Anda di halaman 1dari 8

Assalamualaikum.wr.

wb

Perkenalkan pak, saya Syifa Fadhilah Hasibuan . saya ingin menjawab pertanyaan bapak.

Pertanyaan pertama: pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut para ahli?

Menurut:

• Azyumardi Azra:

“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang


pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan
kewajiban warganegara serta proses demokrasi.”

• Zamroni:

“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk


mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis.”

• Merphin Panjaitan:

“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mendidik


generasi muda menjadi warganegara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu
pendidikan yang dialogia.”

• Soedijarto:

“Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan untuk membantu


peserta didik untuk menjadi warganegara yang secara politik dewasa dan ikut serta
membangun sistem politik yang demokratis.”

• Tim ICCE UIN Jakarta:

“Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku politik sehingga yang
bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude, political efficacy dan
political participation serta kemampuan mengambil keputusan politik secara rasional.”
Pertanyaan kedua:dasar hukum mempelajari pendidikan kewarganegaraan di pengguruan
tinggi?

Mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah kelanjutan dari study
sebelumnya. Di Perguruan Tinggi diajarkan lebih mendetail sampai ke akar-akarnya. Apalagi
jika mengambiljurusan PKn. Dasar mengapa Pendidikan Kewarganegaraan diajarkan sampai
tingkat Perguruan Tinggi adalah Pasal 37 ayat (1) dan (2)UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan wajib
dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan Pasal 3 Keputusan Dirjen Dikti No. 43/Dikti/2006 tentang Rambu-rambu


Pelaksanaan Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan salah satu kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(MPK) yang dirancang untuk memberikan pengertian kepada mahasiswa tentang
pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga negara serta
pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bekal agar menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara.

Dalam jurusan Pendidikan Kewarganegaran sendiri, memuat materi mengenai hukum dan
politik yang ada dan berkembang. Mahasiswa diajarkan untuk menjadi lebih demokratis,
lebih kritis terhadap masalah-masalah yang sedang terjadi baik di dalam maupun di luar
negeri. Tidak hanya teori saja yang diberikan, namun juga memberikan sentuhan moral dan
sikap sosial. Menyaring budaya dari luar agar sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia
yaitu pancasila.

Memahami mata kuliah Pendidikan Kewarganegaaraan adalah salah satu upaya untuk
membangkitkan kembali semangat kebangsaan generasi muda, khususnya mahasiswa dalam
menghadapi pengaruh globalisasi dan mengukuhkan semangat bela negara. Tujuannya
adalah untuk memupuk kesadaran cinta tanah air, mengetahui tentang hak dan kewajiban
dalam usaha pembelaan negara, serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam
bingkai Bhinneka Tunggal Ika.

Landasan hukum pendidikan kewarganegaraan di PT (Perguruan Tinggi)

a. UUD 1945

• Pembukaan UUD 1945.

Alinea kedua tentang suatu cita-cita mengisi kemerdekaan


Alinea keempat khusus tentang tujuan dari negara, yaitu keamanan dan kesejahteraan.

• Batang tubuh UUD 45

1. Pasal 27 ayat 1

Tentang kesamaan kedudukan dari warga negara dalam hukum dan pemerintahan

2. Pasal 27 ayat 3

Tentang hak dan kewajiban warga negara dalam upaya untuk bela negara

3. Pasal 30 ayat 1

Tentang hak dan kewajiban warga negara dalam usaha untuk pertahanan dan keamanan
negara.

4. Pasal 31 ayat 1

Tentang hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan

b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982

UU No. 20/1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan NKRI (Negara


Kesatuan Republik Indonesia).
Pasal 18

Wujud Hak dan Kewajiban setiap warga negara adalah dengan ikut serta dalam usaha bela
negara yang diselenggarakan dengan PPBN (Pendidikan Pendahuluan Bela Negara)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam Sikdiknas (Sistem Pendidikan Nasional).

