Anda di halaman 1dari 29

PRESENTASI KASUS

OT HEMATOM AURICULAR DEXTRA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti

Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit THT

RSUD Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh :

SEFTIANA SAFTARI

20080310026

Dokter Penguji :

dr. I WAYAN MARTHANA WK, M.Kes, Sp.THT

SMF PENYAKIT THT

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2013
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan kasus dengan judul


OTHEMATOM AURICULAR DEXTRA

Mengetahui
Dosen Pembimbing Klinik

dr. I Wayan Martana WK M.Kes Sp.THT


BAB I
PENDAHULUAN
Othematome merupakan hematom daun telinga akibat ruda paksa yang menyebabkan
timbulnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago. Keadaan ini biasanya
terdapat pada remaja atau or dewasa yang mempunyai kegiatan yang memerlukan kekerasan,
namun bisa juga dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak. Bagi dokter THT sangat mudah
mendiagnosisi othematoma, akan tetapi tenaga medis lainnya tidak jarang keliru mendiagnosis,
sihingga menerapkan cara pengobatan yang tidak semestinya.

Masalah ini paling sering terjadi pada atlet muda, terutama pegulat atau pemain football
yang berlatih tanpa tutup kepala mereka. Namun setiap trauma tumpul berat untuk daun telinga
membuat akumulasi subperikondrial darah, dengan pembuluh darah, dengan kambuh dan
kurangnya reabsorbsi, sebuah kemungkinan. Biasanya hematoma pada permukaan superolateral,
berpusat diatas konkha scapha dan atas.

Terjadi proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu
menigkat, permeabilitas kapiler meningkat, mula-mula neutrophil dan makrofag, lalu limfosit
keluar dan kapiler menuju ke jaringan sekitranya. Selanjutnya bergerak ketempat cedera dibawah
pengaruh stimulus-stimulus kemotaktik.

Peradangan pada telinga yang muncul dalam waktu seminggu setelah penyebeb yang
diduga cidera, trauma langsung pada telinga secara teratur mendahului pembengkakan.
Peradangan ditelinga mungkin memeliki warna kebiru-biruan dan kadang-kadang dapat
menimbulkan perdarahan.

Mekanisme biasanya melibatkan gangguan traumatis pembuluh darah pericondrial.


Akumulasi darah dalam hasil ruang subperikondrial dalam pemisahan perikondrium dari tulang
rawan. Efek pengobatan yang paling baik untuk aurikularis hematom adalah insisi dan drainase
yang memadai dengan melalui suture secured gulung seperti gulungan gigi.

Kesalahan penanganan othematoma, dapat menyebabkan perikondritis supuratif


aurikuler, komplikasi infeksi daun telinga ini sangat ditakuti karena dapat menyebabkan seluruh
daun telinga terken infeksi dan mengubah bentuk daun telinga (Cauliflower ear). Beberapa cara
pengelolaan : antara lain dengan tindakan operasi atau insisi pembersihan, kemudian dilakukan
pembalutan. Tindakan ini tidak hanya dapat menimbulkan kekambuhan tetapi juga dapat
menyebabkan ketidak nyamanan dalam tugas sehari-hari ataupun melakukan
latihan/pertandingan bagi olahragawan. .

Penanganan dengan cara aspirasi dan dilanjutkan penekanan memakai gips sebagai
fiksasi memperoleh hasil cukup baik tidak semua pos pelayanan medis didaerah terutama di
dipuskesmas mempunyai gips.
BAB II

LANDASAN TEORI

Anatomi Telinga
Telinga terdiri atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam

Gambar 1: Anatomi Telinga dan Pembagian Telinga

a. Telinga Luar
Telinga luar terdiri dari daun telinga (auricular) dan liang telinga sampai
membrane tymphani.
Daun telinga merupakan struktur tulang rawan yang berlekuk dan ditutupi oleh
kulit tipis dan dipertahankan pada tempatnya oleh otot-otot dan ligamentum. Lekukan-
lekukan ini dibentuk oleh heliks, anti heliks, tragus, antitragus, fossa skafoidea, fossa
triangularis, konka dan lobulus. Tepi daun telinga yang melengkung disebut heliks. Pada
bagian posterior-superiornya terdapat tonjolan kecil yang disebut tuberkulum telinga
(Darwins’s tubercle). Pada bagian posterior heliks terdapat lengukngan yang disebut
antiheliks. 1,3,12,21
Bagian superior antiheliks membentuk dua buah krura antiheliks dan bagian
kedua krura ini disebut fossa triangularis.Diatas kedua krura ini terdapat fossa
scapha.Didepan antiheliks terdapat lekukan menyerupai corong yang menuju meatus
yang disebut konka, yang terdiri atas dua bagian samba konka, merupakan bagian antero-
posterior yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang terletak dibawahnya
berseberangan dengan konka yang terletak dibawah krus heliks terdapat tonjolan kecil
berbentuk segitiga tumpul yang disebut tragus. Bagian diseberang tragus dan terletak
pada batas antihelik disebut antitragus.
Satu-satunya bagian daun telinga yang tidak mempunyai tulang rawan adalah
lobules. Tulang rawan daun telinga ini berlanjut dengan tulang rawan liang telinga luar.
Gambar 2 : Anatomi Telinga Luar

Meatus akustikus externus (liang telinga) adalah tabung berkelok yang terbentang antara
auricular sampai membarana tympani. Berfungsi menghantarkan gelombang suara dari auricular
ke mebran tympani. Pada orang dewasa panjang nya ±2,5 cm – 3 cm dan dapat diluruskan untuk
memasang otoskop dengan menarik auricular keatas dan kebelakang. Pada anak, auricular cukup
ditarik lurus ke belakang, atau ke bawah dan kebelakang. Daerah meatus yang paling sempit ±
5mm dari membarana tympani yang miring, maka meatus paling panjang pada dinding anterior
inferiornya.
Sepertiga meatus bagian luar mempunyai kerangka tulang rawan elastic dan dua pertiga
dalam oleh tulang, yang dibentuk lempeng tympani. Meatus dilapisi kulit dan sepertiga bagian
luarnya memiliki rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen. Yang terakhir ini adalah
modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan lili coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini
merupakan sawar lengket yang mencegah masuknya benda-benda asing. Suplai saraf sensoris
kekulit pelapisnya, berasal dari n. Auriculotemporalis dan cabang n. Vagus. Drainase limf ken l.
Parotidei superficialis, mastoidei dan cervicales superficiales.

b. Telinga Tengah
Cavum tympani adalah ruang berisi udara dalam pers petrosa ossis temporalis yang
dilapisi membrane mukosa. Di dalamnya didapatkan tulang-tulang pendengaran yang berfungsi
meneruskan getaran membrane tympani (gendangan) ke perilimf telinga dalam. Merupakan suatu
ruang mirip celah sempit yang serong, dengan sumbu panjang terletak sejajar dengan bidang
membrane tympani.
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
Batas luar : Membrana tympani
Batas depan : Tuba eustachius
Batas Bawah : Vena Jugularis
Batas belakang : Aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
Batas Dalam : Kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong
(oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
Membrana tympani adalah membrane fibrosa tipis yang berbentuk bundar yang berwarna
kelabu mutiara. Permukaan luarnya ditutupi oleh epitel berlapis gepeng dan permukaan
dalamnya oleh epitel silindris rendah. Membrana tympani ini terpasang secara serong
menghadap ke bawah, depan dan lateral. Permukaan konkaf ke lateral pada dasar cekungan
terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang ditimbulkan oleh ujung manubrium mallei. Bila
membrana ini terkena cahaya stetoskop, bagian cekung ini menghasilkan “ kerucut reflex/cone of
light”, yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo. Bagian atas membrane tympani
disebut pars flaksida (membrane sharpnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrana
topia).
Gambar 3 : Anatomi telinga tengah

c. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa dua setengah lingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis yaitu:
- Kanalis semisirkularis superior
- Kanalis semisirkularis posterior
- Kanalis semisirkularis lateral

Pada irisan melintang koklea tampak skala vestibule disebelah atas, skala tymphani
disebelah bawah dan skala media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala
tympani berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibule disebut
sebagai membrane vestibule (Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membrane basalis. Pada membrane ini terletak organ korti. Pada skala media terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria dan pada membrane basalis melekat sel
rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, luas dan kanalis korti, yang membentuk organ korti.
Gambar 4 : Anatomi Telinga Dalam
d. Perdarahan Telinga.

