Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan manusia seutuhnya sebagai hakikat pembangunan nasional dicapai


dengan berhasilnya salah satu sektor yakni pembangunan kesehatan dan juga dipengaruhi
oleh terkendalinya pertumbuhan penduduk. Sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan
pembangunan bangsa menuju masyarakat sejahtera, adil dan makmur, proses pertumbuhan
penduduk harus dipantau dan dikendalikan salah satunya dengan pengadaan program
Keluarga Berencana (KB). Program KB nasional bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera melalui
pengendalian kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk. Dalam upaya menjunjung
keberhasilan Program KB Nasional yaitu tercapainya kondisi pertumbuhan penduduk
seimbang.Gerakan KB tahap kedua sekarang ini sedang berusaha meningkatkan mutu para
pelaksana, pengelola dan peserta KB disemua lini lapangan di pedesaan baik di kota maupun
di desa. Begitu juga dengan para akseptor KB diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup
tentang alat kontrasepsi yang digunakannya (Hartanto, 2002). Tujuan Gerakan KB Nasional
ialah mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya
masyarakat yang sejahtera melalaui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk
Indonesia. Sasaran gerakan KB Nasional ialah :
1. Pasangan Usia Subur dengan prioritas PUS muda dengan paritas rendah
2. Generasi muda
3. Pelaksana dan pengelola KB
4. Sasaran wilayah (Manuaba, 1998)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dari keluarga berencana?
2. Bagaimana konsep dari kontrasepsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari keluarga berencana.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari kontrasepsi.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga Berencana (KB)


1. Definisi KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau
cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak
agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya (Sulistyawati, 2013).
B. Konsep Kontrasepsi
1. Defenisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha
itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan
menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
2. Prinsip Kerja
Meniadakan pertemuan antara ovum dan sperma : ♂ - ♀;
a. Menekan ovulasi
b. Menahan masuknya sperma sampai mencapai ovum
c. Menghalangi nidasi
3. Kurun Reproduksi
a. Masa Reproduksi Muda
(15-19 thn) ; Tahap menunda
b. Masa Reproduksi Sehat
(20-35 thn); tahap menjarangkan

2
c. Masa Reproduksi Tua (36-45 thn); tahap mengakhiri
4. Tipe Kontrasepsi
a. Natural contraception (kontrasepsi alami)
b. Mechanical contraception (kontrasepsi mekanik)
c. Hormonal contraception (kontrasepsi hormonal)
d. Surgical contraception (kontrasepsi bedah)

1) Metode Keluarga Berencana Alami

Diantaranya sebagai berilut:

a) Metode Kalender (ritme)


Metode ini hanya digunakan bagi pasangan yg siklus haid teratur. Siklus
menstruasi teratur (28 hari), maka masa suburnya terjadi pada hari ke-14. Hari
pertama Haid dihitung sebagai hari ke-1. lalu hitung mundur 2 hari
sebelumnya dan maju 2 hari setelahnya. Jadi masa subur terjadi di hari ke 12
sampai hari ke 16.
b) Suhu tubuh basal
c) Metode lendir serviks
d) Penarikan (coitus interuptus)
Menghentikan senggama dengan mencabut penis dari vagina pd saat suami
menjelang ejakulasi. Kelebihan cara ini; tidak memerlukan obat/alat sehingga
relatif sehat utk digunakan wanita dibandingkan dgn metode lain. Risiko
kegagalan dari metode ini cukup tinggi. Efektifitas mencapai 80%

2) Metode Keluarga Berencana Mekanik


Diantaranya sebagai berikut:
a) Kondom Pria & Wanita (♂ - ♀)

3
 Merupakan selubung/sarung karet tipis yg dipasang pd penis sebagai
tempat penampungan sperma yg dikeluarkan pd saat senggama sehingga
tidak tercurah pd vagina.
 Manfaatnya yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah
spermatozoa mencapai saluran genital wanita, Sebagai proteksi terhadap
PMS HIV/AIDS
 Sebenarnya tidak ada efek samping kondom. Jika seseorang mengalami
reaksi apapun terhadap penggunaan kondom itu lebih terkait dengan alergi
dan tidak dapat dikualifikasikan sebagai efek samping kondom
 Keberhasilan kontrasepsi ditentukan oleh cara pemakaian dan kondisi
kondom. Mengganggu hubungan seksual karena tidak sentuhan langsung
Kondom bekas akan menjadi limbah yang akan menjadikan masalah
lingkungan
 Kelebihannya, Jika penggunaannya tepat maka bisa mencegah kehamilan
Tidak akan mengganggu kesehatan pemakai maupun pasangan Tidak akan
mengganggu produksi ASI sehingga aman untuk anda yang sedanag
menyusui Selain murah, kondom juga sudah bisa dibeli dengan mudah di
minimarket Tidak perlu pemeriksaan khusus sebelum memakainya ataupun
pemeriksaan dokter

b) Diafragma/cervical cap (diafragma/tutup serviks)

