Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK
TEORI-TEORI PENUAAN

DISUSUN OLEH:
FATIMAH NUR FADILLAH
KHAIRITA SILVANA SOFYAN
MERI FITRIA HANDAYANI
MUHAMMAD REZA SAPUTRA
NUR IKA SYAFIRA
RAHMA PUTRI KRISDAYANTI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisanmakalah “Teori-Teori Penuaan” dapat kami selesaikan.

Shalawat beriring salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Rasulullah


SAW, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah di jalan-Nya hingga
akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata ajar
Keperawatan Gerontik. Selain itu, agar pembaca dapat memperluas ilmu yang
berkaitan dengan judul makalah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber dan hasil kegiatan yang telah dilakukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait, terutama


kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran
dalam penyelesaian makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Dan kami menyadari masih banyak kekurangan yang mendasar dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami memohon keterbukaan dalam pemberian saran
dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.

Samarinda, 21 September 2020

Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii


DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Pengertian Penuaan 5
B. Teori Proses Penuaan 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 21
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 : Perkembangan Penduduk di Dunia 1

Gambar 1.2 : Stuktur Umur di Indonesia 2

Gambar 1.3 : Presentase Penduduk lansia di Indonesia tahun 2017 3

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Lampiran 1 : Jurnal International

Lampiran 2 : Jurnal International

vi

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua adalah suatu proses alami yang akan terjadi pada pada setiap
makluk hidup. Menurut Laslett (Suardiman, 2011) menyatakan bahwa semua
makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan
proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa, berkembang biak, menjadi tua dan
akhirnya tutup usia. Sedangkan usia lanjut adalah masa yang tidak bisa
dielakkan bagi orang yang dikarunia umur panjang. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998, yang dimaksud dengan lanjut usia
(lansia) adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun ke atas.
Secara global populasi lansia diprediksi terus mengalami peningkatan
seperti tampak pada gambar di bawah. Dari gambar juga menunjukkan bahwa
baik secara global, Asia dan Indonesia dari tahun 2015 sudah memasuki era
penduduk menua (aging population) karena jumlah penduduknya yang
berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia) melebihi angka 7 persen
(Kemenkes, 2017).

Gambar 1.1 Perkembangan Penduduk di Dunia


Berdasarkan data Kemenkes (2017) dari jumlah proyeksi penduduk,
diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di
Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08
juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19
juta).

Gambar 1.2 Struktur Umur di Indonesia

1
Suatu negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di
atas tujuh persen (Soeweno). Gambar di bawah memperlihatkan persentase
lansia diIndonesia tahun 2017 telah mencapai 9,03% dari keseluruhan
penduduk. Selain itu, terlihat pula bahwa persentase penduduk 0-4 tahun
lebih rendah dibanding persentase penduduk 5-9 tahun. Sementara persentase
penduduk produktif 10-44 tahun terbesar jika dibandingkan kelompok umur
lainnya.

Gambar 1.3 Presentase Penduduk Lansia di Indonesia Tahun 2017

Dari gambar di bawah menunjukkan bahwa belum seluruh provinsi


Indonesia berstruktur tua. Ada 19 provinsi (55,88%) provinsi Indonesia yang
memiliki struktur penduduk tua. Dari gambar di bawah dapat dilihaat tiga
provinsi dengan persentase lansia terbesar adalah DI Yogyakarta (13,81%),
Jawa Tengah (12,59) dan Jawa Timur (12,25%). Sementara itu, tiga provinsi
dengan persentase lansia terkecil adalah Papua (3,20%), Papua Barat (4,33%)
dan Kepulauan Riau (4,35%). Sedangkan untuk Kalimantan Timur yaitu
sebesar 5,75% (Kemenkes, 2017).
Pada lansia terdapat banyak perubahan yang terjadi mencakup perubahan
perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual. Perubahan
fisik mencakup perubahan pada persarafan, penglihatan, kardiovaskuler, dan
lain-lain. Menurut Kuntjoro (2002) perubahan mental dipengaruhi oleh
penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan
aspek psikososial, perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan dan perubahan

2
dalam peran sosial di masyarakat. Perubahan psikososial dialami lansia yang
dulunya bekerja mengalami pensiun kemudian merasakan kehilangan
finansial, perubahan pada status, teman dan kegiatan. Sedangkan perubahan
spiritual di lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan-
perubahan yang terjadi pada lansia memiliki dampak yang mencakup semakin
tingginya tingkat ketergantungan, masalah kesehatan, masalah psikologi
mental spiritual dan lain-lain (Kuntjoro, 2002).

