Anda di halaman 1dari 8

PAPER MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR LEPTOSPIROSIS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK LEPTOSPIROSIS

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PSDKU UNIVERSITAS AIRLANGGA BANYUWANGI

2018
Epidemiologi Penyakit Menular Leptospirosis

Kurnia Indah Sari (101711535001), Yudha Nur Iriyanti (101711535003), Mirah Alamiyyah (101711535005), Ristiana
(101711535006), Oktavia Ika Nur Winda (101711535010), Selviani Setyaning Dwiyanti (101711535011), I’anatul Ulya
Dewi (101711535013), Xindy Imey Pratiwi (101711535015), Mierna Mega Rizki (101711535016), Ajeng Febrianti
(101711535018), Fiko Ainun Nur (101711535019), Yuda Mustakim (101711535021), Rista Novianti (101711535025),
Nadya Reza Palupi (101711535026), Pramudya Santoso Aji (101711535027), Putri Retno Asih (101711535030),
Nadiyah Rahmasari (101711535031), Tiara Sandi Sandi (101711535032), Dewi Firdanis (101711535033), Offa Afrilla
(101711535040), Eqia Arum Azzahro (101711535042), Adi Zayd Bintang (101711535043)

Fakultas Kesehatan Masyarakat


PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi

ABSTRAK

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari
genus leptospira sedangkan, zoonosis adalah penyakit yang secara alami dapat dipindahkan dari hewan
vertebrata ke manusia atau sebaliknya. Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik di desa, kota, di daerah tropis
maupun subtropis. Iklim yang sesuai untuk perkembangan Leptospira adalah udara yang hangat, tanah yang
basah dan pH alkalis, kondisi ini banyak ditemukan di negara beriklim tropis. Leptospirosis disebabkan oleh
bakteri dari genus Leptospira dari famili Leptospiraceae, ordo Spirochaetales. Pola penyakit dibedakan
menjadi 3 yaitu berdasarkan menurut orang, waktu, dan tempat. Riwayat alamiah penyakit ini terjadi beberapa
tahap yaitu prepatogenesis, pathogenesis, dan pasca pathogenesis. Leptospirosis merupakan penyakit yang
dapat ditularkan melalui air (water borne diseases). Masa inkubasi leptospirosis berkisar 2-26 hari, dengan rata-
rata 10 hari. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara health promotion, specific protection, early diagnosis
dan prompt treatment. Determinan faktor terdiri dari Pendidikan, Pengetahuan Masyarakat, Sarana air bersih ,
Komponen dan penataan rumah.

Kata Kunci : Zoonosis, Bakteri, Water Borne Diseases

Leptospirosis is a disease caused by bacterial infection of the transient leptospira genus, zoonosis is a
disease that can be changed from vertebrate animals to humans or vice versa. Leptospirosis occurs throughout
the world, both in villages, cities, in tropical and subtropical regions. The climate that is suitable for the
development of Leptospira is warm air, wet soil and alkaline pH. This condition is commonly found in tropical
climates. Leptospirosis is caused by bacteria from the genus Leptospira from the family Leptospiraceae, the
order of Spirochaetales. Disease patterns can be divided into 3, which are based on people, time and place.
Natural history of this disease reaches several stages, namely prepatogenesis, pathogenesis, and post-
pathogenesis. Leptospirosis is a disease that can be transmitted through air (water borne diseases). The
incubation period for leptospirosis continues 2-26 days, with an average of 10 days. Prevention can be done by
means of health promotion, special protection, early diagnosis and prompt treatment. Determine the factors
that exist from Education, Community Knowledge, Clean Water Facilities, Components and housing
arrangements.

