Anda di halaman 1dari 15

Makalah

TERMOREGULASI

OLEH :
Kelas A Pendidikan Biologi
Kelompok 13
Bella Utami Salim
Ismail Djafar

Prodi Pendidikan Biologi


Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Gorontalo
2019

1
KATA PENGANGTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga makalah Fisiologi Hewan ini dapat disusun.
Memahami akan kekurangan dan keterbatasan referensi dalam pelaksanaan pembuatan
makalah fisiologi hewan, maka kami menyajikan suatu makalah ini yang pada dasarnya
dirangkai dan di ambil dari berbagai referensi.
Kam menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyelesaian makalah
ini. Menyadari akan keterbatasan yang kami miliki, maka kami sangat mengharapkan
saran atau kritik konstruktif bagi penyempurnaan laporan ini di lain waktu.

Gorontalo, Maret 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Pengertian Termoregulasi.................................................................................3
2.2 Pengaruh Termoregulasi Pada Hewan .............................................................3
2.3 Mekanisme Termoregulasi................................................................................5
2.4 Termoregulasi Pada Ektoterm...........................................................................6
2.5 Termoregulasi Pada Endoterm..........................................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................12
Daftar pustaka

1
BAB I

1.1 Latar Belakang

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan


suhu internal agar berada didalam kisaran yang dapat ditolerir. Berdasarkan Santoso
(2009), suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan
menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya
semakin besar dan kemudian terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul
lain semakin besar pula. Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan
bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan
metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu
optimum dalam bekerja. Jika suatu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun
drastis. Enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya.

Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi


adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan
berdarah dingin dan hewan berdarah panas. Namun lebih dikenal dengan istilah
ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan panas utama tubuh hewan.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Termoregulasi?

2. Bagaimana Pengaruh Termoregulasi Pada Hewan?

3. Bagaimana Mekanisme Termoregulasi?

4. Bagaimana Termoregulasi Pada Hewan Ektotermik?

5. Bagaimana Termoregulasi Pada Hewan Endotermik?

1.3 Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Termoregulasi

2. Untuk Mengetahui Pengaruh Termoregulasi Pada Hewan

3. Untuk Mengetahui Mekanisme Termoregulasi

4. Untuk Mengetahui Termoregulasi Pada Hewan Ektotermik

5. Untuk Mengetahui Termoregulasi Hewan Endotermik

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Termoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki Oleh hewan


untuk mempertahankan panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),
pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam
termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin dan hewan berdarah panas.
Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang
berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. hewan ektoterm adalah hewan
yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu
tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya
sedikit contoh ikan dan amfibia. Sedangkan hewan endoterm, adalah hewan yang suhu
tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping
dari metabolisme jaringan contoh aves dan mamalia (Campbell,2004) .

2.2. Pengaruh Termoregulasi Pada Hewan

Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki Oleh hewan


untuk mempertahankan panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pengaturan Cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari
homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin dan hewan
berdarah panas. Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan
endoterm yang berhubungan dengansumber panas utama tubuh hewan. hewan ektoterm
adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk
meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem
metabolismenya hanya sedikit contoh ikan dan amfibia. Sedangkan hewan endoterm,
adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang
merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan contoh aves dan mamalia
(Soewolo,2010).

Interaksi antara panas hewan dan lingkungan saling menguntungkan untuk mengatur
suhu tubuh/menurunkan pelepasan panas dari tubu dan memperoleh panas melalui :

1
a. radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium
untuk merambat dengan kecepatan cahaya.

b. konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang
berhubungan langsung taba ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari suhu
yang tinggi kebagian yang memiliki suhu lebih rendah.

c. konveksi adalah suatau perambatan panas melalui aliran cairan atau gas.besarnya
konveksi tergantung luas kotak dan perbedaan suhu.

d. evaporasi amerupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju
konveksi kehilangan panas karena evaporasi.

Gambar.1 Kerumitan interaksi panas antara hewan dan lingkungannya. Anak panah
menuju hewan meunjukan pelepasan panas dari tubuh hewan (Kay, 1998).

Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya


bulu dan dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistem sirkulasi
dibagian kulit. Konstruksi pembuluh darah dibagian kulit adalah salah satu cara
mengurangi kehilangan panas tubuh. Jadi perilaku adalah hal penting dalam

1
hubungannya dengan termoregulasi. Sebagai contohnya gajah yang di daerah tropis
untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telingan
ketubuh. gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau
mengipaskan daun telinga ketubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu
perilaku unik dalam termoregulasi (Soewolo,2000).

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan.


Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju
metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga
meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi
terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. hasil metabolisme
lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya
(Soewolo,2000).

Jenis-jenis dan Macam-Macam Adaptasi pada termoregulasi berbagai hewan:

a. Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan
kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan
sebagainya yang runcing dan tajam untuk makancdaging. Sedangkan pada gigi sapi,
kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena
giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah
makanan.

b. Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar


yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan
hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang/hewan onta
yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di
padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki
lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.

