Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang 

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyebab kematian akibat kanker yang
terbesarbagi wanita di negara-negara berkembang. Secara global terdapat 600.000 kasus baru
dan 300.000 kematian setiap tahunnya, yang hampir 80% terjadi di negara berkembang. Fakta-
fakta tersebutmembuat kanker leher rahim menempati posisi kedua kanker terbanyak pada
perempuan di dunia, danmenempati urutan pertama di negara berkembang.

Saat ini, kanker leher rahim menjadi kanker terbanyak pada wanita Indonesia yaitu sekitar 34%
dari seluruh kanker pada perempuan dan sekarang48 juta perempuan Indonesia dalam risiko
mendapat kanker leher rahim.Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher
rahim yaitu bagian rahim yangmenghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata
kejadian kanker leher rahim adalah 52tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali pada
usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun.

Kanker payudara sering ditemukan diseluruh dunia dengan insidens relatif tinggi dan cenderung
meningkat yaitu 20% dari seluruh keganasan dan 99% terjadi pada perempuan,sedangkan pada
laki-laki hanya 1%, sehingga kanker payudara masih merupakan salah satu masalah kesehatan
yang utama pada perempuan. Pada pria, usia rata-rata untuk terdiagnosis kanker payudara adalah
60 tahun dan sebagian besar kanker payudara pada laki-laki terdiagnosis pada tahap lanjut,
kemungkinan karena laki-laki tidak terlalu menyadari tentang benjolan payudara dibandingkan
wanita.

Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker payudara
sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita.Setiap tahun lebih dari 250,000
kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat.
Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan
lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia,
namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki
ranking pertama diantara kanker lainnya pada wanita.

Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker.Setiap
tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan di Eropa
lebih dari 165,000.Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara
stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30 bulan.

B.  Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kanker serviks?
2. Bagaiaman gejala-gejala yang ditimbulkan kanker serviks?
3. Bagaiamna cara pencegahan dan pengobatan kanker serviks?
4. Apakah yang dimaksud kanker payudara?
5. Bagaimana gejala-gejala yang ditimbulkan kanker payudara?
6. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan kanker payudara? 

C.  Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kanker serviks


2. Untuk mengetahui  gejala-gejala yang ditimbulkan kanker serviks
3. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan kanker servik
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kanker payudara
5. Untuk mengetahui  gejala-gejala yang ditimbulkan kanker payudara
6. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan kanker payudara

 
BAB II

PEMBAHASAN  

A.  Pengertian Kanker Serviks dan Penyebabnya

Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia epitel di daerah
skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa vagina dan mukosa kanalis servikalis.
Kanker serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim
(uterus) dan liang senggama atau vagina.

Kanker leher rahim biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker
leher rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke rahim.

Kanker seviks uteri adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Sebelum
terjadinya kanker, akan didahului oleh keadaan yang disebut lesi prakanker atau neoplasia
intraepitel serviks (NIS). Penyebab utama kanker leher rahim adalah infeksi Human Papilloma
Virus (HPV). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang 40 di
antaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus risiko rendah
jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus risiko tinggi. Baik tipe risiko
tinggi maupun tipe risiko rendah dapat menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel tetapi pada
umumnya hanya HPV tipe risiko tinggi yang dapat memicu kanker. Virus HPV risiko tinggi
yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual adalah tipe 7,16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52,
56, 58, 59, 68, 69, dan mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa lebih dari 90% kanker leher rahim disebabkan oleh
tipe 16 dan 18. Yang membedakan antara HPV risiko tinggi dengan HPV risiko rendah adalah
satu asam amino saja. Asam amino tersebut adalah aspartat pada HPV risiko tinggi dan glisin
pada HPV risiko rendah dan sedang (Gastout et al, 1996). Dari kedua tipe ini HPV 16 sendiri
menyebabkanlebih dari 50% kanker leher rahim. Seseorang yang sudah terkena infeksi HPV 16
memiliki resiko kemungkinan terkena kanker leher rahim sebesar 5%.
Dinyatakan pula bahwa tidak terdapat perbedaan probabilitas terjadinya kanker serviks pada
infeksi HPV-16 dan infeksi HPV-18 baik secara sendiri-sendiri maupun bersamaan (Bosch et al,
2002). Akan tetapi sifat onkogenik HPV-18 lebih tinggi daripada HPV-16 yang dibuktikan pada
sel kultur dimana transformasi HPV-18 adalah 5 kali lebih besar dibandingkan dengan HPV-16.
Selain itu, didapatkan pula bahwa respon imun pada HPV-18 dapat meningkatkan virulensi virus
dimana mekanismenya belum jelas. HPV-16 berhubungan dengan skuamous cell carcinoma
serviks sedangkan HPV-18 berhubungan dengan adenocarcinoma serviks.