Keywords: Zoonoses, Bacteria, Diseases Carrying Water


PEMBAHASAN Leptospirosis 1000 kali lebih banyak
ditemukan di negara beriklim tropis
dibandingkan dengan negara subtropis dengan
risiko penyakit yang lebih berat. Angka
kejadian Leptospirosis di negara tropis basah 5-
20/100.000 penduduk per tahun . World Health
Oraganization/WHO mencatat, kasus
Leptospirosis di daerah beriklim subtropis
diperkirakan berjumlah 0.1-1 per 100.000
orang setiap tahun, sedangkan di daerah
beriklim tropis kasus ini meningkat menjadi
lebih dari 10 per 100.000 orang setiap
tahun.Pada saat wabah, sebanyak lebih dari 100
orang dari kelompok berisiko tinggi di antara
100.000 orang dapat terinfeksi.
Di Indonesia Leptospirosis tersebar antara
lain di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.
A. DEFINISI LEPTOSPIROSIS Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan,
Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera
disebabkan oleh infeksi bakteri yang berbentuk Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi
spiral dari genus leptospira sedangkan, Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan
zoonosis adalah penyakit yang secara alami Barat. (Dep.Kes., 2005). Angka kematian
dapat dipindahkan dari hewan vertebrata ke Leptospira termasuk tinggi, bisa mencapai 2,5
manusia atau sebaliknya. (Depkes RI,2013). – 16,45 % (rata-rata 7,1 %). Pada usia lebih 50
Menurut Kemenkes RI, Leptospirosis adalah tahun bisa mencapai 56%. Penderita yang di
penyakit yang bersumber dari binatang atau sertai selaput mata berwarna kuning (kerusakan
zoonosis yang bersifat akut. Penyakit ini jaringan hati), resiko kematian akan lebih
disebabkan oleh bakteri leptospira dengna tinggi. (Dep.Kes, 2002). Di beberapa publikasi
spectrum penyakit yang luas dan dapat angka kematian dilaporkan antara 3 persen - 54
menyebabkan kematian. Menurut WHO, persen tergantung sistem organ yang terinfeksi.
Leptospirosis adalah infeksi pada hewan Hasil spot survei yang dilakukan Sub. Dit
pengerat dan spesies liar dan peliharaan Zoonosis sejak tahun 1994 – 1996, ternyata
lainnya. Hewan pengerat paling sering terlibat distribusi leptospirosis tersebar di banyak
dalam kasus manusia. Infeksi pada manusia propinsi, namun demikian hal diatas belum bisa
dikontrak melalui lecet kulit dan mukosa menggambarkan secara sebenarnya situasi di
hidung, mulut dan mata. Paparan melalui air Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa
yang terkontaminasi oleh urin dari hewan yang masih perlunya dilakukan base line data
terinfeksi adalah rute infeksi yang paling (pengumpulan data dasar) guna dapat
umum. Penularan dari manusia ke manusia dilakukan pemetaan, sehingga dapat diketahui
jarang terjadi. besaran masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Penyakit ini merupakan re-emerging
B. BESARAN MASALAH disease, sehingga sewaktu-waktu dapat muncul
Leptospirosis terjadi di seluruh dunia, baik secara sporadis (Dep.Kes, 2004). Kaitan antara
di desa, kota, di daerah tropis banjir dan leptospirosis sudah dicatat oleh
maupun subtropis. Iklim yang sesuai untuk beberapa peneliti; resiko wabah ini meningkat
perkembangan Leptospira adalah udara yang pesat dengan terjadinya beberapa faktor,
hangat, tanah yang basah dan pH alkalis, termasuk banjir, kepadatan penduduk tinggi,
kondisi ini banyak ditemukan di negara kehadiran tikus, kucing dan anjing serta
beriklim tropis. Oleh sebab itu, kasus
insidence leptospirosisi pada binatang (WHO, hardjo. Berbagai spesies hewan, terutama
2001). mamalia, dapat bertindak sebagai sumber
Sebagaimana diketahui pada akhir infeksi manusia, diantaranya ialah:
