Resum Kebidanan
Resum Kebidanan
Nim : 2018.A.09.0763
Prodi : DIII kebidanan
Tingkat : II
Tugas : Resume
a. bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada masyarakat agar masyarakat mampu untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga akan terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian
berbagai pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang menyeluruh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat secara terarah, terpadu dan berkesinambungan, adil dan merata, serta aman,
berkualitas, dan terjangkau oleh masyarakat;
c. bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan
yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, perizinan, serta pembinaan, pengawasan, dan
pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rasa keadilan dan
perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan;
d. bahwa untuk memenuhi hak dan kebutuhan kesehatan setiap individu dan masyarakat,
untuk memeratakan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat, dan untuk
memberikan pelindungan serta kepastian hukum kepada tenaga kesehatan dan masyarakat
penerima upaya pelayanan kesehatan, perlu pengaturan mengenai tenaga kesehatan terkait
dengan perencanaan kebutuhan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan pengawasan
mutu tenaga kesehatan;
e. bahwa ketentuan mengenai tenaga kesehatan masih tersebar dalam berbagai peraturan
perundang- undangan dan belum menampung kebutuhan hukum masyarakat sehingga
perlu dibentuk undang-undang tersendiri yang mengatur tenaga kesehatan secara
komprehensif;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c,
huruf d, dan huruf e, perlu membentuk Undang-Undang tentang Tenaga Kesehatan;
Dasar Hukum
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan adalah:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Undang Undang tentang Tenaga Kesehatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa
Pembukaan UUD 1945 mencantumkan cita-cita bangsa Indonesia yang sekaligus
merupakan tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu wujud memajukan kesejahteraan umum adalah
Pembangunan Kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang
produktif.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau juga merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka melakukan upaya kesehatan
tersebut perlu didukung dengan sumber daya kesehatan, khususnya Tenaga Kesehatan yang
memadai, baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun penyebarannya.
Upaya pemenuhan kebutuhan Tenaga Kesehatan sampai saat ini belum memadai, baik dari
segi jenis, kualifikasi, jumlah, maupun pendayagunaannya. Tantangan pengembangan
Tenaga Kesehatan yang dihadapi dewasa ini dan di masa depan adalah:
5. Kualitas hasil pendidikan dan pelatihan Tenaga Kesehatan pada umumnya masih belum
memadai;
7. Pengembangan dan pelaksanaan pola pengembangan karir, sistem penghargaan, dan sanksi
belum dilaksanakan sesuai dengan yang diharapkan;
10. Sumber daya pendukung pengembangan dan pemberdayaan Tenaga Kesehatan masih
terbatas;
11. Sistem informasi Tenaga Kesehatan belum sepenuhnya dapat menyediakan data dan
informasi yang akurat, terpercaya, dan tepat waktu; dan
12. Dukungan sumber daya pembiayaan dan sumber daya lain belum cukup.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1) Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hasil sekresi kelenjar
payudara ibu.
2) Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI Eksklusif adalah ASI yang
diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.
3) Bayi adalah anak dari baru lahir sampai berusia 12 (dua belas) bulan.
4) Keluarga adalah suami, anak, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke
bawah sampai dengan derajat ketiga.
5) Susu Formula Bayi adalah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti
ASI untuk Bayi sampai berusia 6 (enam) bulan.
6) Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.
7) Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk
melakukan upaya kesehatan.
8) Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan
suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.
9) Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
10) Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 11. Menteri adalah menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
-Pasal 2
Pengaturan pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk:
1) menjamin pemenuhan hak Bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif sejak dilahirkan
sampai dengan berusia 6 (enam) bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangannya;
2) memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya; dan
3) meningkatkan peran dan dukungan Keluarga, masyarakat, Pemerintah Daerah, dan
Pemerintah terhadap pemberian ASI eksklusif.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
2. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan
proses reproduksi.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan kepada remaja dalam rangka menjaga kesehatan reproduksi.
4. Pelayanan Kesehatan Sistem Reproduksi adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
suatu rangkaian organ, interaksi organ, dan zat dalam tubuh manusia yang dipergunakan
untuk berkembang biak.
5. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil dalam
rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat.
6. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga melahirkan.
7. Pelayanan Kesehatan Masa Melahirkan, yang selanjutnya disebut Persalinan adalah setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak dimulainya persalinan
hingga 6 (enam) jam sesudah melahirkan.
8. Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan pada ibu selama masa nifas dan pelayanan yang mendukung bayi
yang dilahirkannya sampai berusia 2 (dua) tahun.
9. Pelayanan Kesehatan Seksual adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan pada kesehatan seksualitas.
10. Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah adalah upaya
memperoleh kehamilan di luar cara alamiah tanpa melalui proses hubungan seksual antara
suami dan istri apabila cara alami tidak memperoleh hasil.
11. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan Kesehatan Reproduksi dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. indikasi kedaruratan medis dan perkosaan sebagai pengecualian atas larangan aborsi; dan
c. Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah.
Pasal 3
Pengaturan Kesehatan Reproduksi bertujuan untuk:
a. menjamin pemenuhan hak Kesehatan Reproduksi setiap orang yang diperoleh melalui
pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
b. menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi agar mampu melahirkan generasi yang sehat
dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
b. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2014 Tentang Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan
proses reproduksi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 Tentang
Kesehatan Reproduksi adalah aturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan.
Berikut adalah isi dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014
tentang Kespro dalam format tidak asli
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
1. Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh,
tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem,
fungsi, dan proses reproduksi.
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan kepada remaja dalam rangka menjaga kesehatan reproduksi.
3. Pelayanan Kesehatan Sistem Reproduksi adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada suatu rangkaian organ, interaksi organ, dan zat dalam tubuh manusia yang
dipergunakan untuk berkembang biak.
4. Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang ditujukan pada perempuan sejak saat remaja hingga saat sebelum hamil
dalam rangka menyiapkan perempuan menjadi hamil sehat.
5. Pelayanan Kesehatan Masa Hamil adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga melahirkan.
6. Pelayanan Kesehatan Masa Melahirkan, yang selanjutnya disebut Persalinan adalah setiap
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu sejak dimulainya
persalinan hingga 6 (enam) jam sesudah melahirkan.
7. Pelayanan Kesehatan Masa Sesudah Melahirkan adalah setiap kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan yang ditujukan pada ibu selama masa nifas dan pelayanan yang
mendukung bayi yang dilahirkannya sampai berusia 2 (dua) tahun.
8. Pelayanan Kesehatan Seksual adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan pada kesehatan seksualitas.
9. Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah adalah upaya
memperoleh kehamilan di luar cara alamiah tanpa melalui proses hubungan seksual antara
suami dan istri apabila cara alami tidak memperoleh hasil.
10. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
11. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan Kesehatan Reproduksi dalam Peraturan Pemerintah ini
meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. indikasi kedaruratan medis dan perkosaan sebagai pengecualian atas larangan aborsi;
dan
c. Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah.
Pasal 3
Pengaturan Kesehatan Reproduksi bertujuan untuk:
a. menjamin pemenuhan hak Kesehatan Reproduksi setiap orang yang diperoleh melalui
pelayanan kesehatan yang bermutu, aman, dan dapat dipertanggungjawabkan; dan
b. menjamin kesehatan ibu dalam usia reproduksi agar mampu melahirkan generasi yang
sehat dan berkualitas serta mengurangi angka kematian ibu.
e. UU No. 23 Tahun Peraturan Menteri Kesehatan No. 25 Tahun 2014 Tentang Upaya
Kesehatan Anak