2. Panjang gelombang sinar laser He-Ne yang digunakan dalam percobaan ini adalah
λ=(0,6231± 0,2565)μm dengan ralat relatif sebesar0,41 % ( 4 AP ) .

Anda mungkin juga menyukai