TERMOREGULASI
OLEH :
Kelas A Pendidikan Biologi
Kelompok 13
Bella Utami Salim
Ismail Djafar
1
KATA PENGANGTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga makalah Fisiologi Hewan ini dapat disusun.
Memahami akan kekurangan dan keterbatasan referensi dalam pelaksanaan pembuatan
makalah fisiologi hewan, maka kami menyajikan suatu makalah ini yang pada dasarnya
dirangkai dan di ambil dari berbagai referensi.
Kam menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini. Menyadari akan keterbatasan yang kami miliki, maka kami sangat mengharapkan
saran atau kritik konstruktif bagi penyempurnaan laporan ini di lain waktu.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Pengertian Termoregulasi.................................................................................3
2.2 Pengaruh Termoregulasi Pada Hewan .............................................................3
2.3 Mekanisme Termoregulasi................................................................................5
2.4 Termoregulasi Pada Ektoterm...........................................................................6
2.5 Termoregulasi Pada Endoterm..........................................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................12
Daftar pustaka
1
BAB I
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Interaksi antara panas hewan dan lingkungan saling menguntungkan untuk mengatur
suhu tubuh/menurunkan pelepasan panas dari tubu dan memperoleh panas melalui :
1
a. radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium
untuk merambat dengan kecepatan cahaya.
b. konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang
berhubungan langsung taba ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari suhu
yang tinggi kebagian yang memiliki suhu lebih rendah.
c. konveksi adalah suatau perambatan panas melalui aliran cairan atau gas.besarnya
konveksi tergantung luas kotak dan perbedaan suhu.
d. evaporasi amerupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju
konveksi kehilangan panas karena evaporasi.
Gambar.1 Kerumitan interaksi panas antara hewan dan lingkungannya. Anak panah
menuju hewan meunjukan pelepasan panas dari tubuh hewan (Kay, 1998).
1
hubungannya dengan termoregulasi. Sebagai contohnya gajah yang di daerah tropis
untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telingan
ketubuh. gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau
mengipaskan daun telinga ketubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu
perilaku unik dalam termoregulasi (Soewolo,2000).
a. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan
sebagainya yang runcing dan tajam untuk makancdaging. Sedangkan pada gigi sapi,
kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena
giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah
makanan.
b. Adaptasi Fisiologi
1
c. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku
perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah
warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk
menyembunyikan diri.
Suhu tubuh hewan dipengaruhi )leh suhu lingkungan luar' Pada suhu -20Cs'd suhu
500C hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrem namun untuk
hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu
tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis optimal.
usaha hewan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan dan tidak
terjadi perbedaan drastis dengan suhu lingkungannya disebut thermoregulasi. Di dalam
1
tubuh hewan yang hidup selalu terjadi proses metabolisme. Dengan demikian selalu
dihasilkan panas,karena tidak semua energi yang terbentuk dari metabolisme
dimanfaatkan. Panas yang terbentuk dibawa oleh darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh
menjadi panas dan disebut sebagai suhu tubuh normal.
Ektoterm merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan
sekitarnya. Perolehan panas tubuh hewan ektoterm tergantung pada berbagai sumber
panas dilingkungan luar. Masalah yang dihadapi oleh hewan ektoterm tidak sama,
tergantung pada jenis habitatnya (Isnaeni,2006).
Suhu padaa lingkungan akuatik relati stabil sehingga hewan yang hidup
didalamnya tidak mengalami perubahan suhu lingkungan yang rumit. Dalam
lingkungan akuatik hewan tidak mungkin melepas panas tubuh dengan cara evaporasi.
Pelepasan panas melalui radiasi juga sangat kecil kemungkinannya karena air
merupakan penyerap radiasi infra merah yang efektif. Pelepasan panas oleh tubuh
hewan (ikan) terutama terjadi melalui insang. Air juga merupakan peredam panas yang
baik. Kelebihan panas oleh hewan akuatik akan diserap dan dihamburkan oleh air
sehingga tubuh ikan akan stabil dan relatif sama dengan suhu air di sekitarnya.
