Anda di halaman 1dari 15

Pelita Perkebunan 2006, 22(3), 222—236

Herman, Hutagaol, Sutjahjo, Rauf dan Priyarsono

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Teknologi


Pengendalian Hama Penggerek Buah Kakao :
Studi Kasus di Sulawesi Barat

Analysis of Factors Influencing Adoption of Technology in Cocoa Pod Borer Pest


Control: A Case Study in West Sulawesi

Herman1), M. Parulian Hutagaol2),


Surjono H. Sutjahjo2), Aunu Rauf2) dan D. S. Priyarsono2)

Ringkasan

Hama penggerek buah kakao (PBK) merupakan hama yang sangat merugikan
petani dan sulit dikendalikan, sehingga menjadi ancaman yang sangat serius bagi
keberlanjutan perkebunan kakao. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-
faktor kunci yang berpengaruh terhadap penerapan teknologi inovasi pengendalian
hama PBK dengan menggunakan model regresi sebagai alat analisis. Penelitian
dilakukan di Kabupaten Polewali Mamasa dan Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
pada bulan Februari hingga Maret 2006 dengan menggunakan metode survai. Petani
yang diwawancara berjumlah 80 orang yang dipilih secara acak purposive. Hasilnya
menunjukkan bahwa serangan PBK di Sulawesi Barat menurunkan produktivitas
rata-rata mencapai 50% dengan kisaran 10% hingga 90%. Besarnya penurunan
produksi tersebut disebabkan oleh belum adanya kebersamaan petani dalam
melakukan pengendalian hama PBK dan lambatnya proses adopsi teknologi
pengendalian hama PBK. Faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan petani
adalah keberadaan sekolah lapang (SL-PHT), tingkat pendapatan petani dan
kesederhanaan teknologi. Faktor yang berpengaruh terhadap sikap petani adalah
pengetahuan petani, luas kebun kakao, keberadaan kelompok tani dan jumlah anggota
keluarga. Faktor yang berpengaruh terhadap tindakan petani untuk mengadopsi
teknologi PsPSP adalah sikap petani, tingkat pendapatan petani, luas kebun kakao
yang dikuasai petani dan keberadaan pembina. Perlu keterlibatan pemerintah untuk
mempercepat adopsi teknologi terutama mempersiapkan petugas penyuluh dan
menyediakan fasilitas kredit berbunga rendah.

Summary

Cocoa pod borer is one of the most difficult pests to be controlled, hence
it becomes serious threat for sustainable cocoa plantation. The objective of the
research is to investigate several factors influencing adoption of innovation tech-
nology in pest control by using regression model analysis. The research was carried

1) Peneliti (Researcher); Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Jl. Salak 1A, Bogor.
2) Dosen (Lecture); Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor.

222
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao : Studi kasus di Sulawesi Barat

out in Polewali Mamasa and Mamuju regency, West Sulawesi during February–
March 2006 using survey method. Number of respondents interviewed in the re-
search was 80 people which was selected by using purposive sampling method.
The result shows that CPB in West Sulawesi decreased cocoa productivity 50%
(10—90%), caused by less of farmers coordination in controlling CPB and the
slowness of technology adoption. Factors which influence farmer's knowledge are
provision of field school, farmers income and simplicity of the technology. Fac-
tors which influence farmer's attitude are farmer's income knowledge, cultivated
cocoa area, provision farmer's group and number of family members. Factors which
influence farmer action in PsPSP technology adoption is farmer attitude, farmer
income, cultivated cocoa area and availability of extension workers in that area.
Government’s involvement in accelerating adoption of innovation technology, es-
pecially in preparing capable extension workers and provision of subsidized credit
for the farmers is inevitable.

Key words: cocoa pod borer, adoption of technology, sustainable cacao plantation, Government’s
involvement, West Sulawesi.

PENDAHULUAN 80%, sehingga sangat merugikan petani.


Berbagai upaya pengendalian hama PBK
Kakao merupakan salah satu komoditas sudah dilakukan oleh petani, tetapi tidak
pertanian yang peranannya sangat penting membuahkan hasil sebagaimana yang
bagi perekonomian regional Sulawesi Barat, diharapkan, bahkan intensitas serangan hama
khususnya dalam menyediakan kesempatan PBK makin meningkat dan kerugian petani
kerja, sumber pendapatan petani dan devisa semakin besar.
negara. Namun sejak beberapa tahun
terakhir, produktivitas perkebunan kakao di Untuk menanggulangi hama tersebut,
daerah ini mulai menurun dan peranannya sebenarnya telah diperkenalkan dan disosiali-
mulai memudar karena adanya serangan sasikan paket teknologi yang dikenal dengan
hama Penggerek Buah Kakao (PBK), istilah PsPSP yaitu singkatan dari Panen
Conopomorpha cramerella Snell. (Lepi- sering, Pemangkasan, Sanitasi dan Pemupukan
doptera; Gracillariidae). Pada saat penelitian berimbang. Menurut Dinas Perkebunan
ini dilakukan, hampir seluruh areal per- Provinsi Sulawesi Selatan (2000), pengen-
dalian hama PBK dengan penerapan PHT
kebunan kakao di Sulawesi Barat terserang
yang kegiatannya meliputi panen sering,
hama PBK dan sangat merugikan petani.
pemangkasan, sanitasi, pemupukan dan
Kondisi tersebut merupakan ancaman konservasi musuh alami, berhasil menekan
yang sangat serius bagi keberlanjutan serangan hama PBK dari 59,67% menjadi
perkebunan kakao di Sulawesi Barat karena 31,5% dan menekan kehilangan produksi dari
menurut Atmawinata (1993) dan Anshary 17,7% menjadi 2,8%. Di lain pihak di petak
(2002), serangan hama PBK dapat menurun- non-PHT, serangan hama PBK meningkat
kan produksi perkebunan kakao lebih dari menjadi 79,5% dengan kehilangan hasil

