Disusun oleh :
SEFTIANA SAFTARI
20080310026
Dokter Penguji :
2013
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui
Dosen Pembimbing Klinik
Masalah ini paling sering terjadi pada atlet muda, terutama pegulat atau pemain football
yang berlatih tanpa tutup kepala mereka. Namun setiap trauma tumpul berat untuk daun telinga
membuat akumulasi subperikondrial darah, dengan pembuluh darah, dengan kambuh dan
kurangnya reabsorbsi, sebuah kemungkinan. Biasanya hematoma pada permukaan superolateral,
berpusat diatas konkha scapha dan atas.
Terjadi proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu
menigkat, permeabilitas kapiler meningkat, mula-mula neutrophil dan makrofag, lalu limfosit
keluar dan kapiler menuju ke jaringan sekitranya. Selanjutnya bergerak ketempat cedera dibawah
pengaruh stimulus-stimulus kemotaktik.
Peradangan pada telinga yang muncul dalam waktu seminggu setelah penyebeb yang
diduga cidera, trauma langsung pada telinga secara teratur mendahului pembengkakan.
Peradangan ditelinga mungkin memeliki warna kebiru-biruan dan kadang-kadang dapat
menimbulkan perdarahan.
Penanganan dengan cara aspirasi dan dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai
fiksasi memperoleh hasil cukup baik tidak semua pos pelayanan medis didaerah terutama di
dipuskesmas mempunyai gips.
BAB II
LANDASAN TEORI
Anatomi Telinga
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam
a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (auricular) dan liang telinga sampai
membrane tymphani.
Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk dan ditutupi oleh
kulit tipis dan dipertahankan pada tempatnya oleh otot-otot dan ligamentum. Lekukan-
lekukan ini dibentuk oleh heliks, anti heliks, tragus, antitragus, fossa skafoidea, fossa
triangularis, konka dan lobulus. Tepi daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada
bagian posterior-superiornya terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga
(Darwins’s tubercle). Pada bagian posterior heliks terdapat lengukngan yang disebut
antiheliks. 1,3,12,21
Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian
kedua krura ini disebut fossa triangularis.Diatas kedua krura ini terdapat fossa
scapha.Didepan antiheliks terdapat lekukan menyerupai corong yang menuju meatus
yang disebut konka, yang terdiri atas dua bagian samba konka, merupakan bagian antero-
posterior yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang terletak dibawahnya
berseberangan dengan konka yang terletak dibawah krus heliks terdapat tonjolan kecil
berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian diseberang tragus dan terletak
pada batas antihelik disebut antitragus.
Satu-satunya bagian daun telinga yang tidak mempunyai tulang rawan adalah
lobules. Tulang rawan daun telinga ini berlanjut dengan tulang rawan liang telinga luar.
Gambar 2 : Anatomi Telinga Luar
Meatus akustikus externus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang terbentang antara
auricular sampai membarana tympani. Berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular
ke mebran tympani. Pada orang dewasa panjang nya ±2,5 cm – 3 cm dan dapat diluruskan untuk
memasang otoskop dengan menarik auricular keatas dan kebelakang. Pada anak, auricular cukup
ditarik lurus ke belakang, atau ke bawah dan kebelakang. Daerah meatus yang paling sempit ±
5mm dari membarana tympani yang miring, maka meatus paling panjang pada dinding anterior
inferiornya.
Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan elastic dan dua pertiga
dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng tympani. Meatus dilapisi kulit dan sepertiga bagian
luarnya memiliki rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen. Yang terakhir ini adalah
modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan lili coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini
merupakan sawar lengket yang mencegah masuknya benda-benda asing. Suplai saraf sensoris
kekulit pelapisnya, berasal dari n. Auriculotemporalis dan cabang n. Vagus. Drainase limf ken l.
Parotidei superficialis, mastoidei dan cervicales superficiales.
b. Telinga Tengah
Cavum tympani adalah ruang berisi udara dalam pers petrosa ossis temporalis yang
dilapisi membrane mukosa. Di dalamnya didapatkan tulang-tulang pendengaran yang berfungsi
meneruskan getaran membrane tympani (gendangan) ke perilimf telinga dalam. Merupakan suatu
ruang mirip celah sempit yang serong, dengan sumbu panjang terletak sejajar dengan bidang
membrane tympani.
