Karsinoma Nasofaring
Oleh :
Preseptor :
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas prognosis, dan laporan kasus mengenai karsinoma
pada epitel Nasofaring. Tumor ini menunjukan variasi nasofaring.
derajat diferensiasi dan sering terlihat pada fossa
rosenmuller, posteromedial hingga medial dari tuba 1.3. Tujuan Penulisan
eustachius pada nasofaring. Case report session (CRS) ini bertujuan untuk
Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan karsinoma menambah pengetahuan pembaca dan penulis, khususnya
yang tumbuh pada daerah nasofaring. Karsinoma mengenai karsinoma nasofaring.
nasofaring merupakan keganasan yang prevalensinya
paling tinggi di antara keganasan pada kepala dan 1.4. Metode Penulisan
1
leher. Di Indonesia, prevalensi karsinoma nasofaring Case report session (CRS) ini menggunakan metode
adalah 6,2 per 100.000 populasi, dengan 13.000 tinjauan kepustakaan yang merujuk pada berbagai literatur.
kasus ditemui pertahun. Berdasarkan jenis ras, pasien
KNF dominan dengan ras deutro melayu yang terdiri 2. TINJAUAN PUSTAKA
dari suku Jawa, Sunda, dan Betawi. Sedangkan 2.1 Anatomi
2
berdasarkan pekerjaan, petani mendominasi pasien KNF. Nasofaring merupakan suatu ruang berbentuk
Angka insidensi KNF di Indonesia tergolong tinggi, yaitu trapezoid dengan ukuran tinggi kira-kira 4 cm, lebar 4 cm
sekurang-kurangnya 5.7 pada laki-laki dan 1.9 pada dan anteroposterior 3 cm yang terletak di belakang hidung.
perempuan per 100.000 jiwa bila dibandingkan dengan Rongga ini sangat sulit untuk dilihat, sehingga dahulu
angka insidensi dunia yaitu 1,9 pada laki-laki dan 0,8 pada disebut “rongga buntu atau rongga tersembunyi.
perempuan. Namun, perlu diketahui bahwa angka Batas-batas rongga nasofaring, di sebelah depan
insidensi pasti KNF di Indonesia belum dapat adalah koana (nares posterior). Sebelah atas, yang juga
ditentukan secara pasti dikarenakan kurangnya merupakan atap adalah basis cranii. Sebelah belakang
pendataan kanker dan dokumentasi secara detail adalah jaringan mukosa di depan vertebra servikal. Sebelah
3
mengenai KNF secara nasional di Indonesia. bawah adalah ismus faring dan palatum mole, dan batas
Penanggulangan KNF sampai saat ini masih lainnya adalah dua sisi lateral. Dinding anterior dibentuk oleh
merupakan suatu masalah karena etiologi yang masih koana dan batas posterior septum nasi. Dinding lateral
belum pasti, gejala dini yang tidak khas serta letak terdapat muara tuba Eustachius.
nasofaring yang tersembunyi sehingga sulit untuk Dinding nasofaring diliputi oleh mukosa dengan banyak
diperiksa. Akibatnya diagnosis sering terlambat dengan lipatan atau kripta. Secara histologi mukosa nasofaring
ditemukannya metastasis pada leher sebagai gejala dibentuk oleh epitel berlapis silindris bersilia
pertama. (pseudostratified ciliated columnar epithelium) yang ke arah
orofaring akan berubah menjadi epitel gepeng berlapis
1.2. Batasan Masalah (stratified squamous epithelium). Di antara keduanya
Case report session (CRS) ini akan membahas definisi, terdapat epitel peralihan (transitional epithelium) yang
klasifikasi, epidemiologi, etiologi dan faktor risiko, terutama didapatkan pada dinding lateral di daerah fosa
patogenesis, gejala klinis, staging, diagnosis, tatalaksana, Rosenmuller.1,4
Gambar 1.1 Bagian-bagian dari Faring
3. Torus Tubarius
Merupakan suatu tonjolan tempat muara dari saluran
tuba Eustachii (ostium tuba).1
4. Fosa Rosenmulleri
Fossa Rosenmulleri merupakan suatu lekuk kecil yang
terletak di sebelah belakang torus tubarius. Lekuk kecil ini
diteruskan ke bawah belakang sebagai alur kecil yang
disebut sulkus salfingo-faring. Fossa Rosenmulleri
merupakan tempat perubahan atau pergantian epitel dari
epitel kolumnar/kuboid menjadi epitel pipih. Tempat
pergantian ini dianggap merupakan predileksi terjadinya
