Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Jktiologi Indonesia.· Volume 8.

Nomor I, Juni 2008

ASPEK PEMIJAHAN IKAN MOTAN, Thynnichthys tl1ynnoides, BLEEKER 1852


(FAMILI CYPRINIDAE) DIRAWABANJIRAN SUNGAl KAMPAR KIRI, RIAU
[Spawning aspects of Tltynnichthys thynnoides Bleeker 1852 (Family Cyprinidae) in the
floodplain ofKampar Kiri River, Riau]

Prawira Atmaja R.P. Tampubolon', M.F. Rahardjo1, Djadja S. Sjafer


dan Charles PH Simanjuntak1
1
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB
2
Masyarakat Iktiologi Indonesia

ABSTRACf
Study on the spawning aspects of Thynnichthys thynnoides in the floodplain of Kampar Kiri River was conducted from June 2006
10 December 2006, using experimental gillnet and trap. Total samples were 852 individuals, comprised 479 individuals from
Mentulik (294 males and l8S females) and 373 individuals from Simalinyang (197 males and 176 females). The range of total
length was between 94-198 mm for fishes caught from Mentulik and 104-227 mm from Simalinyang. Sex ratio was counted for
fishes in GSIIV. Sex ratio is balanced for fish in Mentulik and unbalanced for fish in Simalinyang. The first size of maturity for male
in Mentulik and in Simalinyang were 105 and liS mm; while for female ones were 109 and 108 mm. Presumably, the spawning
season is on September-December with the peak spawning in October. Fecundity ranged 7&1·27135 eggs for fish from Mentulik
and 797-35804 eggs from Simalinyang. The fish is indicated to be a total spawner.

Key words; spawning, fecundity, floodplain, Kampar Kiri river.

PENDAHULUAN digunakan sebagai dasar dalam upaya pengelolaan,


Sungai Kampar Kiri merupakan aliran Sungai domestikasi, dan pemanfaatan ikan motan di. masa
Kampar dimana umumnya spesies ikan yang yang akan datang.
ditemukan adalah ikan konsumsi (Simanjuntak, 2006),
sehingga sungai ini menjadi salah satu pusat produksi BAHANDANMETODE
perikanan di Riau. Simanjuntak (2007) menyatakan Penelitian dilaksanakan dari bulan Juli sampai
bahwa telah terjadi penurunan hasil tangkapan ikan Desember 2006 di perairan rawa banjiran Sungai
di Sungai Kampar Kiri. Ikan motan (Thynnichtys Kampar Kiri. Daerah yang dimaksud meliputi daerah
thynnoides) adalah salah satu spesies ikan perairan Simalinyang dan Mentulik, Riau (Gambar l).
umum Indonesia yang masih hidup liar yang Pengambilan sampel dilakukan sekali per bulan. lkan
mempunya! nilal ekonomis penting bagi masyarakat contch ditangkap menggunakan alat t~'1gkap berupa
di Riau (Pulungan, 1987 dalam Efawani, 2005 ). Daging jaring insang eksperimental (beruk:uran matajaring 1';
ikan motan digemari oleh masyarakat dan dijual sebagai 1,5'; 2'; 2,5'; dan 3'; panjang20 m dan tinggi2 m), dan
ikan segar maupun sebagai ikan asapan. Penelitian perangkap (sempirai). Sampe1 kemudian diawetkan
mengenai aspek biologi ikan motan pemah dilakukan menggunakan formalin 10%.
di Waduk Chenderoh, Malaysia (Ali dan Kadir, 1996) Analisis terhadap ikan contoh dilakukan
yang merupakan perairan tergenang dan di aliran di Laboratorium Biomakro I dan Laboratorium
Sungai Satang Hari, Jambi (Nugroho, 1992) yang Biomikro I, Departemen Manajemen Sumberdaya
merupakan perairan mengalir. Penelitian mengenai Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
aspek biologi ikan motan di Sungai Kampar Kiri bel urn Institut Pertanian Bogor. Setelah diukur panjang
pernah dilakukan sebelumnya. total (mm) dan ditimbang bobotnya (gram), seluruh
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji aspek ikan dibedah untuk diketahui j en is kelamin dan
pemijahan ikan motan di perairan rawa banjiran Sungai tingkat kematangan gonadnya (TKG). Penentuan
Kampar Kiri yang me lip uti ukuran pertama kati matang TKG berdasarkan metode Cassie yang telah
gonad, musim pernijahan, tipe pemijahan, dan dimodifikasi (Effendie, 2002). Dilakukan
fekunditas. lnformasi tersebut diharapkan dapat penimbangan gonad ikan yang kemudian datanya
Pr((lfira Atmqja R.P. Tampubolon, MF. Rahardjo, Djal'(fa S. S}afei dan Charles PH Simanjuntak- Aspek Pemijahan llcan
Motan, Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852 (Famili Cyprinidae) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau

dipakai untuk menghitung Indeks Kematangan Go- berasal dari daerah Mentulik (294 jantan dan 185
nad (IKG) dan fekunditas. Persamaan untuk betina) dan 373 ekor ikan yang berasal dari daerah
menghitung IKG dan fekunditas seperti yang Simalinyang (197 jantan dan 176 betina). Panjang total
dikemukakan Effendie (1979). ikan yang ditangkap berkisar antara 9.4-198 mm untuk
daerah Mentulik dan I 04-227 mm untuk daerah
HASD..DANPEMBAHASAN Simalinyang (Gambar 2).
Sebaran frekuensi danjumlah basil tangkapan Di daerah Mentulil<, sebaran frekuensi ikan
Ikan motan yang diperoleh selama penelitian motanjantan dan betina terbesarterdapat p~da selang
berjumlah S52 ekor yang terdiri atas 479 ekor ikan yang panjang 111 mm-120mm(l38jantandan62 betina),

...

Gambar 1. Peta lokasi penelitian


. . . . .+
140

120

!~~

80

60
(a)
40

20

&
~ Jantan
140 l
~ Betinfl

?J.JW Jnl-110 I 11-12() 121-130131-140 141-150 151·1~0 161-170 171-180 181-1?0 191-lOO 201-ZIO >210
Selang Kelas Ukuran Panjang (mm)

Gambar2. Sebaran frel<ueusi ikan motanjantan dan betina berdasarkan selang kelas ukuran panjang (mm) di daerah
Mentulik(a) dan Simalinyang (b)

2
Jurna! lktiolagi Indonesia, Volume /J, Nomor l, Juni 2008

sedangkan pada daerah Simalinyang' sebaran Berbeda dengan ikan kurisi (Nemipterus
frekuensi tertinggi untl.lk ikan jantan dan betina tambuloides). lkan kurisi jantan akan bertaban
beradapadakisaranpanjang 141-150 mm(58jantan hidup lebih lama daripada ika.il kurisi betina (Brojo
dan 46 betina). Ikan motan yang ditemukan di daerah dan Sari, 2002)
Simalinyang relatif lebib besar bila dibandingkan Jumlah ikan yang masuk ke daerah perairan
dengan ikan motan di daerah Mentl.llik. Perbedaan ra.wa banjiran Sungai Kampar Kiri selama penelitian
tersebut diduga karena perbedaan jenis dan cenderung meningkat setiap bulannya (Tabel 1).
kelimpahan makanan di .kedua lokasi pengamatan lkan motan merupakan ikan potamodromus yang
(Rabayu, komunikasi pribadi, 2008). Selain itu. bermigrasi ke rawa banjiran untuk memijah
kisaran suhu perairan di daerab Mentulik lebih luas (www.fishbase.org). Semakin meningkatnya tinggi
daripada di daerah Simalinyang sehingga ikan motan muka air di Sungai Kampar Kiri selama penelitian
di daerah Mentulik Jebih banyak menghabiskan menjadi stimulus bagi ikan untuk bennigrasi dan
energi untuk menstabilkan kondisi tubuhnya bereproduksi di perairan rawa banjiran (Simanjuntak,
daripada ikan motan di. daerah Simalinyang. Baltz 2007). Quiros dan Vidal (2000) mengatakan bahwa
(1990) dan Wootton (1992) menyatakan bahwa suhu migrasi ikan potamodromus biasanya memiliki
dapat memengaruhi kondisi ikan untuk tumbuh keterkaitan dengan tinggi muka air.
secara optimal.
Di dua lokasi ikan betina dapat mencapai Nisbah kelamin
ukuran yang lebih panjang daripada ikan jantan Nisbah kelamin ikan motan jantan dan
(Gambar 2). 1ika panjang tubuh digunakan sebagai betina yang telah mencapai TKG IV bervariasi setiap
cenninan umur, diduga bahwa ikan motan betina di bulan (Tabel 2). Setelah dilakukan uji Chi square
Sungai Kampar Kiri dapat hidup lebih lama daripada pada selang kepercayaan 95 % (a = 0,05), dapat
ikan jantan. Ikan-ikan dewasa yang lebih tua dan disimpulkan bahwa nisbah kelamin ikan motan TKG
lebih besar ukurannya adalah ikan betina. Kondisi IV mengikuti pol a 1: I untuk ikan yang berasal dari
yang mirip ditemukan pada ikan lemuru (Sardine/la daerah Mentulik. Berbeda halnya dengan ikan
longiceps) di Teluk Sibolga (Tampubolon et al.• motan yang berasal dari daerah Simalinyang. Nisbah
2002) dan Amphilius natalensis di anak Sungai kelamin ikan motan di daerah Simalinyang tidak
Louws, Afrika Selatan (Marriott et al., 1997). lkan seimbang dengan jumlah ikan jan tan lebih banyak
jan tan diduga lebih cepat mati daripada ikan bet ina. daripada ikan betina.

Tabel I. Hasil tangkapan ikan motan selama Bulan Juli 2006- Desember 2006 di perairan rawa banj iran
Sungai Kampar Kiri

Jantan Betina Total


Bulan
n L(mm) W(~Eam) n L(mm~ W (gram) n L~mm) W (gfam)
JuH 19 96-17:2 6t61-17,4 5 ~6 9:t-!?5 t:. 1 t:: AO .t:"t
~..<;,,. ,.,..--tu>v' S5 !."·~-! 75
;: 1 (' -10 /.:"7
v, ~..,.-~ ..... ,v'

Agustus 96 l 00-160 7,10-44,10 36 104-178 8,14-56,13 132 I 00-178 7,10-56,13


September 75 101-179 6,69-54,20 87 100-227 7,09-122,10 162 100-227 6,69-122,10
Oktober 55 102·152 7,89-33,10 36 109·176 9,69-49,10 91 102-176 7,89-49,10
November 83 110-176 8,67-48,90 80 110-198 9,21-67,40 163 110-198 8,67-67,40
Des ember 133 101-170 8,26-35,95 86 108-171 9,23-35,90 219 101-171 8,26-35,95
Total 491 96-179 6,61-54,20 361 94-227 6, 15·122,10 852 94-227 6,15-122,10
Keterangan: n ""jumlah (ekor); L = Panjang total; W = Bobot

3
Prawira Atmaja R.P. Tampubolon, M.F. Raharrfjo, Djtufja S. Sjafei dan Charles PH Simanjuntak- Aspek Pemij.ahlll_lllcan
Motan, Thynnichthys lhynnoides, Bleeker I852 (Famili Cyprinidae) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kir,l, R1au

Tabel2. Nisbah kelamin ikan motan TKG IV di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri

Mentulik Simalinxans
Bulan Jumlah ikan (ekor} Nisbah kelamin Jumlah ikan {ekor} Nisbah kelamin
Jantan Betina gantan:betinal Jantan Betina gantan:betinal
Juli 0 0 3 ' 3:1
Agustus 4 2 2:01 16 I 16:1
September· 10 10 1:01 15 13 I, 15:1
Oktober II 4 2,75:1 I 16 0,06:1
NovembeF 10 11 0,9:1 43 21 2,05:1
Desember 29 27 1,07:1 32 20 1,6:1

Jan tan

1:1
00%

C!ITKG IV

IITKG lli

Betina .eiilTKGII
lllll%
~% !'21TKGI
6ll%

abc de fg hiJ kl m

Keterangan: a= 91-100; b = 101-110; c: 111-120; d 121-130; e = 131-140; f = 141-150; g = 151-160;


h = 161-170; i = 171-180; j 181-190; k 191-200; I= 201-210; m = >210

Gambar 3. Persentase tingkat kematangan gonad ikan motan berdasarkan seiang keias panjang di dat:mh (a)
Mentulik dan (b) Simalinyang

