Anda di halaman 1dari 8

Penegakan dan Penerapan Hukum Wakaf … Nadratuzzaman Hosen 25

PENEGAKAN DAN PENERAPAN HUKUM WAKAF

Nadratuzzaman Hosen
Badan Wakaf Indonesia

Abstract: This paper discusses about law of waqf implementation in Indonesia. Regulations endow-
ments have been proposed by the Government and approved by the legislature to form Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 about Waqf, which is complemented by the executive to establish and enforce
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 about the implementation of Undang-Undang Nomor
41 Tahun 2004. Implementation of the law has been prepared by forming Indonesian Waqf Board
(BWI), and the Deed of Pledge Officer waqf (PPAIW) located in the Office of Religious Affairs, and
Indonesian Ulema Council (MUI). In terms of cash waqf, also formed Islamic Financial Institutions
Recipients Endowments money (LKS-PWU) to facilitate development cash waqf. For law enforcement,
waqf was created as one of the absolute competence religious courts based on the examination and
settlement of formal law. From this effort, waqf management was expected to run well in accordance
with the laws in the set.

Abstrak: Paper ini mendiskusikan tentang penerapan hukum wakaf di Indonesia. Peraturan terkait
wakaf telah diajukan oleh Pemerintah dan mendapat persetujuan dari legislatif sehingga terbentuk
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, yang dilengkapi oleh pihak eksekutif dengan
membentuk dan memberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Penerapan hukumnya telah disiapkan dengan
membentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI), dan Pejabat Pembuat Akta Ikrar wakaf (PPAIW) yang
berkedudukan di Kantor Urusan Agama, serta Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam hal wakaf uang,
dibentuk pula Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf uang (LKS-PWU) untuk memfasilitasi
tumbuhkembangnya wakaf uang. Untuk penegakkan hukum, dijadikanlah wakaf sebagai salah satu
kompetensi absolut peradilan agama yang pemeriksaan dan penyelesaiannya dilakukan berdasarkan hukum
formal. Dari upaya ini pengelolaan wakaf diharapkan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan hukum-
hukum yang di tetapkan tersebut.

Kata Kunci: Wakaf, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006,
hukum formal.

Pendahuluan nance (pemeliharaan keamanan; aparat yang


Menjelaskan penegak hukum wakaf sangatlah cenderung bersifat prepentif).1
luas; karena ia mencakup keseluruhan umat Islam. Dengan mengikuti pembagian aparat hukum
Akan tetapi, dari segi teoritis, penegak hukum di seperti yang dijelaskan Soekanto, aparat hukum
sini dapat dibatasi pada pihak-pihak yang terlibat wakaf juga dapat dibedakan menjadi dua: aparat
secara langsung dalam pelaksanaan hukum wakaf. hukum yang berkait dengan pemeliharaan dan
Secara umum, penegak hukum dibedakan pengembangan wakaf agar mencapai tujuan yang
menjadi dua: pertama, penegak hukum yang berkait sudah ditetapkan (endowments maintain); dan aparat
dengan law enforcement (pemberian sanksi terhadap hukum yang berkait dengan pemberian sanksi bagi
pihak-pihak yang melakukan pelanggaran; aparat
1
yang cenderung bersifat kuratif); dan kedua, Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
penegak hukum yang berkait dengan peace mainte- Penegakkan Hukum (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2002), hlm. 13.

