Dalam melakukan perancangan heat exchanger, perlu dipertimbangkan beberapa hal seperti regulasi, kode praktek, standard dan spesifikasi. Regulasi merupakan peraturan yang biasanya dikeluarkan oleh pemerintah atau badan pemerintah yang memiliki otorisasi secara hukum pada bidang tertentu. Dalam perancangan peralatan secara umum, regulasi merupakan pedoman tertinggi yang harus diikuti karena regulasi ini memiliki kekuatan hukum. Kode praktek merupakan pedoman aturan-aturan yang dikembangkan untuk mengakomodasi kepentingan publik. Kode praktek ini biasanya disusun oleh suatu komite ahli yang mewakili pabrikan, konsumen, badan pemerintah dan pihak-pihak lain yang kompeten dan biasanya dibawah koordinasi suatu organisasi profesional. Kode praktek umumnya menjelaskan aturan-aturan secara detail terhadap prosedur disain dan pengoperasian peralatan untuk menjamin aspek keamanan. Standard hampir sama dengan kode praktek. Standard ini mengatur persyaratan-persyaratan disain peralatan seperti material, prosedur disain, instalasi, operasi dan maintenance. Berbeda dengan kode praktek yang lebih fokus pada keamanan sistem maupun lingkungan, standard lebih mempertimbangkan kualitas minimum material, disain dan prosedur yang terukur secara ekonomik. Spesifikasi merupakan deskripsi detail terhadap suatu pekerjaan disain yang akan dilakukan. Spesifikasi biasanya disusun oleh konsumen / user atau konsultan engineering yang bertindak atas nama user. Spesifikasi biasanya disusun mengacu pada regulasi, kode praktek dan standard yang berlaku.
1.4.1. Kode Praktek Disain Heat Exchanger
Dalam disain heat exchanger, kode praktek yang umum digunakan adalah sebagai berikut : a. American Society of Mechanical Engineers (ASME) ASME Section VIII, Boiler & Pressure Vessel Code b. British Standards (BS) British Master Pressure Vessel Standards BS 5500- 1976, Unfired Fusion Welded Pressure Vessel .
Heat Exchanger -SL 1-11
c. Japanese Industrial Standards (JIS) - JIS B-8243, Construction of Pressure Vessels - JIS B-8249, Shell and Tube Heat Exchangers for Application to General Uses. d. Standar Enjiniring Pertamina (SEP) - SEP KP-7, Peralatan Penukar Panas - SEP KP-8, Bejana Bertekanan yang Tidak Dipanaskan
1.4.2. Standard Disain Heat Exchanger
Standard yang umum digunakan dalam perancangan heat exchanger antara
lain adalah : a. Tubular Exchanger Manufacturer Association (TEMA) Merupakan standard yang paling umum digunakan dalam disain konstruksi heat exchanger. b. Expansion Joint Manufacturers Association (EJMA) Merupakan standard yang mengatur disain dan penggunaan expansion joint pada heat exchanger dan peralatan lainnya. c. American Petroleum Institute (API) - API 660, Heat Exchangers for General Refinery Services - API 661, Air-Cooled Heat Exchangers for General Refinery Services d. American National Standard Institute (ANSI) - ANSI B78.1, Tubular Heat Exchangers in Chemical Process Services - ANSI B78.2, External Dimension for Shell and Tube Heat Exchangers for Chemical Process Services e. Standar Enjiniring Pertamina (SEP) - SEP STD-160, Penukar Panas Shell and Tube Jenis TEMA - SEP STD-161, Penukar Panas Berpendingin Udara.