B. RumusanMasalah
1. Bagaimana penjelasan mengenai teori penuaan biologi ?
2. Bagaimana penjelasan mengenai teori penuaan psikologi ?
3. Bagaimana penjelasan mengenai teori penuaan social?

C. Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami teori penuaan biologi
2. Mahasiswa mampu memahami teori penuaan psikologi
3. Mahasiswa mampu memahami teori penuaan social

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis meningkatkan wawasan dan pengetahuan
dalam teori penuaan biologi, psikologi dan psikologi.
2. Bagi Institusi Pelayanan
Menjadi acuan dalam memberikan wawasan tentang teori penuaan
biologi, psikologi dan psikologi.

3
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan tentang teori penuaan biologi, psikologi dan
psikologi.
4. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan wawasan
dan pengetahauan dalam teori penuaan biologi, psikologi dan
psikologi.

4
BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Pengertian Penuaan
Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahankemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan
proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai masalah kesehatan
atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenararif (Constantinides, 1994
dalamMaryam, dkk: 2012).
Aging process (proses penuaan) dalam perjalanan hidup manusia
merupakan suatu hal yang wajar, dan ini akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai umur panjang, hanya cepat dan lambatnya proses tersebut
bergantung pada masing-masing individu. Secara teori perkembangan
manusia yang dimulai dari masa bayi, anak, remaja, dewasa, tua, dan
akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur diatas 60 tahun. Pada
usia ini terjadilah proses penuaan secara alamiah. Perlu persiapan untuk
menyambutb hal tersebut agar nantinya tidak menimbulkan fisik, mental,
sosial, ekonomi bahkan psikologis. Menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghlangnya secara perlahan-lahan kemapuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994 dalam Nugroho. W, 2000).
Proses menua merupakan suatu akumulasi secara progresif berbagai
perubahan patologis di dalam sel dan jaringan yang terjadi seiring dengan
waktu. Disamping itu, proses penuaan akan disertai menghilangnya
kemampuan jaringan secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti diri
dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tubuh tidak

1
dapat bertahan terhadap kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut
(Rabe et al., 2006).
Sehingga dapat diartikan proses penuaan merupakan tahap dewasa yang
dimana tahap pertumbuhan manusia mencapai titik perkembangan yang
maksimal, dengan disertai mulai menyusutnya tubuh yang dikarenakan
berkurangnya jumlah sel-sel dalam tubuh. Sehingga fungsi tubuh juga akan
mengalami penurunan secara perlahan-lahan yang biasanya disertai masalah
atau gangguan pada kesehatan.
Selain itu, proses menua juga merupakan proses yang terus-menerus
(berkelanjutan) secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai
udzhur atau tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan mengalami
kehilangan jaringan otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh
akan “mati” sedikit demi sedikit. Secara individu, pengaruh proses menua
dapat menimbulkan berbagai masalah sosial-ekonomi, mental, maupun fisik-
biologis. Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan pada beberapa sistem,
seperti sistem organ dalam, sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi
(jantung), sel jaringan dan sistem saraf yang tidak dapat diganti karena rusak
atau mati. Ditambahkan, terutama sel otak yang berkurang 10-20% dalam
setiap harinya dna sel ginjal yang tidak bisa membelah, sehingga tidak ada
regenerasi sel.
World Health Organization (WHO) menyebutkan batasan-batasan usia
lanjut adalah, sebagai berikut:
1.      Usia pertengahan (midle age) kelompok usia 45-59 tahun,
2.      Usia lanjut (elderly) antara 60-70 tahun,
3.      Usia lanut tua (old) antara 75-90 tahun,
4.      Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

B. Teori Proses Penuaan


Secara perspektif penuaan dibagi tiga sudut pandang : usia biologis (kapasitas
fungsi sistem organ), usia psikologis (kapasitas perilaku adaptasi), usia sosial
(perubahan peran & perilaku sesuai usia manusia).