Perdarahan daun telinga bagian superior berasal dari cabgang posterior a. carotis eksterna
yang mnedarahi juga sebagian kecil permukaan depan daun telinga . Sebagian permukaan
belakang daun telinga juga diperdarahi a.occipitalis. Permukaan depan daun telinga terutama
diperdarahi oleh cabang anterior a. temporalis superfisialis anterior.

Gambar 5 : Perdarahan daun telinga

Fisiologi Pendengaran

Proses pendengaran diawali oleh dengan ditangkapnya energy bunyi (gelombang suara)
oleh daun telinga dan melalui liang telinga diteruskan ke membrane tympani. Getaran tersebut
menggetarkan membrane tympani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengaplikasikan getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian luas membrane tympani dan tingkap lonjong (ovale window).
Energi getar yang telah di amplifikasi ini akan diteruskan ke satpes yang menggetarkan
ovale window sehingga perilmfa pada skala vestibule bergerak.

Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga


akan menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria.

Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi


steresilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik
dari badan sel.

Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan


neurotransmitter kedalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius,
lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke kortex pendengaran (area 39-40) dilobus
temporalis.

Gambar 6 : Fisiologi Pendengaran


Definisi

Othematom merupakan hematoma daun telnga akibat suatu rudapaksa yang


menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondriom dan kartilago. Keadaan ini
biasanya terdapat pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan memerlukan
kekerasan namun bisa saja dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak.

Epidemiologi

Penderita othematom di RSU Ulin Banjaramasin berasarkan usia sekitar 22 laki-laki


(100%) diantaranya anak 1 orang (5%) dan dewasa 20 orang (90%) sedang penderita diatas 50
hanya tahun 1 orang (5%).

Othematom berdasarkan lokasi anatomis 12 orang (60%) murni pada daerah konka.
Sedang Priyono dkk (1983) mendapatkan 80 % pada konka. Lima orang (25%) menderita
perluasan dan daerah konka kearah bagian superior aurikula (1983), mendapatkan hanya 16%.
Perluasan ke arah lateral ada 2 orang (10%).

Etiologi

Othematom umunya terjadi akibat trauma secara langsung ke daerah telinga seperti yang
ditemui pada petinju, pegulat dan seni bela diri, sehingga terdapat penumpukan bekuan darah
diantara perikondrium dan tulang rawan menerima pasokan darah dari perichondrium atasnya.
Luka geser menyebabkan gangguan hubungan anatomi normal dari perichondrium ke tulang
rawan, dengan nekrosis tulang rawan yang dihasilkan.

Patofisiologi
Secara normal cedera jaringan atau adanya bahan asing mnejadi pemicu kejadian yang
mengikut sertakan enzim, mediator, cairan ekstravasasi, migrasi sel, kerusakan jaringan dan
mekanisme penyembuhan. Hal tersebut menimbulkan tanda inflamasi berupa kemerahan,
pembengkakan, panas, nyeri dan hilangnya fungsi.

Terjadi 3 proses utama selama reaksi inflamasi ini yaitu, aliran darah kedaerah itu
meningkat, permeabilitas kapiler meningkat, leukosit mula-mula neutrophil dan makrofag, lalu
limfosit keluar dari kapiler menuju ke jaringan. Selanjutnya bergerak ketempat cedera dibawah
pengaruh stimulus – stimulus kemotaktik. Bila ada antigen tersebut, mulu-mula respon imun non
spesifik bekerja untuk mengeliminasi antigen tersebut. Bila ini berhasil, inflamasi akut berhenti.
Apabila respon imun non spsifik tidak berhasil, maka respon imun spesifik diaktivasi untuk
menangkis antigen tersebut. Inflamasi berhenti apabila usaha ini berhasil. Bila tidak maka
inflamasi ini menjadi kronik dan sering kali menyebabkan destruksi yang irreversible pada
jaringan.