25
26 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.25-32

pihak-pihak yang melakukan pelanggaran (law en- Peran Menteri Agama


forcement). Berdasarkan peraturan perundang-undangan,
peran ideal Menteri Agama adalah menjungjung
Status dan Peranan Petugas Hukum tinggi nilai dan peraturan perundang-undangan
Setiap penegak hukum (termasuk hukum wakaf dengan cara membuat peraturan perundang-
wakaf) memiliki kedudukan (status) dan peran (role). undangan yang bersifat teknis yang menyangkut
Kedudukan adalah posisi tertentu di dalam struktur kebijakan umum agar wakaf dapat dijadikan me-
kemasyarakatan yang sebenarnya merupakan dia untuk mensejahterakan masyarakat.5
“wadah” yang isinya adalah hak-hak (kewenangan Sementara peran-peran Menteri Agama yang
untuk berbuat atau tidak berbuat) dan kewajiban- seharusnya yang berkaitan dengan wakaf adalah:
kewajiban (beban atau tugas) tertentu. Setiap or- (a) melakukan pembinaan dan pengawasan
ang yang mempunyai kedudukan tertentu disebut terhadap penyelenggaraan wakaf, 6 termasuk
pemegang peran (role accupant).2 membina para nazir yang dilakukan bersama-sama
Secara umum, peran dapat dibedakan menjadi dengan BWI;7 (b) menyelenggarakan pendaftaran
empat: (a) peran yang ideal (ideal role); (b) peran nazir yang dilakukan bersama-sama dengan BWI;8
yang seharusnya (expected role); (c) peran yang (c) menyelenggarakan administrasi harta benda
dianggap oleh diri sendiri (perceived role); dan (d) wakaf;9 (d) mengumumkan harta benda wakaf
peran yang sebenarnya dilakukan (actual role, role kepada masyarakat;10 (e) memberi izin secara tertulis
performance, atau role playing). Peran pertama dan atas permohonan perubahan status harta benda
kedua (ideal role dan expected role) berasal dari pihak wakaf;11 (f) memberikan saran dan pertimbangan
lain; sedangkan peran ketiga dan keempat (perceived kepada BWI dalam melaksanakan tugas-tugasnya;
12
role dan actual role) berasal dari diri sendiri. Peran- (g) mengajukan usul kepada presiden tentang
peran tersebut berfungsi apabila penegak hukum pengangkatan keanggotaan BWI;13 (h) menerima
berhubungan dengan pihak lain (role sector) atau laporan tahunan dari BWI mengenai pertanggung
dengan beberapa pihak (role set).3 jawaban pelaksanaan tugasnya;14 (i) melakukan
Seorang penegak hukum juga memungkinkan kerjasama dengan or mas, para ahli, badan
memiliki banyak kedudukan dan peran pada saat
yang bersamaan. Oleh karena itu, bisa jadi berbagai
5
kedudukan dan peran tersebut akan menimbulkan Peran ini tergambar secara implisit dalam pertimbangan
konflik (status conflict dan conflict of roles). Di samping sosiologis Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun
1978; dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
itu, dalam kenyataannya bisa jadi seorang penegak
tentang wakaf, pasal 1, (7) dan (8).
hukum tidak dapat menjalankan fungsi-fungsinya 6
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf,
yang ideal dan seharusnya. Oleh karena itu, pasal 63, ayat (1).
terjadilah kesenjangan antara peran ideal dengan 7
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf,
peran aktual (role-distance).4 Dalam konteks inilah pasal 13.
8
peran-peran aparat hukum wakaf dijelaskan. Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf,
Aparat penegak hukum wakaf adalah nazir, pasal 14.
9
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf,
Badan Wakaf Indonesia (BWI), Pejabat Pembuat
pasal 37.
Akta Ikrar Wakaf (PPAIW), Majelis Ulama Indo- 10
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf,
nesia (MUI), dan Bankir perbankan syariah untuk pasal 38.
wakaf uang dan sejenisnya. Pada kesempatan ini, 11
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf,
dijelaskan mengenai peran ideal, peran seharusnya, pasal 41, ayat (2).
12
dan peran aktual para penegak hukum wakaf; Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf,
kecuali BWI belum bisa dijelaskan peran aktualnya pasal 50.
13
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf,
karena badan tersebut belum dibentuk.
pasal 57, ayat (1). Peran ini bersifat sementara, karena
setelah terbentk Badan Wakaf Indonesia, maka Badan
Wakaf Indonesia lah mengajukan pengangkatan
keanggotaan BWI kepada presiden. Lihat UU Nomor
2
Ibid, hlm. 13-14. 41, Tahun 2004 tentang wakaf, pasal 57, ayat (2).
3 14
Ibid, hlm. 14. Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf,
4
Ibid pasal 61, ayat (1).
Penegakan dan Penerapan Hukum Wakaf … Nadratuzzaman Hosen 27