Gambar 1.4 Level KGB leher
keganasan nasofaring.1
Kelenjar getah bening leher terdiri dari beberapa level,
Mukosa atau selaput lendir nasofaring terdiri dari epitel
dimana masing-masing level tersebut dapat menjadi
yang bermacam-macam, yaitu epitel kolumnar simpleks
petunjuk metastasis tumor primer di daerah kepala dan
bersilia, epitel kolumnar berlapis, epitel kolumnar berlapis
leher. Pada tumor nasofaring yang sudah bermetastasis
bersilia, dan epitel kolumnar berlapis semu bersilia. Pada
regional akan memunculkan pembesaran kelenjer getah
tahun 1954, Ackerman dan Del Regato berpendapat bahwa
bening leher level II.5
epitel semu berlapis pada nasofaring ke arah mulut akan
Letak pembesaran kelenjar getah bening merupakan
berubah mejadi epitel pipih berlapis. Demikian juga epitel
petunjuk penting dari letak penyakit primer.Terdapat
yang ke arah palatum molle, batasnya akan tajam dan jelas
beberapa petunjuk umum yang mungkin membantu dalam
sekali. Yang terpenting di sini adalah pendapat umum
penilaian kelenjar getah bening leher. Kelenjar gerah bening
bahwa asal tumor ganas nasofaring itu adalah tempat-
leher yang nyeri mungkin berasal dari penyakit infeksius,
tempat peralihan atau celah-celah epitel yang masuk ke
sedangkan kelenjar getah bening yang tanpa rasa nyeri
jaringan limfe di bawahnya.1 Moch. Zaman mengemukakan
paling mungkin merupakan penyakit keganasan. Daerah
bahwa keganasan nasofaring dapat juga terjadi pada:
pembesaran kelenjar getah bening yang multipel biasanya
1. Dinding atas nasofaring atau basis kranii dan tempat di
menunjukkan penyakit sistemik seperti limfoma,
mana terdapat adenoid.
tuberkulosis, atau mononukleois infeksiosasedangkan
2. Di bagian depan nasofaring yaitu terdapat di pinggir atau
kelenjar yang soliter seringkali metastatik. Kelenjar getah
di luar koana.
bening leher bagian bawah paling mungkin berasal dari
3. Dinding lateral nasofaring mulai dari fosa Rosenmulleri
penyakit keganasan yang berasal dari bagian tubuh lain
sampai dinding faring dan palatum molle.2
selain kepala dan leher, sedangkan kelenjar pada leher
bagian atas paling mungkin sekunder dari kepala dan leher.5
merupakan faktor karsinogenik karsinoma nasofaring. masuknya EBV ke dalam DNA limfosit B dan selanjutnya
5,8
Serta kebiasaan makan makanan yang terlalu panas. menyebabkan limfosit B menjadi immortal.
c. Asap Rokok Sementara itu, sampai saat ini mekanismemasuknya
Pada banyak penelitian dikatakan bahwa merokok EBV ke dalam sel epitel nasofaring belum dapat
berhubungan dengan terjadinya keganasan ini. Merokok dijelaskan dengan pasti. Namun demikian, ada dua
dapat meningkatkan serum anti-EBV. Peningkatan reseptor yang diduga berperan dalam masuknya EBV ke
marker anti-EBV positif dapat dimiliki pada orang-orang dalam sel epitel nasofaring yaitu CR2 dan PIGR
yang memiliki kebiasaan merokok aktif selama lebih dari (Polimeric Immunogloblin Receptor). Sel yang terinfeksi
20 tahun. oleh EBV dapat menimbulkan beberapa kemungkinan
d. Formaldehid yaitu: sel menjadi mati bila terinfeksi dengan EBV dan
Formaldehid adalah suatu senyawa karsinogenik yang virus mengadakan replikasi, atau EBV yang meinfeksi sel
dapat menyebabkan proses keganasan pada rongga dapat mengakibatkan kematian virus sehingga sel
hidung. Formaldehid merupakan produk senyawa alami kembali menjadi normal atau dapat terjadi transformasi
yang dihasilkan dari lingkungan dan digunakan dalam sel yaitu interaksi antara sel dan virus sehingga
kehidupan sehari-hari. Formaldehid banyak digunakan mengakibatkan terjadinya perubahan sifat sel sehingga
sebagai senyawa pelarut, larutan desinfektan, dan terjadi transformsi sel menjadi ganas sehingga terbentuk
pengawet. Gas formaldehid dapat menyebabkan kanker sel kanker.7
pada rongga hidung, nasofaring, laring, mulut ,dan
2.7. Gejala Klinis
kelenjar ludah.