2
1. Teori Biologi
Teori ini berfokus pada proses biologi dalam kehidupan seseorang dari
lahir sampai meninggal. Perubahan pada tubuh dapat secara independen
atau dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat patologis. Teori
biologi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu ( Klatz dan Goldman, 2003;
Yaar dan Gilchrest, 2008) :
a. Teori perkembangan genetika
Kelompok teori ini mengemukakan bahwa proses tua merupakan
bagian dari proses tumbuh kembang yang berkesinambungan, dimana
secara genetik telah terkontrol dan terprogram. Memang tidak
dipungkiri bahwa faktor luar (lingkungan) sangat berpengaruh, namun
para ilmuwan percaya bahwa lama hidup dan proses tua sudah diatur
secara instrinsik oleh tubuh, dalam hal ini kaitannya dengan genetik.
Bukti nyata akan hal ini bahwa berbagai spesies memiliki lama hidup
yang berbeda padahal mereka terekspos oleh suasana lingkungan yang
sama. Adapun teori yang termasuk di dalam kelompok teori ini adalah:
1) Teori Neuro Endokrin (hormonal)
Proses tua dipengaruhi oleh aksi hipotalamus-hipofisis-adrenal.
Dengan bertambahnya usia, maka terjadi penurunan fungsi sel-sel
neuron di hipotalamus, sehingga mengakibatkan gangguan
produksi hormon-hormon yang secara otomatis mengganggu
fungsi organ terkait. Hormon sangat vital untuk memperbaiki dan
mengatur fungsi tubuh. Semakin tua seseorang maka produksi
hormon tubuh menjadi berkurang, sehingga kemampuan tubuh
untuk memperbaiki diri (self repaired) dan mengatur diri (self
regulation) menjadi menurun (Pathath, 2017).
2) Teori Mutasi Genetik
Tiap spesies mempunyai konstitusi genetik spesifik. Tingkat
ketepatan dan kepatuhan akan menentukan kemungkinan

3
timbulnya kesalahan atau mutasi, dan sepanjang perjalanan hidup
organisme dapat muncul kode genetik spesifik yang baru.
3) Teori Imunologis
Teori ini berdasarkan dari pengalaman bahwa dengan
bertambahnya usia maka terjadi penurunan kadar imunoglobulin,
terutama IgD, peningkatan natural killer cell, penurunan faal
limfosit T, resistensi terhadap infeksi, serta peningkatan kejadian
penyakit autoimun. Salah satu bukti yang ditemukan Brocklehurst
(1978) adalah bertambahnya prevalensi autoantibodi pada orang
lanjut usia.
4) Teori Radikal Bebas
Harman (1956) menerangkan proses tua berdasarkan
timbulnya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Radikal bebas ialah atom atau molekul dengan susunan elektron
tidak lengkap atau tidak berpasangan sehingga bersifat tidak stabil
dan kecendrungan kuat untuk berpasangan. Radikal bebas
menyebabkan efek samping invivo sehingga terjadi injury sel atau
disfungsi dan diikuti inflamasi dan pada akhirnya terjadi penyakit
degeneratif.
5) Teori Membran
ZsNagy mengakatakan bahwa kemampuan untuk
memindahkan berbagai macam senyawa kimia, panas, dan berbagai
proses listrik tergangggu sejalan dengan proses tua. Membran sel
menjadi lebih kering (cairan dan lemak yang berkurang) dan
menjadi lebih padat. Hal ini mengurangi kemampuan sel untuk
menjalankan kemampuan sel untuk menjalankan fungsi normal dan
terjadi akumulasi racun (toksin) yang disebut lifofuchsin yang akan
meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
6) Teori Gangguan Mitokondria
Mitokondria adalah organel yang menghasilkan energi
Adenosine Triphosphate (ATP). Pada teori radikal bebas dikatakan

4
mitokondria terpapar oleh banyak radikal bebas yang dapat
merusak mitokondria sedangkan sel kurang mendapat proteksi
yang memadai dari proses ini, maka fungsi mitokondria akan
terganggu dan otomatis produksi ATP berkurang. Sel-sel tidak
dapat meminjam energi dari sel lain, maka kerja sel juga terganggu
bahkan gagal. Bila sel gagal menghasilkan energi otomatis organ
yang dibentuknya ikut terganggu dan gagal sehingga berakhir
dengan kematian (Q. Wang et al, 2016).
7) Teori Telomerase
Dasar teori ini didapat oleh grup ilmuwan dari Geron
Corporation di Menlo Park, California. Telomer adalah rangkaian
asam nukleat yang terdapat di ujung kromosom, fungsinya
menjaga keutuhan kromosom. Tiap kali sel tubuh membelah,
telomer akan memendek. Apabila ujung telomer sudah sangat
pendek, kemampuan sel untuk membelah akan berkurang,
melambat dan akhirnya sel tidak dapat membelah lagi (mati).