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar : Membrana tympani
Batas depan : Tuba eustachius
Batas Bawah : Vena Jugularis
Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
Batas Dalam : Kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong
(oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
Membrana tympani adalah membrane fibrosa tipis yang berbentuk bundar yang berwarna
kelabu mutiara. Permukaan luarnya ditutupi oleh epitel berlapis gepeng dan permukaan
dalamnya oleh epitel silindris rendah. Membrana tympani ini terpasang secara serong
menghadap ke bawah, depan dan lateral. Permukaan konkaf ke lateral pada dasar cekungan
terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang ditimbulkan oleh ujung manubrium mallei. Bila
membrana ini terkena cahaya stetoskop, bagian cekung ini menghasilkan “ kerucut reflex/cone of
light”, yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo. Bagian atas membrane tympani
disebut pars flaksida (membrane sharpnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrana
topia).
Gambar 3 : Anatomi telinga tengah
c. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis yaitu:
- Kanalis semisirkularis superior
- Kanalis semisirkularis posterior
- Kanalis semisirkularis lateral
Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule disebelah atas, skala tymphani
disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala
tympani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibule disebut
sebagai membrane vestibule (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membrane basalis. Pada membrane ini terletak organ korti. Pada skala media terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria dan pada membrane basalis melekat sel
rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, luas dan kanalis korti, yang membentuk organ korti.
Gambar 4 : Anatomi Telinga Dalam
d. Perdarahan Telinga.
Perdarahan daun telinga bagian superior berasal dari cabgang posterior a. carotis eksterna
yang mnedarahi juga sebagian kecil permukaan depan daun telinga . Sebagian permukaan
belakang daun telinga juga diperdarahi a.occipitalis. Permukaan depan daun telinga terutama
diperdarahi oleh cabang anterior a. temporalis superfisialis anterior.
Fisiologi Pendengaran
Proses pendengaran diawali oleh dengan ditangkapnya energy bunyi (gelombang suara)
oleh daun telinga dan melalui liang telinga diteruskan ke membrane tympani. Getaran tersebut
menggetarkan membrane tympani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengaplikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian luas membrane tympani dan tingkap lonjong (ovale window).
Energi getar yang telah di amplifikasi ini akan diteruskan ke satpes yang menggetarkan
ovale window sehingga perilmfa pada skala vestibule bergerak.
Epidemiologi
Othematom berdasarkan lokasi anatomis 12 orang (60%) murni pada daerah konka.
Sedang Priyono dkk (1983) mendapatkan 80 % pada konka. Lima orang (25%) menderita
perluasan dan daerah konka kearah bagian superior aurikula (1983), mendapatkan hanya 16%.
Perluasan ke arah lateral ada 2 orang (10%).
Etiologi
Othematom umunya terjadi akibat trauma secara langsung ke daerah telinga seperti yang
ditemui pada petinju, pegulat dan seni bela diri, sehingga terdapat penumpukan bekuan darah
diantara perikondrium dan tulang rawan menerima pasokan darah dari perichondrium atasnya.
Luka geser menyebabkan gangguan hubungan anatomi normal dari perichondrium ke tulang
rawan, dengan nekrosis tulang rawan yang dihasilkan.
Patofisiologi
Secara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu kejadian yang
mengikut sertakan enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi sel, kerusakan jaringan dan
mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan tanda inflamasi berupa kemerahan,
pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi.
Terjadi 3 proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu
meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, leukosit mula-mula neutrophil dan makrofag, lalu
limfosit keluar dari kapiler menuju ke jaringan. Selanjutnya bergerak ketempat cedera dibawah
pengaruh stimulus – stimulus kemotaktik. Bila ada antigen tersebut, mulu-mula respon imun non
spesifik bekerja untuk mengeliminasi antigen tersebut. Bila ini berhasil, inflamasi akut berhenti.
Apabila respon imun non spsifik tidak berhasil, maka respon imun spesifik diaktivasi untuk
menangkis antigen tersebut. Inflamasi berhenti apabila usaha ini berhasil. Bila tidak maka
inflamasi ini menjadi kronik dan sering kali menyebabkan destruksi yang irreversible pada
jaringan.
Manifestasi Klinis
Hematoma daun telinga ditandai dengan daun telinga yang terlihat membengkak, garis
lipatan konka menghilang, terjadi pembengkakan besar kebiru-biruan yang biasanya dapat
mengenai seluruh daun telinga, meskipun kadangkadang terbatas hanya pada setengah bagian
atas saja.
Tidak dijumpai nyeri pada daun telinga, namun bila ada nyeri tidak begitu nyata, daun
telinga terasa panas dan adanya rasa tidak nyaman.