223
Herman, Hutagaol, Sutjahjo, Rauf dan Priyarsono

24,98%. Pengalaman lain yang dilaporkan METODOLOGI PENELITIAN


oleh Iswanto dan Purwantara (2005)
menunjukkan bahwa penerapan teknologi Kerangka Pemikiran
PsPSP di salah satu perkebunan besar swasta Teknologi PsPSP merupakan suatu
di Jawa Barat mampu menurunkan kerusakan inovasi dan memerlukan suatu proses sampai
biji kakao akibat serangan hama PBK dan
diadopsi oleh petani. Menurut Rogers
busuk buah dari 40,64% menjadi 6,53%.
(1995), adopsi suatu inovasi merupakan
Pengalaman tersebut memberikan gambaran
proses mental sejak seseorang mengetahui
bahwa teknologi PsPSP cukup efektif untuk
adanya inovasi sampai mengambil keputusan
mengendalikan serangan hama PBK.
untuk menerima atau menolak dan kemudian
Disebabkan oleh berbagai kendala, mengukuhkannya. Secara lebih rinci, proses
dewasa ini baru sebagian kecil petani yang adopsi dapat dibagi dalam lima tahapan yaitu
menerapkan teknologi PsPSP tersebut, pengenalan, persuasi, keputusan, implementasi
sehingga belum memberikan hasil yang op- dan konfirmasi. Tiga tahapan yang terakhir
timum. Penelitian Siregar et al. (2003), dapat dipandang sebagai satu tahapan
berhasil mengidentifikasi dua alasan utama implementasi atau adopsi inovasi, sehingga
yang menjadi kendala pelaksanaaan PsPSP proses adopsi teknologi dapat dibagi dalam
petani kakao di Sulawesi Tenggara yaitu tiga tahapan yaitu tahap perubahan
tingkat keuntungan dan jangkauan petani pengetahuan, tahap pembentukan sikap dan
terhadap input produksi. Disamping itu, tahap tindakan/penerapan teknologi.
masalah ketersediaan tenaga kerja dan
Pengetahuan tentang inovasi merupakan
keterbatasan modal yang dimiliki petani juga
proses pengenalan bagi seseorang untuk
menjadi kendala yang dihadapi. Oleh karena
menerima atau mengetahui informasi tentang
itu dalam rangka mempercepat proses alih
teknologi baru. Pembentukan sikap merupa-
teknologi PsPSP untuk mengendalikan hama
kan suatu tahapan proses mental seseorang
PBK perlu dilakukan penelitian untuk
dalam mengevaluasi teknologi baru.
menemukan faktor-faktor kunci yang
Sementara itu, keputusan atau tindakan
mempengaruhi adopsi teknologi PsPSP
merupakan suatu tahapan bagi seorang petani
tersebut.
untuk mulai mengambil keputusan untuk
Penelitian ini bertujuan untuk (1) meng- menerapkan atau tidak menerapkan teknologi
identifikasi dan menganalisis kerugian akibat baru pada usahataninya.
serangan hama PBK; (2) mempelajari faktor-
Adopsi teknologi dipengaruhi oleh
faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi
karakteristik teknologi, tipe/karakteristik
pengendalian hama PBK dan (3) merumus-
pengambil keputusan, sistem sosial/karak-
kan strategi dan alternatif kebijakan
teristik lingkungan, saluran komunikasi dan
pengendalian hama PBK untuk memper-
usaha promosi. Karakteristik teknologi
tahankan keberlanjutan perkebunan kakao
meliputi keuntungan relatif, kompatibilitas,
di Sulawesi Barat.
kompleksitas, trialabilitas dan observabilitas.

224
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao : Studi kasus di Sulawesi Barat

Sementara karakteristik petani sebagai politan petani berhubungan nyata dengan


pengambil keputusan dipengaruhi oleh tingkat adopsi (Yusnadi, 1992; Latif, 1995).
individu petani, kelompok tani dan Sementara hasil penelitian Sadono (1999)
penguasa. Karakteristik lingkungan sosial, mengatakan bahwa faktor internal petani
saluran komunikasi dan usaha promosi yang berkorelasi nyata dengan tingkat
dipengaruhi antara lain oleh toleransi penerapan pengendalian hama terpadu (PHT)
terhadap perubahan, keberadaan organisasi adalah tingkat pendidikan dan persepsi petani
petani, keberadaan sumber informasi, terhadap PHT. Secara sederhana proses
keberadaan pembina dan intensitas kerjasama adopsi teknologi tersebut dapat dilihat pada
antarpetani (Rogers, 1995). Gambar 1.
Pendapat yang hampir sama juga di- Berdasarkan uraian di atas dapat
kemukakan oleh Soekartawi (1988) bahwa disimpulkan bahwa kecepatan adopsi
kecepatan adopsi teknologi dipengaruhi oleh teknologi dipengaruhi oleh berbagai faktor
beberapa faktor antara lain (1) macam yang meliputi karakteristik teknologi
inovasi, (2) sifat dan ciri inovasi yang (keuntungan ekonomis dan sosial, kompa-
meliputi keuntungan relatif, kompatibilitas, tibilitas/kesesuaian, kompleksitas/tingkat
kompleksitas, triabilitas dan obsevabilitas, kesulitan dan observabilitas); karakteristik
(3) saluran komunikasi, (4) ciri sistem sosial, lingkungan sosial (pola pengambilan
dan (5) kegiatan promosi. Beberapa hasil keputusan, keberadaan sumber informasi,
penelitian mengungkapkan bahwa pendidikan toleransi terhadap perubahan); karakteristik
formal dan informal serta tingkat kekosmo- pribadi petani (umur, pendidikan, status

Sifat-sifat Individu Petani ( Individual


characteristics of farmer): Kemampuan Petani (Capability of farmer)
Kemampuan Petani (Capability of farmer)
1. Karakteristik Petani (Characteristics of farmer) 1. Tenaga
1. Tenagakerja
kerjaterampil
terampil (experienced
(experienced labour)
2. Kebutuhan Petani Terhadap Inovasi (Farmer labour)
2. Modal (Capital)
needs towards innovation). 2. Modal (Capital)
3. Bahan dan alat (Material and equipment) Terus mengadopsi
3. Bahan dan alat (Material and equipment) (Continue Adoption)
Mengadopsi
(Adopt) Diskontinu
(Discontinuance)
Pengetahuan Sikap (Attitude) Tindakan (Activity) Ganti yang baru
(Knowledge) (Replace Technology)