Desember 2004, sebagian besar propinsi NAD 1. Spesies mamalia kecil, seperti tikus liar
telah dilanda bencana gempa bumi cukup besar (termasuk mencit), bajing, landak
yang kemudian disusul dengan gelombang 2. Hewan domestic (sapi, babi, anjing, domba,
Tsunami, dan sampai saat ini dilaporkan kambing, kuda, kerbau)
beberapa kabupaten sering terjadi banjir seperti 3. Hewan penghasil bulu (rubah perak) di
Aceh Tamiang, Langsa. Lhok Seumawe, Aceh penangkaran
Utara dan Aceh Timur. Dari hasil penelitian 4. Reptil dan amfibi mungkin juga membawa
survei serologis leptospirosis pada manusia dan leptospira
tikus yang dilakukan oleh DitJend PP & PL
yang bekerjasama dengan BTKL-PPM Medan D. POLA PENYAKIT
tahun 2006 diketahui bahwa pada lima 1. Menurut Orang
kabupaten diatas telah ditemukan 49 orang Leptospirosis dapat menyerang
yang terdeteksi oleh penyakit leptospirosis. semua kelompok umur. Orang yang bekerja
diluar rumah atau banyak berinteraksi
C. ETIOLOGI LEPTOSPIROSIS dengan hewan seperti petani, pekerja
tambang, pekerja di rumah pemotongan
hewan, dokter hewan, dan peternak hewan
2. Menurut Tempat
Wilayah penyebaran leptospirosis
adalah pada daerah yang beriklim sedang
atau beriklim tropis. Bisa juga di perdesaan
maupun perkotaan, dan di daerah endemis
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri dari 3. Menurut Waktu
genus Leptospira dari famili Leptospiraceae, Leptospirosis banyak terjadi pada
ordo Spirochaetales. Pewarnaan untuk bakteri saat musim hujan, karena dapat
ini yaitu gram negatif. Leptospira tumbuh baik menimbulkan genangan air atau
pada kondisi aerobik di suhu 28°C-30°C. mengakibatkan banjir yang
Bakteri ini bersifat motil atau dapat bergerak berkemungkinan air tersebut terkontaminasi
dan bentuknya dapat berkerut-kerut serta oleh urine hewan yang terjangkit bakteri
terpilin dengan ketat. Ukuran dari bakteri ini leptospirosis.
yaitu panjangnya 6 – 20 µm dan diameter 0, 1 –
0, 2 µm. Genus Leptospira terdiri dari dua E. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT
spesies yaitu L. interrogans (bersifat patogen) Riwayat alamiah penyakit (natural history
dan L. biflexa (bersifat saprofit/non-patogen). of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan
Leptospira pathogen terpelihara dalam tubulus waktu danperkembangan penyakit pada
ginjal hewan tertentu. Leptospira saprofit individu, mulai sejak terjadinya paparan
ditemukan di lingkungan basah atau lembab dengan agen kausal hingga terjadinya akibat
mulai dari air permukaan, tanah lembab, serta penyakit, seperti kesembuhan atau kematian,
air keran. Spesies L. interrogans dibagi dalam tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi
beberapa serogrup yang terbagi lagi menjadi preventif maupun terapetik (CDC, 2010)
lebih 250 serovar berdasarkan komposisi 1. Tahap Prepatogenesis
antigennya. Beberapa serovar L. interrogans Bakteri Leptospira masuk ke dalam tubuh
yang pathogen pada manusia antara lain L melalui kulit atau selaput lendir.
icterohaemorrhagiae, L. canicola, L. pomona, 2. Tahap Patogenesis
L. grippothyphosa, L. javanica, L. celledoni, L. a. Masa Inkubasi
ballum, L. pyrogenes, L. bataviae, dan L.
Masa inkubasi leptospirosis berkisar 2- berat lebih mudah terkena gagal
26 hari, dengan rata-rata 10 hari. ginjal, perdarahan dan kolap
Leptospirosis mempunyai dua fase kardiovaskular. Kasus berat dengan
penyakit yang khas yaitu, fase gangguan hati dan ginjal
leptospiremia dan fase imun. mengakibatkan kematian sebesar 20-
1. Fase Leptospiremia 40 persen yang akan meningkat pada
Demam mendadak tinggi sampai lanjut usia.
menggigil disertai sakit kepala, nyeri b. Masa laten dan Periode infeksi
otot, hiperaestesia pada kulit, mual Masa tunas berkisar antara 2-26