Gejala dari KNF terbagi menjadi 4 kategori:
e. Genetik
1. Gejala yang disebabkan adanya masa pada
Telah banyak ditemukan kasus herediter atau familier
nasofaring (epiktasis, sumbatan hidung dan sekret).
dari pasien karsinoma nasofaring dengan keganasan
Pada epistaksis, umumnya berupa ingus
lainnya. Pengaruh genetik terhadap karsinoma
bercampur darah yang dapat terjadi berulang-ulang
nasofaring sedang dalam pembuktian dengan
dan biasanya dalam jumlah sedikit. Gejala ini timbul
mempelajari cell mediated immunity dari virus EB dan
akibat permukaan tumor rapuh sehingga pada
tumor associated antigens pada pasien.3 Riwayat
iritasi ringan dapat terjadi perdarahan. Pada gejala
keluarga dengan salah satu anggota keluarga menderita
sumbatan hidung, gejala ini biasanya menetap dan
karsinoma nasofaring meningkatkan kemungkinan salah
bertambah berat. Gejala ini akibat pertumbuhan
satu anggota keluarga lainnya mendapatkan keganasan
massa tumor menutupi koana. Gejala menyerupai
nasofaring. Human leucocyt antigen (HLA) kemungkinan
pilek kroniskadang-kadang disertai dengan
berhubungan dengan peningkatan kejadian karsinoma
gangguan penciuman. Bila terjadi obstruksi hidung
nasofaring.
total menunjukkan stadium yang lanjut dari
6,9,10
karsinoma nasofaring.
2.6. Patogenesis
KNF timbul dikarenakan interaksi antara infeksi
2. Disfungsi dari tuba eustacius (hilang pendengaran).
kronis dengan gamma onkogenik virus eipstein bar
Gangguan ini terjadi saat tumor berada berdekatan
(EBV) serta lingkungan. Infeksi EBV primer biasanya
dengan fossa rossenmuller. Gangguan berupa,
subklinis, tetapi virus ini sangat berhubungan dengan
tinitus, otalgia dan gangguan pendengaran umunya
perkembangan beberapa keganasan termasuk KNF.7
bersifat unilateral. Gejala ini disebabkan karena
EBV menular melalui saliva, ketika infeksi primer
pertumbuhan atau infiltrasi tumor primer pada otot
saat masa anak-anak virus bereplikasi dalam sel-sel
tuba dan mengganggu mekanisme pembukaan
epitel dan menjadi laten dalam limfosit B. EBV memulai
ostia tuba. Tuba oklusi dapat menjadi permanen
infeksi pada limfosit B dengan cara berikatan dengan
jika tumor menyebar dan menyumbat muara
reseptor virus, yaitu komponen komplemen C3d (CD21
tuba.6,9,10
atau CR2). Glikoprotein pada kapsul EBV berikatan
dengan protein CD21 dipermukaan limfosit B. Aktivitas 3. Gejala yang berkaitan dengan penjalaran tumor ke
ini merupakan rangkaian yang berantai dimulai dari atas (nyeri kepala, diplopia, nyeri pada wajah dan
mati rasa).. Diplopia terjadi akibat penjalaran tumor
atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada prognosis pengobatan. Diagnosis pasti ditegakkan
umumnya batas sel tidak terlihat dengan jelas. dengan melakukan biopsi nasofaring.
- Menambah kekurangan dosis pada tumor primer Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari
dan untuk menghindari terlalu banyak jaringan karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-Barr, maka
sehat yang terkena radiasi. pada penderita karsinoma nasofaring dapat diberikan
- Sebagai booster bila masih ditemukan residu tumor imunoterapi.
- Pengobatan kasus kambuh.
5. Edukasi dan follow up
2. Kemoterapi Hal-hal yang perlu diedukasikan kepada pasien telah
Pemberian kemoterapi diberikan dalam banyak siklus, dibahas dalam sebab sebelumnya. Berikut ini adalah
dengan setiap periode diikuti dengan adanya waktu rangkuman mengenai hal-hal yang penting untuk
12
istirahat untuk memberikan kesempatan tubuh diedukasikan kepada pasien.
melakukan recover. Siklus-siklus kemoterapi umumnya
berakhir hingga 3 sampai 4 minggu. Kemoterapi sering
tidak dianjurkan bagi pasien yang kesehatannya
memburuk. Tetapi umur yang lanjut bukanlah
penghalang mendapatkan kemoterapi.
