Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ihdah Nabilah Wanda Afika

NIM: 151911913112
Kelas: 3B- Lamongan

Skizofrenia

A. Pengertian Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan kronis ketika pengidapnya mengalami
halusinasi, delusi, dan juga menunjukan perubahan sikap. Pengidap skizofrenia
umumnya mengalami kesulitan untuk membedakan antara kenyataan dengan pikiran
yang ada pada diri si pengidap.
Ditandai dengan gangguan pikiran, perilaku abnormal, dan antisosial, skizofrenia
merupakan gangguan kejiwaan yang membuat pengidapnya sulit membedakan antara
kenyataan dan khayalan. Awalnya, gangguan kejiwaan ini terbagi menjadi 5 jenis.
Namun, pada 2013 lalu, dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders
5th Edition (DSM-V), para ahli dari American Psychiatric Association (APA)
menganjurkan untuk menghapus 5 jenis itu, dan hanya menggunakan satu sebutan, yaitu
skizofrenia.
Penghapusan jenis-jenis skizofrenia itu didasarkan pada keputusan para ilmuwan
dari APA, bahwa kesimpulan terdahulu tentang gangguan kejiwaan ini memiliki
stabilitas diagnostik yang terbatas, validitas yang buruk, dan reliabilitas yang rendah.
Berikut 5 jenis skizofrenia yang klasifikasinya sempat dijadikan acuan oleh para ahli
dahulu:
1. Skizofrenia Paranoid
Skizofrenia jenis ini merupakan yang paling sering muncul gejalanya, termasuk di
antaranya adalah delusi dan halusinasi. Pengidap skizofrenia paranoid biasanya
menunjukkan perilaku yang tidak normal seakan ia sedang diawasi, sehingga ia kerap
menunjukkan rasa marah, gelisah, bahkan benci terhadap seseorang. Namun, mereka
yang mengalami skizofrenia jenis ini masih memiliki fungsi intelektual dan ekspresi
yang tergolong normal.
2. Skizofrenia Katonik
Skizofrenia katonik ditandai dengan adanya gangguan pergerakan. Pengidap
skizofrenia jenis ini cenderung tidak bergerak atau justru bergerak hiperaktif. Pada
beberapa kasus juga ditemukan sama sekali tidak mau berbicara, atau senang
mengulangi perkataan orang lain. Pengidap skizofrenia katonik juga sering kali tidak
memedulikan kebersihan dirinya, serta tidak mampu menyelesaikan aktivitas yang
dilakukan.
3. Skizofrenia Tidak teratur
Skizofrenia tidak teratur merupakan jenis yang memiliki kemungkinan paling kecil
untuk disembuhkan. Pengidap skizofrenia jenis ini ditandai dengan ucapan dan
tingkah laku yang tidak teratur dan sulit dipahami. Terkadang mereka bisa tertawa
tanpa alasan jelas, atau terlihat sibuk dengan persepsi yang mereka miliki.
4. Skizofrenia Diferentiatif
Skizofrenia jenis ini merupakan yang paling sering terjadi. Gejala yang ditimbulkan
adalah kombinasi dari beragam subtipe dari skizofrenia lainnya.
5. Skizofrenia Residual
Pengidap skizofrenia residual biasanya tidak menunjukkan gejala umum dari
skizofrenia seperti berkhayal, halusinasi, tidak teratur dalam berbicara dan
berperilaku. Mereka baru mendapat diagnosis setelah satu dari empat jenis skizofrenia
lain telah terjadi.

B. Penyebab Skizofrenia
Meski penyebab utama skizofrenia belum ditemukan, ada beberapa faktor yang
dapat menjadi penyebab dari skizofrenia, antara lain:
1. Faktor Genetik
Keturunan dari pengidap skizofrenia, memiliki risiko 10 persen lebih tinggi untuk
mengidap skizofrenia. Risiko tersebut akan meningkat 40 peren lebih besar ketika
kedua orangtua sama-sama pengidap skizofrenia. Sementara itu, anak kembar yang
salah satunya menderita skizofrenia, risiko akan meningkat 50 persen lebih besar.
2. Komplikasi saat Kehamilan dan Persalinan
Skizofrenia dapat disebabkan oleh beberapa kondisi yang mungkin terjadi ketika masa
kehamilan dan dampaknya akan terlihat ketika anak tersebut lahir. Kondisi tersebut,
seperti paparan racun dan virus, ibu seorang pengidap diabetes, perdarahan dalam
masa kehamilan, serta kekurangan nutrisi. Selain dari kehamilan, komplikasi yang
terjadi pada masa persalinan juga dapat menyebabkan seorang anak mengidap
skizofrenia. Contoh komplikasi yang dimaksud, seperti berat badan yang terlalu
rendah saat kelahiran, kelahiran yang prematur, dan asfiksia atau kekurangan oksigen
saat dilahirkan.