Gambar 7 : Akumulasi darah antara perikondrium dan tulang rawan

Manifestasi Klinis

Pada othematom aurikula dapat terbentuk penumpukan bekuan darah diantara


prikondrium dan tulang rawan. Bila bekuan darah ini tidak segera dikeluarkan maka dapat terjadi
organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan menjadi padat dan permanen serta dapat berakibat
terbentuknya telinga bunga kol. Penampilan karakteristik telinga kembang kol adalah
konsekuensi dari fibrosis berikutnya, kontraktur dan pembentukan neokartilage.
Tanda dan Gejala

Hematoma daun telinga ditandai dengan daun telinga yang terlihat membengkak, garis
lipatan konka menghilang, terjadi pembengkakan besar kebiru-biruan yang biasanya dapat
mengenai seluruh daun telinga, meskipun kadangkadang terbatas hanya pada setengah bagian
atas saja.

Tidak dijumpai nyeri pada daun telinga, namun bila ada nyeri tidak begitu nyata, daun
telinga terasa panas dan adanya rasa tidak nyaman.

Bila tidak segera diobati, darah ini akan terkumpul menjadi jaringan ikat yang
menyebabkan nekrosis tulang rawan, karena adanya gangguan nutria. Massa jaringan parut yang
berlekuk-lekuk ini, terutama dari tyrauma yang berulang, akan menimbulkan deformitas yang
disebut cauliflower ear. Bila dijumpai oklusi total liang telinga akan menyebabkan kehilangan
pendengaran.

Gambar 8: Hematoma Auricular

Diagnosis

 Anamnesa
Dari anamnesa dijumpai adanya riwayat trauma. Misalnya karena hantaman atau pukulan
saat berolahraga seperti gulat dan lainnya. Telinga dapat terasa nyeri dan bengkak. Jika
pembengkakan berlanjut, pasien sering kali mengeluhkan pendengarannya terganggu.

 Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dari inspeksi dijumpai benjolan kemerahan pada daun telinga.
Pada palpasi terdapat fluktuasi tanpa adanya nyeri tekan atau nyeri tekan yang ringan. Pada
kasus yang telah lama dan berulang dapat timbul pengerutan pada daun telinga (cauliflower ear).
Kemudian dilakukan aspirasi dan dijumpai cairan serohemoragis.

Diagnosa Banding

 Perikondritis

Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasnya terjadi karena
trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang terinfeksi.

 Pseudokista

Terdapat benjolan didaun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan kekuningan
diantara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.

Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan adalah sepenuhnya untuk mengevakuasi darah subperikondrial dan


untuk mencegah reakumulasi. Dahulu dilakukan aspirasi sederhana pada hematoma, namu kini
kebanyakan dokter menganjurkan terapi yang lebih ekstensif dengan insisi dan drainase
kumpulan darah dalam kondisi steril, diikuti dengan pemasangan balutan tekan khusunya pada
konka. Tekanan setempat akan lebih baik bila membuat jahitan menembus diatas dental roll atau
materi serupa. Terapi paling baik dilakukan setelah cedera, sebelum terjadi organisasi hematoma.
Para pegulat perlu diingatkan untuk memakai pelindung kepala, juga pada saat berlatih.
Indikasi :

 Anterior aurikularis bengkak setelah trauma, yang mrusak bentuk anatomi normal dari
pinna.
 Presentasi dalam waktu 7 hari setelah trauma (setelah 7 hari , pembentukan jaringan
granulasi dapat menyulitkan prosedur. Pada saat itu pasien harus dirujuk kespesialis).

Kontra indikasi

 Hematoma yang lebih dari 7 hari


 Hematoma berulang atau hematoma kronis (dalam kasus ini, buja debridement bedah
oleh dokter spesialis diindikasikan karena hematom, granulasi jaringan atau keduanya
dapat ditemukan didalam tulang rawan dan bukan di subperichondrial).

