Anda di halaman 1dari 14

PERCOBAAN 6

PENGUKURAN CACAH RADIASI NUKLIR

A. Tujuan
1. Menentukan counting rate ( cacah radiasi ) dari bahan radioaktif.

2. Menentukan penyerapan radioaktif dari bahan pelindung.


B. Dasar Teori
Jika ingin mengukur besaran radiasi yang dipancarkan bahan radioaktif seperti
uranium, plutonium, radon, dan lain-lain diperlukan sensor yang dapat mengubah radiasi
menjadi aliran listrik, akan tetapi besaran tersebut memiliki beberapa parameter seperti
tenaga radiasi dan juga cacah radiasi. Oleh sebab itu, untuk mengukur bahan radiasi
diperlukan beberapa teknik untuk dapat membuat sensor radiasi..

Detektor radiasi bukan hanya bekerja dengan cara mengukur perubahan yang
disebabkan oleh penyerapan energi radiasi oleh medium penyerap. Walaupun jenis
peralatan untuk mendeteksi zarah radiasi nuklir banyak, akan tetapi prinsip kerja peralatan
tersebut pada umumnya didasarkan pada interaksi zarah radiasi terhadap detektor (sensor)
yang sedemikian sehingga tanggap efek radiasi atau sebanding dengan sifat radiasi yang
diukur.
Pencacah Geiger atau disebut juga dengan Pencacah Geiger-Müller yakni sebuah alat
pengukur radiasi ionisasi. Pencacah Geiger digunakan untuk mendeteksi radiasi alpha dan
beta. Sensornya adalah sebuah, tabung yang diisi oleh gas yang akan bersifat konduktor
ketika partikel atau foton radiasi menyebabkan gas (umumnya Argon) menjadi konduktif dan
Alat tersebut akan membesarkan sinyal dan menampilkan pada indikatornya yang bisa
berupa jarum penunjuk, lampu atau bunyi klik dimana satu bunyi menandakan satu partikel.
Pada kondisi tertentu, pencacah Geiger dapat digunakan untuk mendeteksi radiasi gamma,
walaupun tingkat reliabilitasnya kurang. Pencacah geiger tidak dapat digunakan untuk
mendeteksi neutron.
Detektor GM terdiri dari suatu tanbung gelas/logam berisi gas mulia dengan tekanan
rendah dan pada umumnya juga berisi polyatomik atau gas halogen. Gas ini disebut
quenching gashes (tekanan=1cmHg). Ditengah-tengah tabung, sepanjang sumbunya
dimasukkan suatu lapisan logam silinder yang dilapiskan pada dinding tabung. Antara katoda
dan anoda diberi tegangan tinggi dengan polaritas positif pada anoda. Karena itu perlu
ionisasi.
Adanya tegangan tinggi dalam tabung antara katoda dan anoda menyebabkan elektron
yang terbentuk bergerak ke anoda dengan cepat sendangkan ion positif bergerak dengan
lambat. Elektron mendapat percepatan dari medan listrik yang ada diantara anoda dan katoda.
Dalam perjalanan elektron juga mengionisasi atom-atom dengan jalan tumbukan. Elektron
hasil ionisasi disebut eletkron sekunder dan dipercepat lagi sehingga arus ion positif dan
elektron semakin besar. Jadi, ion postif dan elektron sekunder terjadi secara beranting
terkumpul di anoda sejumlah N jauh lebih besar dari jumlah elektron primer sebagai berikut :
N=M.n M = faktor multifikasi yang besarnya M>>1
Peristiwa ionisasi ini disebut Avalanche.