internasional, dan pihak lain yang dipandang perlu memberikan persetujuan atas penukaran harta
dalam rangka melakukan pembinaan dan benda wakaf; (f) memberikan saran dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan wakaf; 15 (j) pertimbangan kepada pemerintah dalam
meminta akuntan publik dalam rangka melakukan penyusunan kebijakan di bidang perwakafan;20 dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan wakaf;16 (k) (g) menunjuk lembaga keuangan syariah yang dapat
mengangkat dan memberhentikan PPAIW;17 dan memediasi wakaf benda bergerak berupa uang.21
(l) memberi sanksi administratif atas pelanggaran Enam tugas Badan wakaf Indonesia yang
tidak didaftarkannya harta benda wakaf oleh ditetapkan dalam UU Nomor 41 Tahun 2004
Lembaga Keuangan Syariah dan PPAIW.18 tentang Wakaf dapat dibedakan menjadi tiga:
Peran aktual Menteri Agama yang berkaitan pertama, tugas Badan wakaf Indonesia yang
dengan wakaf tentang pengangkatan kepala-kepala berkaitan dengan nazir, yaitu pengangkatan,
KUA sebagai PPAIW, membina para nazir, pemberhentian, dan pembinaan nazir; kedua, tugas
menyelenggarakan pendaftaran nazir dan benda Badan wakaf Indonesia yang berkaitan dengan
wakaf, menyelenggarakan administrasi wakaf, obyek wakaf, yaitu pengelolaan dan pengembangan
sudah dilakukan oleh Menteri Agama yang secara obyek wakaf yang berskala nasional atau
de facto dilakukan oleh Departemen Agama secara internasional; dan pemberian persetujuan atas
hirarkial; akan tetapi peran-peran yang berkaitan penukaran harta benda wakaf; dan ketiga, tugas
dengan BWI belumlah dapat diaktualkan, karena Badan wakaf Indonesia yang berkaitan dengan
BWI hingga saat ini belum terbentuk. pemerintah, yaitu memberi saran dan pertimbangan
kepada pemerintah dalam penyusunan kebijakan
Peran Badan Wakaf Indonesia di bidang perwakafan. Sementara peran aktual BWI
Peran ideal Badan Wakaf Indonesia (BWI) belum dapat diobservasi sebab badan tersebut
adalah menjunjung tinggi nilai dan hukum wakaf belum dibentuk, meskipun Peraturan Pemerintah
dengan mengembangkan perwakafan di Indone- yang mengatur BWI telah diterbitkan oleh
sia. 19 Sedangkan peran BWI yang seharusnya pemerintah.
adalah: (a) melakukan pembinaan terhadap nazhir
dalam mengelola dan mengembangkan harta benda Peran Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
wakaf; (b) melakukan pengelolaan dan Peran ideal Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf
pengembangan harta benda wakaf berskala (PPAIW) adalah menjunjung tinggi nilai dan hukum
nasional dan internasional; (c) memberikan wakaf dengan membuat akta (sebagai alat bukti
persetujuan dan atau izin atas perubahan pernyataan) wakaf yang dibenarkan menurut
peruntukan dan status harta benda wakaf; (d) peraturan perundang-undangan, dan melakukan
memberhentikan dan meng ganti nazir; (e) pengawasan demi terpeliharanya benda wakaf.22
Peran PPAIW yang seharusnya terdapat dalam
tiga peraturan perundang-undangan mengenai
15
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf, wakaf. Pertama, dalam PP Nomor 28 Tahun 1977
pasal 64.
16
tentang Perwakafan Tanah Milik ditetapkan bahwa
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf,
pasal 65. peran PPAIW yang seharusnya adalah: (a)
17
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang menerima wakif untuk melaksanakan ikrar wakaf;
Perwakafan Tanah Milik, pasal 9, ayat (2). Peran aktual dan (b) mengajukan permohonan kepada Bupati/
dari tugas tersebut dilaksanakan oleh Kepala Kanwil wali kota cq. Kepala Badan Pertanahan Nasional
Depag atas dasar Keputusan Menteri Agama (KMA) (BPN) untuk mendaftar perwakafan tanah milik
Nomor 73 Tahun 1978 tentang Pendelegasian Wewenang yang sudah diikrarkan oleh wakif.23
kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama
Propinsi/setingkat di Seluruh Indonesia untuk
Mengangkat/Memberhentikan setiap Kepala Kantor 20
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf,
Urusan Agama Kecamatan sebagai Pejabat Pembuat pasal 49, ayat (1).
Akta Ikrar Wakaf. 21
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf,
18
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf, pasal 28.
pasal 68, ayat (1). 22
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, pasal 1, (6).
19
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, 23
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977, pasal 9,
pasal 1, (7). ayat (1).
28 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.25-32