Pengadopsian terlambat
(Later Adoption)
Lingkungan Sosial (Social Environment):
1. Keberadaan Sumber Informasi (Provision Menolak (Reject)
Karakteristik Teknologi Karakteristik Kebun
of Information Centre)
(Characteristics of Tecnology): (Characteristics of Plantation)
2. Keberadaan Pembinaan (Provision of
Guidence) 1. Keuntungan ekonomi 1. Luas kebun(Plantation
1. Luas kebun (PlantationArea)
Area) Tetap menolak
3. Intensitas Kerjasama (Intensity of (Economic Advantageous) 2. Umur
2. Umurtanaman
tanaman(Age
(AgeofofEstate
Estate (Continued Rejection)
Collaboration) 2. Keuntungan sosial (Social Crop)
Crop)
4. Toleransi Terhadap Perbedaan/Perubahan Advantagous) 3. Jenis
3. Jenisklon
klon(Clone
(Clone Type)
Type)
(Resistance towards 3. Kompatibilitas (Compatibility) 4. Jumlah
4. Jumlahpohon
pohon(Number
(Numberofof
Differences/Changes) 4. Kompleksitas (Complexity) Estate Crop)
Estate Crop)
5. Pola Pengambilan Keputusan (Model of 5. Observabilitas (Observability) 5. Kemiringan
5. Kemiringanlahan
lahan (Elevation)
Decision Making) (Elevation)

PERJALANAN WAKTU
( Time Frame)

Gambar 1. Proses adopsi teknologi.


Figure 1. Process of technology adoption.

225
Herman, Hutagaol, Sutjahjo, Rauf dan Priyarsono

sosial, pekerjaan utama) dan karakteristik lokasi penelitian dilakukan secara sengaja
kebun (luas kebun, umur tanaman, klon, berdasarkan pertimbangan bahwa kedua
kemiringan lahan dan jumlah pohon/ha). kabupaten tersebut merupakan sentra utama
Mengingat proses adopsi teknologi produksi kakao Indonesia yang menghadapi
berlangsung melewati tiga tahapan maka serangan hama PBK cukup berat. Pada
analisis faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing kabupaten ditentukan dua
adopsi teknologi pada penelitian ini dilakukan kecamatan sentra produksi kakao dan pada
pada masing-masing tahapan yaitu analisis setiap kecamatan ditentukan dua desa
terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi contoh, sehingga seluruhnya berjumlah 8 desa
proses mendapatkan pengetahuan tentang contoh. Pada masing-masing desa contoh
inovasi, analisis faktor-faktor yang selanjutnya ditentukan responden secara acak
mempengaruhi proses pembentukan sikap sebanyak 10 orang petani, sehingga petani
(persepsi) pada inovasi dan analisis terhadap yang diwawancara berjumlah 80 orang. Di
faktor-faktor yang mempengaruhi proses samping itu juga dilakukan wawancara
pelaksanaan keputusan atau tindakan dengan tokoh masyarakat, pemerintah
penerapan (adopsi) inovasi. Analisis tersebut daerah, pengurus organisasi petani, petugas
dilakukan dengan menggunakan model penyuluh, pengurus asosiasi kakao Indonesia,
regresi yang secara umum dapat dirumuskan petugas dinas perkebunan dan instansi terkait
sebagai berikut : lainnya. Untuk melengkapi data yang di-
perlukan juga dikumpulkan data dan informasi
AT = f (Kt, Kp, Ls, Kk, Zi) … (1) dari berbagai sumber, khususnya dari dinas
dimana: perkebunan dan Biro Pusat Statistik.
AT = adopsi teknologi, (pengetahuan, Data yang berhasil dikumpulkan diolah
sikap dan tindakan) dan dianalisis secara deskriptif, kualitatif dan
Kt = karakteristik teknologi, kuantitatif. Analisis deskriptif dan kualitatif
digunakan untuk memberikan gambaran
Kp = karakteristik petani, kondisi umum daerah penelitian dan
Ls = lingkungan sosial, perkembangan kondisi sosial ekonomi petani
kakao. Analisis kuantitatif digunakan untuk
Kk = karakteristik kebun,
mengetahui faktor-faktor yang mem-
Zi = faktor lainnya. pengaruhi adopsi teknologi pengendalian
hama PBK. Alat analisis yang digunakan
adalah model regresi berganda dan
Metode Pengumpulan dan Analisis Data
pengolahan data dilakukan dengan meng-
Penelitian dilakukan di dua kabupaten gunakan program SPSS. Teknologi pengen-
yaitu Kabupaten Poliwali Mamasa dan dalian hama PBK yang dianalisis adalah
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat pada paket teknologi panen sering, pemangkasan,
bulan Februari hingga Maret 2006 dengan sanitasi dan pemupukan berimbang yang
menggunakan metode survai. Penentuan dikenal dengan istilah PsPSP.

226
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao : Studi kasus di Sulawesi Barat

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat pendapatan petani tersebut