Pencacah pulsa yang menghitung akibat adanya partikel pengion dilakukan oleh
pencacah yang disebut counter. Pulsa ini tingginya tetap waktu terdeteksi, karena
karakteristik counter dan kondisi-kondisi alat ketika sedang bekerja. Bila GM terkena radiasi
nuklir yang intensitasnya tetap, maka terjadi ketergantungan laju pencacah terhadap tegangan
yang merupakan karakteristik dari GM. Tegangan dimana GM mulai mencacah disebut
tegangan mulai (start) kemudian pencacah naik dengan cepat bila tegangan diperbesar
sampai tegangan ambang.
Terbentuknya pulsa sebagai masuknya zarah-zarah pengion sewaktu ion positif
bergerak menuju katoda, kuat medan listrik disekitar kawat anoda naik dari harga rendah.
Sedikit demi sedikit sampai mencapai harga minimum yang bisa diperlukan untuk bisa
menimbulkan avelanche yang baru. Sampai ini maka dicapai detektor tak peka. Sesudahnya
medannya kembali lagi keharga starting operation, pada saat ini detektor kembali pekaan.
Waktu selama detektor tak peka disebut waktu mati τ(dead time). Waktu ketika detektor
memberikan pulsa dengan ukuran yang kurang dari harga penuhnya disebut recovery time.
Deteksi dari radiasi dengan intensitas yang tinggi memerlukan koreksi dengan adanya τ,
maka bila counting rate yang diberikan oleh counter = N maka selama waktu Nτ Counter
mengalami keadaan mati. Andaikan counting rate yang sebenarnya dalah = n maka
kehilangan count selama selang waktu Nτ adalah N x τ x n. Jadi N = n – Nτ =n (1-Nτ) atau
N
n=
1−N τ
Untuk N tinggi maka koreksi adanya dead time (sebebsar faktor 1/(1-Nτ)) penting untuk
diperhitungkan. Koreksi ini hanya bisa dilaksanakan bila dari counter diketahui.
Dead time dapat ditentukan paling mudah dengan metode dua sumber. Didalam metode ini
bila masing-masing sumber memberikan counting rate teramati sebesar N1 dan N2 dan bila
dua sumber radiasi tersebut memberikan N2 makan n1 dan n2 masing masing adalah counting
rate yang sebenarnya dari kedua sumber tersebut, sehingga persamaan untuk masing-
masing n1 dan n2 serta n1+ n2 adalah sebagai berikut :

N1 N2 N 12
n1 = ; n2 = dan n1 +n 2=
1−N 1 τ 1−N 2 τ 1−N 12 τ
dengan pendekatan diperoleh hasil :
N 1 + N 2−N 12
|
τ=
N 212−N 21−N 22 |

C. Alat dan Desain


Alat :
1. Satu set GM Counter beserta counter.

2. Sumber radioaktif (Amersium, Barium dan kaos lampu)

3. Kabel penghubung.

4. Aluminium foil

5. Timah hitam

6. Stopwatch

Desain :
.
D. Prosedur Percobaan
Percobaan 1
Sebelum melakukan percobaan, semua alat yang akan digunakan hendaknya di cek
terlebih dahulu. Percobaan pertama yaitu menyiapkan dan mengaturnya seperti pada gambar.
Selanjutnya menyalakan Geiger counter dan detector yang telah dihubungkan ke stop kontak.
Setelah itu meletakkan bahan radioaktif (barium) tanpa pelindung di dekat detector,
selanjutnya mengopersikan alat pencacah radiasi bersamaan dengan stopwatch. Dan mencatat
radiasi yang dihasilkan mesin pencacah dengan selang waktu satu menit. Lakukan hal
tersebut dan merestart mesin pencacah dan lakukan untuk 5 kali percobaan dan catat data
akhir yang ditunjukan oleh mesin pencacah. Begitu pula dengan bahan amersium, dan kaos
lampu, ambil 5 data dengan waktu yang sama dan hasil akhir di catat pada tabel.

Percobaan 2
Sebelum melakukan percobaan, semua alat yang akan digunakan hendaknya di cek
terlebih dahulu. Percobaan pertama yaitu menyiapkan dan mengaturnya seperti pada gambar.
Selanjutnya menyalakan Geiger counter dan detector yang telah dihubungkan ke stop kontak.
Setelah itu meletakkan bahan radioaktif (barium) dengan dilindungi atau dilapisi oleh
aluminium foil diatasnya dan di dekatkan ke detector, selanjutnya mengopersikan alat
pencacah radiasi bersamaan dengan stopwatch. . Dan mencatat radiasi yang dihasilkan mesin
pencacah dengan selang waktu satu menit. Ulangi langkah tersebut dengan menambahkan
aluminium sampai 3 lapis dan menghasilkan 3 nilai data akhir. . Begitu pula dengan bahan
amersium, dan kaos lampu, ambil 3 data dengan waktu yang sama dan hasil akhir di catat
pada tabel.