Cisplatin merupakan obat yang paling sering digunakan
untuk mengobati karsinoma nasofaring. Cisplatin telah
digunakan secara tunggal sebagai bagian dari
kemoradiasi, tetapi boleh dikombinasikan dengan obat
lain, 5-fluorourasil (5-FU) jika diberikan setelah terapi
radiasi. Beberapa obat lain boleh juga berguna untuk
mengobati kanker yang telah menyebar. Obat-obat ini
termasuk: Carboplatin, Oxaliplatin, Bleomycin,
Methotrexate, Doxorubicin, Epirubicin, Docetaxel, dan
Gemcitabine. Sering, pengkombinasian atau lebih obat-
obat ini yang digunakan.5 Tetapi berbagai macam
kombinasi dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini
adalah kombinasi dengan Cis-platinum sebagai inti.5
Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitocyn C dan 5-
fluorouracil oral setiap hari sebelum diberikan radiasi
yang bersifat radiosensitizer memperlihatkan hasil yang
memberi harapan akan kesembuhan total pasien
Follow up dilakukan meliputi konsultasi dan pemeriksaan
karsinoma nasofaring.
fisik:12
Tahun 1 : setiap 1-3 bulan
3. Operasi
Tahun 2 : setiap 2-6 bulan
Tindakan operasi pada penderita karsinoma
Tahun 3-5 : setiap 4-8 bulan
nasofaring berupa diseksi leher radikal dan
5 tahun : setiap 12 bulan
nasofaringektomi. Diseksi leher dilakukan jika masih ada
sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kekambuhan
Follow-up imaging terapi kuratif dilakukan minimal 3 bulan
kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah
pasca terapi:
dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan
a) MRI dengan kontras sekuens T1, T2, Fatsat, DWI +
radiologik dan serologi. Nasofaringektomi merupakan
ADC
suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus-kasus
b) Bone Scan untuk menilai respons terapi terhadap lesi
yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang
metastasis tulang.
tidak berhasil diterapi dengan cara lain.9
4. Imunoterapi
Follow Up Terapi Paliatif (dengan terapi kemoterapi);
dilakukan dengan CT Scan pada siklus pertengahan terapi
untuk melihat respon kemoterapi terhadap tumor. penciuman, sulit menelan, dan perdarahan pada kedua
hidung.
Prognosis keseluruhan tidak baik dan angka survival Pandangan ganda sejak 1 bulan yang lalu.
5 tahunnya hanya 30%. Hal ini biasa terjadi karena Sakit kepala hebat tidak ada.
terlambat menegakkan diagnosis. Dengan pengenalan Tidak ditemukan pandangan ganda
tanda dan gejala sedini mungkin maka prognosis dapat Tidak ditemukan sesak napas
13
membaik.
Stadium T1 dan T2 memiliki angka kontrol lokoregional yang Riwayat Penyakit Dahulu :
tinggi (> 95%) 5-year locoregional control rates. Angka Riwayat hipertensi tidak ada
survival dapat mencapai 70 –75%. Pada stadium lanjut T3 Riwayat DM tidak ada.
dan T4, angka kontrol lokoregional mencapai secara Riwayat keganasan sebelumnya tidak ada
berturut-turut 70% dan 50%. Angka survival 5 tahun pasien
dengan stadium lanjut yang ditangani kemoterapi adalah Riwayat Penyakit Keluarga :
66% dan dengan radiasi 76%.14 Relative five-year survival Tidak ada keluarga yang
rates pada karsinoma nasofaring adalah:5 memiliki keluhan serupa dengan pasien
a. Stadium I: 72%
Tidak ada anggota keluarga
b. Stadium II: 64%
yang menderita tumor atau kanker.
c. Stadium III: 62%
d. Stadium IV: 38%
Riwayat Kebiasaan, Sosial, Ekonomi:
Pasien adalah pedagang
2.3 LAPORAN KASUS
Pasien Pasien merokok 2 batang/hari
Identitas Pasien
selama 32 tahun (Status Perokok, IB
Nama : Tn. N
perokok ringan)
Jenis Kelamin : Pria
Pasien sering mengkonsumsi ikan asin
Usia : 48 tahun
sejak kecil.