 Diafragma dan kap servikal adalah merupakan kontrasepsi penghalang


yang dimasukkan ke dalam vagina dan mencegah sperma masuk ke dalam

4
saluran reproduksi wanita. Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan
cincin yang
 Merupakan suatu alat yg berfungsi utk mencgah sperma untuk membuahi
sel telur
 Hanya digunakan bagi pasangan yg aktif sex
 Mengandung spermisida
 Efek samping Jika lupa melepaskannya setelah 24 jam, berisiko
mengalami sindrom keracunan
 Kelebihannya Dapat digunakan selama menyusui, tidak ada risiko
gangguan kesehatan, melindungi dari PMS
 Kekurangannya Angka kegagalan tinggi, peningkatan risiko infeksi,
membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan, ketidaknyamanan ketika
pemakaian.

c) Spermicidec/spermisida

 Adalah suatu zat atau bahan kimia yg dapat mematikan dan menhentikan
gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dlm vagina, sehingga tdk dpt
membuahi sel telur.
 Manfaatnya adalah untuk mencegah terjadinya kehamilan ini dikarenakan
kandungan bahan kimia bernama nonoxynol-9, yang mana zat ini memang
diformulasikan khusus untuk membunuh atau menghambat pergerakan
sperma.
 Efek sampinya adalah penggunaan yang terlalu sering dapat mengiritasi
vagina dan kulit di sekitarnya. Iritasi ini membuat Anda lebih mudah

5
terinfeksi HIV dan penyakit kelamin lain. Efek samping lainnya adalah
meningkatkan risiko infeksi saluran kencing, karena spermisida dapat
mengganggu keseimbangan bakteri di dalam tubuh wanita.
 Keuntungannya diantaranya mudah di dapat dan mudah perawatannya, tidak
memiliki efek jangka panjang, dapat dimiliki dengan budget tipis.
 kekurangannya diantaranya pemakaian membutuhkan waktu, penggunaanya
kurang efektif jika hanya digunakan sendiri, tidak melindungi dari PMS

d) Intrauterine Devices (IUD)

 Alat kontrasepsi yg dimasukkan ke dalam rahim


 Tdd; plastik, ada yg dililit tembaga (Cu), dililit tembaga bercampur perak
(Ag), dan ada pula yg batangnya hanya berisi hormon progesteron
 Cara kerja; meninggikan getaran saluran telur sehingga pd waktu
blastokista sampai ke rahim endometrium belum siap menerima nidasi,
menimbulkan reaksi mikro infeksi sehingga terjadi penumpukan sel darah
putih yg melarutkan blastokista dan lilitan logam menyebabkan reaksi anti
fertilitas.
 Manfaatnya dapat mencegah kehamilan hingga 99%, lebih praktis, harga
yang relatif terjangkau, aman untuk ibu menyusui, direkomendasikan
untuk kondisi tertentu, tidak meningkatkan berat badan
 Efek sampingnya antara lain rasa sakit ketika pemasangan IUD, siklus
menstruasi tidak teratur, gejala PMS yang lebih berat, penyakit radang
panggul, kehamilan ektopik, kista ovarium
 Kelebihannya sangat efektif dan tahan lama, dapat mengurangi kram
menstruasi, tidak mengandung hormone tambahan.

6
 Kekurangannya sakit saat dimasukan, kram atau sakit punggung selama
beberapa hari setelah IUD dimasukan, bercak antar periode menstruasi,
periode menstruasi tidak teratur, menstruasi yang lebih berat dank ram
menstruasi yang lebih buruk

3) Metode Keluarga Berencana Hormonal


Diantaranya sebagai berikut:
1) Contraceptive skin patch/koyo KB

 Plastik elastis kecil dan tipis yang ditempelkan dikulit


 Kelebihan; tidak mengganggu hubungan seks dan lebih mdah dari pil
KB
 Kekurangan; dapat menyebabkan iritasi kulit, sakit kepala, nyeri
payudara dan mual
 Manfaatnya untuk mencegah terjadinya pembuahan dengan cara
mengentalkan lendir serviks, sehingga perjalanan sperma menuju sel
telur akan menjadi sangat sulit. 
 Efek sampingnya diantaranya, muntah dan mual, payudara lembut,
perdarahan antar periode Ada juga kemungkinan bahwa tambalan itu
dapat menyebabkan hasrat seksual wanita menurun seiring waktu karena
tambalan itu memengaruhi hormon-hormonnya. Selain itu, kulit dapat
menjadi iritasi atau bereaksi terhadap tempat tambalan ditempatkan pada
tubuh.