relatif rendah karena sekitar 50% produksi
Karakteristik Petani dan Kondisi Umum kakao hilang akibat serangan hama PBK.
Daerah Penelitian
Serangan hama PBK menyebabkan produksi
Kabupaten Polewali Mamasa dan kebun kakao petani hilang rata-rata sebesar
Kabupaten Mamuju merupakan dua 613,26 kg atau senilai Rp 7,51 juta/KK/
kabupaten sentra utama produksi kakao tahun. Seandainya kehilangan produksi
Indonesia. Pada tahun 2003, areal per- tersebut dapat diselamatkan, maka
kebunan kakao pada kedua wilayah ini pendapatan petani rata-rata mencapai
tercatat seluas 107.693 ha atau 11,98% dari Rp 15,78 juta/KK/tahun dan perkebunan
total areal perkebunan kakao Indonesia kakao memberikan kontribusi sebesar
dengan produksi 79.261 ton atau 12,06% 84,47%.
dari total produksi kakao Indonesia Perkebunan kakao di Sulawesi Barat
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006). Di teridentifikasi mulai terserang hama PBK
daerah ini perkebunan kakao seluruhnya pada tahun 1997. Serangan hama PBK
diusahakan oleh rakyat dengan kepemilikan tersebut menyebar dengan cepat, sehingga
rata-rata 1,56 ha per kepala keluarga petani. dalam waktu singkat hampir seluruh
Perkebunan kakao umumnya diusahakan di perkebunan kakao Sulawesi Barat terserang
lereng-lereng bukit dan pegunungan serta hama PBK. Hasil wawancara dengan petani
sebagian kecil di wilayah dataran rendah. responden menunjukkan bahwa serangan
Tanaman kakao umumnya ditanam secara PBK menurunkan produktivitas kakao antara
monokultur dan sebagian kecil ditanam secara 10% sampai 90%. Pada awalnya, petani
tumpangsari dengan tanaman buah-buahan berupaya melakukan pengendalian hama
dan tanaman perkebunan lainnya seperti PBK dengan cara penyemprotan pestisida,
duku, rambutan, kemiri dan kelapa. tetapi tidak memberikan hasil sebagaimana
Petani kakao pada umumnya berada pada yang diharapkan. Selanjutnya pemerintah
usia produktif dengan umur rata-rata 41,59 berupaya membantu petani dengan mem-
tahun dengan kisaran 24-65 tahun dan cukup perkenalkan teknologi pengendalian hama
berpendidikan karena hanya sekitar 25% terpadu melalui “Sekolah Lapang Pengen-
yang tidak tamat sekolah dasar. Jumlah dalian Hama Terpadu (SL-PHT)”.
anggota keluarganya rata-rata 4,54 jiwa Upaya pemerintah tersebut kurang
dengan jumlah angkatan kerja sebanyak dua mendapat respons dari petani karena
orang. Pada tahun 2005, tingkat pendapatan berbagai kendala dan keterbatasan. Kendala
petani kakao rata-rata Rp 8,27 juta/KK/ utama adalah karena kondisi kebun yang
tahun, sebesar 70,35% bersumber dari sudah tua, terbatasnya ketersediaan tenaga
kebun kakao dan selebihnya bersumber dari kerja dan terbatasnya modal usaha. Kendala
luar usahatani sebesar 14,43% (usahatani padi keterbatasan tenaga kerja dan modal yang
sebesar 6,67%, ternak sebesar 4,38% dan dimiliki petani sebagai penyebab rendahnya
usaha perkebunan lainnya sebesar 4,17%). tingkat adopsi teknologi PsPSP juga telah

227
Herman, Hutagaol, Sutjahjo, Rauf dan Priyarsono

teridentifikasi oleh Siregar et al. (2003) dan tivitas penerapan teknologi PsPSP jika hanya
Sjafaruddin et al. (2004). Kenyataan ini dilakukan oleh sebagian kecil petani karena
perlu mendapat perhatian pengambil kebun kakao petani sudah sambung
kebijakan dan bantuan penyediaan kredit menyambung. Sementara itu organisasi
bag i petani menjadi salah satu kunci petani (kelompok tani) yang terbentuk tidak
kelancaran pelaksanaan program pengen- berdasarkan hamparan kebun kakao,
dalian hama PBK secara menyeluruh. sehingga pengendalian hama PBK seolah-
Kondisi kebun kakao petani juga olah hanya dilakukan petani secara individu.
menjadi kendala penerapan PsPSP. Sebagian Sebagai akibatnya maka kegiatan pengen-
tanaman kakao berumur tua dengan tajuk dalian hama PBK kurang efektif dan tidak
besar dan rindang sehingga tidak ubahnya memberikan hasil sebagaimana yang
seperti hutan kakao. Sementara kebun-kebun diharapkan. Kondisi ini cukup meng-
yang tanamannya relatif muda, kondisinya hawatirkan dan sudah menjadi ancaman yang
juga hampir sama karena petani tidak pernah serius bagi keberlanjutan perkebunan kakao
melakukan pemangkasan untuk membentuk di daerah ini. Oleh karena itu perlu adanya
tajuk tanaman sesuai dengan anjuran. program pengendalian hama PBK secara
Kondisi kebun yang lembab dan daya tembus terpadu dan menyeluruh, sehingga dapat
sinar matahari yang rendah menjadi tempat memutuskan siklus hama PBK dan
berlindung yang aman bagi hama PBK. menyelamatkan perkebunan kakao Sulawesi
Barat dari kehancuran.
Dengan kondisi kebun yang demikian,
panen sering tidak akan dapat mencapai
kualitas dan sasaran yang diharapkan karena Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
pada kenyataannya masih banyak buah kakao Adopsi Teknologi
yang terserang hama PBK yang tidak
Sebagaimana dikemukakan bahwa
terpanen karena berada di ujung dahan dan
proses adopsi teknologi pengendalian hama
jauh dari jangkauan petani. Pemangkasan
PBK merupakan proses perubahan mental
untuk membentuk tajuk juga sangat sulit
petani yang dimulai dengan proses
dilakukan, kecuali dilakukan program
perubahan pengetahuan dari tidak tahu
sambung samping atau peremajaan.
menjadi mengetahui tentang adanya
Demikian juga sanitasi tidak dilakukan
teknologi. Selanjutnya perubahan penge-
secara baik, karena petani hanya melakukan
tahuan diikuti dengan perubahan sikap dan
pembersihan kebun dari gulma dan tidak
diakhiri dengan suatu tindakan penerapan
melakukan penguburan kulit buah maupun
teknologi tersebut. Dengan menggunakan
buah kakao yang terserang hama PBK.
analisis regresi berganda, berhasil di-
Sementara pemupukan hanya dilakukan
identifikasi berbagai faktor yang mem-
oleh sebagian petani dan dosisnyapun jauh
pengaruhi adopsi teknologi pengendalian
di bawah anjuran karena keterbatasan
hama PBK. Secara umum, nilai R 2 yang
modal.
dihasilkan dari masing-masing persamaan
Di sisi lain, ada keraguan akan efek- relatif rendah yang berarti bahwa keeratan