Peraturan yang bersifat teknis dari PP Nomor Karena setiap PPAIW adalah Kepala Kantor
28 Tahun 1977 adalah Peraturan Menteri Agama Urusan Agama; 31 dan pelaksanaan tugasnya
(PMA) Nomor 1 Tahun 1978 tentang Peraturan dikontrol oleh Departemen Agama secara hirarkial,
Pelaksanaan PP Nomor 28 Tahun 1977 tentang maka pelaksanaan tugas PPAIW lebih baik
Perwakafan Tanah Milik. Dalam PMA tersebut dibanding dengan pelaksanaan tugas para nazir.
ditetapkan bahwa peran PPAIW yang seharusnya
adalah: (a) meneliti kehendak wakif; (b) meneliti Peran Lembaga Keuangan Syariah
dan mengesahkan nazir atau anggota nazir yang Peran ideal lembaga keuangan syariah (LKS)
baru; (c) meneliti saksi ikrar wakaf; (d) menyaksikan yang berkaitan dengan wakaf adalah menjungjung
pelaksanaan ikrar wakaf; (e) membuat Akta Ikrar tinggi nilai dan hukum wakaf dengan cara
Wakaf (AIW); (f) menyampaikan AIW kepada memediasi antara wakif dan nazir dalam hal wakaf
Pengadilan Agama yang mewilayahinya, dan benda bergerak berupa uang. Sedangkjan peran
melampirkan AIW saat mengajukan permohonan LKS yang seharusnya adalah: (a) menerbitkan
pendaftaran tanah wakaf kepada Bupati/wali kota sertifikat wakaf uang;32 (b) menyampaikan sertifikat
cq. Kepala BPN, (f) menyampaikan salinan AIW wakaf uang kepada wakif dan nazir; 33 dan (c)
kepada wakif, nazir, Kandepag, dan Kepala Desa mendaftarkan harta benda wakaf berupa uang—
yang mewilayahi tanah wakaf tersebut; (g) atas nama nazir—kepada Menteri Agama. 34
menyelenggarakan daftar AIW; (h) menimpan dan Sementara peran aktual dari LKS ini belum dapat
memelihara AIW dan daftarnya; dan (i) mengurus diobservasi karena perangkat hukum yang
pendaftaran perwakafan.24 menyertainya belum dibentuk.
Kedua, dalam KHI ditetapkan bahwa peran
PPAIW yang seharusnya adalah: (a) menerima Peran Nazir
wakif untuk melaksanakan ikrar wakaf; 25 (b) Sebagai telah disinggung bahwa peran yang
mengajukan permohonan kepada camat untuk dijelaskan pada bagian ini menyangkut tiga peran:
mendaftar perwakafan benda milik yang sudah peran ideal, peran seharusnya, dan peran aktual.
diikrarkan oleh wakif guna menjaga keutuhan dan Peran ideal nazir adalah menjunjung tinggi nilai dan
kelestarian benda wakaf; 26 dan (c) melakukan hukum wakaf dengan mengelola dan mengembang
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan kan harta benda wakaf untuk keperluan ibadah dan
tanggung jawab nazir.27 atau kesejahteraan umum menurut syariah.35
Ketiga, dalam UU Nomor 41 Tahun 2004 Peran nazir yang seharusnya adalah: (a)
ditetapkan bahwa peran PPAIW yang seharusnya melakukan pengadministrasian harta benda wakaf;
adalah: (a) menyaksikan ikrar wakaf yang dilakukan (b) mengelola dan mengembangkan harta benda
oleh wakif kepada nazir; (b) menuangkan ikrar wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan
wakaf dalam AIW; 28 (c) menerima bukti peruntukannya; (c) mengawasi dan melindungi
kepemilikan benda wakaf dari wakif; 29 dan (d) harta benda wakaf; dan (d) melaporkan pelaksanaan
mendaftarkan harta benda wakaf kepada instansi tugas kepada BWI.36
yang berwenang.30 Peran nazir yang seharusnya juga ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 1
24
Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978, pasal instansi yang terkait dengan tugas pokoknya; dan (c)
3 dan 7. instansi yang berwenang di bidang benda bnergerak selain
25
Kompilasi Hukum Islam, pasal 223, ayat (1). uang yang tidak terdaftar adalah BWI; lihat penjelasan
26
Kompilasi Hukum Islam, pasal 224. pasal 32, 34, dan 36.
31
27
Kompilasi Hukum Islam, pasal 227. Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978, pasal
28
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004, pasal 17, ayat 5, ayat (1).
32
(1) dan (2). Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004, pasal 29, ayat
29
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004, pasal 19. (2).
33
30
Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004, pasal 32. Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004, pasal 29, ayat
Pendaftaran tersebut dilakukan atas nama nazir; dan (3).
34
dalam penjelasan dikatakan bahwa instansi-instansi yang Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004, pasal 30.
35
berwenang adalah: (a) instansi yang berwenang di bidang Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004, pasal 1 (4).
36
wakaf tanah adalah BPN; (b) instansi yang berwenang Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, pasal 10, ayat
di bidang wakaf benda bergerak selain uang adalah (1). Permohonan tersebut dilakukan atas nama nazir.
Penegakan dan Penerapan Hukum Wakaf … Nadratuzzaman Hosen 29