1
c. Adaptasi Tingkah Laku

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku
perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah
warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk
menyembunyikan diri.

2.3 Mekanisme Termoregulasi

Mekanisme pengaturan suhu tubuh merupakan penggabungan fungsi dari organ-


organ tubuh yang saling berhubungan, didalam pengaturan suhu tubuh mamalia terdapat
dua jenis sensor pengatur suhu, yautu sensor panas dan sensor dingin yang berbeda
tempat pada jaringan sekeliling (penerima di luar) dan jaringan inti (penerima di dalam)
dari tubuh. Dari kedua jenis sensor ini, isyarat yang diterima langsung dikirimkan ke
sistem saraf pusat dan kemudian dikirim ke syaraf motorik yang mengatur pengeluaran
panas dan produksi panas untuk dilanjutkan ke jantung, paru-paru dan seluruh tubuh,
Setelah itu terjadi umpan balik, dimana isyarat, diterima kembali oleh sensor panas dan
sensor dingin melalui peredaran darah (Santoso,2009).

Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan


badan. Melalui evaporasi bergungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan dan
modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan
couunterrurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan
panas tubuh. Mausia menggunakan baju merupakan salah satu perilaku unik dalam
termoregulasi.

Suhu tubuh hewan dipengaruhi )leh suhu lingkungan luar' Pada suhu -20Cs'd suhu
500C hewan dapat bertahan hidup atau pada suhu yang lebih ekstrem namun untuk
hidup secara normal hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu
tersebut yang ideal dan disukai agar proses fisiologis optimal.

usaha hewan untuk mempertahankan suhu tubuhnya agar tetap konstan dan tidak
terjadi perbedaan drastis dengan suhu lingkungannya disebut thermoregulasi. Di dalam

1
tubuh hewan yang hidup selalu terjadi proses metabolisme. Dengan demikian selalu
dihasilkan panas,karena tidak semua energi yang terbentuk dari metabolisme
dimanfaatkan. Panas yang terbentuk dibawa oleh darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh
menjadi panas dan disebut sebagai suhu tubuh normal.

2.4 Termoregulasi Pada Ektoterm

Ektoterm merupakan hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan
sekitarnya. Perolehan panas tubuh hewan ektoterm tergantung pada berbagai sumber
panas dilingkungan luar. Masalah yang dihadapi oleh hewan ektoterm tidak sama,
tergantung pada jenis habitatnya (Isnaeni,2006).

2.4.1 Termoregulasi Pada Ektoterm Akuatik

Suhu padaa lingkungan akuatik relati stabil sehingga hewan yang hidup
didalamnya tidak mengalami perubahan suhu lingkungan yang rumit. Dalam
lingkungan akuatik hewan tidak mungkin melepas panas tubuh dengan cara evaporasi.
Pelepasan panas melalui radiasi juga sangat kecil kemungkinannya karena air
merupakan penyerap radiasi infra merah yang efektif. Pelepasan panas oleh tubuh
hewan (ikan) terutama terjadi melalui insang. Air juga merupakan peredam panas yang
baik. Kelebihan panas oleh hewan akuatik akan diserap dan dihamburkan oleh air
sehingga tubuh ikan akan stabil dan relatif sama dengan suhu air di sekitarnya.

Beberapa jenis ikan seperti hiu dan tuna telah memiliki kemampuan untuk
mempertahankan adanya perbedaan suhu antara suatu bagian tubuh dengan bagian
tubuh yang lain. Ikan tuna juga mampu meningkatkan laju reaksi metabolik didalam
tubuhnya, terutama pada otot yang digunakan untuk berenang dan pada saluran
pencernaanya sehingga bagian tersebut selalu lebih panas dari bagian yang lainnya.

2.4.2 Termoregulasi Pada Ektoterm Terestrial

Berbeda dengan akuatik, suhu lingkungan terestrial selalu dengan variasi yang
cukup besar. Perubahan suhu ini sangat mudah kita rasakan misalnya dengan
membandingan suhu udara pada siang dan malam hari. Cara terpenting yang dilakukan
hewan ektotermik terestrial untuk memperoleh panas iala dengan menyerap

1
panas/radiasi matahari. Hewan dapat meningkatkan penyerapan panas matahari dengan
cara mengubah warna permukaan tubuhnya dan menghadapkan tubuhnya ke arah
matahari. Vertebrata ektoterm, contohnya kadal, juga melakukan hal serupa dengan
belalang dan kumbang yaitu berjemur untuk menyerap radiasi matahari. Untuk
memaksimalkan penyerapan, kadal akan merubah penyerapan melanin dikulitnya
sehingga warnanya menjadi lebih gelap, dan hal ini sangat berperan penting untuk
penyerapan panas secara efektif. Seperti belalang, kadal juga dapat mengurangi
penyerapan dengan cara berlindung di tempat yang teduh. Namun kadal juga dapat
mengubah jumlah aliran darah ke kulit dengan cara mengubah vasokontraksi dan
vasodilatasi pembuluh darah. Proses ini merupakan proses fisiologis. Dengan demikian,
jelas bahwa kadal mempertahankan suhu tubuhnya dengan fisiologis maupun dengan
perilakunya(Isnaeini,2006).