Hal yang perlu diperhatikan pada penanganan hematoma daun telinga antara lain :

 Aspirasi dilakukan dalam kondisi yang steril dan setelah aspirasi penting diberikan
antibiotic yang adekuat.
 Pemantauan yang ketat diperlukan untuk memastikan hematom tidak berulang kembali
dan dapat berkembang terbentuknya deposit fibrous ataupun infeksi.
 Untuk mencegah reakumulasi maka setelah aspirasi atau insisi perlu dilakukan
penekanan.

Instrumren dan bahan yang disediakan :

 Spuilt 5 ml dengan jarum ukuran 20 G


 Scalpel No. 11 dan No. 15 dengan pemegangnya
 Curved hemostat (mosquito)
 Penrose drain
 Salep betadine
 Betadin scrub
 Kain kassa steril
 2-0 nylon atau prolene
 Lidokain 1 % (dengan atau tanpa epinefrin)
 Peralatan irigasi (spuilt, normal salin)
 Bahan untuk penekanan
o Balut tekan sederhana : kapas kering, kass dengan vasselin, kassa dengan elastic
bandage
o Balut tekan khusus : dental rolls (cotton bolsters, slicon slint, plaster mold), balut
tekan dengan kancing banjo yang difiksasi dengan nilon atau benang prolen dan
penekanan dengan gips.

Anestesi

 Dilakukan anestesi local dengan lidokain 1% dengan 1:100.000 epinefrin atau tanpa
epinefrin, dan diinfiltrasi secara langsung pada daerah yang akan diinsisi dan drainase.
 Banyak penulis mendukung penggunaan lidokain tanpa disertai pemberian agen
vasokontriktif seperti epinefrin. Namun demikian, beberapa literature menyetujui
keamanan penggunaan agen vasokonstriktor pada lokasi seperti hidung dan daun telinga.

Dengan persiapan : bersihkan kulit dengan betadine dan alcohol, dapat juga digunakan betadine
scrub, dengan anestesi local lidokain 1%.

Teknik yang digunakan

 Aspirasi Jarum
o Walaupun secara luas masih sering digunakan, metode ini tidak lagi
direkomendasikan karena dapt menyebabkan reakumulasi hematoma. Aspirasi
sering kali tidak ade kuat dan hematoma memerlukan penanganan yang lebih
lanjut. Beberapa sumber merekomendasikan aspirasi terlebih dahulu yang diikuti
dengan metode insisi jika terjadi reakumulasi.
o Gunakan jarum ukuran 18 atau 20 G untuk aspirasi darah dari daerah yang paling
berfluktiasi atau daerah yang paling bengkak.
Gambar 9 : Aspirasi Othematoma

 Insisi dan drainase


o Insisi pada tepi hematom harus dibuat pada skafa sejajar dengan heliks.
Pembukaan harus cukup luas untuk mengeluarkan seluruh hematoma.
o Perlahan-lahan dipisahkan kulit dengan perikondrium dari hematoma dan tulang
rawan, kemudian lakukan pengeluaran hematoma. Perlu kehati-hatian karena
dapat merusak perikondrium.
o Bila kumpulan bekuan darah telah terjadi karena keterlambatan tindakan, dapat
digunakan kuret tajam untuk mengeluarkan bekuan darah.
o Dilakukan irigasi dengan normal salin.
o Pemasangan drain dilakukan pada kasus – kasus dengan hematoma yang sangat
luas. Namun hal ini dapat menyebabkan luka pada drain dan dapat pula menjadi
predisposisi infeksi. Jika dilakukan pemasangan drain, pasien harus diberikan
antibiotic adekuat. Drain harus dilepas dalam 24 jam jika tidak terdapat
perdarahan yang signifikan.
Gambar 9 : Insisi dan drainase hematoma auricular

Kompresi dan balut tekan

 Lakukan penekanan 5-10 menit, lalu lakukan kompresi dengan balut tekan. Teknik
yang sederhana biasanya tidak adekuat, dan dapat menyebabkan reakumulasi
hematoma.
 Kompresi balut tekan dapat dibuat dengan berbagai cara metode sederhana,
diantaranya :
o Letakkan kapas kering pada kanal eksternal

Gambar 10 : Kompresi dengan kapas kering yang diletakkan dikanal eksternal

Isi celah aurikuler eksternal dengan kassa yang lembab (yang telah direndam dengan salin atau
vasselin)

Gambar 11 : Kompresi dengan kassa vaselin pada pina anterior


Dengan menambahkan 3-4 lapis kassa dibelakang telinga sebagai tampon pada bagian posterior,
potong kassa menjadi bentuk V, sehingga pas untuk diletakkan dibelakang telinga.