Tahun 1978 tentang Peraturan Pelaksanaan PP memasang “perangkap” agar harta benda wakaf
Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah dikelola sehingga berdaya guna secara maksimal,
Milik. Dalam PMA tersebut ditetapkan bahwa karena tidak dicantumkannya persyaratan secara
peranan nazir yang seharusnya mencakup dua eksplisit mengenai kemampuan nazhir dari segi
kewajiban. usaha-ekonomi. Oleh karena itu, gagasan Eri
Pertama, mengurus dan mengawasi harta Sudewo (Dompet Dhuafa Republika) mengenai
kekayaan wakaf dan hasilnya yang meliputi: (1) syarat-syarat nazhir yang lebih dekat dengan
menyimpan salinan AIW, (2) memelihara tanah semangat UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang
wakaf, (3) memanfaatkan tanah wakaf, (4) Wakaf, perlu diperhatikan.
meningkatkan hasil usaha wakaf, (5) Menurut Sudewo, syarat-syarat nazhir dapat
menyelenggarakan administrasi wakaf dalam tiga dibedakan menjadi tiga: syarat moral, syarat
buku: buku 1 berisi catatan tentang keadaan tanah manajemen, dan syarat bisnis. Pertama, syarat-syarat
wakaf, buku 2 berisi catatan tentang pengelolaan moral bagi nazhir adalah: (a) paham tentang hukum
dan hasil tanah wakaf, dan buku 3 berisi catatan wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syariah maupun
tentang penggunaan hasil tanah wakaf. peraturan perundang-undangan; (b) jujur, amanah,
Kedua, nazir berkewajiban melaporkan: (a) adil dan ihsan sehingga dapat dipercaya dalam
hasil pencatatan perwakafan tanah milik dalam proses pengelolaan dan pentasharrufan kepada
buku tanah dan sertifikatnya kepada kepala KUA sasaran wakaf; (c) tahan godaan, terutama
tiap satu tahun sekali, yaitu pada tiap akhir bulan menyangkut perkembangan usaha; (d) pilihan,
Desember; (b) per ubahan status dan sunggguh-sungguh dan suka tantangan; dan (e)
pendayagunaan wakaf tanah milik; (c) adanya salah punya kecerdasan, baik emosional (emosi, pen.)
seorang ang gota nazir yang berhenti dari maupun spiritual.
jabatannya, dan (d) mengusulkan penggantian nazir Kedua, syarat-syarat manajemen bagi nazhir
kepada PPAIW.37 adalah: (a) mempunyai kapasitas dan kapabilitas
Peran aktual nazir adalah fungsi-fungsi nazir yang baik dalam leadership; (b) visioner; (c)
