Anda di halaman 1dari 18

Nama : Nurul Khidayah Hasibuan

NIS : 180210128

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN APENDISITIS

1. PENGERTIAN Apendisitis adalah peradangan dari apendik periformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang
paling sering. Istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus yang
buntu sebenarnya adalah sekum. Apendiks diperkirakan ikut serta dalm system imun sektorik di saluran
pencernaan. Namun, pengangkatan apendiks tidak menimbulkan efek fungsi system imun yang jelas.
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut
yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih
sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun
Menurut Sjamsuhidayat, apendisitis terdiri dari lima bagian antara lain  :
1. Apendisitis akut
Adalah peradangan apendiks yang timbul meluas dan mengenai peritoneum pariental setempat
sehingga menimbulkan rasa sakit di abdomen kanan bawah.
2. Apendisitis infiltrat (Masa periapendikuler)
Apendisitis infiltrat atau masa periapendikuler terjadi bila apendisitis ganggrenosa di tutupi
pendinginan oleh omentum.
3. Apendisitis perforata
Ada fekalit didalam lumen, Umur (orang tua atau anak muda) dan keterlambatan diagnosa
merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya perforasi apendiks.
4. Apendisitis rekuren
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan, namun apendiks tidak
pernah kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut. Resikonya untuk
terjadinya serangan lagi sekitar 50%.
5. Apendisitis kronis
Fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan
parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik.

2. ETIOLOGI Appendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor prediposisi
yang menyertai. Faktor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.
1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena:
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dewasa).
Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks.
5. Appendik yang terlalu panjang.
6. Appendiks yang pendek.
7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
8. Kelainan katup di pangkal appendiks.
3. TANDA DAN GEJALA Ada beberapa gejala apendisitis klasik yang muncul, meliputi:

 Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi semakin tajam ketika bergerak ke perut kanan
bawah. Ini biasanya merupakan tanda pertama.
 Kehilangan selera makan
 Mual atau muntah segera setelah sakit perut dimulai
 Pembengkakan perut
 Demam
 Ketidakmampuan untuk kentut (flatus)

Selain itu seiring berjalannya waktu, gejala apendisitis lainnya dari usus buntu muncul, meliputi:

 Nyeri tajam di mana saja, diantaranya di perut bagian atas atau bawah, punggung, atau rektum
 Nyeri ketika buang air kecil
 Muntah yang mendahului nyeri perut
 Kram parah
 Sembelit atau bahkan diare

Jika memiliki salah satu gejala apendisitis yang disebutkan di atas, segera cari bantuan medis, karena
diagnosis dan pengobatan sangat penting. Jangan makan, minum, atau menggunakan obat nyeri, antasida,
obat pencahar, atau bantalan pemanas, yang dapat menyebabkan apendiks meradang dan pecah.

4. PATOFISIOLOGI Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obst tersebut menyebabkan
mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin
banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan
tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan
ulaserasi mukosa. Pada saat itu terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai dengan nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi
vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding sehingga peradangan yang timbul meluas dan
mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis
supuratif akut.
Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikutiganggren.
Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka akan terjadi prefesional
disebut appendikssitis perforasi.
Bila proses berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah appendiks
hingga muncul infiltrat appendikkularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau
menghilang.
Omentum pada anak-anak lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding lebih tipis. Keadaan
tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan untuk terjadi perforasi.
Sedangkan pada orang tua mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah.