2.5 Termoregulasi Pada Endoterm

Endoterm merupakan hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh, sebagai
hasil dari metabolisme sel tubuh. Suhu tubuh hewan endoterm diperthankan agar tetap
konstan, walaupun suhu lingkungannya selalu berubah. Hewan endoterm meliputi
burung dan mamalia, sedangkan hewan lainnya digolongkan sebagai ektoterm
(Isnaeni,2006).

Produksi panas pada hewan endoterm terjadi melalui mekanisme sebagai berikut :

1. Meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka (harus ada kontraksi
otot, antara lain dengan cara menggigil). Menggigil merupakan gerakan yang
tidak teratur dan tidak mempunya tujuan pergerakan tertentu.

2. Mekanisme pembentukan panas yang bukan berasal dari proses menggigil,


meliputi berbagai proses sebagai berikut :

a) Memetabolisasi jaringan lemak cokelat, seperti yang dilakukan oleh


golongan mamalia eutherian (mamalia plasenta). Jaringan lemak cokelat
berbeda dengan jaringan lemak putih. Jaringan lemak cokelat dibungkus
oleh selaput dipersarafi dengan baik oleh sistem saraf simpatis. Jika

1
jaringan lemak cokelat dirangsang, lemak akan dimetabolisasi dalam
mitokondria sel lemak, dan panas akan dihasilkan.
b) Meningkatkan sekresi hormon tiroid, yang dapat meningkatkan aktivitas
metabolisme dalam sel.
c) Menyerap radiasi panas matahari.
d) Menegakkan rambut/bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi
dapat diperkecil.
e) Mengurangi aliran darah ke organ perifer dengan vasokonstriksi
(menyempitkan pembuluh darah).
f) Memberikan berbagai tanggapan perilaku, antara lain berselimut,
berjaket, berjemur dan menggosok-gosokan kedua telapak tangan.

Pelepasan panas dari tubuh hewan endoterm terjadi beberapa cara, antara lain
sebagai berikut :

a) Melepaskan ke lingkungan melalui vasodilatasi pembuluh darah perifer


b) Meningkatkan penguapan air melalui kuli (misalnya dengan berkeringat)
atau melalui saluran pernafasan ( dengan terenga-engah, misalnya pada
anjing dan burung yang tidak mempunyai kelenjar keringat).
2.5.1 Pengendalian Suhu Tubuh Endoterm
Komponen yang diperlukan untuk menyelenggarakan pengendalian suhu tubuh
ialah reseptor (termoreseptor), komparator (koordinator), dan efektor. Ada dua
macam reseptor yang terlibat, yaitu reseptor panas dan dingin. Pada saat rangsagan
berupa peringatan suhu tubuh, reseptor panas akan terdepolarisasi. Sementara,
reseptor dingin akan menghasilakan potensial aksi jika hanya adanya rangsangan
berupa penurunan suhu tubuh. Reseptor tersebut terdapat didua tempat, yaitu
hipotalamus dan kulit. Keberadaan reseptor di hipotalamu dan kulit ini sangat
penting agar dapat memantau perubahan suhu dipusat maupun diperifer tubuh.
Pengaturan suhu tubuh hewan endoterm (contohnya pada mamalia) secara garis
besar dapat dilihat dari gambar 2 (Isnaeni,2006).

1
Gambar 2. Garis besar proses pengendalian suhu tubuh pada mamalia ( dimodifikasi
dari Boyce et al,1980)

1
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hewan melakukan interaksi pertukaran panas dengan lingkungannya melalui
berbagai cara yaitu dengan radiasi, evaporasi, konduksi, dan konveksi. Suhu tubuh
hewan selalu mengalami perubahan, dan hal ini harus dihindari. Oleh karena itu, hewan
perlu melakukan termoregulasi untuk mempertahankan suhu tubuh. Suhu tubuh hewan
harus dijaga agar tetap seimbang karena perubahan suhu dapat mempengaruhi
konformasi berbagai senyawa dalam sel dan aktivitas kebanyakan enzim. Berdasarkan
kemampuannya menjaga tubuh, hewan dapat dogolongkan menjadi dua kelompok yaitu
poikiloterm (ektotermik) dan homeoterm (endotermik).

1
DAFTAR PUSTAKA

Campbell,N.2004. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta : Erlangga

Isnaeni,Wiwi.2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius

Santoso,Putra.2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang : Universitas Andalas

Soewolo.2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : Dirjend Dikti Depdiknas

Anda mungkin juga menyukai