yang dilakukan oleh nazir wakaf yang bersangkutan. mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual,
Sementara ini, berdasarkan infor masi dan sosial, dan pemberdayaan; dan (c) profesional dalam
pengamatan yang sangat terbatas, nazir sudah bidang pengelolaan harta.
melaksanakan fungsi-fungsinya sebatas mengelola, Ketiga, syarat-syarat bisnis bagi nazhir adalah:
mengawasi, dan melindungi harta benda wakaf; (a) mempunyai keinginan; (b) mempunyai
sedangkan fungsi-fungsi administratif dan pengalaman dan atau siap untuk dimagangkan; dan
pengembangan harta benda wakaf belum bisa (c) punya ketajaman melihat peluang usaha seperti
dilakukan. Berdasarkan informasi dari para PPAIW, layaknya interpreneur.39
di Jawa Barat hanya terdapat satu orang nazir yang
melaporkan harta benda wakafnya kepada PPAIW, Peran Peradilan Agama
itu pun hanya satu kali. Padahal, berdasarkan PP Peradilan Agama meruapakan salah satu
Nomor 28 Tahun 1977, nazir berkewajiban peradilan Negara yang bersifat hirarkial milai dari
melaporkan tentang berbagai hal yang berkait Pengadilan Agama (pengadilan tingkat pertama),
dengan obyek wakaf yang dikelolanya kepada Pengadilan Tinggi Agama (pengadilan tingkat band-
PPAIW satu kali dalam setahun.38 ing), dan Mahkamah Agung (pengadilan tingkat
Syarat-syarat nazhir dalam peraturan kasasi dan banding, serta peninjauan kembali). Di
perundang-undangan di Indonesia belum antara kompetensinya yang sudah eksis sejak zaman
kerajaan-kerajaan Islam adalah kekuasan absolute
37
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 1 Tahun 1978, untuk menerima, memerika, memutus, dan
pasal 10. mengeksekusi perkara/sengketa perwakafan.
38
Wawancara dengan Kepala KUA/PPAIW dalam acara
Orientasi Wakaf bagi PPAIW se Jawa Barat Tahun 2006
yang diselenggarakan oleh Depag Kanwil Jabar. 39
Informasi satu orang nazir yang melaporkan harta benda H. Ahmad Djunaidi (Ket.), Panduan Pemberdayaan Tanah
wakaf yang dikelolanya kepada PPAIW berasal dari Asep wakaf Produktif Strategis di Indonesia (Jakarta: Direktorat
Lukman, salah seorang PPAIW/Kepala KUA di Kota Pengembangan Zakat dan Wakaf Depar RI. 2005), hlm.
Bogor. 38-39.
30 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.25-32