7
2) Pill KB

 Berisi gabungan hormon estrogen & progesteron (pil kombinasi) atau


hanya terdiri dari progesteron (mini pill).
 Cara kerja; menekan ovulasi untuk mencegah lepasnya sel telur wanita
dari indung telur, mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma
sulit untuk masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan
endomterium
 Mini pill dapat dikonsumsi saat menyusui
 Effectiveness: 99% if taken correctly.
 Angka kegagalan berkisar antara 1-8% untuk pil kombinasi dan 3-10%
untuk mini pil
 Efek sampingnya diantaranya mual, sakit kepala dan rasa tidak
nyaman pada payudara, perdarahan secara tiba-tiba di luar masa haid
peningkatan berat badan, gairah seks yang menurun, perubahan
suasana hati yang terjadi secara mendadak
 Kelebihannya, Mampu mengurangi gejala pms (sindrom
pramenstruasi), melindungi anda dari penyakit radang panggul,
mengurangi risiko fibrosis, kista ovarium, dan penyakit payudara
nonkanker, sama sekali tidak mengganggu seks karena dikonsumsi
dengan cara diminum, periode menstruasi lebih teratur, ringan, dan
tidak terlalu menyakitkan, mengurangi risiko kanker indung telur,

8
rahim, dan usus besar, bisa langsung program hamil setelah berhenti
mengonsumsi pil KB
 Kekurangannya Tidak melindungi anda dari penyakit kelamin, harus
diminum setiap hari di jam yang sama dan tidak boleh terlewat jika
ingin mendapatkan perlindungan penuh, bisa meningkatkan tekanan
darah, menyebabkan berbagai efek samping seperti sakit kepala, mual,
nyeri pada payudara, dan perubahan mood yang drastis di awal-awal
pemakaian, terkadang mengakibatkan adanya perdarahan di luar haid
pada bulan-bulan pertama pemakaian, dalam beberapa kasus dapat
meningkatkan risiko pembekuan darah dan kanker payudara.

3) Suntik KB

 Suntik KB ada 2 jenis yaitu suntik KB 1 bulan dan suntik KB 3


bulan.
 Cara kerjanya sama dengan pil KB
 Efek sampingnya dapat terjadi gangguan haid, keputihan, jerawat,
perubahan BB,
 Effectiveness: 99%.
 Kelebihannya diantaranya tidak berinteraksi dengan obat-obatan
lain, relatif aman untuk ibu menyusui, bermanfaat bagi wanita
yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung
estrogen, tidak perlu repot mengingat untuk mengonsumsi pil
kontrasepsi setiap hari, tidak perlu berhitung lebih dulu saat
berhubungan seksual. Bergantung jenisnya, suntikan dapat
bertahan hingga 8–13 minggu, jika ingin berhenti, tidak perlu repot

9
harus ke dokter, cukup hentikan saja pemakaiannya, dapat
mengurangi risiko timbulnya kanker ovarium dan kanker rahim.
 Kekurangannya Haid menjadi tidak teratur, bisa lebih banyak atau
berhenti sama sekali, kenaikan berat badan, berkurangnya
kepadatan tulang, tetapi kondisi ini akan terhenti setelah suntikan
dihentikan, mengalami sakit kepala, kembung, payudara sakit,
dan perubahan suasana hati (mood swing), tidak melindungi anda
dari infeksi menular seksual, Penyebab pastinya belum diketahui,
tetapi KB suntik diduga menurunkan kadar estrogen sehingga
wanita lebih rentan terhadap infeksi vagina maupun infeksi leher
rahim (serviks), setelah suntik dihentikan, anda kemungkinan
membutuhkan waktu hingga setahun agar bisa hamil lagi,
mengalami iritasi dan bengkak pada area suntikan, meski jarang,
KB suntik dapat menyebabkan alergi