E. Data Pengamatan
Tabel 1. Data Pengamatan untuk Menentukan Counting Rate

No Cacah Radiasi Per Menit (N)


. Amersium Barium Kaos Lampu
1. 136 20 18
2. 160 18 15
3. 127 21 24
4. 138 17 13
5. 139 16 16

Tabel 2. Data Pengamatan untuk Menentukan Penyerapan Radoiaktif

Sumber Bahan Pelindung Cacah Radiasi Per


Radioaktif Aluminium Foil Menit (N)
Barium 1 lapis 23
2 lapis 15
3 lapis 20
Amesium 1 lapis 180
2 lapis 191
3 lapis 169
2. Menentukan Counting Rate

Bahan Radioaktif:
a. Amersium
Cacah Radiasi Per Menit Rata-rata

Ń 1=
∑ N 1 = 136 +160+127+138+139 =140 radiasi
n 5 menit
Cacah Radiasi Per Detik
Ń 1
N 1= =2,333radiasi / detik
60
Simpangan Baku

∑ ( N 1 − Ń 1 )2
∆ N1=
√ n ( n−1 )
2 2 2 2 2
∆ N1=
√ ( 136−140 ) + (160−140 ) + ( 127−140 ) + (138−140 ) + ( 139−140 )
5 ( 5−1 )
16+ 400+169+4 +1
∆ N1=
√ 20
= 5,431 radiasi / menit

Simpangan Baku Per Detik


Δ Ń i 5,431
Δ Ń i = =¿ =0,0905 Bq
60 60
Ralat Relatif
∆ N1
RN = .100 %
1
N1
0,0905
RN = .100 % = 3,87 % (3 Angka Penting)
1
2,333
Jadi, nilai cacah radiasi Amersium adalah N1 (2,33 ± 0,09) Bq dengan ralat relative
sebesar 3,87 % (3AP).
b. Barium
Cacah Radiasi Per Menit Rata-rata

Ń 1=
∑ N 1 = 20+18+21+17+16 =18,4 radiasi
n 5 menit
Cacah Radiasi Per Detik
Ń 1
N 1= =0,306radiasi / detik
60
Simpangan Baku

∑ ( N 1 − Ń 1 )2
∆ N1=
√ n ( n−1 )
2 2 2 2 2
∆ N1=
√ ( 20−18,4 ) + ( 18−18,4 ) + ( 21−18,4 ) + ( 17−18,4 ) + ( 16−18,4 )
5 ( 5−1 )
2,56+0,16+ 6,76+1,96+5,76
∆ N1=
√ 20
= 0,927 radiasi / menit

Simpangan Baku Per Detik


Δ Ń i 0,927
Δ Ń i = =¿ =0,0154 Bq
60 60
Ralat Relatif
∆ N1
RN = .100 %
1
N1
0,0154
RN = .100 % = 5,03 % (3 Angka Penting)
1
0,306
Jadi, nilai cacah radiasi Barium adalah N1 (0,31 ± 0,02) Bq dengan ralat relative
sebesar 5,03% (3AP).

c. Kaos Lampu
Cacah Radiasi Per Menit Rata-rata

Ń 1=
∑ N 1 = 18+ 15+24+13+16 =17,2 radiasi
n 5 menit
Cacah Radiasi Per Detik
Ń 1
N 1= =0,29radiasi / detik
60
Simpangan Baku

∑ ( N 1 − Ń 1 )2
∆ N1=
√ n ( n−1 )
2 2 2 2 2
∆ N1=
√ ( 18−17,2 ) + ( 15−17,2 ) + ( 24−17,2 ) + ( 13−17,2 ) + ( 16−17,2 )
5 ( 5−1 )
0,64+ 4,84+ 46,24+17,64 +1,44
∆ N1=
√ 20
= 1,881 radiasi / menit

Simpangan Baku Per Detik


Δ Ń i 1,881
Δ Ń i = =¿ =0,0313 Bq
60 60
Ralat Relatif
∆ N1
RN = .100 %
1
N1
0,0313
RN = .100 % = 10,7 % (2 Angka Penting)
1
0,29
Jadi, nilai cacah radiasi Kaos Lampu adalah N1 (0,29 ± 0,03) Bq dengan ralat relative
sebesar 10,7 % (2AP).

