“MEMBRAN SEL”
Dosen Pengampu :
Kelompok 8 :
Teori 1
PRODI S1 FARMASI
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2020
Phospholipids
Cholesterol
Transmembrane
Peripheral proteins
protein Cytoplasm Filaments of
cytoskeleton
Komponen utama membran sel terdiri atas fosfolipid, selain itu terdapat senyawa
lipid seperti sfingomyelin, kolesterol, dan glikolipida. Fosfolipid memiliki dua
bagian yaitu bagian yang bersifat hidrofilik dan bagian yang bersifat hidrofobik.
Bagian hidrofobik merupakan bagian yang terdiri atas asam lemak. Sedangkan
bagian hidrofilik terdiri atas gliserol, fosfat, dan gugus tambahan seperti kolin,
serin, dan lain-lain. Penamaan fosfolipid dan sifat masing-masing akan bergantung
pada jenis gugus tambahan yang dimiliki oleh fosfolipid. Jenis-jenis fosfolipid
penyusun membran sel antara lain adalah : fosfokolin (pc), fosfoetanolamin (pe),
fosfoserin (ps), dan fosfoinositol (pi). Secara alami di alam fosfolipid akan
membentuk struktur misel (struktur menyerupai bola) atau membran lipid 2 lapis.
Karena strukturnya yang dinamis maka komponen fosfolipid di membran dapat
melakukan pergerakan dan perpindahan posisi. Pergerakan yang terjadi antara lain
adalah pergerakan secara lateral (Pergerakan molekul lipid dengan tetangganya
pada monolayer membran) dan pergerakan secara flip flop (Tipe pergerakan trans
bilayer).
Banyaknya molekul yang masuk dan keluar membran menyebabkan
terciptanya lalu lintas membran. Lalu lintas membran digolongkan menjadi dua
cara, yaitu dengan transpor pasif untuk molekul-molekul yang mampu melalui
membran tanpa mekanisme khusus dan transpor aktif untuk molekul yang
membutuhkan mekanisme khusus. Secara umum sel-sel yang menyusun tubuh
manusia mempunyai struktur dasar yang terdiri dari membran sel, protoplasma dan
inti sel (nukleus).
Ketiganya mempunyai komposisi kimia yang terdiri dari air, elektrolit, protein,
lemak dan karbohidrat.
1. Air
Medium cairan utama dari sel adalah air, yang terdapat dalam konsentrasi
70-85%. Banyak bahan-bahan kimia sel larut dalam air, sedang yang lain
terdapat dalam bentuk suspensi atau membranous.
2. Elektrolit
Elektrolit terpenting dari sel adalah Kalium, Magnesium, Fosfat,
Bikarbonat, Natrium, Klorida dan Kalsium. Elekrolit menyediakan bahan
inorganis untuk reaksi selluler dan terlibat dalam mekanisme kontrol sel
3. Protein
Memegang peranan penting pada hampir semua proses fisiologis dan dapat
diringkaskan sebagai berikut :
a. Proses enzimatik
b. Proses transport dan penyimpanan
c. Proses pergerakan
d. Fungsi mekanik
e. Proses imunologis
f. Pencetus dan penghantar impuls pada sel saraf
g. Mengatur proses pertumbuhan dan regenerasi
Membran sel bersifat permeable terhadap ion dan molekul polar spesifik.
Substansi hidrofilik menghindari kontak dengan bilayer lipid dengan cara melewati
protein transport yang melintangi membrane. Beberapa fungsi protein membrane
adalah (Campbell et al., 2000):
1. Protein yang membentang membrane memberikan suatu saluran hidofilik
melintasi membrane yang bersifat selektif untuk zat terlarut tertentu.
Hidrolisis ATP dilakukan oleh beberapa protein transport untuk memompa
bahan melintasi membrane secara aktif.