Bila tidak segera diobati, darah ini akan terkumpul menjadi jaringan ikat yang
menyebabkan nekrosis tulang rawan, karena adanya gangguan nutria. Massa jaringan parut yang
berlekuk-lekuk ini, terutama dari tyrauma yang berulang, akan menimbulkan deformitas yang
disebut cauliflower ear. Bila dijumpai oklusi total liang telinga akan menyebabkan kehilangan
pendengaran.
Diagnosis
Anamnesa
Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma. Misalnya karena hantaman atau pukulan
saat berolahraga seperti gulat dan lainnya. Telinga dapat terasa nyeri dan bengkak. Jika
pembengkakan berlanjut, pasien sering kali mengeluhkan pendengarannya terganggu.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan pada daun telinga.
Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya nyeri tekan atau nyeri tekan yang ringan. Pada
kasus yang telah lama dan berulang dapat timbul pengerutan pada daun telinga (cauliflower ear).
Kemudian dilakukan aspirasi dan dijumpai cairan serohemoragis.
Diagnosa Banding
Perikondritis
Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasnya terjadi karena
trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi.
Pseudokista
Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan kekuningan
diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.
Penatalaksanaan
Anterior aurikularis bengkak setelah trauma, yang mrusak bentuk anatomi normal dari
pinna.
Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (setelah 7 hari , pembentukan jaringan
granulasi dapat menyulitkan prosedur. Pada saat itu pasien harus dirujuk kespesialis).
Kontra indikasi
Hal yang perlu diperhatikan pada penanganan hematoma daun telinga antara lain :
Aspirasi dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting diberikan
antibiotic yang adekuat.
Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan hematom tidak berulang kembali
dan dapat berkembang terbentuknya deposit fibrous ataupun infeksi.
Untuk mencegah reakumulasi maka setelah aspirasi atau insisi perlu dilakukan
penekanan.
Anestesi
Dilakukan anestesi local dengan lidokain 1% dengan 1:100.000 epinefrin atau tanpa
epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada daerah yang akan diinsisi dan drainase.
Banyak penulis mendukung penggunaan lidokain tanpa disertai pemberian agen
vasokontriktif seperti epinefrin. Namun demikian, beberapa literature menyetujui
keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada lokasi seperti hidung dan daun telinga.
Dengan persiapan : bersihkan kulit dengan betadine dan alcohol, dapat juga digunakan betadine
scrub, dengan anestesi local lidokain 1%.
Aspirasi Jarum
o Walaupun secara luas masih sering digunakan, metode ini tidak lagi
direkomendasikan karena dapt menyebabkan reakumulasi hematoma. Aspirasi
sering kali tidak ade kuat dan hematoma memerlukan penanganan yang lebih
lanjut. Beberapa sumber merekomendasikan aspirasi terlebih dahulu yang diikuti
dengan metode insisi jika terjadi reakumulasi.
o Gunakan jarum ukuran 18 atau 20 G untuk aspirasi darah dari daerah yang paling
berfluktiasi atau daerah yang paling bengkak.
Gambar 9 : Aspirasi Othematoma
Lakukan penekanan 5-10 menit, lalu lakukan kompresi dengan balut tekan. Teknik
yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan dapat menyebabkan reakumulasi
hematoma.
Kompresi balut tekan dapat dibuat dengan berbagai cara metode sederhana,
diantaranya :
o Letakkan kapas kering pada kanal eksternal
Isi celah aurikuler eksternal dengan kassa yang lembab (yang telah direndam dengan salin atau
vasselin)
Pemasangan balut tekan khusus pada konka, seperti silicon splint atau dental rolls, ke bagian
anterior dan posterior telinga
Bila tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis. Perikondritis adalah
radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat trauma, pasca operasi telinga, serta
sebagai komplikasi hematoma daun telinga, otitis eksterna kronik, otitis media kronik,
pseudokista. Pengobatan dengan antibiotika sering gagal. Dapat terjadi komplikasi, yaitu tulang
rawan hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lingsut. Selain itu bisa juga
terjadi reakumulasi dari hematom, luka parut dan site infeksi.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Bp. S
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Karyawan
ANAMNESIS
Keluhan Utama: Telinga terasa tebal pada daun telinga kanan, terasa ada benjolan, dan terasa
mengganggu
Os datang ke poli THT dengan keluhan terasa ada benjolan pada daun telinga kanan, dan mengganggu
saat tidur. Benjolan dirasa membesar ± 1 minggu ini, awalnya benjolan kecil lama kelamaan dipakai
terasa semakin membesar. Benjolan tidak terasa nyeri , besarnya ± 1cm.. Tidak ada keluhan pada
pendengaran pada telinga kanan dan kiri , bising(-), keluar cairan(-), demam(-), batuk(-), pilek(-)
OS sebelumnya sudah pernah merasakan keluhan seperti ini. Riwayat alergi obat, makanan, debu,
maupun udara dingin disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM
BP : 110/ 70 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20x/ menit
T : 36˚C
Kesan:
PENATALAKSANAAN
- Aspirasi
- Bebat tekan
EDUKASI
PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan os datang dengan keluhan terasa ada benjolan pada daun telinga
kanan, dan mengganggu saat tidur. Benjolan dirasa membesar ± 1 minggu ini, awalnya benjolan kecil
lama kelamaan dipakai terasa semakin membesar. Benjolan tidak terasa nyeri , besarnya ± 1cm.. Tidak
ada keluhan pada pendengaran pada telinga kanan dan kiri , bising(-), keluar cairan(-), demam(-),
batuk(-), pilek(-). Dari pemeriksaan fisik telinga ditemukan telinga kanan terdapat deformitas (+), oedem
(+) serta daun telinga tampak hiperemis, telinga kiri dalam batas normal.