Peradilan Agama sebagai salah satu pelaksana tidak ingin alami, janganlah menyebabkan orang
kekuasaan kehakiman di Indonesia memiliki dua lain mengalaminya; dan kedua, apa yang boleh anda
kekuasaan: kekuasaan mutlak (absolute competency) peroleh, biarkanlah orang lain berikhtiar untuk
dan kekuasaan relatif (relative competency). Kekuasaan memperolehnya.43
mutlak berkaitan jenis perkara dan person (asas
personalitas) yang harus diperiksa dan diselesaikan; Hambatan Penerapan dan Penegakan
sedangkan kekuasaan relatif berkaitan dengan Soekanto menginformasikan bahwa halangan-
wilayah (scope) kerja Peradilan Agama.40 Dengan halangan bagi aparat penegak hukum adalah:
demikian, dapat diketahui bahwa perselisihan/ 1. Keterbatasan kemampuan untuk menempat
sengketa wakaf merupakan kekuasaan ansolut kan diri dalam menjalankan peran yang
peradilan agama. seharusnya.
2. Tingkat aspirasi yang belum tinggi.
Mawas Diri dalam Menjalankan Peran
3. Kegairahan yang sangat terbatas untuk
Pada dasarnya, keserasian (sekaligus
memikirkan masa depan, sehingga sulit
kesenjangan) antara peran yang seharusnya dengan
membuat proyeksi.
peran aktual para penegak hukum wakaf
memerlukan penelitian-penelitian yang lebih 4. Belum mampu menunda rasa puas terhadap
seksama (luas dan mendalam). Hal ini juga kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan
dinyatakan secara eksplisit oleh Soekanto keserasian materil.
dan kesenjangan antara peran yang seharusnya 5. Kurangnya daya inovatif.44
dengan peran actual para penegak hukum secara Berkenaan dengan halangan-halangan
umum.41 tersebut, Soekanto mengajukan cara-cara
Penegak hukum—dalam menlankan peran penanggulangannya sebagai berikut:
actual—harus mawas diri. Mawas diri berarti aparat 1. Sikap yang terbuka terhadap pengalaman-
hokum harus berikhtiar untuk hidup: pertama, logis, pengalaman dan penemuan-penemuan baru;
yakni dapat membuktikan apa dan mana yang benar dengan sebanyak mungkin menghilangkan
dan yang salah; kedua, ethis, yakni bersikap-tindak prasangka terhadap hal-hal yang baru yang
yang berpatokan dan tidak ngawur; ukuran sikap- dating dari luar, sebelum teruji kegunaannya.
tindak yang etis adalah: (1) tidak serakah (qana’ah), 2. Senantiasa siap untuk menerima perubahan-
(2) secukupnya, yaitu tidak kekurangan juga tidak perubahan setelah mengetahui kekurangan-
berlebihan (tidak ifrath juga tidak tafrith), dan (3) kekurangan yang ada.
seperlunya, yaitu lugu, lugas, dan tidak bertele-tele;
3 Peka terhadap masalah-masalah yang terjadi
dan ketiga, estetis, yaitu mencari yang enak
di sekitarnya dengan dilandasai kesadaran
(nyaman) dengan tanpa menyebabkan tidak enak
bahwa persoalan-persoalan tersebut juga
pada orang lain.42
berkaitan dengan dirinya.
Mawas diri pada dasarnya bersifat internal. Di
samping harus hidup logis, etis, dan estetis, aparat 4. Senantiasa mempunyai informasi yang
penegak hukum—tegas Soekanto—harus lengkap mengenai dirinya.
mengedepankan asas resiprositas. Dalam asas ini, 5. Berorientasi ke masa kini dan masa depan.
kaidah yang digunakan adalah mempersamakan 6. Mengetahui (dan menyadari) potensi-potensi
orang lain dengan diri sendiri. Soekanto diri dan yakin bahwa potensi-potensi
menawarkan dua kaidah: pertama, apa yang anda tersebut dapat dikembangkan.
7. Berpegang pada suatu perencanaan secara
40
dinamis.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama; dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 8. Percaya pada kemampuan ilmu dan teknologi
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 dalam meningkatkan kesejahteraan amnesia.
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
41
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penegakkan Hukum (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
43
2002), hlm. 21. Ibid, hlm. 21-22.
44
42
Ibid. Ibid, hlm. 25.
Penegakan dan Penerapan Hukum Wakaf … Nadratuzzaman Hosen 31