228
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao : Studi kasus di Sulawesi Barat

hubungan variasi peubah endogen yaitu Sebagai titik awal proses adopsi
pengetahuan, sikap dan tindakan dengan teknologi adalah perubahan pengetahuan
variabel eksogennya tidak begitu kuat (Tabel 1). petani dari tidak tahu menjadi mengetahui
Meskipun demikian, karena tujuan dan memahami tentang adanya teknologi
pendugaan model/persamaan tersebut bukan yang dibutuhkan untuk membantu
untuk tujuan peramalan, maka kelemahan mengatasi masalah yang dihadapi. Secara
hasil pendugaan model/persaman tersebut teoritis, banyak faktor yang mempengaruhi
tidak bersifat mendasar dan masih dapat kecepatan petani untuk mengetahui dan me-
digunakan untuk menentukan arah perubahan mahami suatu teknologi maju, baik dari
dari variabel endogennya. Dengan kata lain, karakteristik petaninya, karakteristik
informasi faktor-faktor yang teridentifikasi teknologinya, maupun kondisi lingkungan
berpengaruh nyata terhadap perubahan sosialnya.
pengetahuan, pembentukan sikap dan Hasil analisis menunjukkan bahwa
tindakan penerapan teknologi inovasi oleh karakteristik petani seperti umur,
petani masih relevan digunakan sebagai pendidikan, pengalaman berusahatani dan
landasan bagi penyusunan strategi atau jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh
kebijakan pengendalian hama PBK secara nyata terhadap perubahan pengetahuan petani
terpadu dan menyeluruh. Berikut ini akan tentang teknologi pengendalian hama PBK.
diuraikan lebih lanjut hasil analisis faktor- Demikian juga lingkungan sosial seperti
faktor yang mempengaruhi proses adopsi toleransi masyarakat terhadap perubahan,
teknologi pengendalian hama PBK. keberadaan kelompok tani dan keberadaan
pembina/penyuluh, serta karakteristik
teknologi seperti kesesuaian dan efektivitas
Faktor yang mempengaruhi perubahan teknologi, tidak berpengaruh nyata terhadap
pengetahuan petani perubahan pengetahuan petani tentang
teknologi PsPSP untuk pengendalian hama
PBK. Perubahan pengetahuan petani kakao
Tabel 1. Keeratan hubungan variabel endogen dan eksogen terhadap teknologi pengendalian hama PBK
dalam persamaan regresi pada tiap tahapan adopsi dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu
teknologi
adanya kegiatan sekolah lapang pengendalian
Table 1. Correlation between exogen and endogen variables
in regression equation in each level of technology
hama terpadu (SL-PHT), pendapatan petani
adoption dan kesederhanaan teknologi (Tabel 2).

Variabel endogen
Koefisien determinasi Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
Coefficient of determination
Endogen variable
(R2)
kehadiran sekolah lapang pengendalian hama
Perubahan pengetahuan
terpadu (SL-PHT) berpengaruh nyata positif
Farmers knowledge 61.8 % terhadap perubahan pengetahuan/pe-
Pembentukan sikap mahaman petani tentang teknologi
Attitude 56.3 %
Tindakan penerapan pengendalian hama PBK. Hasil penelitian
Implementation 75.4 % ini selaras dengan hasil penelitian Siregar

229
Herman, Hutagaol, Sutjahjo, Rauf dan Priyarsono

et al. (2003) yang menunjukkan bahwa tempat petani belajar sekaligus mem-
program SL-PHT mempercepat proses praktekkan materi yang disampaikan oleh
perubahan pengetahuan dan pemahaman penyuluh berpengaruh nyata positif dengan
petani terhadap cara pengendalian hama selang kepercayaan di atas 99%. Kondisi ini
PBK dengan PsPSP, bahkan pengetahuan memberikan indikasi bahwa program
tersebut segera menyebar kepada petani non penyuluhan yang jelas seperti kegiatan
peserta SL-PHT. SL-PHT lebih dominan perannya daripada
Kehadiran atau keberadaan pembina/ keberadaan penyuluh maupun kelompok tani.
penyuluh dan keberadaan kelompok tani Karakteristik petani seperti umur,
tidak berpengaruh nyata bagi perubahan pendidikan dan pengalaman berusahatani
pengetahuan petani. Hal ini menunjukkan kakao tidak berpengaruh nyata terhadap
bahwa kehadiran pembina dan kelompok tani perubahan pengetahuan petani. Karakteristik
belum memberikan arti yang signifikan bagi petani yang berpengaruh nyata positif
perubahan pengetahuan petani. Petani belum terhadap pengetahuan petani tentang
menjadikan penyuluh dan kelompok tani teknologi pengendalian hama PBK adalah
sebagai sumber informasi untuk menambah tingkat pendapatan. Hal ini dapat dijadikan
pengetahuan mereka. Meskipun demikian, sebagai petunjuk bagi para pembina agar
kehadiran SL-PHT yang sebenarnya lebih memperhatikan petani yang ber-
merupakan salah satu metode penyuluhan, penghasilan rendah dalam mensosialisasikan

Tabel 2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan petani


Table 2. Factors influencing level of farmers knowledge

Variabel bebas Parameter dugaan t-hitung Taraf nyata


Independent variable Estimated parameter t- Calc Significant level

Konstanta (Constant) 229.536 7.277 0.000


Sekolah lapang (Field school) 97.965 6.922 0.000
Tingkat pendapatan (Income level) 0.002 2.316 0.024
Kesederhanaan teknologi (Simplicity of technology) 22.933 1.313 0.194
Pengalaman berusahatani (Farming experience) -0.973 -1.046 0.299
Toleransi masyarakat (Community tolerance) 14.526 0.925 0.358
Pendidikan (Education) 4.421 0.865 0.390
Kelompok tani (Farmer group) 10.158 0.708 0.481
Keberadaan pembina (Provision of guidance) -9.398 -0.694 0.490
Umur petani (Age of farmer) 0.196 0.320 0.750
Efektivitas teknologi (Tecnology effectivity) 4.733 0.312 0.756
Jumlah anggota keluarga (Number of family member) 0.720 0.223 0.824
Kesesuaian teknologi (Adaptability of tecnology) -3.371 -0.197 0.844
R2= 63.8% R2adj=57.3% F-hit(calc.)=9.82 0.000

230
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao : Studi kasus di Sulawesi Barat

Tabel 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan petani dalam model persamaan yang disederhanakan
Table 3. Factors influencing farmers knowledge in simplified equation model