Nisbah kelamin yang ideal bagi ikan motan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afi dan
adalah tidak seimbang dengan jumlah ikanjantan Iebih Kadir (1996) yang menyatakan bahwa jumlah ikan
banyak daripada ikan betina (Sub Balai Penelitian motan jantan yang rnatang gonad di Waduk Chenderoh
PerikananTawarPalembang, 1991 inNugroho, 1992). Iebih banyak daripadajumlah ikan motan betina yang
Nisbah kelamin yang seimbang seperti yang terjadi matang gonad.
pada ikan motan di daerah Mentulik sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (1992). Nisbah Pemijahan
kelamin ikan motan di DAS Batang Hari mengikuti pol a Perk;;I;nbangan gonad ikan motan diamati
I: I. Selanjutnya dikatakan bahwa ketidakidealan secara morfologi. Berdasarkan selang kelas ukuran
tersebut diduga karena adanya penangkapan berlebih. panjang (Gam bar 3), ikan motanjantan dan betina yang
Nisbahkelamin ikan motan TKG IV di daerah pertama kali siap untuk memijah (TKG IV), di daerah
Sima! in yang tidak seimbang dengan jum lah ikan jan tan Mentulik, berada pad a selang kelas l 01-110 mm (I 05
lebih banyak daripada jumlah ikan betina. Hal ini mm pada ikan jantan dan I 09 mm pada ikan be tina). Di

4
Jurnallkliologi Indonesia, Volume 8, Nomor 1, Junl 2008

daerah Simalinyang, ikan motanjantan dan betina yang pemijahan ikan motan berlangsung pada bulan
siap memijah pertama kali ditemukan pada selang kelas September-Desember. Musim pemijahan ikan motan
111·120 mm untukikanjantan dan 101·110 mm untuk bemda pada musim hujan. Seperti telah dijelaskan di
ikan bet_ina.lkan motan jantan dan betina yang pertama muka, hal ini diduga berkaitan dengan pola hidrologis
kali siap untuk memijah di daerah Simalinyang dan tinggi paras muka air di perairan rawa banjiran
berukuran 118 mm dan 108 mm. Sungai Kampar Kiri yang menurut Simanjuntak (2007)
Di Mentulik, ikan motan jantan yangpertama semakin meningkat setiap bulan. Naiknya tinggi muka
kali matang gonad lebih kecil daripada ikan motan air memberikan rangsangan pada ikan motan untuk
·betina. Jika ukuran panjang diasumsikan sebagai matang gonad. Hal yang sama juga ditemukan pada
cerminan umur, maka ikan jantan akan mencapai ikan kapiek (Puntius schwanefeldi) (Yustina dan
kedewasaan Jebih cepat daripada ikan be1ina. Kondisi Amentis, 2002), ikan botia (Botia macrachanthus)
serupa ditemukan pada ikan petek (Leiognathus (Nurdawati, 2005), dan ikan haruan (Channa striata)
equulus) (Novitriana et a!., 2004), ikan tigawaja (Makmur dan Prasetyo, 2006) yang pemijahannya juga
(Otolithes rubber) (Sjafei dan Liana, 2005), dan ikan dipengaruhi oleh tinggi air dan berlangsung pada saat
pari mondol (Himantura gerrardi) (Pralampita dan musim hujan.
Mardlijah, 2006). Di Simalinyang, ditemukan bahwa IKG ikan motan jantan berkisar antara 0,02-
ukuran pertama kali matang gonad ikan motan jantan 1,10% dan ikan betina berkisar an tara 0, I 0-17,63%
Jebih besar daripada ikan motan betiria. untuk daerah Mentulik. Di Simalinyang, nilai !KG ikan
Ikan motan jantan dan betina yang telah motan jantan dan betina berkisar antara 0,02-0,77%
mencapai TKG IV dapat ditemukan hampirpada setiap . dan 0,07-16,12% (Gambar 5). Puncak pemijahan ikan
bulan pengamatan (Gambar 4). Persentase keberadaan . motan di Sungai Kampar Kiri diduga berada pada bulan
ikan yang telah matang gonad (fKG III dan IV) yang · Oktober. Pendugaan ini didasarkan pada bulan
lebih dari 50% ditemukan pada bulan September- tersebut IKG dan persentase TKG yang matang go-
Desember untuk kedua lokasi, kecuali ikan motan nad lebih besar hila dibandingkan dengan bulan yang
janta.l"l di Mentulik. lain. Puncak pemijahan ikan damaian (T. polylepis) di
Berdasarkan persentase ditemukannya ikan Sungai Lempuing, Sumatera Selatan pada bulan
motan yang telah matang gonad, diduga musim Oktober-November (Asyari, 2002).