2. Protein yang berada di dalam membrane mungkin berupa enzim dengan sisi
aktifnya yang dipaparkan ke zat-zat pada larutan sebelahnya.
3. Protein membran mungkin memiliki tempat pengikatan dengan bentuk
spesifik yang sesuai dengan bentuk-bentuk mesenjer kimiawi, seperti
hormone. Sinyal dapat menyebabkan perubahan konformasi protein yang
menyalurkan pesan ke bagian dalam sel.
4. Protein membran dari sel-sel bersebelahan mungkin dikaitkan bersama-sama
dalam berbagai bentuk junction.
5. Beberapa glikoprotein berfungsi sebagai label identifikasi yang secara
khusus dikenali oleh sel lain.
6. Mikrofilamen atau elemen lain sitoskeleton mungkin terikat ke protein
membran. Hal ini merupakan suatu fungsi yang membantu memperahankan
bentuk sel dan menetapkan lokasi protein membrane tertentu. Protein yang
mendekat ke matriks ekstraseluler dapat mengkoordinasikan perubahan
ekstraseluler dan intraseluler.
Protein ini terintegrasi pada lapisan lipid dan menembus 2 lapisan lipid /
transmembran. Protein integral memiliki domain membentang di luar sel dan di
sitoplasma. Bersifat amfipatik, mempunyai sekuen helix protein, hidrofobik,
menembus lapisan lipida, dan untaian asam amino hidrofilik. Banyak diantaranya
merupakan glikoprotein, gugus gula pada sebelah luar sel. Di sintesis di RE, gula
dimodifikasi di badan golgi.(Anonim 1.2010)
Protein plasma memiliki fungsi yang sangat luas, antara lain sebagai protein
pembawa (carrier) senyawa yang melewati membran plasma, menerima isyarat
(signal) hormonal, dan meneruskan isyarat tersebut ke bagian sel sendiri atau ke
sel lainnya. Protein membran plasma juga berfungsi sebagai pangkal pengikat
komponen-komponen sitoskeleton dengan senyawa-senyawa ekstraseluler.
Molekul-molekul protein permukaan luar memberikan ciri-ciri individual tiap sel
dan macam protein dapat berubah sesuai dengan differensiasi sel.
Protein perifer tidak berinteraksi dengan bagian tengah membran hidrofobik,
tetapi terikat secara langsung melalui asosiasi dengan protein integral membran
atau secara langsung berinteraksi dengan bagian polar lipida membran. Misalnya
protein sitokeleton, protein kinase (pada permukaan sitoplasmik membran), dan
protein matriks ekstraseluler (permukaan eksoplasmik). Protein transmembran
mengandung segemen panjang asam-asam amino hidrofobik yang tertanam pada
bilayer lipida. Ada dua tipe interaksi yang menstabilkan protein integral membran,
yaitu interaksi ionic dengan daerah kepala yang bersifat polar dan interaksi
hidrofobik dengan bagian tengah yang bersifat hidrofobik, misalnya glikoforin.
Beberapa protein integral berikatan dengan membran melalui ikata koovalen
pada rantai hidrokarbon. Dikenal ada tiga tipe protein integral berdasarkan
perlekatannya pada rantai hidrokarbon, yaitu Glycosyl-phosphatidylinositol-
Proteins, Myristate-Proteins, dan Farnesyl- Proteins.
Kedudukan dan orientasi protein pada membran bervariasi sesuai macam
membran, sel dan jaringan. Ia dapat berupa protein integral atau protein perifer.
Glikoprotein pada membran eritrosit merupakan suatu protein yang menembus
membran sel. Protein integral membran terdiri atas empat kelas, yaitu protein tipe
A, protein tipe B, protein tipe C, dan protein tipe D. Protein tipe A dan C secara
struktural sama, tetapi tertanam pada setengah lapisan membran yang berbeda.