Alamat : Payakumbuh
Suku Bangsa : Minangkabau
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keluhan Utama :
Keadaan Umum : sedang
Pasien telah dikenal dengan karsinoma nasofaring non
Kesadaran : composmentis
keratinizing subtype differentiated stadium IVA (T4N1M0)
cooperatif
datang untuk pro kemoterapi ke IV.
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Frekuensi nadi : 82x/menit
Riwayat Penyakit Sekarang :
Suhu : 36,6º C
Teraba benjolan yang semakin membesar dan mengganggu
Pernapasan : 20x/menit
di leher kanan depan sejak 1 tahun yang lalu
Sianosis : Tidak ada
Benjolan pada leher kanan depan pasien terasa semakin
Edema : Tidak ada
membesar dan sakit. Benjolan pada awalnya sebesar
Anemis : Tidak ada
kelereng kemudian semakin membesar.
Ikterus : Tidak ada
Pasien datang kerumah sakit setelah 1 tahun timbulnya
benjolan, baru berobat karena mencoba pengobatan
Pemeriksaan Sistemik
alternatif.
Kepala :
Riwayat telinga berdenging dan terasa penuh sejak 1 tahun
Normocephal Mata
yang lalu.
Konjungtiva : Tidak anemis
Pasien mengeluhkan hidung tersumbat sejak 7 bulan
Sklera : Tidak
setelah muncul benjolan leher disertai penurunan
ikterik Thorak
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2020
Dokter Muda THT-KL Periode Jul-Agu 2020 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Membran Timpani
Utuh Warna Putih Putih -
Refleks Cahaya (+), (+), Lapang
arah
jam 5 arah -
Bulging - jam 7
Retraksi -
- -
Atrofi -
Lapang
- Sekret
Lokasi
- -
Perforasi Jumlah perforasi - -
Jenis - - -
Kuadran - -
Pinggir - -
Jenis
Mastoid Tanda Radang - -
Fistel - - -
Sikatrik - - -
Nyeri Tekan - -
Nyeri Ketok - -
Jumlah
-
-
Hidung
Bau Rata
- Rata
-
Konka Inferior
Ukuran Warna
n
Permukaa n
Edema
Eutrofi Merah muda Licin
Konka Media
Ukuran Warna muda
muda
Permukaa n
Edema
Eutrofi Merah muda Licin
Spina
-
Tidak ada
-
Eutrofi Merah muda Licin
Tidak ada
Krista
-
Septum
-
Cukup
Cukup lurus
Cukup lurus
Abses
-
-
Lurus/Devi
Perforasi
-
-
asi
Massa
Lokasi
-
-
Permukaa
Mudah
-
-
Digoyang
Bentuk
-
-
Pengaruh
-
-
Ukuran
-
-
Vasokonstr
Permukaa
-
-
iksi
Rinoskopi Posterior
Koana
Cukup Lapang/No rmal
Sempit
Warna Massa
- -
-
-
(-)
-
Konsistens
- -
- (-)
Mukosa
Warna
i
Edema Jaringan Granulasi
-
-
-
- -
- Konsistensi
Peritonsil -
Warna -
-
Edema Abses -
Sulit dinilai
- -
- -
Sulit dinilai -
-
- -
-
-
Perlengk etan Gigi
- Karies/ra diks
-
Tumor Kesan
-
Pemeriksa Kelainan Dextra Sinistra
an
Epiglotis Bentuk Normal Normal
Warna Merah Merah muda Hygiene baik
yang diawetkan yang mengandung volatile nitrosamin sebesar kelereng kemudian semakin membesar dan
merupakan faktor karsinogenik yang berhubungan dengan mengeluarkan nanah. Pasien datang ke rumah sakit setelah
kanker nasofaring. Telah terbukti bahwa mengkonsumsi ikan 1 tahun timbulnya benjolan. Pasien juga mengeluhkan
sejak telinga berdenging, dan terasa penuh sejak 1 tahun yang
anak-anak meningkatkan risiko kanker nasofaring di Cina lalu. Keluhan hidung tersumbat, sulit menelan, penurunan
Selatan. Pasien merupakan perokok aktif dengan rata-rata penciuman, ada sejak 7 bulan setelah munculnya benjolan
menghisap 2 batang/hari selama 32 tahun terakhir (IB di leher. Riwayat keluar darah dari hidung kiri dan kanan
Ringan) ada. Pasien riwayat merokok sebanyak 2 batang perhari dari
Riwayat keluar darah dari hidung ada. Hal ini terjadi SMA. Keluhan kelemahan diwajah tidak ada. Sakit kepala
karena adanya tumor pada nasofaring. Neovaskularisasi hebat tidak ada.