Jaritan
-:::=. loili;

il)l M

m
'"' f;JTKG IV
«<f.
'"'
m m
• TKG III

"
::&::
~
""'
taB
Betiufi.
I'll

lOOI'o
!!:!TKGH

IO'l

-
~

m
m 801'.

£01'.

40%

20'/J
I FATKG I

0'.1 ~ 0%
Jlii Agusl\ts: St:pltmber Oktobt:r No,·eriltr Desembtr Juli Aguuus September Ol;tobtr Ntt\'trnber Deseni.Jtr

Gambar4. Persentasetingkat kematangan gonad ikan motan berdasarkan bulan penangkapan di daerah (a) Mentulik
dan (b) Simalinyang

5
PrCl1¥ira Atmaja R.P. Tampubo/on, M.F. Rahardjo, Djadja S. Sjafei dan Charles PM Simanjuntak • Aspek Pemijahan Ikan
Motan, Thynniclzthys thynnoides, Bleeker 1852 (Famili Cyprinidae) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau

Jantan Betina
0.7 - + - Mentullk _.._ Slmalinyang
14 --+- MeriUik - - Simalinyang
0,6

-
'$.
.._,
0,5
0.4 T/
/
/
/
"' ' ' ' 12
10
8
T
I

~
0,3
6
0,2 4
0,1 2
0 ... 0
1
-0.1 .,2

.ui ~'(justus September Oktober November Desember ~

Bulan pengamatan
Gambar 5. Indeks kematangan gonad rata-rata pada ikan motan jantan dan betina di perairan rawa banjiran
Sungai Kampar Kiri

Tabel3. Fekunditas ikan motan di perairan rawa banjiran Sungai Kampar Kiri

Lokasi Persamaan regresi r Ftot (butir) Frel (butir/g)

F = 0,0009L3' 1076 0,58


Mentulik 781-27.136 67-770
F = l58,57W 1' 084 0,64
F = 0,0 l68L2.4375 0,43
Simalinyang 798-35.804 26-571
F = 2l2,28W0' 8311 0,52
Keterangan : Ftot = Fekunditas total; Frel: Fekunditas relatif

Fekunditas dan tipe pemijahan bujuk (Channa cyanospilos) (Said, 2006) dimana
Pengamatan fekunditas dilakukan pada ikan pendugaan fekunditas lebih baik menggunakan bobot
motan betina dengan TKG III ( 46 ekor di Mentulik dan tubuh ikan daripada panjang tubuhnya. Berbeda
79 ekor di Simalinyang) dan IV (56 ekor di Mentulik dengan ikan selais (Simanjuntak, 2007) dan ikan baji-
dan 6 i ekor di Simaiinyang). Jumiah Ldur yang baji (Grammoplites scaber) (Yw1iarti ei al., 2005) yang
diperoleh dari hasil pengamatan di daerah Mentulik nilai koefisien korelasi menggunakan panjang tubuh
dan Simalinyang berkisar antara 781-27.135 butir dan lebih besar daripada menggunakan bobot tubuh untuk
797-35.804 butir (fabel3 ). Fekunditas relatifikan motan menduga fekunditas.
di daerah Mentulik dan Simalinyang berkisar antara Fekunditas relatif ikan motan di daerah
67-770 dan 26-571. Fekunditas relatifikan motan di Mentulik lebih besar daripada ikan motan di daerah
daerah Mentulik relatif lehih besar daripada ikan Simalinvang. Perbedaan fekunditas ini diduga karena
motan di daerah Simalinyang. adanya perbedaan panjang dan bobot tubuh, kondisi
Pada kedua lokasi pengamatan, koefisien Iingkungan, dan ukuran diameter telur (Gambar 11).
korelasi hubungan antara fekunditas dengan bobot Perbedaan fekunditas yang dihasilkan oleh ikan
h1buh lebih besar daripada dengan panjang total. Hal motan di kedua lokasi pengamatan berkaitan dengan
ini menyatakan bahwa pendugaan fekunditas ikan strategi ikan motan untuk mempertahankan
motan menggunakan bobot relatif lebih akurat hasilnya keberadaan spesiesnya. Walaupun kemudian tidak
daripada menggunakan panja:ng total. Hal serupajuga semua telur yang dikeluarkan akan menetas dan
ditemukan pada ikan Telmatherina celebensis menjadi ikan dewasa, fekunditas yang lebih besar
(Nasution, 2005), Esox lucius (Balik, 2006), dan ikan akan memberi peluang untuk rekrutmen yang lebih