b. Teori Stokastik/Stochastic theories


Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak
atau random dan akumulasi setiap waktu. Teori ini terdiri dari :
1) Teori Mutasi Somatik
Teori mutasi somatik dikemukakan pada pertengahan abad 20
dengan dasar setelah perang dunia saat itu, lingkungan banyak
terekspos oleh radiasi yang memicu mutasi sel. Lebih jauh mutasi
sel menyebabkan kemunduran sampai pada kegagalan organ
sehingga dapat menyebabkan kematian.
2) Teori Kesalahan Berantai (Error Catasthrophe Theory).
Orgel (1963) mengemukakan teori kesalahan pembentukan
protein sel yang mengandung materi genetik. Jika kesalahan
tersebut terus-menerus diturunkan dari generasi ke generasi, maka
lumlah molekul abnormal akan semakin banyak. Menurut teori ini

5
proses tua disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang beruntun dan
berlangsung lama sepanjang kehidupan, dimana terjadi kesalahan
transkripsi (perubahan DNA menjadi RNA) maupun translasi
(perubahan RNA menjadi protein atau enzim). Enzim atau protein
yang salah ini akan menyebabkan gangguan pada metabolisme
sehingga mengurangi fungsi sel. Walaupun pada keadaan tertentu
sel mampu memperbaiki kesalahan, namun kemampuan ini sangat
terbatas. Kesalahan beruntun inilah yang akan menimbulkan
”bencana” (catasthrophe)
3) Teori Teori Pilin (Cross-Lingking Theory)

Khon dan Bjorksten (1974) mengemukakan teori ini dengan


dasar bahwa makin bertambahnya usia, protein manusia yaitu DNA
satu dengan DNA lainnya akan saling melekat dan memilin (cross-
link). Akibatnya protein (DNA) menjadi rusak dan tidak dapat
dicerna oleh enzim pemecah protein (enzim protease), sehingga
elastisitas protein akan berkurang dan akhirnya mengakibatkan
kerutan pada kulit, fungsi penyaring ginjal menjadi berkurang, dan
terjadi katarak.
4) Teori Glikosilasi (Glycosilation Theory)
Teori ini mengemukakan bahwa bila terjadi proses pengikatan
antara gula (glukosa) dengan protein (proses glikosilasi) maka
protein dan glukosa yang terlibat akan rusak dan tidak berfungsi
optimal. Semakin lama hidup seseorang, semakin banyak pula
kesempatan terjadinya pertemuan antara oksigen, glukosa dan
protein yang akan memicu terjadinya keadaan degenerasi seperti
katarak, senilis, kulit yang keriput/ kusam, dan lain-lain.
5) Teori Pakai dan Rusak (Wear and Tear Theory)
Dr. August Weismann (1982) mengatakan bahwa tubuh dan
sel-selnya rusak karena banyak terpakai dan digunakan secara
berlebihan. Organ tubuh seperti hati, lambung, ginjal, kulit, dan

6
sebagainya dirusak oleh racun (toksik) yang didapat dari makanan
dan lingkungan.

2. Teori Penuaan Psikologi


Menurut Menurut Maryam, dkk (2008) Perubahan psikologis yang
terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan
fungsional yang efektif. Adanya penurunan dan intelektualitas yang
meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori, dan belajar pada usia
lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula
penurunan kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons
stimulus sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari
stimulus yang ada. Sedangkan menurut Azizah dan Ma’rifatul (2011) teori
penuaan psikologi di bagi menjadi 3 :
a. Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara
keaktifannya setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa
mudanya tetap terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa
pada lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan social.
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity
pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di
masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal.
c. Teori Pembebasan (Disengagement Theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
secara pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya.

7
3. Teori Penuaan Sosial
Menurut Menurut Maryam, dkk (2008) ada beberapa teori sosial
yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu :
a. Teori interaksi sosial. Teori ini mencoba menjelaskan mengapa
lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal- hal
yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya
berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga
berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka
untuk mengikuti perintah.
b. Teori penarikan diri. Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang
diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di
sekitarnya.
c. Teori aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses
bergantung bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam
melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih
penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
d. Teori kesinambungan. Teori ini mengemukakan adanya
kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup
seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat
ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku,
dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah
menjadi lansia.
e. Teori perkembangan. Teori perkembangan menjelaskan bagaimana
proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana
jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat
bernilai positif ataupun negatif. Akan tetapi, teori ini tidak
menggariskan bagaimana cara menjadi tua yang diinginkan atau
yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
f. Teori stratifikasi usia. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah
bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat

8
dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok dan
bersifat makro. Setiap kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang
demografi dan keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya.
Kelemahannya adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk
menilai lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi
sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan klasifikasi kelas
dan kelompok etnik.