5. PENATALAKSANAA Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam waktu 48 jam
N harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan
makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain diperut kanan bawah.
1. Tindakan pre operatif, meliputi penderita di rawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk
menurunkan suhu penderita, pasien diminta untuk tirah baring dan dipuasakan
2. Tindakan operatif : appendiktomi
3. Tindakan post operatif, satu hari pasca bedah klien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur
selama 2 x 30 menit, hari berikutnya makanan lunak dan berdiri tegak di luar kamar, hari ketujuh luka
jahitan diangkat, klien pulang.
6. KOMPLIKASI 1. Perforasi dengan pembentukan abses
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati (jarang terjadi)
7. PEMERIKSAAN Pemeriksaan Penunjang Apendisitis
PENUNJANG 1.      Pemeriksaan laboratorium
2.      Pemeriksaan urine
3.      Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang biasa dilakukan pada pasien yang diduga appendicitis akut antara
lain adalah Ultrasonografi, CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonogarafi ditemukan bagian memanjang
pada tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks. Sedang pada pemeriksaan CT-scan ditemukan
bagian yang menyilang dengan apendicalith serta perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi
serta adanya pelebaran dari saekum.
4.      Pemeriksaan USG
5.      Abdominal X-Ray
Digunakan untuk melihat adanya fecalith sebagai penyebab appendisitis. pemeriksaan ini
dilakukan terutama pada anak-anak.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN APENDISITIS
8. PENGKAJIAN 1. Data demografi
Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen kanan bawah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada daerah abdomen kanan bawah yang menembus kebelakang
sampai pada punggung dan mengalami demam tinggi
c. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami operasi sebelumnya pada colon.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anggota keluarga ada yang mengalami jenis penyakit yang sama.
4. Pemeriksaan fisik ROS (review of system)
a. Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai, konjungtiva anemis.
b. Sistem kardiovaskuler : ada distensi vena jugularis, pucat, edema, TD >110/70mmHg;
hipertermi.
c. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya sumbatan
jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O 2, tidak ada ronchi, whezing,
stridor.
d. Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang merupakan tanda adanya infeksi dan
pendarahan.
e. Sistem urogenital: ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang serta tidak bisa
mengeluarkan urin secara lancer
f. Sistem muskuloskeletal: ada kesulitan dalam pergerakkan karena proses perjalanan penyakit
g. Sistem Integumen: terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
h. Abdomen: terdapat nyeri tekan, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi abdomen.
5. Pola fungsi kesehatan menurut Gordon
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah ada kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan kebiasaan olah raga
(lama frekwensinya), karena dapat mempengaruhi lamanya penyembuhan luka.
b. Pola nutrisi dan metabolism.
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan intake
makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali normal.
c. Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau
karena tidak biasa BAK ditempat tidur akan mempengaruhi pola eliminasi urine. Pola
eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi
sehingga terjadi penurunan fungsi.
d. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri, aktifitas biasanya
terbatas karena harus bedrest berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
e.  Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri, penglihatan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu
kenyamanan pola tidur klien.
g. Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus
dibantu.  Klien mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami
emosi yang tidak stabil.
h. Pola hubungan
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam
keluarganya dan dalam masyarakat. penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
i. Pola Reproduksi seksual
Adanya larangan untuk berhubungan seksual setelah pembedahan selama beberapa waktu.
j. Pola penanggulangan stress
Sebelum MRS :  klien kalau setres mengalihkan pada hal lain.
Sesudah MRS : klien kalau stress murung sendiri, menutup diri
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Sebelum MRS : klien rutin beribadah, dan tepat waktu.
Sesudah MRS : klien biasanya tidak tepat waktu beribadah.

9. Diagnosa dan 1) DX 1:

Intervensi Nyeri akut berhubungan dengan nyeri epigastrium dan adanya edema dan ulserasi
Gejala dan tanda mayor
keperawatan
 Subjektif
apendisitis
1. Mengeluh nyeri
 Objektif
1. Tampak merintis
2. Bersikap proktetif
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
 Subjektif
Tidak tersedia
 Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berfikir meningkat
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis
Etiologi
Apendisitis

Jaringan perut

Obstruksi pada lumen appendeks

ketidakseimbangan antara produksi dan eksresi mucus

peningkatan intra

terhambatnya aliran limfe

edema dan ulserasi

nyeri epigastrium
Nyeri akut

Masallah keperawatan: Nyeri akut


Intervensi
 Observasi
1. Identifikasi loksi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,institas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasirespon nyri nol verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan mamperingan nyeri
5. Identifikasi pengaruh nyri pada kualitas hidup
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon hidup
7. Monitor keberhasilan terapi komplemeter yang sudah di berikan
 Terapetik
8. Berikan Teknik nonformakologi untuk mengurangi rasa nyeri
9. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, percaahayaan,
kebisingan)
10. Fasilitasi istirahat dan tidur
11. Pertimbangkan jenis dan sumber dalam pemilihan strategis meredakan nyeri
 Edukasi
12. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
13. Jelasken strategis meredakan nyeri
14. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
15. Ajarkan Teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
 Kolaborasi
16. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) DX 2:
Hipertemi berhubungan dengan peningkatan leukosit dan peningkatan suhu tubuh