6
. Jurnal lktiologi Indonesia, Volume 8, Nomor /, Juni 2008

w,o lKGI lKGIV

k a b c d e f g h f

Kelas Ukuran (mm)


Keterangan: a "' 0,38-0,45 ; b 0,46-0,53 ; c = 0,54-0,61 ; d = 0,62-0,69 ; e = 0,70-0,77 ; f = 0,78-0.85;
g"' 0,86-0,93; h = 0,94-1,01 ; i = 1,02-1,09; j = 1,10-1,17; k = 1,18-1,20

Gambar 6. Sebaran diameter telur (TKG III dan IV) ikan motan di perairan rawa banjiran Sungai Karnpar Kiri

banyak. Kelimpahan ikan motan di daerah Mentulik pemijahan (siklus reproduksi) dan akan melak:ukan
lebih besar daripada ikan motan di daerah pemijahan kembali pada musim pemijahan berikutnya.
Simalinyang. Perbedaan fekunditas relatif ikan Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilak:ukan oleh
dengan spesies yang sama di lokasi yang berbeda Ali dan Kadir (1996) bahwa ikan motan adalah pemijah
juga pernah dilaporkan pada penelitian yan~ serentak.
dilakukan oleh Clark eta/. '(1994) dan Brown-Peterson
et al. (2002). KESIMPULAN
Diameter telur diukur dari 60 ekor ikan yang Nisbah kelamin ikan yang siap memijah
yai:tgtelah mencapai TKG III dan IV sebanyak30 ekor seimbang di daerah Mentulik, sedangkan di daerah
ikan tiap TKG-nya. Ukuran diameter telur ikan dari Simalinyang tidalc seimbang. Uk:uran pertama kali ikan
daerah Mentulikdan Simalinyang berkisar antara 0,38- siap memijah adalah 105 mm (jantan) dan 10!} mm.
1,12 dan 0,42-1,20 (Gambar6). Diametertelur ikan motan (betina) di daerah Mentulik; ll8 mm Gantan) dan 108
di daerah Simalinyang relatiflebih besar daripada ikan mm (betina) di daerah Simalinyang. Musim pemijahan
motan di daerah Mentulik. Perbedaan tersebut diduga diduga berlangsung antara bulan September -
karena adanya perbedaan ukuran tubuh yang Desember. Kisaran fekunditas ikan mo1an dari Mentulik
mempengaruhi besam~,ra rongga untuk m~nyimpan dan Simaiinyang berturut-turut adaiah 78 i -27 J 35 butir
telur dan perbedaan kondisi lingk:ungan. Ikan motan dan 797-35.804 butir. Fekunditas relatifikan motan di
TKG lli memiliki uk:uran diameter telur yang lebih kecil daerah Mentulik lebih besar daripada fekunditas relatif
daripada ikan motan TKG IV. Hasil ini mendukung ikan motan di daerah Simalinyang. Tipe pemijahan ikan
pernyataan Effendie (2002) bahwa semakin tinggi motan adalah pemijahan serentak.
tingkat kematangan gonad, maka ukuran diameter telur
akan semakin besar. SARAN
Tipe pemijahan dapat diduga dari pola Diharapkan adanya upaya pengelolaan
penyebaran diameter telur da!am gonad yang sudah terhadap sumberdaya ikan motan di Sungai Kampar
matang, yaitu dengan mel ihat modus penyebarannya. Kiri untuk menjamin pemanfaatan sumberdaya tersebut
Pola penyebaran ukuran diameter telur ikan motan secara berkelanjutan. Upaya pengelolaan yang
memiliki satu modus penyebaran (Gambar 6). disarankan:
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa tipe (I) Pembatasan penangkapan ikan motan pada bulan
pemijahan ikan motan adalah pemijahan serentak. Ikan September-Desember karena pada bulan-bulan
motan melakukan pemijahan dengan mengeluarkan tersebut merupakan musim pemijahan bagi ikan
telur matang secara keseluruhan pada satu waktu motan di Sungai Kampar Kiri.