Prognosis dari adenocarcinoma kanker serviks lebih buruk dibandingkan squamous cell
carcinoma. Peran infeksi HPV sebagai faktor risiko mayor kanker serviks telah mendekati
kesepakatan, tanpa mengecilkan arti faktor risiko minor seperti umur, paritas, aktivitas seksual
dini/prilaku seksual, dan meroko, pil kontrasepsi, genetik, infeksi virus lain dan beberapa infeksi
kronis lain pada serviks seperti klamidia trakomatis dan HSV-2 (Hacker, 2000).

B.   Gejala Klinis Kanker Serviks

Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor
albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,
pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama
(disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%).

Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala
berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret
vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan
yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid.

Nyeri dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal.

Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina
berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina
akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda
khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam
(vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna
merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal.
Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat
terjadi karena obstruksi ureter. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker
yang juga merupakan gejala penyakit lanjut. Pada pemeriksaan Pap Smear ditemukannya sel-sel
abnormal di bagian bawah serviks yang dapat dideteksi melalui, atau yang baru-baru ini
disosialisasikan yaitu dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Sering kali kanker serviks
tidak menimbulkan gejala. Namun bila sudah berkembang menjadi kanker serviks, barulah
muncul gejala-gejala seperti pendarahan serta keputihan pada vagina yang tidak normal, sakit
saat buang air kecil dan rasa sakit saat berhubungan seksual (Wiknjosastro, 1997).

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan sebagai berikut (Suharto, 2007) :

1.      Pemeriksaan pap smear

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak
memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi serviks.
Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan
aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun
sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90% kasus kanker leher rahim
secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal, akibatnya angka kematian akibat kanker leher
rahim pun menurun sampai lebih dari 50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual
sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun.

Apabila selama 3 kali berturut-turut menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka
pemeriksaan pap smearbisa dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear
adalah sebagai berikut (Prayetni,1999):

a.       Normal.

b.      Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas).

c.       Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas).

d.      Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar).

e.       Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke organ
tubuh lainnya).
2.      Pemeriksaan DNA HPV

Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap’s smear untuk wanita
dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Pap’s smear
negatif disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir
100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur diatas 30 tahun karena
prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau
lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat sampai 65% pada usia 28
tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering pada wanita muda yang aktif secara
seksual tetapi nantinya akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang
positif yang ditentukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini
dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker
serviks.

3.      Biopsi

Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada
serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker.
Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa dilakukan adalah
punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi dan teknik cone biopsy yang menggunakan
anestesi. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang
diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu
kanker invasif atau hanya tumor saja (Prayetni, 1997).

4.      Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)

Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia. Pemeriksaan ini
kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena kolposkopi memerlukan keterampilan
dan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang abnormal (Prayetni, 1997).

5.      Tes Schiller

Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal akan
membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen. Sedangkan
pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna yang tidak berubah
karena tidak ada glikogen ( Prayetni, 1997).

6.      Radiologi

a.       Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran pelvik
atau peroartik limfe.

b.      Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap lanjut, yang
dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal. Pemeriksaan radiologi
direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih dan rektum yang meliputi sitoskopi,
pielogram intravena (IVP), enema barium, dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging
(MRI) atau scan CT abdomen / pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor
dan / atau terkenanya nodus limpa regional (Gale & charette, 1999).