Contoh protein tipe A adalah Cytochrom b5 pada retikulum endoplasma. Protein B
adalah kompleks protein yang berperan dalam sistim transpor. Protein D adalah
protein trans membran. Protein tipe B merupakan kumpulan molekul yang
memiliki struktur yang terdiri atas Na+, K+, ATP-ase dan suatu anion protein
transpor. Contoh protein tipe D adalah glikoforin pada membran eritrosit. Pada
uraian terdahulu telah diuraikan bahwa protein membran plasma dapat berfungsi
sebagai enzim. Enzim-enzim pada membran plasma dapat dikelompok-kan
menjadi dua kategori berdasarkan tempat aktivitas katalitiknya, yaitu:
1. Ektoenzim, yaitu enzim dimana aktivitas katalitiknya berlangsung pada
permukaan luar membran plasma.
2. Endoenzim, yaitu enzim dimana aktivitas katalitiknya berlangsung pada
permukaan dalam membran plasma.
Beberapa jenis enzim yang biasanya dijumpai pada membran plasma, yaitu:
Asetilfosfatase
Asetilkolinesterase
Asam fosfatase
Adenilsiklase
Protein integral adalah molekul protein yang menembus membrane sel
secara total, dan mengalami glikolisasi (terikat dengan glukosa) atau molekul
lemak diluar sel. Kompleks protein karbohidrat atau protein lemak yang terbentuk
ini berfungsi sebagai reseptor untuk hormone protein, sehingga memungkinkan
terjadinya komunikasi antar sel. Selain dari pada itu, protein integral juga berfungsi
sebagai saluran di membrane sel berupa pori-pori untuk kepentingan pergerakan
ion-ion kecil, serta pembawa (carrier) zat-zat polar yang berukuran besar melalui
pori-pori tersebut ke dalam sel. Beberapa protein integral berada dalam bentuk
enzim yang terbungkus oleh membrane dan berfungsi untuk melakukan katalis
reaksi kimia. Protein integral umumnya merupakan protein transmembran dengan
daerah hidrofobik yang seluruhnya membentang sepanjang interior hidrofobik
membrane tersebut.
· Protein peripheral yang sama sekali tidak tertanam dalam bilayer,lipid:
protein ini merupakan anggota yang terikat secara longgar pada permukaan
membrane, sering juga pada bagian protein integral yang terpapar.
( jourdania.2009). Protwin perifer tidak melekat kuat pada membran dan mu dah
lepas. Protein perifer mengandung asam amino dengan rantai hidrofilik yang
menyebabkan adanya interaksi dengan air disekelilingnya dan permukaan lapisan
lemak yang hidrofilik. Protein perifer pada permukaan sel sebelah luar biasanya
berisi rantai molekul gula atau senyawa dengan substansi lain.
Protein integral
4. Lemak
Asam lemak yang merupakan komponen membran sel adalah
rantai hidrokarbon yang panjang, sedang asam lemak yang tersimpan
dalam sel adalah triasilgliserol, merupakan molekul yang sangat
hidrofobik. Karena molekul triasilgliserol ini tidak larut dalam air/larutan
garam maka akan membentuk lipid droplet dalam sel lemak (sel adiposa)
yang merupakan sumber energi. Molekul lemak yang menyusun
membran sel mempunyai gugus hidroksil (fosfolipid dan kolesterol)
sehingga dapat berikatan dengan air, sedangkan gugus yang lainnya
hidrofobik (tidak terikat air) sehingga disebut amfifatik.
Pada 1895, Charles Overton mempostulatkan bahwa membran
terbuat dari lipid, berdasarkan pengamatannya bahwa zat yang larut
dalam lipid memasuki sel jauh lebih cepat dari pada zat yang tidak larut
dalam lipid. 20 tahun kemudian, membran yang diisolasi dari sel darah
merah dianalisis secara kimiawi ternyata tersusun atas lipid dan protein,
yang sekaligus membenarkan postulat dari Overton. Sedangkan dinding
sel adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi
sel untuk membesar.