muntah, diare, bradikardi relatif, hari(kebanyakan 7-13 hari) rata-rata 10
ikterus, injeksi silier mata. Fase ini hari. Pada leptospira ini ditemukan
berlangsung 4-9 hari dan berakhir perjalanan klinis bifasik :
dengan menghilangnya gejala klinis 1. Leptopiremia (berlangsung 4-9 hari)
untuk sementara. Timbul demam mendadak, diserta
2. Fase Imun sakit kepala (frontal, oksipital atau
Berlangsung 4-30 hari, ditandai bitemporal). Pada otot akan timbul
dengan peningkatan titer antibodi, keluhan mialgia dan nyeri tekan
demam hingga 40°C disertai (otot gastronemius, paha pinggang,)
mengigil dan kelemahan umum. dan diikuti heperestesia kulit. Gejala
Pada leher, perut, dan otot kaki menggigil dan demam tinggi, mual,
dijumpai rasa nyeri. Perdarahan muntah, diare, batuk, sakit dada,
paling jelas saat fase ikterik dimana hemoptisis, penurunan kesadaran,
dapat ditemukan purpura, petekie, dan injeksi konjunctiva. Injeksi
epistaksis, dan perdarahan gusi. faringeal, kulit dengan ruam
Conjuntival injection dan berbentuk
conjungtival suffusion dengan ikterus makular/makolupapular/urtikaria
merupakan tanda patognomonik yang tersebar pada badan,
untuk leptospirosis. Meningitis, splenomegali, dan hepatomegali.
gangguan hati dan ginjal akan 2. Fase imun (1-3 hari) Fase imun yang
mencapai puncaknya pada fase ini. berkaitan dengan munculnya
Pada fase ini juga terjadi leptospiuria antibodi IgM sementara konsentrasi
yang dapat berlangsung 1 minggu C3, tetap normal. Meningismus,
sampai 1 bulan. demam jarang melebihi 39oC.
3. Sindrom Weil Gejala lain yang muncul adalah
Sindrom Weil adalah bentuk iridosiklitis, neuritis optik, mielitis,
Leptospirosis berat ditandai jaundis, ensefalitis, serta neuripati perifer.
disfungsi ginjal, nekrosis hati, Fase penyembuhan (minggu ke-2 sampai
disfungsi paru-paru, dan diathesis minggu ke-4) Dapat ditemukan adanya demam
perdarahan Kondisi ini terjadi pada atau nyeri otot yang kemudian berangsur-
akhir fase awal dan meningkat pada angsur hilang
fase kedua, tetapi bisa memburuk
setiap waktu Kriteria penyakit Weil F. CARA PENULARAN
tidak dapat didefinisikan dengan Leptospirosis merupakan penyakit
baik. Manifestasi paru meliputi yang dapat ditularkan melalui air (water borne
batuk, kesulitan bernapas, nyeri diseases). Urin (air kencing) dari individu yang
dada, batuk darah, dan gagal napas terserang penyakit ini merupakan sumber
Disfungsi ginjal dikaitkan dengan utama penularan, baik pada manusia maupun
timbulnya jaundis 4-9 hari setelah pada hewan. Kemampuan Leptospira untuk
gejala awal Penderita dengan jaundis bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah
satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi dari manusia ke manusia jarang terjadi .
induk semang (host) yang baru . Hujan deras Penularan tidak langsung terjadi melalui kontak
akan membantu penyebaran penyakit ini, hewan atau manusia dengan barang-barang
terutama di daerah banjir. Gerakan bakteri yang telah tercemar urin penderita, misalnya
memang tidak memengaruhi kemampuannya alas kandang hewan, tanah, makanan, minuman
untuk memasuki jaringan tubuh namun dan jaringan tubuh. Kejadian Leptospirosis
mendukung proses invasi dan penyebaran di pada manusia banyak ditemukan pada pekerja
dalam aliran darah induk semang. Di Indonesia, pembersih selokan karena selokan banyak
penularan paling sering terjadi melalui tikus tercemar bakteri Leptospira. Umumnya
pada kondisi banjir . Keadaan banjir penularan lewat mulut dan tenggorokan sedikit
menyebabkan adanya ditemukan karena bakteri tidak tahan terhadap
perubahan lingkungan seperti banyaknya lingkungan asam.
genangan air, lingkungan menjadi