9. Menyadari dan menghormati hak, kewajiban, kembangnya wakaf uang; dan untuk penegakkan
dan kehormatan diri serta orang lain. hukum, dijadikanlah wakaf sebagai salah satu
10.Berpegang teguh pada keputusan-keputusan kompetensi absolut peradilan agama yang
yang diambil atas dasar nalar dan perhitungan pemeriksaan dan penyelesaiannya dilakukan
yang mantap.45 berdasarkan hukum formal (baca: hukum formil).
Prediksi dan saran penanggulangannya yang
Daftar Pustaka
dikemukakan Soekanto bukan hanya mungkin
Djunaidi, H. Ahmad (Ket.). 2005. Panduan
dialami oleh aparat penegak hokum secara umum,
Pemberdayaan Tanah wakaf Produktif Strategis
tetapi sangat mungkin prediksi dan saran
di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pengem-
penanggulangannya juga berkaitan dengan aparat
bangan Zakat dan Wakaf Depar RI.
penegak hokum wakaf: nazir, BWI, PPAIW, dan
yang lainnya. Oleh karena itu, saran-sarannya tetap Kompilasi Hukum Islam yang disebarluaskan
perlu diperhatikan. dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun
1991.
Penutup Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 73
Kiranya layak untuk ditimbang bahwa dalam Tahun 1978 tentang Pendelegasian
ilmu hukum terdapat teori hukum proses yang Wewenang kepada Kepala Kantor Wilayah
setidak-tidaknya menyangkut: 1) law making; yaitu Departemen Agama Propinsi/setingkat di
bagaimana hukum dibuat, perubahan dari fikih Seluruh Indonesia untuk Mengangkat/
menjadi peraturan perundang-undangan yang Memberhentikan setiap Kepala Kantor
merupakan bagian pengaturan yang dilakukan Urusan Agama Kecamatan sebagai Pejabat
Negara; 2) law administrating; yaitu bagaimana hukum Pembuat Akta Ikrar Wakaf.
diterapkan oleh pihak-pihak yang terkait yang Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1978
ditentukan dalam peratutan perundang-undangan; Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977
dan 3) law adjudicating (law enforcement); yaitu tentang Perwakafan Tanah Milik.
bagaiman sengketa diselesaikan melalui mekanisme
berjenjang dari segi hukum acara, serta memerlukan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006
hukum material (hukum substantif) dan hukum tentang Pelaksanaan Undang-Undang
acara (hukum formal). Nomor 41, Tahun 2004 tentang wakaf.
Dalam hal hukum wakaf, peraturan terkait Soekanto, Soerjono. 2002. Faktor-faktor yang
wakaf telah diajukan oleh Pemerintah dan Mempengaruhi Penegakkan Hukum. Jakarta:
mendapat persetujuan dari legislatif sehingga PT RajaGrafindo Persada.
terbentuk Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
tentang Wakaf, yang dilengkapi oleh pihak eksekutif Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7
dengan membentuk dan memberlakukan Peraturan Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Undang-Undang Nomor 41, Tahun 2004 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun wakaf.
2004 tentang Wakaf. Penerapan hukumnya telah
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
disiapkan dengan membentuk Badan Wakaf Indo-
Peradilan Agama.
nesia (BWI), dan Pejabat Pembuat Akta Ikrar wakaf
(PPAIW) yang berkedudukan di Kantor Urusan
Agama, serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam
hal terjadi perubahan penggunaan atau penukaran
obyek wakaf. Dalam hal wakaf uang, dibentuk pula
Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf uang
(LKS-PWU) untuk memfasilitasi tumbuh

45
Soerjono Soekanto, Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Penegakkan Hukum (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
2002), hlm. 25-26.
32 AT - TARADHI Jurnal Studi Ekonomi, Volume 6, Nomor 1, Juni 2015, hlm.25-32

Anda mungkin juga menyukai