Fosfolipid merupakan lipid yang paling banyak jumlahnya dalam
membrane, kemampuan fosfolipid untuk membentuk membrane adalah
karena stuktur molekulernya. Fosfolipid mempunyai kemiripan dengan
lemak, namun molekul ini hanya mempunyai 2 asam lemak, bukan 3
asam lemak seperti pada lemak. Ekornya terdiri dari hidrokarbon bersifat
hidrofobik dan tidak dapat bercampur dengan air, ekor hidrofobik
mengarah ke bagian dalam membrannya menjauhi air. Gugus fosfat dan
ikatannya akan membentuk sebuah kepala hidrofilik yang memiliki
afinitas yang kuat terhadap air.
Komponen utama membran sel terdiri atas fosfolipid, selain itu
terdapat senyawa lipid seperti sfingomyelin, kolesterol, dan glikolipida.
Penamaan fosfolipid dan sifat masing-masing akan bergantung pada jenis
gugus tambahan yang dimiliki oleh fosfolipid. Jenis-jenis fosfolipid
penyusun membran sel antara lain adalah : fosfokolin (pc),
fosfoetanolamin (pe), fosfoserin (ps), dan fosfoinositol (pi). Secara alami
di alam fosfolipid akan membentuk struktur misel (struktur menyerupai
bola) atau membran lipid 2 lapis. Karena strukturnya yang dinamis maka
komponen fosfolipid di membran dapat melakukan pergerakan dan
perpindahan posisi. Pergerakan yang terjadi antara lain adalah pergerakan
secara lateral (Pergerakan molekul lipid dengan tetangganya pada
monolayer membran) dan pergerakan secara flip flop (Tipe pergerakan
trans bilayer).
Molekul fosfolipid dapat dipandang terdiri dari dua bagian, yaitu kepala
dan ekor seperti yang telah disebutkan di atas. Bagian kepala memiliki muatan
positif dan negatif serta bagian ekor tanpa muatan. Bagian kepala karena
bermuatan bersifat hidrofilik atau larut dalam air, sedangkan bagian ekor
bersifat hidrofobik atau tidak larut dalam air. Fosfolipid digolongkan sebagai
lipid amfipatik.
Senyawa ester asal lemak yang mengandung gugus alkalis yang mengandung
nitrogen dan substituen lain.
1. Fosfolipid : Lipid mengandung residu asam fosfat, di luar asam lemak,
dan alkohol. Lipid ini sering mempunyai basa mengandung N, dan
substituen lain.
(a) Gliserofosfolipid : Gugus alkohol berupa gliserol.
(b) Sfingofosfolipid : Gugus alkohol berupa sfingosin.
2. Glikolipid (glikosfingolipid) : Kelompok lipid yang mengandung asam
lemak, sfingosin dan karbohidrat,
3. Bentuk-bentuk lipid kompleks lainnya : bentuk lipid seperti sulfolipid dan
aminolipid. Lipo-protein dapat pula dimasukkan ke dalam kategori ini.
Bentuk ini mencakup asam- asam lemak, gliserol, steroid, senyawa alkohol di
samping gliserol serta serol, aldehid lemak, dan badan keton , hidrokarbon,
vitamin larut lemak serta berbagai hormon. Karena tidak bermuatan, asilgliserol
(gliserida), kolesterol dan ester kolesteril dinamakan lipid netral.
1. Karbohidrat
Karbohidrat didefinisikan sebagai zat yang mengandung atom karbon,
hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat berasal dari kata karbon dan hidrat,
karbon artinya adalah atom karbon dan hidrat adalah air. Oleh karena itu
rumus umum karbohidrat dapat ditulis Cx(H2O)y. Definisi ini hanya
berlaku untuk sebagian besar kelompok karbohidrat, karena ada beberapa
jenis karbohidrat lain yang mengandung bagian oksigen yang lebih
rendah dibandingkan dengan yang ada dalam air atau derivat ada derivat
karbohidrat yang mengandung nitrogen dan sulfur.