Pasal 19 ayat 2

Pendidikan Pendahuluan Bela Negara harus diikuti oleh warga negara dan dilaksanakan
dengan bertahap, yaitu:

1. Tahap awal, terdapat pada pendidikan tingkat dasar sampai pendidikan menengah dan
dalam gerakan Pramuka.

2. Tahap lanjutan, terdapat di dalam tingkat Pendidkan Tinggi atau Perguruan Tinggi dalam
bentuk Pendidikan Kewiraan.

c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

UU No. 20/2003 (tentang Sistem Pendidikan Nasional)

Kepmendiknas (Keputusan Menteri Pendidikan Nasional) No. 232/U tahun 2000 {mengenai
Pedoman Penyusunan Kurikulum PT (Pendidikan Tinggi) dan PHBM (Penilaian Hasil Belajar
Mahasiswa)}

Kepmendiknas No. 45/U tahun 2002 (tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi)

Dari ketiga hal tersebut, telah ditetapkan bahwa Pendidikan Bahasa, Pendidikan
Kewarganegaraan, dan Pendidikan Agama merupakan kelompok dari mata kuliah
Pengembangan Kepribadian yang harus diberikan dalam kurikulum setiap rencana studi
maupun kelompok rencana studi.
d. Surat Keputusan Dirjen Dikti (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional) Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2006.

Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/2006 mengenai Rambu-Rambu Pelaksanaan


Kelompok Studi Pengembangan Kepribadian yang tercantum Pendidikan Kewarganegaraan
di Pergurauan Tinggi.

Pertanyaan ketiga:visi dan misi mempelajari pendidikan kewarganegaraan

Tjipto Subadi

Berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti No. 43 / Dikti / Kep / 2006, terdapat visi dan misi
Pendidikan Kewarganegaraan sebagai berikut:

1. Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber nilai


dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna
mengantarkan mahasiswa mementapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini
berdasarkan pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi
bangsa yang harus memiliki visi intelektual, religiuus, berkeadaban, berkemanusiaan dan
cinta tanah air dan bangsanya.
2. Misi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan tinggi adalah untuk membantu
mahasiswa memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-
nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air da;lam menguasai, menerapkan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa tanggung jawab
dan bermoral.
Selain visi dan misi tersebut di atas pendidikan kewarganegaran mempunyai tujuan umum
dan khusus:
a. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai
hubungan antar warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara
agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
b. Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan akan hak dan kewajiban secara
santun, jujur, demokratis serta ikhlas sebagai WNI terdidik dan bertanggung jawab.
2. Agar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta dapat mengatasinya dengan pemikiran kritis
dan bertanggung jawab yang berlandaskan Pancasila, wawasan nusantara dan ketahanan
nasional.
3. Agar mahasiswa memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai perjuangan,
cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa.
Pertanyaan ketiga:

Dalam konteks pengembangan kepribadian mahasiswa di Perguruan Tinggi agar dapat menjadi
wahana strategis bagi peningkatan kompetensi mahasiswa dalam pembelajaran, maka setidaknya
perlu dilakukan beberapa alternatif perbaikan pembelajaran, diantaranya;

Pertama, Dalam perspektif pengorganisasian materi pendidikan, selayaknya materi perkuliahan


pengembangan kepribadian (Pendidikan Kewarganegaraan) disusun berdasarkan asas kontinuitas,
urutan dan integrasi. Asas kontinuitas (continuity) diartikan sebagai adanya kesinambungan secara
vertikal dari suatu materi ke materi selanjutnya sehingga peserta didik memiliki kesempatan luas
untuk belajar dengan baik dan benar dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai kebangsaan. Asas urutan (sequence) dapat diartikan sebagai adanya keterkaitan antara
satu materi dengan materi lainnya, sehingga materi pendidikan tersebut terlihat keterhubungannya
(dalam perspektif proses pembelajaran di PT). Sedangkan asas integrasi (integration) dapat diartikan
sebagai adanya kaitan dan hubungan antara dan antar materi pendidikan satu dengan lainnya
sebagai bagian keseluruhan materi pembelajaran PKn.

Kedua, dibutuhkan komitmen dan rekrutmen pendidik (dosen) Pendidikan Kewarganegaraan yang
mendasarkan pada standar yang disepakati oleh Ditjen Dikti untuk di Perguruan Tinggi secara
kontinu, terutama untuk kesinambungan jumlah dosen PKn di PT yang sesuai dengan rasio
mahasiswa. Selain itu agar dapat berlangsung pertukaran informasi berkenaan dengan
perkembangan model, pola, strategi pembelajaran di Perguruan Tinggi mutakhir sesuai dinamika
perubahan sosial.