Othematom merupakan hematoma pada daun telinga akibat suatu rudapaksa yang menyebabkan
tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago. Hematoma pada daun telinga
disebabkan oleh trauma, sehingga terdapat penumpukan bekuan darah diantara perikondrium dan tulang
rawan. Bila bekuan darah ini tidak dikeluarkan dapat terjadi organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan
menjadi padat dan permanen. Kejadian hematoma daun telinga atau othematoma biasanya didahului
dengan adanya trauma, seringkali terjadi pada olahragawan yang banyak kontak fisik seperti pemain
gulat, petinju dan pemain rugby dan dapat menyebabkan masalah kosmetik seperti cauliflower ear atau
bahkan kehilangan kemammpuan mendengar. Diagnosis dari hematoma daun telinga ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan aspirasi. Beberapa teknik diaplikasikan sebagai terapi dari
othematoma, antara lain dengan aspirasi, pemasangan gips, insisi, dan drainase serta penempatan
pembalut tekan yang ditujukan untuk mengeluarkan isi hematoma, mencegah berulangnya hematoma,
mencegah perikondritis, dan mencegah deformitas kosmetik.
Daftar Pustaka
1. Boies R.L in Effendi H, Santoso K. Penyakit Telinga Luar iin Boies Buku Ajar Penyakit
THT (BOIES Fundamental Of Otolaringology) , Ed 6.Penerbit Buku Kedokteran, Hal:
75- 84
2. Sosialisman and Helmi inSoepardi A.E Iskandar N edt. Kelainan Telinga luar in Buku
Ajar Ilmu Keshatan Telinga Hidung dan Tenggorok Kepala Leher, Ed 5, FKUI 2001,
hal : 9-11,45
3. Buckingham R.A, Hematoma Of Auricular in Ear, Nose and Throat Disease A Pocket
Reference, Ed 2nd , New York:1994, P:76
4. Primrose W.J, Auricular Hematoma in A New Short Textbook of Otolaringology, Ed 3 rd,
British, ELBS, 1992, P: 24-25
5. Dhingra , Auricular Hematom in Disease Of Ear, Nose, and Throat, Ed 4 th, Elsevier,
1998. P:48-49
6. Maran A.G.D, Disease Of External Ear in in Disease Of Ear, Nose, and Throat, Ed 10 th,
PG Asian Economy, Singapore:1994.P:263-264
7. T.K Timothy Jinn Hoon, Disease of The auricular externa in Ballenger’s
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery,London.2002.P: 230-235
8. Treatment Of Auricular Hematoma Using Dental Rolls Splint available from:
www.journaloftheroyalmedicalservice.com
9. Algorithm Auricular Hematom Available from :
http://drdavidson.ucsd.edu/Portals/0/PathwayAurHemat.htm
10. Glasscock and Shambaugh, , Auricular Hematoma in surgery of The Ear, Fourth Edition,
W.B Saunders Company,1990.P: 195-196
11. Kelainan Telinga Luar Available from : http://www.blog.wordpress.com
12. Snell S.R in Tambayong J Anatomi Klinik, Bagian 3, Ed 3, EGC, Jakarta.2006, Hal 128-
139.
13. Mansjoer Arif, Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok in Kapita Selekta
Kedokteran, Ed 3, Jilid 1, Media Aesculapius,FKUI,2001. Hal 94