Suatu karbohidrat tersusun atas atom C,H, dan O. Karbohidrat
yang mempunyai 5 atom C disebut pentosa, 6 atom C disebut hexosa
adalah karbohidrat-karbohidrat yang penting untuk fungsi sel.
Karbohidrat yang tersusun atas banyak unit disebut polisakarida.
Polisakarida berperan sebagai sumber energi cadangan dan sebagai
komponen yang menyusun permukaan luar membran sel. Karbohidrat
yang berikatan dengan protein (glikoprotein) dan yang berikatan dengan
lemak (glikolipid) merupakan struktur penting dari membran sel. Selain
itu glikolipid dan glikoprotein menyusun struktur antigen golongan darah
yang dapat menimbulkan reaksi imunologis.
Secara kimia Karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau keton.
Nama ini dari fakta bahwa kebanyakan mempunyai rumus empiris
CnH2On atau Cn(H2O)n, atau (C.H2O)n, sehingga orang perancis
menyebut “hydrate de carbone”, walaupun tidak menggambarkan secara
tepat.
Secara struktur karbohidrat adalah makromolekul yang dibangun oleh
satuan-satuan (unit) molekul dari pol ihidroksi aldehida atau keton.
Pembagian secara sistematik, Berdasarkan satuan-satuan molekul yang
membangun makromolekul, karbohidrat dibagi atas :
(1) monosakarida (kebanyakan terdiri dari lima atau enam atom C),
(2) oligosakarida (di-, tri-, dan tetra-sakarida)
(3) polisakarida.
III. Karbohidrat Pada Membran
Pengenalan sel dilakukan dengan cara memberi kunci pada molekul
permukaan. Molekul tersebut seringkali berupa karbohidrat pada membrane
plasma. Karbohidrat membran biasanya berupa oligosakarida bercabang
dengan kurang dari 15 satuan gula. Beberapa oligosakarida secara kovalen
terikat dengan lipid dan membentuk glikolipid. Sebagian besar oligosakarida
terikat secara kovalen dengan protein dan disebut glikoprotein. O’Day, D.
2006. The cell membrane. University of Toronto, Mississauga.
Karbohidrat yang mempunyai 5 atom C disebut pentosa, 6 atom C disebut
hexosa adalah karbohidrat-karbohidrat yang penting untuk fungsi sel.
Karbohidrat yang tersusun atas banyak unit disebut polisakarida.
Polisakarida berperan sebagai sumber energi cadangan dan sebagai
komponen yang menyusun permukaan luar membran sel.
a. Glikoprotein
Beberapa protein membran merupakan glikoprotein, yang seperti glikolipid,
mengandung satu atau lebih residu karbohidrat. Dalam kasus glikoprotein,
residu gula dihubungkan dengan protein melalui ikatan dari suatu
karbohidrat, biasanya N-asetilglukosamin atau N-asetilgalaktosamin, pada
suatu residu seril, treonil, atau asparaginil.
b. Glikolipid
Glikolipid, baik yang berasal dari gliserol atau sfingosin, memiliki
karakterisitik unsur pokok kepala polar ( karbohidrat) dan dua ekor nonpolar
dari yang ditemukan pada kebanyakan membrane lemak.
Dua jenis glikolipid yang banyak didapati pada membrane adalah:
monogalaktosidil gliserida ( mangandung satu molekul galaktosa ) dan
digalaktosidil gliserida (mengandung dua molekul galaktosa). Glikolipid
terutama terdapat pada kloroplast, dimana posfolipid jarang dijumpai (Beck,
1980). Beck, James S. 1980. Biomembrans. Fundamentals in relation to
human biology. Hemisphere Publishing Coorporation. Washington New
York London. pp. 114-121. Glikolipid lazimnya karakterisitik sebagai lemak
yang mengandung suatu kepala karbohidrat polra, seperti D-glukosa atau D-
galaktosa, tetapi bukan suatu gugusan fosfat. Glikolipid dapat berasal dari
gliserol atau sfingosin dan sering diklasifikasi sebagai gliserida (contohnya,
glikosil-diasilgliserol) atau sebagai sfingolipid (contohnya, serebrosid).
Serebrosid merupakan glikolipid sederhana yang mengandung gula, asam
lemak, dan sfingosin; serebrosid disintesis dengan penambahan suatu gula
pada sramid (sfingosin dengan perlekatan suatu asam lemak).
( Anonim,2010)
Gangliosid merupakan suatu kelas yang lebih kompleks dari glikolipid
derivat-sfingosin, karena sifat oligosakarida dan kepala polar. Gangliosid
GM2 yang digambarkan dalam Gambar11-9 memiliki dua ekor nonpolar
dari suatu seramid dan satu kepala polar yang mengandung residu D-
glukosa, D-galaktosa, dan dua derivat karbohidrat, N-asetil-D-galaktosamin
dan asam N-asetil-neuraminat (asam sialat) .
c. Hemiselulosa
Hemisellolusa tersusun dari unit sellolusa dengan ikatan -1,4, dan juga
mengandung heksosa dan asam gula. Hemisellolusa bersifat tidak larut
dalam air dan sukar diecerna oleh hewan non romensia.
IV. Transpor Antar Membran
Salah satu fungsi dari membran sel adalah sebagai media transpor bagi
sel.Transpor melewati membran sel cukup penting dalam menjaga homeostasis
dalam sel.Transpor membran sel itu sendiri merupakan proses pengangkutan
materi atau molekul dari daerah yang konsentrasinya tinggi ke daerah yang
konsentrasinya rendah tanpa menggunakan ATP (Adenosin Trifosfat), atau
proses pengangkutan molekul dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah
yang konsentrasinya tinggi dengan menggunakan energi hasil metabolisme
ATP, dan kedua proses tersebut berlangsung secara terpadu untuk menjaga
kesetimbangan molekul biologis di dalam sel (Sumadi dan Marianti, 2007).
Mekanisme osmosis yang terjadi pada sel hewan juga dapat dilihat
Jika konsentrasi zat pelarut di dalam sel lebih rendah dari konsentrasi zat
pelarut di luar sel atau sel dalam keadaan hipotonis. Kegiatan osmosis ini
dapat dilihat dengan adanya perpindahan molekul zat pelarut di luar sel
yang masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan terjadinya hemolisis atau
pecah nya membran plasma yang dimiliki sel hewan.
Mekanisme terjadinya osmosis juga dapat dilihat dari sel tumbuhan.
Jika sel tumbuhan dalam keadaan hipotonis atau molekul zat pelarut di
dalam sel lebih rendah daripada di luar sel, mekanisme osmosis yang
terjadi adalah masuknya molekul zat pelarut dari luar sel tumbuhan
memenuhi sel tumbuhan sehingga terlihat adanya kenaikan volume dari sel
tumbuhan yang di namakan turgid. Sel tumbuhan tidak pecah karena
adanya dinding sel selulosa untuk menjaga bentuk sel.
Jika Sel tumbuhan dalam keadaan hipertonis atau konsentrasi zat
pelarut di dalam sel lebih tinggi dari konsentrasi zat pelarut di luar sel akan
terlihat terjadinya osmosis dengan keluar nya molekul zat pelarut di dalam
sel dan membuat mengkerutnya sel tumbuhan dan terlepas nya proto
plasma dari dinding sel, keadaan ini disebut plasmolisis.
VI. Mekanisme Kerja Difusi
Difusi merupakan peristiwa mengalir nya atau berpindah nya suatu
zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi tinggi kebagian
berkonsentrasi rendah. Sedangkan osmosis adalah perpindahan air melalui
membran semi permeabel selektif dari bagian yang lebih encer kebagian
yang lebih pekat. Difusi bergantung pada perbedaan konsentrasi dan
tekanan hidrostatik. Energi untuk proses difusi adalah energi kinetik yang
normal ditimbulkan akibat pergerakan suatu bahan. Difusi yang melewati
membran sel di bagi menjadi dua subtipe yaitu difusis ederhana dan difusi
fasilitasi.
Difusi sederhana artinya pergerakan kinetik molekul atau ion
melewati membran sel tidak bereaksi dengan protein carier yang ada di
membran sel kecepatan difusi sederhana ditentukan dari jumlah substansi
yang ada, kecepatan gerakan kinetik bahan, jumlah dan ukuran dari pori
pada membran sel yang akan dilewati oleh bahan itu. Pada difusi
sederhana, proses difusi terjadi melalui dua jalan yaitu melalui lapisan
lipid jika zat itu terlarut dalam lemak dan melalui saluran air atau protein.
4). Bentuk baru protein memiliki afinitas tinggi terhadap K+, yang berikatan
kesisi ekstraselualer, dan memicu pelepasan gugus pospat.
6). K+ dilepaskan; afinitas terhadap Na+ tinggi lagi, dan siklus ini berulang.
IX. Mekanisme Kerja Eksositosis dan Endositosis
Eksositosis, adalah mekanisme untuk mentranspor materi keluar dari
sel. Organel sel yang memiliki peran dalam proses ini adalah aparatus
golgi yang melakukan pengemasan mejadi vesikula-vesikula untuk
disekresikan. Vesikula yang terbentuk dari aparatus golgi akan
dipindahkan menuju membran sel. Vesikula tersebut nantinya akan
mengalami penyatuan dengan membran dan melepaskan materinya
kelingkungan di luar sel.
Endositosis adalah mekanisme untuk memasukkan makromolekul ke
dalam sel melalui membran sel. Terdapat dua jenis proses endositosis.
Pertama, fagositosis. Pada dasarnya fagositosis adalah kebalikan dari
eksositosis, dimana materi ekstraselular melekat di membran dan terjadi
pelekukan kedalam atau cleavage. Zat yang dimasukkan kedalam sel
dengan fagositosis adalah materi yang berukuran besar. Sebagai contoh
suatu amuba yang ”memakan” bakteri dengan menggunakan kaki semu
(pseudopodia). Kedua pseudopodia nantinya akan menyatu dibagian ujung
dan menyelubungi seluruh bakteri. Pelekukan yang semakin dalam ini
nantinya akan memisahkan diri dari membran sel dan menjadi vakuola.
Kedua, pinositosis. Proses ini hampir sama dengan fagositosis namun
untuk molekul yang memiliki ukuran lebih kecil. Biasanya berupa droplet atau
tetesan cairan yang di dalamnya mengandung bahan-bahan makanan. Bisa kita
lihat perbedaan antara fagositosis dan Pinositosis adalah jika fagositosis partikel
padatan yang akan masuk ke dalam sel, sedangkan pinositosis adalah larutan
yang masuk ke dalam sel.
X. DAFTAR PUSTAKA
Alkatiri S. 1996. Kajian Ringkas Biologi. Airlangga University Press: Surabaya.
Hamdi H. 2013. Transportasi melalui membran sel. [terhubung berkala]. www. sibarasok. Com /
Kustiyah. 2007. Miskonsepsi Difusi dan Osmosis Pada Siswa MAN Model Palangkaraya.
Sumadi, dan Aditya Marianti. 2007. Biologi Sel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Campbell, Neil A dkk. 2010. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Dwi Aprilia. 2015. Pompa Natrium–Kalium http://all-about- biology 23. blogspot. co. id/
2015/ 06/pompa-natrium-kalium.html.