Gambar 12 : Kompresi dengan meletakkan kasa pada belakang telinga

Tutup telinga dengan kassa berlapis

Gambar 13 : Kompresi kasa pada telinga anterior


Balut dengan perban elastic

Gambar 14 : Kompresi kasa dengan perban elastic.

Pemasangan balut tekan khusus pada konka, seperti silicon splint atau dental rolls, ke bagian
anterior dan posterior telinga

Gambar 15 : Balut tekan khusus dengan dental rolls


Komplikasi

Bila tindakan tidak steril, bisa timbul komplikasi yaitu perikondritis. Perikondritis adalah
radang pada tulang rawan daun telinga, yang terjadi akibat trauma, pasca operasi telinga, serta
sebagai komplikasi hematoma daun telinga, otitis eksterna kronik, otitis media kronik,
pseudokista. Pengobatan dengan antibiotika sering gagal. Dapat terjadi komplikasi, yaitu tulang
rawan hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lingsut. Selain itu bisa juga
terjadi reakumulasi dari hematom, luka parut dan site infeksi.
BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Bp. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 40 tahun

Alamat : Ketandan RT02 Banguntapan Bantul

Pekerjaan : Karyawan

Masuk poli THT : 09:59 – 11:19 Tanggal 2 Oktober 2013

ANAMNESIS

Keluhan Utama: Telinga terasa tebal pada daun telinga kanan, terasa ada benjolan, dan terasa

mengganggu

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Os datang ke poli THT dengan keluhan terasa ada benjolan pada daun telinga kanan, dan mengganggu
saat tidur. Benjolan dirasa membesar ± 1 minggu ini, awalnya benjolan kecil lama kelamaan dipakai
terasa semakin membesar. Benjolan tidak terasa nyeri , besarnya ± 1cm.. Tidak ada keluhan pada
pendengaran pada telinga kanan dan kiri , bising(-), keluar cairan(-), demam(-), batuk(-), pilek(-)

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

OS sebelumnya sudah pernah merasakan keluhan seperti ini. Riwayat alergi obat, makanan, debu,
maupun udara dingin disangkal
PEMERIKSAAN FISIK

KEADAAN UMUM

Kesadaran : Compos mentis

BP : 110/ 70 mmHg

HR : 80x/menit

RR : 20x/ menit

T : 36˚C

STATUS LOKALIS THT

TELINGA KANAN KIRI

Bentuk Daun Telinga Normal Normal


Deformitas (+) (-)
Kelainan Kongenital Tidak ada Tidak ada
Tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak nyeri Nyeri
Penarikan daun telinga Tidak nyeri Nyeri
Regio mastoid Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Liang telinga serumen (-), sekret (-), serumen (-) sekret (-),
hiperemis (+), oedem (+) hiperemis (-), oedem (-)

Membran timpani MT intak, hiperemis (-), MT intak, hiperemis (-),


edema (-), refleks cahaya (-) edema (-), refleks cahaya (+)

Kesan:

 Daun telinga kanan terdapat benjolan, benjolan tampak berwarna merah.