Ketiga, penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran sebaiknya dibuatkan dalam


format, model pembelajaran yang terbuka dan memberi peluang bagi mahasiswa untuk dapat
berinteraksi dengan dosen di PT masing-masing, berdiskusi secara intensif untuk pendalaman materi
yang dikaji. Selama ini penyelenggaraan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di PT lebih
terkonsentrasi dalam penyampaian materi kognitif dengan waktu kurang efektif lagi.

Peranan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan di PT dalam proses pendidikan, setidaknya merupakan


sosok yang dapat tampil dalam kemampuan; (1) bersikap ilmiah dengan perhatian dan penguasaan
proses pembelajaran, (2) membangkitkan kemauan menyelidiki dan menerapkan pendekatan ilmiah
pada mahasiswa, dan (3) membentuk dan mengembangkan kemampuan untuk berfikir dan bersikap
kritis sehingga mampu mengambil sikap secara bertanggungjawab. Dengan mendasarkan pada
pertimbangan dan pemikiran yang dikemukakan, maka dapat digambarkan keterkaitan antara
pendidik dan peserta didik dalam mengembangkan proses pembelajaran sebagai berikut:

Salah satu indikator keberhasilan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan karakter
dan pengembangan soft skills mahasiswa adalahnya kesediaan seseorang atau peserta didik untuk
menghargai nilai. Menghargai nilai mengandung arti bahwa seseorang telah tersentuh hatinya dan
dapat menyimpulkan bahwa nilai tersebut sebagai sesuatu yang indah dan baik untuk diri pribadi
dan masyarakatnya. Pribadi-pribadi tersebut menyatakan dalam hati masing-masing bahwa nilai-
nilai baik tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan dirinya. Menghargai nilai-nilai
kemanusiaan yang “baik”. Nilai-nilai yang baik, tanpa embel-embel syarat apapun, mampu
menerima nilai tersebut dengan penuh kesadaran dan ketulusan, kemudian mampu
mengamalkannya dalam kehidupan secara konsisten. Contoh konkrit adalah nilai Jujur, kesadaran
territorial (wawasan kewilayahan

Proses pendidikan melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan di perguruan tinggi selayaknya
dipandang sebagai upaya membangun dan mengembangkan segenap potensi peserta didik dan
Dosen sekaligus untuk siap menghadapi tantangan kehidupan masa depan. Proses pembelajaran
yang diorientasikan pada pengembangan kepribadian selayaknya dikembangkan dalam proses
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan keleluasaan untuk prakarsa dan ide.

Keinginan menghasilkan lulusan terbaik dan berdaya saing, tentunya menjadi idaman dan tujuan
setiap perguruan tinggi. Namun peningkatan mutu lulusan harus pula diikuti dengan manajemen
tata kelola perguruan tinggi yang baik (good university governance). Manajemen tata kelola
perguruan tinggi yang baik ini juga menjadi indikator penting keberhasilan menghasilkan lulusan
yang berdaya saing. Saat ini perguruan tinggi tengah dihadapkan pada tantangan untuk
menghasilkan lulusan yang tidak hanya mempunyai kemampuan keilmuan (hard skills) yang
memadai, tetapi juga diharuskan mempunyai kemampuan kepribadian (soft skills) yang mumpuni.

Orientasi mutu lulusan perguruan tinggi yang selama ini hanya berorientasi pada hard skills kini
mulai mengalami perubahan dengan dimasukkannya unsur pengembangan soft skills. Jika disimak,
kita melihat bahwa soft skills sangat berorientasi pada pengembangan sisi-sisi kemanusiaan
(humanity) dari lulusan perguruan tinggi. Akan dibutuhkan komitmen kuat untuk membangun
lulusan yang bermutu. Oleh karena itu, langkah yang dapat dilakukan adalah mengintegrasikan
komponen soft skills ini ke dalam rencana pembelajaran yang dikembangkan dan diimplementasikan
dalam proses pembelajaran yang dibangun oleh dosen pada mata kuliah yang dibinanya, termasuk
pada Pendidikan Kewarganegaraan.

Anda mungkin juga menyukai