C. Pencegahan Kanker Serviks

Sebagian besar kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat dan menghindari faktor-
faktor penyebab kanker meliputi (Dalimartha, 2004)

1.      Menghindari berbagai faktor risiko, yaitu hubungan seks pada usia muda, pernikahan pada
usia muda, dan berganti-ganti pasangan seks. Wanita yang berhubungan seksual dibawah usia 20
tahun serta sering berganti pasangan beresiko tinggi terkena infeksi. Namun hal ini tak menutup
kemungkinan akan terjadi pada wanita yang telah setia pada satu pasangan saja.

2.      Wanita usia di atas 25 tahun, telah menikah, dan sudah mempunyai anak perlu melakukan
pemeriksaan pap smear setahun sekali atau menurut petunjuk dokter. Pemeriksaan Pap smear
adalah cara untuk mendeteksi dini kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak
sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Disarankan untuk melakukan tes
Pap setelah usia 25 tahun atau setelah aktif berhubungan seksual dengan frekuensi dua kali
dalam setahun. Bila dua kali tes Pap berturut-turut menghasilkan negatif, maka tes Pap dapat
dilakukan sekali setahun. Jika menginginkan hasil yang lebih akurat, kini ada teknik pemeriksaan
terbaru untuk deteksi dini kanker leher rahim, yang dinamakan teknologi Hybrid Capture II
System (HCII). 3. Pilih kontrasepsi dengan metode barrier, seperti diafragma dan kondom,
karena dapat memberi perlindungan terhadap kanker leher rahim.

3.      Memperbanyak makan sayur dan buah segar. Faktor nutrisi juga dapat mengatasi masalah
kanker mulut rahim. Penelitian mendapatkan hubungan yang terbalik antara konsumsi sayuran
berwarna hijau tua dan kuning (banyak mengandung beta karoten atau vitamin A, vitamin C dan
vitamin E) dengan kejadian neoplasia intra epithelial juga kanker serviks. Artinya semakin
banyak makan sayuran berwarna hijau tua dan kuning, maka akan semakin kecil risiko untuk
kena penyakit kanker mulut rahim 5. Pada pertengahan tahun 2006 telah beredar vaksin
pencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab kanker serviks. Vaksin ini bekerja
dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel
serviks. Selain membentengi dari penyakit kanker serviks, vaksin ini juga bekerja ganda
melindungi perempuan dari ancaman HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin.Yang
perlu ditekankan adalah, vaksinasi ini baru efektif apabila diberikan pada perempuan yang
berusia 9 sampai 26 tahun yang belum aktif secara seksual. Vaksin diberikan sebanyak 3 kali
dalam jangka waktu tertentu. Dengan vaksinasi, risiko terkena kanker serviks bisa menurun
hingga 75%.

D. Pengobatan Kanker Serviks

Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan
sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan
pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan pengobatan kanker leher rahim
tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan
rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan
lebih lanjut, terutama jika daerah yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu
pemeriksaan biopsi. Pengobatan pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan),
kauterisasi (pembakaran, juga disebut diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel
yang abnormal tanpa melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical
excision procedure) atau konisasi (Wiknjosastro, 1997).

1.      Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar), seluruh kanker
sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui LEEP (loop
electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih
bisa memiliki anak. Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan ulang dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6
bulan. Jika penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi. Pembedahan merupakan salah satu terapi yang bersifat kuratif maupun paliatif.
Kuratif adalah tindakan yang langsung menghilangkan penyebabnya sehingga manifestasi klinik
yang ditimbulkan dapat dihilangkan. Sedangkan tindakan paliatif adalah tindakan yang berarti
memperbaiki keadaan penderita. Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan
untuk mengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya
dilakukan pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). Umur pasien sebaiknya
sebelum menopause, atau bila keadaan umum baik, dapat juga pada pasien yang berumur kurang
dari 65 tahun. Pasien juga harus bebas dari penyakit umum (resiko tinggi) seperti penyakit
jantung, ginjal dan hepar.

2.      Terapi penyinaran (radioterapi)

Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan parametrial dan
nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi.
Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif.
Pengobatan kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau
bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak
mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai III B. Apabila sel
kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang diberikan
secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran efektif untuk mengobati kanker invasif
yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi
untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya.

Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari sebuah mesin besar dan
penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanyadilakukan sebanyak 5
hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui radiasi internal yaitu zat radioaktif
terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan
selama 1-3 hari dan selama itu penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang
beberapa kali selama 1-2 minggu.

 Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina, kerusakan kandung kemih
dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi (Gale & Charette, 2000).

3.      Kemoterapi

Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui infus, tablet, atau
intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk membunuh sel kanker dan
menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan
fasenya saat didiag nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan
atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam
beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang
lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir,
kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik.
Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan
agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang
digunakan pada kasus kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin),
PVB (Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain (Prayetni, 1997).

E.  Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker bisa
terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa
air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau
jaringan ikat di dalam payudara. Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara
tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa
seperti benjolan.

Kanker payudara yang paling umum terjadi, terbagi dalam beberapa jenis.
- Ductal carcinoma in situ. Kanker ini tumbuh di duktus, dan tidak menyebar ke jaringan
sekitarnya. Jenis kanker ini termasuk kanker stadium awal dan mudah diobati. Namun
demikian, kanker ini bisa menyebar ke jaringan sekitarnya jika tidak segera ditangani.
- Lobular carcinoma in situ. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus. Sama seperti ductal
carcinoma in situ, kanker ini tidak menyebar ke jaringan sekitarnya.
- Invasive ductal carcinoma. Kanker ini tumbuh di duktus dan bisa menyebar ke jaringan
sekitarnya, bahkan bisa menyebar ke area tubuh yang lain. Jenis kanker ini terjadi pada
70-80% kasus kanker payudara.
- Invasive lobular carcinoma. Adalah kanker yang tumbuh di lobulus dan bisa menyebar ke
jaringan sekitarnya. Kanker ini terjadi pada 10% kasus kanker payudara.

Sedangkan jenis kanker payudara yang jarang terjadi adalah

- Angiosarcoma. Adalah jenis kanker yang tumbuh di pembuluh darah dan saluran getah
bening di payudara.
- Penyakit Paget. Penyakit Paget merupakan kanker yang tumbuh di puting payudara, lalu
meluas ke area hitam di sekitar puting (areola).
- Tumor phyllodes. Jenis kanker yang jarang ini tumbuh di jaringan ikat payudara yang
disebut stroma.
- Inflammatory breast cancer. Adalah jenis kanker payudara yang jarang, namun
berkembang cepat dan menyumbat saluran getah bening, sehingga membuat payudara
tampak meradang seperti infeksi.
- Triple negative breast cancer. Adalah jenis kanker yang menunjukkan hasil negatif pada
pemeriksaan keberadaan reseptor hormon estrogen (ER), reseptor hormon progesterone
(PR), dan reseptor protein HER-2 pada jaringan kanker, yang biasanya positif pada
kanker payudara.

F.  Penyebab dan Gejala Kanker Payudara

Gejala kanker payudara sebenarnya sedikit banyak bisa mengungkap stadium kanker yang
diderita, apakah masih dalam tahap awal atau justru stadium lanjut. Kanker payudara stadium
awal identik dengan keluhan benjolan di payudara.Ukuran benjolan tersebut biasanya tergantung
dari besar kecilnya tubuh penderita. Pertama-tama, Anda harus bisa membedakan benjolan yang
terdapat pada payudara, apakah benjolan tersebut benar-benar mengindikasikan atau tanda
adanya penyakit kanker payudara, atau hanya sekedar benjolan biasa saja.

1. Benjolan tanda kanker payudara adalah:

- Sedikit keras dan hanya terdapat 1 benjolan saja atau tidak ada benjolan di payudara lainnya

- Kulit payudara tampak pucat, disertai keluarnya cairan pada puting

- Terdapat rasa nyeri pada benjolan

2. Bedakan ukuran dan bentuk payudara untuk ketahui kanker payudara

Biasanya, bentuk dan ukuran payudara pada penderita kanker payudara ini berbeda. Perubahan
bentuk dan ukuran itu bisa diketahui dengan mudah, yakni:

- Bila biasanya memakai bra ukuran 36, kini berubah menjadi ukuran bra 34. Artinya semakin
mengecil

- Muncul kerutan di payudara, yang biasanya hanya terjadi pada wanita usia lanjut usia yakni
kasar dan bergelambir

3. Merasa tidak nyaman dengan kondisi payudara

Perasaan tidak nyaman pada kondisi payudara yang dirasakan sekarang ini bisa jadi akibat rasa
nyeri di sekitarnya. Rasa was-was akibat warna memerah pada payudara dan pembengkakan,
puting masuk ke dalam, serta payudara terasa lembek juga berkerut membuat perasaan menjadi
semakin tidak nyaman.