becek, berlumpur, serta banyak G. GEJALA KLINIS
timbunan sampahyang menyebabkan Masa inkubasi leptospirosis berkisar 2-
mudahnya bakteri Leptospira berkembang 26 hari, dengan rata-rata 10 hari. Leptospirosis
biak . mempunyai dua fase penyakit yang khas yaitu :
Air kencing tikus terbawa banjir kemudian
masuk ke tubuh manusia melalui 1. Fase leptospiremia: leptospira dapat
permukaan kulit yang terluka, selaput dijumpai dalam darah. Gejala ditandai
lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus dengan nyeri kepala daerah frontal, nyeri
merupakan reservoir dan sekaligus penyebar otot betis, paha, pinggang terutama saat
utama Leptospirosis , karena bertindak sebagai ditekan. Gejala ini diikuti hiperestesi kulit,
inang alami dan memiliki demam tinggi, menggigil, mual, diare,
daya reproduksi tinggi.  Air kencing tikus bahkan penurunan kesadaran. Pada sakit
terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh berat dapat ditemui bradikardia dan ikterus
manusia melalui permukaan kulit yang terluka, (50%). Pada sebagian penderita dapat
selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus ditemui fotofobia, rash, urtikaria kulit,
merupakan reservoir dan sekaligus penyebar splenomegali, hepatomegali, dan
utama Leptospirosis , karena bertindak sebagai limfadenopati. Gejala ini terjadi saat hari ke
inang alami dan memiliki 4-7. Jika pasien ditangani secara baik, suhu
daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain tubuh akan kembali normal dan organ-organ
seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjin yang terlibat akan membaik. Manifestasi
g dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi klinik akan berkurang bersamaan dengan
menularkan ke manusia tidak sebesar tikus . berhentinya proliferasi organisme di dalam
Bentuk penularan Leptospira dapat terjadi darah. Fungsi organ-organ ini akan pulih 3-6
secara langsung dari penderita ke penderita dan minggu setelah perawatan. Pada keadaan
tidak langsung melalui suatu media. sakit lebih berat, demam turun setelah hari
Penularan langsung terjadi melalui kontak ke-7 diikuti fase bebas demam 1-3 hari, lalu
dengan selaput lendir demam kembali. Keadaan ini disebut
(mukosa) mata (konjungtiva), kontak luka di sebagai fase kedua atau fase imun.
kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan 2. Fase imun: berlangsung 4-30 hari, ditandai
cairan abortus (gugur kandungan). Penularan dengan peningkatan titer antibodi, demam
dari manusia ke manusia jarang terjadi . hingga 40°C disertai mengigil dan
Penularan langsung terjadi melalui kontak kelemahan umum. Pada leher, perut, dan
dengan selaput lendir otot kaki dijumpai rasa nyeri. Perdarahan
(mukosa) mata (konjungtiva), kontak luka di paling jelas saat fase ikterik dimana dapat
kulit, mulut, cairan urin, kontak seksual dan ditemukan purpura, petekie, epistaksis, dan
cairan abortus (gugur kandungan). Penularan perdarahan gusi. Conjuntival injection dan
conjungtival suffusion dengan ikterus menularkan leptospirosis, seperti berkemah,
merupakan tanda patognomonik untuk berkebun, berkelana di hutan, berakit di air
leptospirosis. Meningitis, gangguan hati dan berjeram, dan olahraga air lainnya. Meskipun
ginjal akan mencapai puncaknya pada fase leptospirosis sering dianggap sebagai penyakit
ini. Pada fase ini juga terjadi leptospiuria pedesaan, orang yang tinggal di kota juga dapat
yang dapat berlangsung 1 minggu sampai 1 terkena, tergantung pada kondisi hidup dan
bulan. tingkat kebersihan baik di rumah maupun
lingkungan terdekatnya. Wabah leptospirosis
H. FAKTOR RISIKO telah dilaporkan mengikuti terjadinya bencana
alam seperti banjir dan badai.