7
Prawira Allltaja R.P. Tampubolon, M.F. Rahardjo, Djatija S. Sjajei dan Charles PH Simanjuntak- Aspek Pemijahan Ikan
Motan, Thynnichthys thynnoides, Bleeker 1852 (Famili Cyprinidae) di Rawa Banjiran Sungai Kampar Kiri, Riau.

{2) Pemakaian alat tangkap berupa jaring insang Efawani. 2005. Ekologi ikan motan (Thynnichthys
berukuranmatajaringharus lebih besar dari 1 inci thynnoides Blkr.) di Danau Lubuk Siam
untuk mencegah tertangkapnya il<an yang belum Kabupaten Kampar, Riau. Tesis. Universitas
pemah memijah. Sebaik.nya alat tangkap sempirai Andalas. Padang.
dioperasikan setelah ikan selesai memijah. Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi Perikanan.
Yayasan Dewi Sri. Bogor.
DAFrARPUSI'AKA Effendie, M. I. 2002. Biologi Perikanan (Edisi Revisi).
Ali, A.B., dan B.K.A. Kadir. 1996. The reproductive Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
biology of the cyprinid, Thynnichthys Makmur, S. dan D. Prasetyo. 2006. Kebiasaan makan,
thynnoides (Bleeker), in the Chenderoh tingkat kematangan gonad, dan fekunditas ikan
Reservoir - A small tropical reservoir in haruan (Channa striata Bloch) di Suaka
Malaysia. Journal Hydrobiologia Perikanan Sungai Sambujur DAS Barito
318(3):139--15. Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan
Asyari, A.D., Utomo, dan S. Nurdawati. 2002. dan Perikanan!ndonesia 13(1):27-31.
Inventarisasi dan biologi reproduksi Marriott, M.S., A.J. Booth, dan P.H. Skelton. 1997.
beberapajenis ikan pada berbagai tipe suaka Reproductive and feeding biology ofthe Natal
perikanan di Sungai Lempuing Kabupaten Mountain catfish, Amphilius nata!ensis
Ogan Komeling Uir, Sumatera Selatan. Jurnal (Siluriformes: Amphiliidae). Environmental
lfmu-iimu Perairan dan Perikanan Biology ofFishes 49: 461-470.
Indonesia 9(1 ): 43-51. · · Nasution, S.H. 2005. Karakteristik reproduksi ikan
Balik, 1., H. Cubuk, R. Ozkok, dan R. Uysal. 2006. endemik rainbow selebensis (Telmatherina
Reproduction properties of pike (Esox lucius celebensis Boulenger) di Danau Towuti.
L., 1758) Population in Lake Karamik Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
(Afyonkarahisar(furkey). Turk. Jour. Zoo/. 11(2):29-37.
30:27-34. Novitriana, R., Y. Emawati, dan M.F. Rahardjo. 2004.
Baltz, D.M. 1990. Aute4,:ology. Di dalam: Shreck, C.B., A.spek pemijahan ikan petek, Leiognathus
dan P.B. Moyle (Eds.). Methods for Fish equulus, Forsskal1775 (Fam. Leiognathidae)
Biology. American Fish Society. Bethesda. di Pesisir Mayangim Subang, Jawa Barat.
Maryland. him. 585-607. Jurnal Jktiologi Indonesia 4(1): 7-13.
Brojo, rvt, dan R.P. Sari. 2002. 3iologi reproduksi ikan J'~ugroho, L.R. 1992 . Strategi adaptasi ikan ringo
kurisi (Nemipterus tambuloides Blk:r.) yang (Thynnictys thynnoides, Blkr.) di Perairan
didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan Daerah AI iran Sungai Batang Hari Propinsi
Labuan, Pandeglang. Jurnal Iktiofogi Jambi. Skripsi. Program Studi Manajemen
Indonesia2(1): 9-13. Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan.
Brown-Peterson, N.J., M.S. Peterson, D.L. Nieland, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
M.D. Murphy. R.G. Taylor. dan J.R. Warren. Nurdawati, S. 2005. Sumberdaya ikan hias botia (Botia
2002. Reproductive biology of female macracanthus) di DAS Batang Hari, Jambi.
spotted seatrout, Cynoscion nebulosus, in Di dalam: lsnansetyo et al. (Eds.). Presiding
the Gulf of Mexico: Differences among Seminar Nasional Tahunan II Hasil Penelitian
estuaries? Env. Biol. Fishes 63: 405-415. Perikanan dan Kelautan; Yogyakarta, 31 Juli
Clark, M.R., DJ. Fincham, dan D.M. Tracey. 1994. 2005. hlm: 171-181.
Fecundity of orange roughy (Hoplostethus Pralampita, W.A., danS. Mardlijah. 2006. Aspek biologi
at/anticus) in New Zealand Waters. New pari mondol (Himantura gerrardi) Famili
Zealand Journal ofMarine and Freshwater Dasyatidae dari Perairan Laut Jawa. Jurnal
Research28: 193-200. Penelitian Perikanan Indonesia 12(1): 69~75.