4) Norplant Implant

 Alat kontrasepsi yg disusupkan di bawah kulit. Biasanya dilengan atas


 Cara kerja; sama dengan pil
 Mengandung levonogestrel
 Bertahan sampai 5 tahun
 Kesuburan akan kembali segera setelah pengangkatan
 Efektifitas sangat tinggi; 97-99%

10
 Efek sampingnya adalah menimbulkan perdarahan, gangguan siklus
menstruasi, penambahan berat badan, dan juga penggunaan dan
melepasnya perlu dilakukan oleh tenaga kesehatan.
 Kekurangannya antara lain Haid tidak teratur, Sakit kepala, Jerawat,
Mual, Payudara terasa sakit, Perubahan mod dan depresi, Kehilangan
gairah melakukan hubungan seksual, Berat badan naik, namun jarang
terjadi.
 Kelebihannya Perlindungan jangka panjang hingga tiga tahun, implan
dapat dilepas kapan saja, termasuk saat muncul efek samping yang
tidak diinginkan, dapat kembali ke masa subur dengan cepat setelah
implan dilepas

4) Metode Keluarga Berencana Bedah (Sterilisasi)


Diantaranya sebagai berikut:
a) Vesektomi (♂)

 Merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya


sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran mani (vas
defferent) sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama.
Efektifitas; 99%

 Efek sampingnya adalah adanya darah di dalam air mani, memar pada
skrotum, perdarahan atau bekuan darah pada skrotum, infeksi pasca
operasi, pembengkakan, perasaan tidak nyaman

11
b) Tubektomi (♀)

 permanent untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara


mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba fallopi
(pembawa sel telur ke rahim). Efektifitas; 99%

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran
anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk
mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha
itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya
sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

Tipe Kontrasepsi diantaranya:

1. Natural contraception (kontrasepsi alami)


2. Mechanical contraception (kontrasepsi mekanik)
3. Hormonal contraception (kontrasepsi hormonal)
4. Surgical contraception (kontrasepsi bedah)
B. Saran
Mengingat banyaknya keuntungan dan peluang yang timbul dari program KB, kita
sebagai anak bangsa harus turut mensukseskan program ini. Pemerataan kesehatan dan
pendidikan harus disiapkan oleh pemerintah agar program KB ini cepat tercapai

13
RESUME JURNAL
1. Jurnal tentang PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI SUNTIKAN
DMPA BERHUBUNGAN DENGAN DISFUNGSI SEKSUAL WANITA PADA
AKSEPTOR KB SUNTIK (Jomima Batlajery, Hamidah, Mardiana Dosen
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Jalan Arteri Jorr
Jatiwarna Kec. Pondok Melati Bekasi-1745)
Kontrasepsi suntikan Depot Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) merupakan
salah satu kontrasepsi hormonal yang pemakaiannya luas dan meningkat dari waktu
ke waktu. Menurut WHO, dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan
keluarga berencana dan 66-75 juta diantaranya, terutama di Negara berkembang
menggunakan kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang digunakan untuk
mencegah terjadi kehamilan dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif
terhadap berbagai organ tubuh wanita, baik organ genitalia maupun non genitalia
(Baziad, 2002). Pendidikan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan
seringkali menitik beratkan pada efektifitas kontrasepsi untuk mencegah kehamilan
namun mereka tidak di beri informasi penting mengenai efek seksual yang merugikan
yang mungkin terjadi. Mengingat jumlah akseptor kontrasepsi suntikan semakin
meningkat, maka perlu di waspadai dan diantisipasi kemungkinan efek samping yang
dapat terjadi. Efek samping antara lain, gangguan haid (siklus memendek atau
memanjang, perdarahan spotting, tidak haid sama sekali), penambahan berat badan,
begitu juga pada penggunaan jangka panjang terjadi perubahan pada lipid serum,
penurunan densitas tulang, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, jerawat dan juga
dapat menimbulkan kekeringan pada vagina dan menurunkan libido (Saifuddin,
2006). Penggunaan kontrasepsi suntikan DMPA dalam waktu yang lama akan
menyebabkan disfungsi seksual berupa penurunan libido (Saroha, 2009). Salah satu
penelitian di Amerika Serikat menemukan prevalensi disfungsi seksual wanita
sebesar 43% lebih tinggi daripada pria sebesar 31% (Ganz & Greendale, 2007).
Prevalensi disfungsi seksual wanita 41% di Inggris (Wylie, 2007). Penurunan
keinginan seksual (libido) pada akseptor KB suntik DMPA meskipun jarang terjadi
dan tidak dialami pada semua wanita tetapi pada pemakaian jangka panjang dapat