Variabel Parameter dugaan t-hitung Taraf nyata


Variabel Estimated parameter t- Calc Significant level

Konstanta (Constant) 245.566 19.201 0.000


Sekolah lapang (Field school) 97.813 8.754 0.000
Tingkat pendapatan (Income level) 0.002 2.371 0.020
Kesederhanaan teknologi (Simplicity of
technology) 25.881 1.847 0.069
2 2
R =61.8% R adj=60.2% F-hit(calc.)= 43.76 0.000

program pengendalian hama PBK, karena petani. Ketiga faktor tersebut secara bersama-
kelompok petani inilah yang dapat menjadi sama berpengaruh nyata terhadap perubahan
penghalang bagi program pengendalian pengetahuan petani dengan selang keper-
hama PBK secara luas dan menyeluruh. cayaan di atas 99% dan nilai R2=61,8%
Faktor lain yang berpengaruh nyata (Tabel 3). Hasil ini menunjukkan bahwa
positif terhadap perubahan pengetahuan 61,8% keragaan perubahan pengetahuan
petani adalah karakteristik teknologi petani dapat dijelaskan oleh ketiga variabel
pengendalian hama PBK yaitu kesederhanaan (faktor) tersebut dengan selang kepercayaan
teknologi. Kesederhanaan teknologi dalam 99%.
arti mudah dimengerti, diterapkan dan diukur
hasilnya menjadi pemicu bagi petani untuk Faktor yang mempengaruhi pem-
mengetahui lebih dalam tentang teknologi bentukan sikap petani
yang disosialisasikan. Hal ini memberikan
petunjuk kepada para pembina agar dalam Sikap petani menggambarkan respons
memperkenalkan suatu teknologi perlu atau minat sekaligus penilaian petani terhadap
penyederhanaan sedemikian rupa sehingga paket teknologi pengendalian hama PBK
mudah untuk dipahami dan diterapkan oleh yang telah disosialisasikan. Secara teoritis,
petani. sikap petani sangat ditentukan oleh
pengetahuan dan karakteristik petani serta
Untuk memperoleh gambaran yang lebih karakteristik teknologi yang disosialisasikan.
tegas, selanjutnya dilakukan penyederhanaan Penelusuran tahap awal memberikan indikasi
terhadap persamaan yang telah dihasilkan hanya pengetahuan petani yang berpengaruh
dengan mengeluarkan variabel yang tidak nyata terhadap pembentukan sikap petani,
berpengaruh nyata. Hasil analisis menunjuk- sementara karakteristik petani lainnya dan
kan bahwa tiga faktor utama yaitu adanya karakteristik teknologi pengendalian hama
kegiatan sekolah lapang pengendalian hama PBK serta kondisi lingkungan sosial tidak
terpadu (SL-PHT), pendapatan petani dan berpengaruh nyata.
kesederhanaan teknologi secara konsisten
berpengaruh nyata terhadap pengetahuan Analisis lebih lanjut berhasil merumus-

231
Herman, Hutagaol, Sutjahjo, Rauf dan Priyarsono

kan model persamaan yang menunjukkan Namun sebaliknya, kelompok tani


bahwa perubahan sikap petani dipengaruhi berpengaruh negatif terhadap sikap petani.
oleh lima faktor utama yaitu pengetahuan Kondisi ini terjadi karena kelompok tani
petani terhadap teknologi, luas kebun kakao, yang ada atau terbentuk tidak mampu
kelompok tani, kesesuaian teknologi dan berperan untuk meyakinkan petani bahwa
jumlah anggota keluarga petani. Faktor- teknologi pengendalian hama PBK sesuai dan
faktor tersebut secara bersama-sama efektif untuk diadopsi atau diterapkan.
berpengaruh nyata terhadap sikap petani Demikian juga halnya dengan jumlah
dengan selang kepercayaan di atas 89,5% anggota keluarga berpengaruh nyata negatif
dan nilai R2=56,3% (Tabel 4). bagi pengambilan sikap petani. Hal ini
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa tampaknya berhubungan erat dengan cara
pengetahuan dan pemahaman petani tentang pengambil keputusan yang makin besar
teknologi pengendalian hama PBK yang telah jumlah anggota keluarga maka makin banyak
disosialisasikan berpengaruh nyata positif yang terlibat dalam penentuan sikap.
terhadap sikap petani. Hal ini memberikan
indikasi bahwa pengenalan atau sosialisasi Faktor yang mempengaruhi tindakan
secara baik suatu teknologi kepada petani petani
memegang peranan penting dalam pem-
bentukan sikap positif petani terhadap Tindakan petani dalam mengadopsi
teknologi yang diperkenalkan. Demikian juga teknologi pengendalian hama PBK di-
halnya dengan luas kebun kakao petani dan tunjukkan oleh tingkat penerimaan petani
kesesuaian teknologi berpengaruh nyata atau tingkat penerapan teknologi PsPSP di
positif bagi pembentukan sikap petani. kebun kakao petani. Hasil analisis menunjuk-
Kondisi ini memberikan petunjuk bahwa luas kan bahwa penerapan teknologi pengendalian
kebun kakao sebagai aset utama yang dimiliki hama PBK dipengaruhi oleh empat faktor
petani dan kesesuaian teknologi menurut yaitu sikap petani, tingkat pendapatan,
penilaian petani berpengaruh positif dalam keberadaan penyuluh/pembina dan luas
pembentukan sikap petani. kebun kakao. Keempat faktor tersebut secara

Tabel 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani


Table 4. Factors influencing farmers attitude

Variabel Parameter dugaan t-hitung Taraf nyata


Variabel Estimated parameter t- Calc Significant level

Konstanta (Constant) 11.440 0.366 0.715


Pengetahuan petani (Farmers knowledge) 0.704 7.588 0.000
Luas kebun kakao (Area of cacao plantation) 16.203 2.130 0.036
Kelompok tani (Farmer group) -25.803 -1.741 0.086
Kesesuaian teknologi (Adaptability of technology) 22.202 1.711 0.091
Jumlah anggota kel (Number of family member) -5.321 -1.644 0.105
2 2
R =56.3% R adj=53.4% F-hit (calc.)=19.09 0.000