Gejala dan tanda mayor


 Subjektif
Tidak tersedia
 Objektif
1. Suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan tanda minor


 Subjektif
Tidak tersedia
 Objektif
1. Kulit terasa hangat
2. Kulit merah
ETIOLOGI
Apendisitis

Jaringan perut
Obstruksi pada lumen appendeks

ketidakseimbangan antara produksi dan eksresi mucus

peningkatan intra

Obstruksi vena

edema dan peningkatan tekanan intra lumen

peradangan pada dinding appendiks

mekanisme kompensasi tubuh

peningkatan leukosit dan peningkatan suhu tubuh


Hipertemi

MASALAH KEPERAWATAN: Hipertermi

INTERVENSI
 Observasi
1. Identivikasi penyebab hipertermi
2. Monitor suhu tubuh
3. monitor kadar elektrolit
4. monitor komplikasi akibat hipertermi
 Terapeutik
5. Sediakan ruangan yang dingin
6. Longarkan atau lepaskan pakain
7. Basahi atau kipasi permukaan tubuh
8. Berikan cairan oral
9. Ganti linen setiap hari
10. Hindari pemberian aspirin
11. Berikan oksigen, jika perlu
 Edukasi
12. Anjurkan tirah baring
 Kolaborasi
13. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

3) DX 3:
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi post bedah
Gejala dan tanda mayor
 Subjektif
1. Mengeluh tidak nyaman
 Objektif
1. area luka perasi terbuka
Gejala dan tanda minor
 Subjektif
1. Selera makan hilang
 Objektif
1. gangguan mobilotas
2. tidak mampu melajutkan pekerjaan
3. membutuhkan bentuan untuk perawatan diri

INTERVENSI
 Observasi
1. Identifikasi gangguan fisisk yang memungkinkan terjadinya luka
2. Pemeriksaan fisik, kemampuan menerima informasi dan persepsi terhadap resiko
luka tekan
 Terapeutik
3. Persiapkan media, meteri tentang faktor- faktor penyebab, cara identifikasi dan
pencegahan resiko luka tekan dirumah sakit maupun dirumah
4. Jadwalkan waktu yang tapat untuk memberi Pendidikan Kesehatan sesuai
kesepakatan dengan pasien dan keluarga
 Edukasi
5. Jelaskan lokasi luka yang sering
6. Ajarkan cara mengguanakan matras decubitus
7. Ajarkan cara mempertahankan permukaan kulit sehat, identifikasi kerusakan
permukaan kulit seperti: merahm, panas, bula, eksudat
8. Anjurkan tetap untuk bergerak sesuai kemampuan dan kondisi
9. Ajarakan cara mencuci tangan dengan benar
10. Ajarkan cara memerikasa kodisi luka atau luka operasi
 Kolaborasi
11. kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

4) DX 4:
Resiko volume nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan absorbs makanan tidak
adekuat
Gejala dan tanda mayor
 Subjektif
Tidak tersedia
 Objektif
1. Berat badan menurun minimal >10% dibawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor
 Subjektif
1. Cepat kenyang setelah makanan
2. kram/ nyeri abdomen
3. nafsu makan menurun
 Objektif
1. Bising usus hiperakhtif
2. Otot mengunyah lemah
3. Otot menelan lemah
4. Membrane mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
INTERVENSI
 Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intolerasi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Idetifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi
5. Identifikasi perlunya pengguanan selan nasogastric
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemerikasaaan laboratorium
 Terapeutik
9. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
10. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Paramida makanan)
11. Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
12. Berikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori
13. Berikan suplumen makanan, jika perlu
14. Hentikan pemberian makanan melalui nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
 Edukasi
15. Ajarkan duduk, jika mampu
16. Ajarkan diet yang diprogramkan
 Kolaborasi
17. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makanan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
18. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang di
butuhkan, jika perlu

Pathway

Anda mungkin juga menyukai