14
timbul karena faktor perubahan hormonal, sehingga terjadi pengeringan pada vagina
yang menyebabkan nyeri saat bersenggama dan pada akhirnya menurunkan keinginan
atau gairah seksual. Keadaan ini merupakan keluhan umum yang disampaikan 1
diantara 10-100 akseptor pengguna DMPA. Dari jurnal hasil penelitian ini Sebanyak
49 ibu menggunakan kontrasepsi DMPA. Lama penggunaan kontrasepsi oleh
responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 55,8% ibu menggunakan KB 24
bulan. Hasil penelitian didapatkan 50 % ibu primipara dan 50% multipara. Usia
responden terbanyak dalam kurun waktu 20 - 30 tahun yaitu 57 orang. Penggunaan
KB DMPA pada responden sekitar 48,1 % dan dari 104 ibu, terdapat 32 ibu
mengalami disfungsi seksual atau gangguan seksual. Hasil analisis multivariat
menunjukan bahwa usia paling berhubungan dengan disfungsi seksual pada wanita.
2. Jurnal tentang LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DEPO
MEDROKSIPROGESTERON ASETAT DENGAN KADAR KOLESTEROL
PADA AKSEPTOR KB (Ni Made Werdianti Prawerti1, Nengah Runiari, I
Dewa Made Ruspawan)
Dari 35 responden didapatkan bahwa sebagian besar yaitu 57,1% memakai
kontrasepsi suntik DMPA selama ≥36 bulan, sedangkan responden dengan lama
pemakaian kontrasepsi suntik DMPA <36 bulan sebesar 15 orang (42,9%).
Responden dengan lama pemakaian pada rentang 6 sampai dengan 108 bulan.
Pengelompokkan untuk lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan cut off
point 36 bulan berdasarkan penelitian dari (15). Responden dengan lama pemakaian
<36 bulan terdiri dari pemakaian rentang 6 bulan sampai dengan 33 bulan, sedangkan
untuk lama pemakaian ≥36 bulan terdiri dari pemakaian rentang 36 bulan sampai
dengan 108 bulan, Efek samping dari penggunaan kontrasepsi suntik lebih dari 24
bulan telah dibahas pada hasil penelitian Rahayu dan Wijanarko, 2017 yang
didapatkan bahwa kontrasepsi suntik DMPA dengan lama pemakaian setelah dua
tahun yaitu gangguan menstruasi berupa amenore, kejadian keputihan, peningkatan
berat badan (16). Efek samping dari pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dalam
jangka panjang juga mempengaruhi kepadatan mineral tulang (17). Efek samping
lam lebih dari 36 bulan kontrasepsi ini secara signifikan juga berpengaruh pada
fraksi lemak menyebabkan meningkatkannya kolesterol LDL dimana dapat

15
mempengaruhi peningkatan kolesterol total bila dibandingkan dengan penggunaan
cyclofem (18). Berdasarkan hasil diatas dapat diasumsikan bahwa, pengguna
kontrasepsi suntik yang lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA <36 bulan dan
≥36 bulan dapat terjadi karena penggunaan kontrasepsi suntik dalam jangka panjang
≥36 bulan disebabkan karena akseptor merasa kontrasepsi suntik DMPA sesuai
dengan kebutuhannya. Selain itu juga karena efek dari kontrasepsi selama 3 bulan
membuat ibu tidak perlu untuk sering pergi ke fasilitas kesehatan. Manfaat yang
dirasakan untuk jangka waktu yang lama serta harga yang terjangkau masih menjadi
alasan pemilihan kontrasepsi ini paling banyak pada akseptor KB. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan tentang lama pemakaian kontrasepsi suntik DMPA
dengan kadar kolesterol pada akseptor KB di wilayah Jurnal Gema Keperawatan
kerja Puskesmas I Denpasar Selatan Tahun 2019 terhadap 35 responden dapat
disimpulkan sebagai berikut : sebagian besar lama pemakaian kontrasepsi suntik
DMPA yaitu ≥36 bulan dengan presentase 57,1%, sebagian besar memiliki kadar
kolesterol agak tinggi yaitu 40,0 %, ada hubungan yang bermakna antara lama
pemakaian kontrasepsi suntik DMPA dengan kadar kolesterol pada akseptor KB di
wilayah kerja Puskesmas I Denpasar SelatanTahun 2019 dengan nilai p = 0,000 (p <
α (0,05)).
3. Jurnal tentang Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dengan Disfungsi
Seksual Di Wilayah Kerja Puskesmas Lerep (Isfaizah1, Ari Widyaningsih2)
Pemakaian KB suntik DMPA dalam jangka waktu yang lama dapat menurunkan
kadar estrogen dan mempengaruhi metabolisme hormon dalam tubuh serta dapat
mempengaruhi kadar estradiol serum menjadi menurun dan menyebabkan
menurunnya fungsi seksual wanita.Penggunaan metode kontrasepsi suntikan DMPA
yang merupakan long-acting progestational steroid(progesterone) bekerja
menghambat sekresi dari GonadotropinReleazing Hormon (GnRH) yang mencegah
maturasi folikel primer di ovarium, mencegah ovulasi dan menyebabkan penipisan
endometrium. Hal ini disebabkan menurunnya pulsasi GnRH sehingga mengurangi
pelepasan FSH dan mencegah peningkatan kadar estrogen. Progesterone negative
feedback dan kekurangan estrogen positif feedback menyebabkan rendahnya kadar
estradiol serum. Bila hal ini berlangsung terus selama penggunaan DMPA, maka