232
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao : Studi kasus di Sulawesi Barat

bersama-sama berpengaruh nyata pada selang petani akan menjadi kendala bagi penerapan
kepercayaan di atas 97% dengan nilai teknologi pengendalian hama PBK secara
R2= 75,4%. Hal ini berarti bahwa 75,4% terpadu dan menyeluruh. Mengingat kondisi
keragaan tindakan petani mengadopsi petani saat penelitian ini dilakukan
teknologi pengendalian hama PBK dapat umumnya berpenghasilan rendah, maka perlu
dijelaskan dengan baik oleh keempat variabel upaya untuk mengatasinya dengan
tersebut (Tabel 5). penyediaan kredit berbunga rendah dan
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa sikap mudah untuk diakses petani. Penyediaan
petani berpengaruh nyata positif terhadap kredit untuk membantu petani ber-
tindakan petani dalam mengadopsi teknologi penghasilan rendah tersebut sangat penting
pengendalian hama PBK. Hal ini selaras dalam upaya untuk mencapai kebersamaan
dengan temuan Yusnadi (1992) yang petani dalam melaksanakan program
menunjukkan adanya hubungan yang erat pengendalian hama PBK secara terpadu dan
antara persepsi seseorang petani dengan menyeluruh. Tanpa bantuan kredit, petani
tingkat adopsi teknologi perkebunan kopi. berpenghasilan rendah tidak akan mampu
Petani yang mempunyai persepsi positif untuk membeli pupuk dan merawat
terhadap inovasi cenderung lebih cepat kebunnya sesuai dengan anjuran. Hal ini
mengadopsi teknologi dibanding petani yang sejalan dengan temuan Raharjo (1984), yang
mempunyai persepsi negatif. Oleh karena menunjukkan bahwa petani yang responsif
itu, pembentukan sikap sebagai suatu tahap terhadap modernisasi hanya sekitar 33% dan
dalam adopsi teknologi perlu mendapat umumnya mereka yang tergolong dalam
perhatian yang serius bagi para pembina kelompok petani menengah dan kaya.
karena sangat menentukan kecepatan petani
Permasalahan kerterbatasan petani
dalam melakukan tindakan adopsi teknologi.
tersebut muncul dalam model persamaan
Tampak bahwa pendapatan petani yang ditunjukkan oleh variabel luas areal
berpengaruh nyata positif terhadap penerapan dengan pengaruh nyata negatif pada saat akan
teknologi pengendalian hama PBK. Hal ini menerapkan teknologi yang dianjurkan.
dapat berarti bahwa keterbatasan pendapatan Lebih dari 80% petani menyatakan tidak

Tabel 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan petani mengadopsi teknologi


Table 5. Factors influencing farmers adoption of technology

Variabel Parameter dugaan t-hitung Taraf nyata


Variabel Estimated parameter t- Calc Significant level

Konstanta (Constant) -52.733 -3.365 0.001


Sikap petani (Farmers attitude) 0.738 11.720 0.000
Tingkat pendapatan (Income level) 0.003 3.612 0.001
Luas kebun kakao (Area of cacao plantation) -15.968 -2.422 0.018
Keberadaan pembina (Provision of guidance) 23.579 2.352 0.021
2 2
R =75.4% R adj=74.1% F-hit (calc.)=57.54 0.000

233
Herman, Hutagaol, Sutjahjo, Rauf dan Priyarsono

mampu untuk memenuhi kebutuhan pupuk tahap penerapan teknologi pengendalian


dan sarana produksi lainnya. Akibatnya hama PBK dan pengaruhnya belum nyata
petani pemilik kebun di atas 1,5 ha pada tahap perubahan pengetahuan maupun
cenderung membiarkan sebagian kebunnya tahap pembentukan sikap. Hal ini bukan
tidak dikelola dengan baik, bahkan sebagian berarti bahwa kehadiran pembina pada dua
sudah menjadi sumber penyebaran hama tahap awal tidak penting, tetapi justru
PBK. Kondisi ini perlu mendapat perhatian sebaliknya, kehadiran pembina sangat
para pengambil kebijakan dan para pembina diperlukan untuk menciptakan program
agar kebersamaan petani dalam upaya pembinaan petani yang sesuai dengan
pengendalian hama PBK secara menyeluruh kebutuhan seperti SL-PHT pada tahap
dapat terwujud, sehingga memberikan hasil perubahan pengetahuan dan pembenahan
yang optimal. Keberadaan pembina sebagai kelompok tani pada tahap pembentukan
fasilitator sekaligus membantu petani untuk sikap. Kedua variabel tersebut yaitu SL-PHT
mengatasi berbagai keterbatasan tersebut dan kelompok tani merupakan sarana yang
menjadi sangat penting. dapat digunakan oleh pembina untuk
menunjukkan keberadaan dan perannya
dalam mempercepat proses adopsi teknologi.
Perlunya dukungan kebijakan
Pemerintah Lebih lanjut, dalam penyusunan
program pengendalian hama PBK secara
Berdasarkan uraian di atas tampak terpadu dan menyeluruh perlu keterlibatan
bahwa adopsi teknologi pengendalian hama semua pihak khususnya pengambil
PBK membutuhkan suatu peroses yang kebijakan, peneliti dan pelaku agribisnis
dimulai dengan pemahaman petani yang perkebunan kakao di Sulawesi Barat. Para
memadai terhadap suatu teknologi, kemudian petani kakao, pembina di lapangan dan
diikuti dengan pembentukan sikap dan peneliti dituntut untuk menyempurnakan
dilanjutkan dengan penerimaan atau program pengen-dalian hama PBK agar
pengadopsian teknologi pengendalian hama sesuai dengan kondisi kebun dan sosial
PBK. Proses penerimaan informasi atau ekonomi petani. Kondisi kebun yang
pengetahuan dan pembentukan sikap sebagian sudah tua dan tidak ubahnya seperti
merupakan suatu rangkaian proses yang hutan kakao perlu direhabilitasi melalui
berpengaruh nyata terhadap tindakan petani sambung samping maupun peremajaan
dalam mengadopsi teknologi baru. Oleh kebun. Adanya keterbatasan kemampuan
karena itu berbagai faktor yang berpengaruh ekonomi petani perlu dicarikan jalan
pada tahapan tersebut perlu mendapat keluarnya dengan cara menyediakan kredit
perhatian para pengambil kebijakan dalam bunga bersubsidi selaras dengan program
merumuskan program pengendalian hama revitalisasi perkebunan yang telah
PBK secara terpadu dan menyeluruh. dicanangkan pemerintah pusat.
Berdasarkan hasil analisis tampak bahwa Oleh karena itu dukungan pemerintah
keberadaan pembina berpengaruh nyata pada untuk mempertahankan keberlanjutan per-