 Telinga kiri dalam batas normal
 edema (+), hiperemis (+), membran timpani sulit dinilai
DIAGNOSIS KERJA

OT Hematom Auricular Dextra

PENATALAKSANAAN

- Aspirasi

- Bebat tekan

EDUKASI

 menjaga agar telinganya tidak tertekan saat tidur


 telinga ditekan dengan penjepit jemuran dirumah agar tidak oedem

PROGNOSIS

Ad Vitam : ad bonam

Ad Fungsionam : ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan os datang dengan keluhan terasa ada benjolan pada daun telinga
kanan, dan mengganggu saat tidur. Benjolan dirasa membesar ± 1 minggu ini, awalnya benjolan kecil
lama kelamaan dipakai terasa semakin membesar. Benjolan tidak terasa nyeri , besarnya ± 1cm.. Tidak
ada keluhan pada pendengaran pada telinga kanan dan kiri , bising(-), keluar cairan(-), demam(-),
batuk(-), pilek(-). Dari pemeriksaan fisik telinga ditemukan telinga kanan terdapat deformitas (+), oedem
(+) serta daun telinga tampak hiperemis, telinga kiri dalam batas normal.
Othematom merupakan hematoma pada daun telinga akibat suatu rudapaksa yang menyebabkan
tertimbunnya darah dalam ruangan antara perikondrium dan kartilago. Hematoma pada daun telinga
disebabkan oleh trauma, sehingga terdapat penumpukan bekuan darah diantara perikondrium dan tulang
rawan. Bila bekuan darah ini tidak dikeluarkan dapat terjadi organisasi dari hematoma, sehingga tonjolan
menjadi padat dan permanen. Kejadian hematoma daun telinga atau othematoma biasanya didahului
dengan adanya trauma, seringkali terjadi pada olahragawan yang banyak kontak fisik seperti pemain
gulat, petinju dan pemain rugby dan dapat menyebabkan masalah kosmetik seperti cauliflower ear atau
bahkan kehilangan kemammpuan mendengar. Diagnosis dari hematoma daun telinga ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan aspirasi. Beberapa teknik diaplikasikan sebagai terapi dari
othematoma, antara lain dengan aspirasi, pemasangan gips, insisi, dan drainase serta penempatan
pembalut tekan yang ditujukan untuk mengeluarkan isi hematoma, mencegah berulangnya hematoma,
mencegah perikondritis, dan mencegah deformitas kosmetik.
Daftar Pustaka

1. Boies R.L in Effendi H, Santoso K. Penyakit Telinga Luar iin Boies Buku Ajar Penyakit
THT (BOIES Fundamental Of Otolaringology) , Ed 6.Penerbit Buku Kedokteran, Hal:
75- 84
2. Sosialisman and Helmi inSoepardi A.E Iskandar N edt. Kelainan Telinga luar in Buku
Ajar Ilmu Keshatan Telinga Hidung dan Tenggorok Kepala Leher, Ed 5, FKUI 2001,
hal : 9-11,45
3. Buckingham R.A, Hematoma Of Auricular in Ear, Nose and Throat Disease A Pocket
Reference, Ed 2nd , New York:1994, P:76
4. Primrose W.J, Auricular Hematoma in A New Short Textbook of Otolaringology, Ed 3 rd,
British, ELBS, 1992, P: 24-25
5. Dhingra , Auricular Hematom in Disease Of Ear, Nose, and Throat, Ed 4 th, Elsevier,
1998. P:48-49
6. Maran A.G.D, Disease Of External Ear in in Disease Of Ear, Nose, and Throat, Ed 10 th,
PG Asian Economy, Singapore:1994.P:263-264
7. T.K Timothy Jinn Hoon, Disease of The auricular externa in Ballenger’s
Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery,London.2002.P: 230-235
8. Treatment Of Auricular Hematoma Using Dental Rolls Splint available from:
www.journaloftheroyalmedicalservice.com
9. Algorithm Auricular Hematom Available from :
http://drdavidson.ucsd.edu/Portals/0/PathwayAurHemat.htm
10. Glasscock and Shambaugh, , Auricular Hematoma in surgery of The Ear, Fourth Edition,
W.B Saunders Company,1990.P: 195-196
11. Kelainan Telinga Luar Available from : http://www.blog.wordpress.com
12. Snell S.R in Tambayong J Anatomi Klinik, Bagian 3, Ed 3, EGC, Jakarta.2006, Hal 128-
139.
13. Mansjoer Arif, Ilmu Penyakit Telinga Hidung dan Tenggorok in Kapita Selekta
Kedokteran, Ed 3, Jilid 1, Media Aesculapius,FKUI,2001. Hal 94

Anda mungkin juga menyukai