16
lambat laun penurunan estradiol serum akan bertahan pada fase folikuler yang
berdampak terhadap penurunan keinginan seksual dan gangguan fungsi seksual
lainnya (Renardy, 2008). Hal ini sesuai dengan Batlajery et al (2015), dari studi yang
dilakukan di Puskesmas Palmerah bahwa kejadian disfungsi seksual pada akseptor
KB hormonal lebih tinggi (32,7%) dibandingkan dengan akseptor KB non hormonal
(29,1%). Penelitian lain menyebutkan menyatakan bahwa kontrasepsi suntikan
DMPA lebih mempengaruhi terjadinya disfungsi seksual dibandingkan dengan
kontrasepsi lain, bahwa kontrasepsi suntikan 3 bulan mengandung hormon
progesteron yang efek kerjanya adalah antiestrogenik sehingga kadar estradiol
menjadi berkurang yang mengakibatkan terjadinya disfungsi seksual (Marlinda,
2011). Penggunaan estradiol dalam waktu lama pada akseptor KB kombinasi akan
menyebabkan produksi hormone progesterone ditekan (berkurang), sehingga
endometrium tidak mencapai fase sekresi, yang akan menyebabkan berkurangnya sel
epitel vagina, berkurangnya lubrikasi vagina yang akan menyebabkan nyeri saat
senggama (dyspareuni), menurunkan keinginan dan fantasi seksual (Davidson et al,
2008; Pastor et al, 2013) Disfungsi seksual adalah gangguan respon fungsi seksual
atau gangguan pada perilaku seksual. Pada wanita disfungsi seksual diartikan sebagai
kegagalan yang menetap atau berulang, baik sebagian atau secara keseluruhan, untuk
memperoleh dan atau mempertahankan respon lubrikasi vasokongesti sampai
berakhirnya aktifitas seksual (Chandra, 2015). Gangguan nyeri saat senggama
didapatkan lebih tinggi pada pengguna DMPA dibandingkan dengan kontrasepsi pil
kombinasi dan ada perbedaan signifikan fungsi seksual pada pengguna DMPA dan
kontrasepsi oral kombinasi, dimana gairah seksual dan lubrikan pada kontrasepsi oral
kombinasi lebih menguntungkan dibandingkan DMPA (Nijland et al, 2008). Chaffir
et al (2010) menunjukkan bahwa pengguna kontrasepsi pil kombinasi tidak memiliki
efek dalam fungsi dan gairah seksual dibandingkan dengan kontrasepsi IUD. Menurut
Nigsih et al (2012) dalam penelitian di Puskesmas Rapocini Makassar menunjukkan
bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal 3 bulan berhubungan dengan disfungsi
seksual (p=0.003, OR=0.39). Penggunaan pil kombinasi menyebabkan penurunan
frekuensi senggama dalam satu minggu dan mengurangi orgasme dalam aktivitas
seksual (Battaglia et al, 2011).

17
Disfungsi seksual lebih banyak terjadi pada akseptor KB suntik 3 bulan, implant dan
KB suntik 1 bulan. Tidak ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi hormonal
dengan disfungsi seksual. Akseptor KB hendaknya meningkatkan pemahaman
tentang efek samping penggunaan kontrasepsi hormonal pada kesehatan reproduksi.

18

Anda mungkin juga menyukai