Gejala kanker payudara yang mirip dengan gangguan kesehatan lainnya dibutuhkan diagnosa
medis lebih lanjut. Jika Anda mengalami keluhan di atas, biasanya dokter akan melakukan
diagnosa lebih lanjut sebagai berikut:

- Mammogram, yakni proses scan dengan X-Ray untuk melihat kondisi payudara dan
pertumbuhan jaringan
- Biopsi, dengan menggunakan alat dan tindakan medis lain untuk memastikan ada kanker
payudara atau gangguan kesehatan lain atas keluhan yang terjadi

Diagnosa medis ini bisa dilakukan di rumah sakit terdekat dan dilakukan oleh dokter ahli. Jika
ada indikasi komplikasi lain, maka perlu dilakukan pemeriksaan total terhadap kondisi penderita
agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat, dan bisa selamat dari risiko komplikasi.

G. Pengobatan Kanker Payudara

Jika ternyata Anda terdeteksi kanker payudara secara diagnosis medis, maka tidak perlu khawatir
yang berlebihan. Ada beberapa metode pengobatan medis yang bisa dilakukan dokter, tergantung
dari kondisi Anda. Beberapa tindakan medis tersebut adalah:

- Operasi bedah untuk mengangkat sel kanker

Hampir semua kanker butuh tindakan medis operasi bedah, termasuk kanker payudara. Ini
dilakukan dengan memperhatikan kondisi penderita apakah masih bisa mempertahankan
payudara tersebut atau membuangnya total jaringan yang terkena kanker.

Operasi yang dibutuhkan dikenal dengan nama mastektomi untuk mengangkat kelenjar getah
bening di bawah ketiak secara keseluruhan. Jika masih memungkinkan suntikan medis untuk
mematikan sel kanker, juga bisa untuk memprediksi adanya kanker berulang.

- Radioterapi

Radioterapi merupakan tindakan medis paling mendasar bagi penderita kanker. Penderita kanker
paling umum mendapatkan tindakan medis berupa operasi bedar. Walaupun sudah mendapatkan
tindakan medis ini, risiko kambuh masih tetap ada.

Sehingga perlu dilakukan radioterapi di dada agar sel kanker benar-benar mati. Setidaknya
tindakan medis ini berlangsung 5 minggu.

- Kemoterapi

Penderita kanker, biasanya dalam jangka panjang akan menjalani tindakan medis kemoterapi
agar kanker tidak kambuh dan biasanya butuh waktu 4 hingga 6 bulan. Tindakan medis ini punya
risiko bagi penderita, mulai dari mual ringan, muntah, rambut rontok, lesu atau kelelahan. Ini
akibat dari nafsu makan yang hilang.
BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Kanker serviks merupakan kanker peringkat pertama di Indonesia dan peringkat kedua di dunia
yang diderita oleh wanita. Di seluruh dunia setiap dua menit atau setiap satu jam di Indonesia
seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks. Dari data diatas maka sangat penting bagi
perempuan untuk mengetahui dengan baik apa itu kanker serviks, sehingga dapat mengambil
langkah pencegahan yang tepat.

Kanker payudara adalah kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker bisa
terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus), atau di saluran (duktus) yang membawa
air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau
jaringan ikat di dalam payudara. Kanker payudara terbentuk saat sel-sel di dalam payudara
tumbuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel tersebut umumnya membentuk tumor yang terasa
seperti benjolan.

B.  Saran

Untuk pencegahan kanker serviks dan kanker payudara diharapkan untuk melakukan deteksi
dini, dan apabila timbul gejala-gejala maka segera menindak lanjuti, agar kanker serviks dan
payudara ini dapat diatasi cepat oleh petugas kesehatan. Selain itu diharapkan untuk
membiasakan diri dengan pola hidup sehat dan bersih dan menghindari faktor-faktor resiko
pemicu kanker serviks dan kanker payudara

Anda mungkin juga menyukai