2. Data Pengamatan Tabel 2 : Menentukan penyerapan radioaktif dari bahan pelindung


a. Bahan Radioaktif: Barium
Gambar 9.Grafik Hubungan Antara Jumlah Lapisan Pelindung Dengan Cacah
Radiasi per-Menit Pada Barium
Hubungan cacah radiasi/menit dengan jumlah lapisan
pelindung
25

Cacah Radiasi/ menit


20
f(x) = − 1.5 x + 22.33
15 R² = 0.14

10
5

0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
jumlah lapisan penindung aluminium foil

b. Bahan Radioaktif: Amersium


Gambar 10.Grafik Hubungan Antara Jumlah Lapisan Pelindung Dengan Cacah
Radiasi per-Menit Pada Amersium

Hubungan cacah radiasi/menit dengan jumlah lapisan


pelindung
195
190
Cacah Radiasi/ menit

185
f(x) = − 5.5 x + 191
180 R² = 0.25
175
170
165
160
155
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
jumlah lapisan penindung aluminium foil

F. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah menggunakan rumus sebagai
berikut:
a. Untuk menentukan cacah radiasi permenit

Ń 1=
∑ N1
n

b. Untuk menentukan cacah radiasi perdetik

Ń 1
N 1=
60

c. Untuk menentukan simpangan baku permenit

∑ ( N 1− Ń 1)2
∆ N1=
√ n(n−1)

d. Untuk menentukan simpangan baku perdetik

∆ N3
Sb =
60

e. Untuk menentukan ralar relatif

Sb
R= x 100 %
N3
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus diatas, didapatkan hasil
sebagai berikut:
Untuk percobaan pertama yaitu menentukan counting rate (cacah radiasi) dari bahan radioaktiv
1. Amersium
Cacah radiasi Amesium sebesar (2,33 ± 0,09) radiasi/detik dengan ralat relatif sebesar 3,87 %
(3AP)
2. Barium
Cacah radiasi Barium sebesar (0,31 ± 0,02) radiasi/detik dengan ralat relatif sebesar 5,03%
(3AP)
3. Kaos Lampu
Cacah radiasi kaos lampu sebesar (0,29 ± 0,03) radiasi/detik dengan ralat relatif sebesar
10,7%(3AP)
TUGAS
 Percobaan 1
1. Cacah radiasi dari bahan radioaktif dalam satuan radioaaktivitas:
- Amersium: Nilai cacah radiasi Amersium adalah N1 (2,33 ± 0,09) Bq dengan ralat
relative sebesar 3,87 % (3AP).
- Barium: Nilai cacah radiasi Barium adalah N1 (0,31 ± 0,02) Bq dengan ralat
relative sebesar 5,03% (3AP).
- Kaos Lampu: Nilai cacah radiasi Kaos Lampu adalah N1 (0,29 ± 0,03) Bq dengan
ralat relative sebesar 10,7 % (2AP).
2. Percobaan pengukuran cacah radiasi nuklir ini tidak dilakukan untuk menghitung
dead time (Nτ) pada bahan radioaktif seperti Barium, Amersium, dan Kaos lampu.
3. Hal yang perlu digunakan untuk menentukan cacah radiasi yang sebenarnya dari
bahan radioaktif tersebut maka dibutuhkan nilai dead time (Nτ) dari bahan radioaktif
sehingga cacah radiasi tersebut tidak dapat ditentukan.
4. Pada nilai cacah radiasi dari bahan amersium lebih besar dibandingkan jika
dibandikan dengan cacah radiasi dari barium dan kaos lampu karena Barium
memiliki sifat radioaktifitas yang lebih rendah dibandingkan Amersium, sementara
untuk kaos lampu itu sendiri bukan merupakan bahan radioaktif oleh karena itu
radiasi yang dipancarkan sangat kecil.