234
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pengendalian hama penggerek buah kakao : Studi kasus di Sulawesi Barat

kebunan kakao di Sulawesi Barat sangat pengetahuan petani, luas kebun kakao,
dibutuhkan. Dukungan yang sangat di- keberadaan kelompok tani dan jumlah
perlukan terutama dalam mempersiapkan anggota keluarga. Sementara itu faktor
tenaga pembina agar menjadi tenaga yang yang mempengaruhi tindakan petani
profesional, penyediaan dana untuk untuk mengadopsi teknologi PsPSP adalah
sosialisasi dan penyuluhan, penyediaan kredit sikap petani, tingkat pendapatan petani,
bunga bersubsidi untuk modal kerja petani luas kebun kakao yang dikuasai petani
serta memperbaiki berbagai infrastruktur dan dan keberadaan pembina.
prasana penunjang lainnya seperti jalan, ter- 3. Untuk mempertahankan dan meningkat-
minal dan pelabuhan. kan peran kakao bagi perekonomian re-
gional Sulawesi Barat, perlu dukungan
KESIMPULAN pemerintah khususnya untuk menyem-
purnakan program pengendalian hama
1. Hama PBK merupakan hama yang sangat PBK, penyediaan kredit bunga bersubsidi
merugikan petani, sulit dikendalikan dan untuk modal kerja petani, mempersiapkan
sudah menjadi ancaman yang serius bagi tenaga pembina agar menjadi tenaga yang
keberlanjutan perkebunan kakao di profesional, penyediaan dana dan fasilitas
Sulawesi Barat. Serangan hama PBK di penyuluhan dan memperbaiki berbagai
beberapa sentra produksi kakao yang infrastruktur serta prasarana penunjang
dijadikan sebagai lokasi penelitian lainnya khususnya jalan, terminal dan
menyebabkan penurunan produktivitas pelabuhan.
rata-rata mencapai 50% dengan kisaran
10% hingga 90%. Besarnya penurunan
DAFTAR PUSTAKA
produksi tersebut disebabkan oleh belum
adanya kebersamaan petani dalam Anshary, A. (2002). Potensi klon kakao tahan
melakukan pengendalian hama PBK dan penggerek buah Conopomorpha
lambatnya proses adopsi teknologi cramerella dalam pengendalian hama
terpadu. Risalah Simposium Nasional
pengendalian hama PBK.
Penelitian PHT Perkebunan Rakyat,
2. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Bogor, 17-18 September 2002, 177—186.
proses adopsi pengendalian hama PBK Atmawinata, O. (1993). Hama penggerek buah
dan faktor tersebut berbeda-beda untuk kakao (PBK) suatu ancaman terhadap
masing-masing tahapan. Faktor-faktor kelestarian perkebunan kakao di Indo-
yang berpengaruh pada tahap perubahan nesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan
pengetahuan petani adalah keberadaan Kakao Indonesia, 15, 1—3.
sekolah lapang (SL-PHT), tingkat Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan
pendapatan petani dan kesederhanaan (2000). Sekolah Lapang Pengendalian
teknologi. Faktor yang mempengaruhi Hama Terpadu Pemandu Lapang PL II
petani dalam pembentukan sikap adalah Kakao di Sulawesi Selatan. Makalah

235
Herman, Hutagaol, Sutjahjo, Rauf dan Priyarsono

pada International Workshop on Sustain- Paket Teknologi Supra Insus di Desa


able Cocoa Production in Indonesia, Pandeyan, Kecamatan Grogol,
Makassar, 13-14 Juni 2000. Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Direktorat Jenderal Perkebunan (2006). Statistik
Perkebunan Indonesia 2003-2005, Kakao. Siregar, M., V. Darwis, C. Muslim & D.
Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. Hidayat (2003). Identifikasi Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Penerapan
Iswanto, A. & A. Purwantara (2005). Sambung PHT Dalam Rangka Mendorong
samping untuk rehabilitasi tanaman Pengembangan Agribisnis Kakao. Pusat
kakao non produktif dan pengalaman Penelitian dan Pengembangan Sosial
pengelolaan hama penggerek buah Ekonomi Pertanian, Badan Penelitian
kakao (PBK) dan penyakit busuk buah dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
dengan panen sering. Makalah pada Sjafaruddin, M., Ramlan, D. Baco, M.Z. Kanro,
Seminar Nasional Akselarasi Inovasi R. Djamaluddin, N. Husnah, Armiati,
Teknologi Spesifik Lokasi Menuju Nurjanani, H. Muhammad & Ruchjani-
Pertanian Berkelanjutan, Kendari, ningsih (2004). Pengkajian Aplikasi
18-19 Juli 2005. Teknologi PHT dalam Rangka
Latif, A. (1995). Tingkat Adopsi Teknologi Meningkatkan Produksi dan Pendapatan
Usahatani Menetap pada Petani Bekas Petani Kakao di Sulawesi Selatan.
Peladang Berpindah: Studi kasus di Balai Penelitian Teknologi Pertanian
Kecamatan Rungan, Kabupaten Kapuas, Sulawesi Selatan, Badan Penelitian dan
Propinsi Kalimantan Tengah. Tesis. Pengembangan Pertanian, Makassar.
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Soekartawi (1988). Prinsip Dasar Komunikasi
Raharjo, M.D. (1984). Transformasi Pertanian, Pertanian. UI Press, Jakarta.
Industrialisasi dan Kesempatan Kerja. Yusnadi (1992). Adopsi Petani Kopi dalam
UI Press, Jakarta. Pengembangan Perkebunan Kopi
Rogers, E.M. (1995). Diffusion of Innovations. Rakyat. Tesis. Institut Pertanian Bogor,
The Free Press, New York. Bogor.
Sadono, D. (1999). Tingkat Adopsi Inovasi
Pengendalian Hama Terpadu Oleh *********
Petani. Tesis. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Setyanto, E. (1993). Hubungan Karakteristik
Petani dan Keterlibatannya dalam
Jejaring Komunikasi dengan Adopsi

236

Anda mungkin juga menyukai