pada tumor menyebabkan nasofaring mudah berdarah. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, ditemukan
Pasien juga mengeluhkan telinga berdenging, dan terasa bahwa pasien mengalami pembesaran kelenjar getah
penuh sejak 1 tahun yang lalu Gangguan pada telinga bening pada regio colli dextra dengan ukuran 100x30x20
merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor mm.
dekat muara eustachius (fosa rosenmuller). Perluasan tumor Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
ke arah posterolateral menyebabkan gangguan fungsi tuba penunjang, pasien ditegakkan diagnosanya sebagai
eustachius. Gangguan dapat berupa tinitus, rasa tidak karsinoma nasofaring non keratinizing subtype differentiated
nyaman di telinga sampai rasa nyeri di telinga (otalgia) serta stadium IVA (T4N1M0). Menurut guideline NCCN, terapi
gangguan pendengaran. yang tepat untuk pasien ini adalah concurrent
Pasien mengeluhkan adanya penglihatan gada atau diplopia chemoradiation, yaitu kombinasi kemoterapi dan radioterapi,
pada pada kedua matanya. Hal ini terjadi akibat namun hal ini sulit dilakukan sehingga pilihan terapi yang
perkembangan tumor melalui foramen laseratum dan diberikan adalah kemoterapi.
menimbulkan gangguan N. IV (N. Trochlearis) dan N. VI (N.
Abducens). Apabila tumor mengenai kiasma optikum, akan DAFTAR PUSTAKA
terjadi kebutaan.
1. Adham M, Kurniawan AN, Muhtadi AI.
Pada pasien ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah
Nasopharyngeal carcinoma in indonesia:
bening pada regio colli dextra level II, III, IV yang merupakan
epidemiology, incidence,signs, dan symptoms at
tanda penyebaran atau metastase dekat secara limfogen
presentation. Chin J Cancer. 2012;31(4):185-96.2.
dari karsinoma nasofaring. Pada karsinoma nasofaring,
2. Bustam FP, Berawi KN, Wahyudo R,Kedokteran
penyebaran ke kelenjar getah bening sangat mudah terjadi
F, Lampung U, Fisiologi B, et al. Konsumsi
akibat banyaknya stroma kelenjar getah bening pada lapisan
Ikan Asin sebagai Faktor Resiko pada
submukosa nasofaring. Biasanya penyebaran ke kelenjar
Pasien Karsinoma Nasofaring Consumption of
getah bening diawali pada nodus limfatik yang terletak di
Salted Fish as a Risk Factor in Nasopharyngeal
lateral retrofaring, yaitu Nodus Rouvierre. Di dalam kelenjar
Carcinoma Patients. 2018;8(April):1–6.
ini sel tersebut tumbuh dan berkembang biak sehingga
3. Maubere F, Nuaba IGA. Karakteristik Pasien
kelenjar menjadi besar dan tampak sebagai benjolan pada
Karsinoma Nasofaring di Poliklinik Telinga
leher bagian samping. Benjolan ini dirasakan tanpa nyeri
Hidung Tenggorokkan-Kepala Leher Rumah
karenanya sering diabaikan oleh pasien.
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Pada
Menurut guideline NCCN, terapi yang tepat untuk pasien ini
Bulan November -Desember 2014.
adalah concurrent chemoradiation, yaitu kombinasi
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
kemoterapi dan radioterapi, namun hal ini sulit dilakukan
Kanker Nasofaring. Jakarta: Komite Penanggulan
sehingga pilihan terapi yang diberikan adalah kemoterapi
Kanker Nasional (KPKN), 2017; 1-77.
5. Roezin A, Adham M. Karsinoma Nasofaring.
KESIMPULAN
Dalam: Efiaty A. Soepardi (ed). Buku ajar ilmu
Pasien Laki-Laki Berusia 48 tahun datang ke RSUP
penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi ketujuh.
Dr M Djamil dengan keluhan, benjolan dileher kanan sejak 2
Jakarta : FK UI, 2014.
tahun yang lalu. Benjolan pada leher kanan pasien terasa
semakin membesar dan sakit. Benjolan awalnya berukuran
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. 2020
Dokter Muda THT-KL Periode Jul-Agu 2020 17
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas