wb
Perkenalkan pak, saya Syifa Fadhilah Hasibuan . saya ingin menjawab pertanyaan bapak.
Menurut:
• Azyumardi Azra:
• Zamroni:
• Merphin Panjaitan:
• Soedijarto:
“Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang
bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan
political participation serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional.”
Pertanyaan kedua:dasar hukum mempelajari pendidikan kewarganegaraan di pengguruan
tinggi?
Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah kelanjutan dari study
sebelumnya. Di Perguruan Tinggi diajarkan lebih mendetail sampai ke akar-akarnya. Apalagi
jika mengambiljurusan PKn. Dasar mengapa Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan sampai
tingkat Perguruan Tinggi adalah Pasal 37 ayat (1) dan (2)UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan wajib
dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam jurusan Pendidikan Kewarganegaran sendiri, memuat materi mengenai hukum dan
politik yang ada dan berkembang. Mahasiswa diajarkan untuk menjadi lebih demokratis,
lebih kritis terhadap masalah-masalah yang sedang terjadi baik di dalam maupun di luar
negeri. Tidak hanya teori saja yang diberikan, namun juga memberikan sentuhan moral dan
sikap sosial. Menyaring budaya dari luar agar sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia
yaitu pancasila.
Memahami mata kuliah Pendidikan Kewarganegaaraan adalah salah satu upaya untuk
membangkitkan kembali semangat kebangsaan generasi muda, khususnya mahasiswa dalam
menghadapi pengaruh globalisasi dan mengukuhkan semangat bela negara. Tujuannya
adalah untuk memupuk kesadaran cinta tanah air, mengetahui tentang hak dan kewajiban
dalam usaha pembelaan negara, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
a. UUD 1945
1. Pasal 27 ayat 1
Tentang kesamaan kedudukan dari warga negara dalam hukum dan pemerintahan
2. Pasal 27 ayat 3
Tentang hak dan kewajiban warga negara dalam upaya untuk bela negara
3. Pasal 30 ayat 1
Tentang hak dan kewajiban warga negara dalam usaha untuk pertahanan dan keamanan
negara.
4. Pasal 31 ayat 1
Wujud Hak dan Kewajiban setiap warga negara adalah dengan ikut serta dalam usaha bela
negara yang diselenggarakan dengan PPBN (Pendidikan Pendahuluan Bela Negara)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam Sikdiknas (Sistem Pendidikan Nasional).
Pasal 19 ayat 2
Pendidikan Pendahuluan Bela Negara harus diikuti oleh warga negara dan dilaksanakan
dengan bertahap, yaitu:
1. Tahap awal, terdapat pada pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan menengah dan
dalam gerakan Pramuka.
2. Tahap lanjutan, terdapat di dalam tingkat Pendidkan Tinggi atau Perguruan Tinggi dalam
bentuk Pendidikan Kewiraan.
Kepmendiknas (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional) No. 232/U tahun 2000 {mengenai
Pedoman Penyusunan Kurikulum PT (Pendidikan Tinggi) dan PHBM (Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa)}
Kepmendiknas No. 45/U tahun 2002 (tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi)
Dari ketiga hal tersebut, telah ditetapkan bahwa Pendidikan Bahasa, Pendidikan
Kewarganegaraan, dan Pendidikan Agama merupakan kelompok dari mata kuliah
Pengembangan Kepribadian yang harus diberikan dalam kurikulum setiap rencana studi
maupun kelompok rencana studi.
d. Surat Keputusan Dirjen Dikti (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional) Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2006.
Tjipto Subadi
Berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No. 43 / Dikti / Kep / 2006, terdapat visi dan misi
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:
Dalam konteks pengembangan kepribadian mahasiswa di Perguruan Tinggi agar dapat menjadi
wahana strategis bagi peningkatan kompetensi mahasiswa dalam pembelajaran, maka setidaknya
perlu dilakukan beberapa alternatif perbaikan pembelajaran, diantaranya;
Kedua, dibutuhkan komitmen dan rekrutmen pendidik (dosen) Pendidikan Kewarganegaraan yang
mendasarkan pada standar yang disepakati oleh Ditjen Dikti untuk di Perguruan Tinggi secara
kontinu, terutama untuk kesinambungan jumlah dosen PKn di PT yang sesuai dengan rasio
mahasiswa. Selain itu agar dapat berlangsung pertukaran informasi berkenaan dengan
perkembangan model, pola, strategi pembelajaran di Perguruan Tinggi mutakhir sesuai dinamika
perubahan sosial.
Salah satu indikator keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan karakter
dan pengembangan soft skills mahasiswa adalahnya kesediaan seseorang atau peserta didik untuk
menghargai nilai. Menghargai nilai mengandung arti bahwa seseorang telah tersentuh hatinya dan
dapat menyimpulkan bahwa nilai tersebut sebagai sesuatu yang indah dan baik untuk diri pribadi
dan masyarakatnya. Pribadi-pribadi tersebut menyatakan dalam hati masing-masing bahwa nilai-
nilai baik tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan dirinya. Menghargai nilai-nilai
kemanusiaan yang “baik”. Nilai-nilai yang baik, tanpa embel-embel syarat apapun, mampu
menerima nilai tersebut dengan penuh kesadaran dan ketulusan, kemudian mampu
mengamalkannya dalam kehidupan secara konsisten. Contoh konkrit adalah nilai Jujur, kesadaran
territorial (wawasan kewilayahan
Proses pendidikan melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan di perguruan tinggi selayaknya
dipandang sebagai upaya membangun dan mengembangkan segenap potensi peserta didik dan
Dosen sekaligus untuk siap menghadapi tantangan kehidupan masa depan. Proses pembelajaran
yang diorientasikan pada pengembangan kepribadian selayaknya dikembangkan dalam proses
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan keleluasaan untuk prakarsa dan ide.
Keinginan menghasilkan lulusan terbaik dan berdaya saing, tentunya menjadi idaman dan tujuan
setiap perguruan tinggi. Namun peningkatan mutu lulusan harus pula diikuti dengan manajemen
tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance). Manajemen tata kelola
perguruan tinggi yang baik ini juga menjadi indikator penting keberhasilan menghasilkan lulusan
yang berdaya saing. Saat ini perguruan tinggi tengah dihadapkan pada tantangan untuk
menghasilkan lulusan yang tidak hanya mempunyai kemampuan keilmuan (hard skills) yang
memadai, tetapi juga diharuskan mempunyai kemampuan kepribadian (soft skills) yang mumpuni.
Orientasi mutu lulusan perguruan tinggi yang selama ini hanya berorientasi pada hard skills kini
mulai mengalami perubahan dengan dimasukkannya unsur pengembangan soft skills. Jika disimak,
kita melihat bahwa soft skills sangat berorientasi pada pengembangan sisi-sisi kemanusiaan
(humanity) dari lulusan perguruan tinggi. Akan dibutuhkan komitmen kuat untuk membangun
lulusan yang bermutu. Oleh karena itu, langkah yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan
komponen soft skills ini ke dalam rencana pembelajaran yang dikembangkan dan diimplementasikan
dalam proses pembelajaran yang dibangun oleh dosen pada mata kuliah yang dibinanya, termasuk
pada Pendidikan Kewarganegaraan.