 Percobaan 2
1. Grafik hubungan antara tebalnya pelindung dengan cacah radiasi
a. Bahan Radioaktif: Barium
Hubungan cacah radiasi/menit dengan jumlah lapisan
pelindung
25

Cacah Radiasi/ menit


20
f(x) = − 1.5 x + 22.33
15 R² = 0.14

10
5
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
jumlah lapisan penindung aluminium foil

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tebal lapisan bahan pelindung
aluminium foil, maka semakin sedikit pula cacah radiasi bahan radioaktif hal itu
dikarenakan semakin banyak radiasi yang diserap bahan pelindung.

b. Bahan Radioaktif: Amersium

Hubungan cacah radiasi/menit dengan jumlah lapisan


pelindung
195
190
Cacah Radiasi/ menit

185
f(x) = − 5.5 x + 191
180 R² = 0.25
175
170
165
160
155
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
jumlah lapisan penindung aluminium foil

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tebal lapisan bahan pelindung
aluminium foil, maka semakin sedikit pula cacah radiasi bahan radioaktif hal itu
dikarenakan semakin banyak radiasi yang diserap bahan pelindung.
G. Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa amersium memiliki tingkat
radiasi yang tinggi kemudian barium dan yang terakhir adalah kaos lampu. Secara definisi,
radiasi merupakan salah satu bentuk perambatan energi dari suatu sumber energi ke
lingkungannya tanpa membutuhkan medium atau bahan penghantar tertentu. Salah satu bentuk
energi yang dipancarkan secara radiasi adalah energi nuklir. Radiasi ini memiliki dua sifat yang
khas, yaitu tidak dapat dirasakan secara langsung oleh panca indra manusia dan beberapa jenis
radiasi dapat menembus jenis bahan tertentu. Sebagaimana sifatnya yang tidak dapat dirasakan
sama sekali oleh panca indera manusia, maka untuk menentukan ada atau tidak adanya radiasi
nuklir diperlukan suatu alat, yaitu pengukur radiasi yang merupakan suatu susunan peralatan
untuk mendeteksi dan mengukur radiasi baik kuantitas, energi, atau dosisnya.
Kuantitas radiasi adalah jumlah radiasi per satuan waktu per satuan luas, pada suatu titik
pengukuran. Kuantitas radiasi ini berbanding lurus dengan aktivitas sumber radiasi dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (r) antara sumber dan sistem pengukur.
Pada bagian grafik, diperoleh hasil yang fluktuatif dan kurang sesuai dikarenakan tempat
praktikum yang kurang sesuai standar, selain itu juga penempatan bahan yang kurang tepat
terhadap detektor sehingga radiasi dari bahan radioaktiv kurang akurat. Namun, secara umum
semakin banyak lapisan aluminium foil akan semakin kecil nilai cacah radiasi dari bahan
radioaktivnya.
Ketidaksesuaian untuk beberapa hasil yang diperoleh, kemungkinan terjadi karena
kurang cekatan dalam pencatatan waktu bersamaan dengan alat pencacah radiasi sehingga
terdapat selang waktu yang sedikit banyak berpengaruh pada data yang diperoleh. Maka saran
yang dapat disampaikan adalah untuk lebih cekatan lagi dalam mengoperasikan pencatat waktu
bersamaan dengan alat pencacah radiasi agar diperoleh hasil yang lebih akurat.

H. Kesimpulan
Besar cacah radiasi dari ketiga bahan sebagai berikut: Cacah radiasi Amesium sebesar
(2,33 ± 0,09) radiasi/detik dengan ralat relatif sebesar 3,87%, Cacah radiasi Barium sebesar
(0,31 ± 0,02) radiasi/detik dengan ralat relatif sebesar 5,03%, Cacah radiasi kaos lampu
sebesar (0,29 ± 0,03) radiasi/detik dengan ralat relatif sebesar 10,7 %. Penyerapan radioaktiv
dari bahan pelindung menunjukkan bahwa semakin banyak lapisan alumunium foil makan
akan semakin sedikit cacah radiasi dari bahan radioaktiv.

Anda mungkin juga menyukai