8
Jurnal/ktiologl Indonesia, Volume 11, NomOI' I, Juni 2008

Quiros, R., dan J.C. Vidal. 2000. Cyclic behaviour of dengan perubahan hidromorfologi perairan
potamodromous fish in large rivers. Di dalam: di rawa banjiran Sungai Kampar Kiri. Tesis.
Cowx, I.G. (Ed.). Management and Ecology Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian
of River Fisheries. Blackwell Science Ltd. Bogor. Bogor.
Oxford.hhn 72-84. Tampubolon, R.V., S. Sukimin, dan M.F. Rahardjo. 2002.
Said, A. 2006. Beberapa aspek biologi ikan bujuk Aspek biologi reproduksi dan pertumbuhan
(Channa cyanospilos) di DAS Musi, ikan lemuru (Sardinella longiceps C.V.) di
Sumatera Selatan. Di dalam: Murwantoko et Perairan Teluk Sibolga. Jurnal lktiologi
al. (Eds.). Prosiding Seminar Nasional lndonesia2(1): l-7.
Tahunan m Hasil Penelitian Perikanan dan Yuniarti, I., M.F. Rahardjo, dan Y. Emawati. 2005.
Kelautan; Yogyakarta, 27 Juli 2006. bhn: 64-72 Hermafroditisme dan fekunditas ikan baji-baji
Sjafei, D.S., dan V. Liana. 2005. Beberapa aspek (Grammoplites scaber (Linnaeus, 1758))
reproduksi ikan tigawaja, Oto/ithea rubber, (Famili Platycephalidae) di perairan Pantai
Block & Schneider (Sciaenidae) dari Perairan Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Jktiologi
Pantai Mayangan, Subang, Jawa Barat. Di Indonesia 5(1 ): 11-14.
dalam: Isnansetyo et a/. (Eds.). Prosiding Yustina dan Amentis. 2002. Aspek reproduksi ikan
Seminar Nasional Tahunan II Hasil Penelitian kapiek (Puntius schwanefeldiB lkr.) di Sungai
Perikanan dan Keiautan; Yogyakarta, 31 Juli Rangau, Riau, Sumatra. Ju.rnaf Matematika
2005. him: 182- L88. danSains7(1): 5-14.
Simanjuntak, C.P.R., M.F. Rahardjo, dati S. Sukimin. · Wootton, R.J. J992. Fish ecology. Blackie and Son
2006. Iktiofauna rawa banjiran Sungai Kampar Ltd. New York
Kiri. Jurnallktiologi Indonesia 6(2): 99-10 http: II w w w. fish base. or g IS u m mary I
Simanjuntak, C.P.R. 2007. Reproduksi ikan selais, SpeciesSummary.php?id=l6209 [29 Mei
Ompok hypophthalmus (Bleeker) berkaitan 2007].

Anda mungkin juga menyukai