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang
diderita.
2. Teori- teori penuaan terdiri dari :
a. Teori Biologi :
1) Teori perkembangan genetika
Kelompok teori ini mengemukakan bahwa proses tua
merupakan bagian dari proses tumbuh kembang yang
berkesinambungan, dimana secara genetik telah terkontrol
dan terprogram.
2) Teori stokastik
Pada kelompok ini proses tua dianggap sebagai akibat dari
kumpulan dampak negatif lingkungan.
b. Teori Penuaan Psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula
dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.
c. Teori Penuaan Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal- hal yang dihargai
masyarakat.
3. Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degenerative yang akan berdampak pada perubahan-
perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi
juga kognitif, perasaan, sosial dan spiritual.

10
B. Saran
1. Untuk Penulis
Diharapkan dapat menambah beberapa sumber refrensi lain untuk
teori proses penuaan dan perubahan perubahan- perubahan yang lazim
pada lansia baik itu dari buku maupun jurnal yang terbaru.
2. Institusi Pelayanan
Hendaknya institusi pelayanan dan pemerintah melakukan
peningkatan berbagai upaya dalam menggalakkan program GERMAS
seperti diaktifkannya posyandu lansia dan pemberdayaan lansia, agar
lansia dapat tetap sehat dan mandir, dan aktif.
3. Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat menambahkan koleksi sumber refrensi dan buku
terbaru di perpustakaan tentang keperawatan gerontik yang terbaru.
4. Masyarakat
Diharapkan dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk
menambah wawasan, mengatasi berbagai pengaruh dan deteksi dini
berbagai gangguan akibat proses penuaan, lebih meningkat pola hidup
sehat yaitu program GERMAS untuk memperlambat proses penuaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azizah & Lilik Ma’rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta
: Graha Ilmu.
Fajemiroye et al. (2018). Aging-Induced Biological Changes and Cardiovascular
Diseases. Hindawi: Bio Med Research International.
https://doi.org/10.1155/2018/7156435
Kemenkes RI (2017). Situasi dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI.
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Replubik Indonesia.http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-Komprehensif.pdf di akses
pada tanggal 08 Agustus 2019
Klatz, R. and Goldman, R., (2003). Anti Aging Revolution.Third Edition.
Boulevard East : Basic Health Publication.
Kuntjoro Z, (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia.http://www.e-psikologi.co.id
diakses pada tanggal 08 Agustus 2019
Maryam, Siti., Ekasari., Mia Fatma., Rosidawati.(2012). Mengenal Usia Lanjut
dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Nugroho, Wahjudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Pathath, Abdul Wahab. (2017). Theories of Aging. The International Journal of
Indian Psychology. Volume 4. (3). DIP:18.01.142/20170403.
DOI:10.25215/0403.142
Pusat data dan informasi. (2017). Analisis Lansia Di Indonesia. Kementrian
Kesehatan ReplubikIndonesiahttp://www.depkes.go.id/download.php?
file=download/pusdatin/lainlain/Analisis%20Lansia%20Indonesia
%202017.pdf.

12
Wang, Q., Zhou, F.J., Xie, W.M., Zhao, X.R. and Liu, X. (2016) Research
Progress on Aging Mechanisms. Advances in Aging Research, 5, 49-57.
http://dx.doi.org/10.4236/aar.2016.52005
Rabe, J.H., Mamelak, A.J., Mc Elgunn, P.J.S. and Morison, W.L., 2006.
Photoaging Mechamism and Repair .J.Am.Acad of Dermatol. Vol 55: 1-19.
Suardiman, Siti Partrini. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Undang-Undang No 13 (1998). Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 13
Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
Yaar, M., 2006. Clinical and Histological Features of Intrinsic versus Extrinsic
Skin Aging. Dalam : Gilchrest, B.A., Krutmann, J., editors. Skin Aging.
Berlin : Springer. P. 10-52.

13

Anda mungkin juga menyukai