Beberapa jenis ikan seperti hiu dan tuna telah memiliki kemampuan untuk
mempertahankan adanya perbedaan suhu antara suatu bagian tubuh dengan bagian
tubuh yang lain. Ikan tuna juga mampu meningkatkan laju reaksi metabolik didalam
tubuhnya, terutama pada otot yang digunakan untuk berenang dan pada saluran
pencernaanya sehingga bagian tersebut selalu lebih panas dari bagian yang lainnya.
Berbeda dengan akuatik, suhu lingkungan terestrial selalu dengan variasi yang
cukup besar. Perubahan suhu ini sangat mudah kita rasakan misalnya dengan
membandingan suhu udara pada siang dan malam hari. Cara terpenting yang dilakukan
hewan ektotermik terestrial untuk memperoleh panas iala dengan menyerap
1
panas/radiasi matahari. Hewan dapat meningkatkan penyerapan panas matahari dengan
cara mengubah warna permukaan tubuhnya dan menghadapkan tubuhnya ke arah
matahari. Vertebrata ektoterm, contohnya kadal, juga melakukan hal serupa dengan
belalang dan kumbang yaitu berjemur untuk menyerap radiasi matahari. Untuk
memaksimalkan penyerapan, kadal akan merubah penyerapan melanin dikulitnya
sehingga warnanya menjadi lebih gelap, dan hal ini sangat berperan penting untuk
penyerapan panas secara efektif. Seperti belalang, kadal juga dapat mengurangi
penyerapan dengan cara berlindung di tempat yang teduh. Namun kadal juga dapat
mengubah jumlah aliran darah ke kulit dengan cara mengubah vasokontraksi dan
vasodilatasi pembuluh darah. Proses ini merupakan proses fisiologis. Dengan demikian,
jelas bahwa kadal mempertahankan suhu tubuhnya dengan fisiologis maupun dengan
perilakunya(Isnaeini,2006).
Endoterm merupakan hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh, sebagai
hasil dari metabolisme sel tubuh. Suhu tubuh hewan endoterm diperthankan agar tetap
konstan, walaupun suhu lingkungannya selalu berubah. Hewan endoterm meliputi
burung dan mamalia, sedangkan hewan lainnya digolongkan sebagai ektoterm
(Isnaeni,2006).
Produksi panas pada hewan endoterm terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :
1. Meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka (harus ada kontraksi
otot, antara lain dengan cara menggigil). Menggigil merupakan gerakan yang
tidak teratur dan tidak mempunya tujuan pergerakan tertentu.
1
jaringan lemak cokelat dirangsang, lemak akan dimetabolisasi dalam
mitokondria sel lemak, dan panas akan dihasilkan.
b) Meningkatkan sekresi hormon tiroid, yang dapat meningkatkan aktivitas
metabolisme dalam sel.
c) Menyerap radiasi panas matahari.
d) Menegakkan rambut/bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi
dapat diperkecil.
e) Mengurangi aliran darah ke organ perifer dengan vasokonstriksi
(menyempitkan pembuluh darah).
f) Memberikan berbagai tanggapan perilaku, antara lain berselimut,
berjaket, berjemur dan menggosok-gosokan kedua telapak tangan.
Pelepasan panas dari tubuh hewan endoterm terjadi beberapa cara, antara lain
sebagai berikut :
1
Gambar 2. Garis besar proses pengendalian suhu tubuh pada mamalia ( dimodifikasi
dari Boyce et al,1980)
1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hewan melakukan interaksi pertukaran panas dengan lingkungannya melalui
berbagai cara yaitu dengan radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi. Suhu tubuh
hewan selalu mengalami perubahan, dan hal ini harus dihindari. Oleh karena itu, hewan
perlu melakukan termoregulasi untuk mempertahankan suhu tubuh. Suhu tubuh hewan
harus dijaga agar tetap seimbang karena perubahan suhu dapat mempengaruhi
konformasi berbagai senyawa dalam sel dan aktivitas kebanyakan enzim. Berdasarkan
kemampuannya menjaga tubuh, hewan dapat dogolongkan menjadi dua kelompok yaitu
poikiloterm (ektotermik) dan homeoterm (endotermik).
1
DAFTAR PUSTAKA