I. PENCEGAHAN
a. Promotion
 Pemberian informasi tentang penyakit
leptospirosis (penyebab, pencegahan,
cara penularan, dsb)
b. Specific protection
 Vaksinasi terhadap hewan maupun yang
berisiko tinggi terinfeksi
 Pencegahan hubungan dengan air atau
Leptospirosis merupakan penyakit tanah yang terkontaminasi
zoonosis fatal yang endemik pada daerah tropis  Melindungi sanitasi air minum
setelah terjadi banjir atau hujan deras. Infeksi  Pengendalian hospes perantara
adalah hasil paparan langsung maupun tidak leptospira (penggunaan racun tikus,
langsung dari hewan mamalia. Sumber infeksi pemasangan jebakan, penggunaan
utama untuk manusia adalah tikus, sehingga rodentisida, penggunaan predator
individu yang berada pada lingkungan kumuh rodent)
dengan sanitasi dan kepadatan yang buruk  Mewaspadai pencemaran urine dari dari
memiliki resiko tinggi terinfeksi leptospirosis. semua hewan
Penyakit leptospirosis merupakan penyakit  Perilaku hidup sehat dan bersih
water bourne, yang berarti dapat menularkan  Menggunakan antiseptik untuk
penyakit lewat media air. sehingga pekerja membersihkan diri setelah kontak
outdoor relatif lebih beresiko terinfeksi dengan hewan, kandang maupun
leptospirosis, dan karena reservoir utamanya linkungan dimana hewan berada
hewan mamalia maka pekerja yang berkaitan  Para peternak dihimbau untuk
dengan hewan juga memiliki resiko lebih. menempatkan ternaknya jauh dari
Faktor risiko Orang yang berisiko ialah sumber air
orang yang sering menyentuh binatang atau air,  Limbah ternak harus diarahkan ke suatu
lumpur, tanah, dan tanaman yang telah tempat khusus agar tidak mencemari
dicemari air kencing binatang yang lingkungan
terkontaminasi leptospirosis. Beberapa c. Early diagnosis & prompt treatment
pekerjaan yang berisiko seperti petani sawah,
 Hewan yang terifeksi parah perlu
pekerja pejagalan, peternak, pekerja tambang,
diberikan perawatan intensif
industri perikanan, serta petani tebu dan pisang.
 Pengobatan leptospirosis ringan dapat
Dokter hewan maupun staf laboratorium yang
menggunakan Doxycycline atau
kontak dengan kultur leptospirosis juga
amoxicillin, dsb
memiliki risiko terpapar leptospirosis.
Beberapa kegemaran yang bersentuhan dengan
air atau tanah yang tercemar juga bisa
 Pengobatan leptospirosis berat dapat Ramadhani, Tri. Bambang Yunianto. 2012.
menggunakan injeksi penicillin atau Reservoir dan Kasus Leptospirosis di Wilayah
ceftrioxine. Kejadian Luar Biasa. Balai Penelitian dan
 Pemeriksaan dan pengobatan oleh Pengembangan Pengendalian Penyakit
tenaga kesehatan Berbasis Binatang Banjarnegata. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol.7, No.4.
J. DETERMINAN FAKTOR
Menurut penelitian Mari Okatink, dkk. Rampengan, Novie H. 2016. Leptospirosis.
Hubungan Faktor Lingkungan dan Fakultas Kedokteran Universitas Samratulangi
Karakteristik Individu Terhadap kejadian Manado. Jurnal Biomedik (JBM) Vol. 8 No. 3
penyakit leptopspirosis di Jakarta 2003-2005, November 2016 Hal. 143-150. Diakses pada 25
data yang di peroleh sebagai berikut: Oktober 2018 di
1. Pendidikan https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedi
Pendidikan rendah OR= 2,41 k/article/viewFile/14148/13722
Pendidikan tinggi OR= 1,333
Kasus leptopsiros berisIko terjadi pada Okatini, Mari dkk. 2007.Hubungan Faktor
responden yang berpendidikan rendah Lingkungan dan Karakteristik Individu
sebesar 2,41 kali dibandingkan responden Terhadap kejadian penyakit leptopspirosis di
yang berpendidikan tinggi Jakarta 2003-2005. Depok Universutas
2. Pengetahuan Masyarakat Indonesia.
Pengetahuan Rendah OR= 17.63 Pembagian Job Disk Tugas
Pengetahuan tinggi OR= 6.573
Responden yang memiliki tingkat 1. Definisi + Pengepul + Pembuat PPT :
pengetahuan rendah mempunyai resiko Eqia Arum Azzahro dan Mirah Alamiyyah
sebesar 17,63 kali lebih besar dari 2. Besaran Masalah :
responden yang berpengetahuan tinggi. Nadya Reza Palupi, Oktaviani dan Xindy
3. Sarana air bersih Imey Pratiwi
Memenuhi syarat Saranan air bersih dengan 3. Etiologi :
OR = 1.111 Rista Novianti dan Ajeng Febrianti
Tidak memenuhi syarat sarana air bersih 4. Pola Penyakit :
OR= 1.98 Kurnia Indah Sari dan Dewi Firdanis
Pembuangan limbah yang tidak memenuhi 5. Riwayat Alamiyah Penyakit :
syarat kesehatan merupakan resiko pajanan Nadiyah Rahmasari dan Fiko Nur Aisyiyah
sebesar 2 Kali dibandingkan dengan 6. Cara Penularan :
pemnuangan limbah yang memenuhi syarat I’anatul Ulya dan Adi Zayd Bintang
terhadap leptospirosis 7. Gejala Klinis :
4. Komponen dan penataan rumah Selviani dan Ristiana
Tidak memenuhi dengan OR= 3.96 8. Faktor Resiko :
Yang memenuhi dengan OR = 1.511 Pramudya Santoso Aji, Sandi Aminullah
Responden yang mempunyai keadaan dan dan Mierna Mega
penataan rumah yang tidak memenuhi syarat 9. Pencegahan :
mempunyai resiko sebesar 4 Kali untuk Tiara Sandi dan Offa Afrilla
menderita lepstoppirosis 10. Determinan :
Yudha Nur dan Putri Retno Asih
DAFTAR PUSTAKA

Kusmiyati, Susan M. Noor, dan Supar. 2005.


Leptospirosis Pada Hewan dan Manusia di
Indonesia.Bogor:Balai penelitian veterine.

Anda mungkin juga menyukai