3. Faktor Kimia pada Otak


Ketidakseimbangan kadar serotonin dan dopamin pada otak, dapat menjadi salah satu
penyebab dan meningkatkan risiko seseorang mengidap skizofrenia. Keduanya
merupakan zat kimia yang berfungsi untuk mengirim sinyal antara sel-sel otak
sebagai bagian dari neurotransmitter.

Selain itu, pengidap skizofrenia juga memiliki perbedaan struktur dan fungsi otak,
bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki gangguan mental. Perbedaan
tersebut antara lain:
a. Ventrikel otak memiliki ukuran yang lebih besar. Ventrikel sendiri adalah bagian
dalam otak yang berisi cairan.
b. Lobus temporalis memiliki ukuran yang lebih kecil. Ingatan dalam otak manusia
berkaitan dengan lobus temporalis.
c. Sel-sel pada otak memiliki koneksi yang lebih sedikit.
4. Obat-obatan tertentu.
Penyalahgunaan obat-obatan terlarang seperti narkotika, dapat membuat risiko
terjadinya skizofrenia meningkat.

C. Faktor Risiko Skizofrenia


Setiap orang bisa saja terkena skizofrenia tanpa mengenal umur, tetapi umumnya
kalangan remaja dan orang yang baru menginjak usia 20 tahun awal memiliki faktor
risiko yang lebih tinggi untuk terkena skizofrenia. Beberapa faktor yang menjadi
faktor risiko skizofrenia, yaitu:
1. Bentuk struktur otak dan sistem saraf pusat yang tidak normal.
2. Faktor genetik dari orangtua.
3. Kekurangan oksigen, kekurangan nutrisi dan terkena virus saat didalam kandungan.
4. Lahir dengan kondisi prematur.
5. Peningkatan aktivasi pada sistem kekebalan tubuh.
6. Ketidakseimbangan kadar serotinin dan dopamine.
7. Peningkatan aktivasi pada sistem kekebalan tubuh.
8. Penyalahgunaan dari obat-obat terlarang.

D. Gejala Skizofrenia
Skizofrenia terbagi menjadi dua kategori, yaitu positif dan negatif. Berikut ini
penjelasan dari dua kategori gejala penyakit tersebut:
1. Gejala Negatif
Gejala skizofrenia negatif adalah kondisi ketika sifat dan kemampuan yang dimiliki
orang normal, seperti konsentrasi, pola tidur normal, dan juga memiliki motivasi
hidup menjadi hilang. Umumnya, gejala tersebut ditambah dengan ketidakmauan
seseorang untuk bersosialisasi dan merasa tidak nyaman saat bersama orang lain. Ciri-
ciri orang yang mengidap gejala skizofrenia negatif, yaitu terlihat apatis dan buruk
secara emosi, tidak peduli terhadap penampilan diri sendiri dan menarik diri dari
pergaulan.
2. Gejala Positif
Biasanya berupa delusi, halusinasi, pikiran kacau, dan adanya perubahan perilaku.

E. Diagnosis Skizofrenia
Jika gejala gangguan kejiwaan skizofrenia terlihat, umumnya dokter kejiwaan
akan melakukan pemeriksaan fisik kepada pengidap. Selain itu, pemeriksaan riwayat
kesehatan keluarga juga akan dilakukan. Sementara untuk pemeriksaan penunjang,
seperti pemeriksaan laboratorium seperti tes darah, pemeriksaan citra otak dengan CT
Scan atau MRI dapat dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik dari gejala
skizofrenia, misalnya tumor otak atau kelainan metabolik yang bisa memiliki gejala
halusinasi seperti skizofrenia. Jika tidak ditemukan gejala atau indikasi penyakit lain
akan gangguan kejiwaan skizofrenia, dokter akan merujuk pasien atau pengidap untuk
ditangani oleh psikiater atau dokter spesialis kejiwaan.

F. Pengobatan Skizofrenia
Skizofrenia dapat diobati dengan menggunakan beberapa cara, seperti
mengombnasikan obat-obatan melalui terapi psikologis. Obat dengan resep pada
pengobatan skizofrenia ini adalah antipsikotik yang dapat memengaruhi zat
neurotransmiter didalam otak, yang bisa menurunkan rasa cemas, menurunkan atau
mencegah halusinasi dan membantu menjaga kemampuan berpikir.
Dokter umumnya akan memberikan obat-obatan antipsikotik kepada pengidap
skizofrenia untuk mengurangi atau menghilangkan gejalanya. Pengobatan lainnya
dengan terapi kejut listrik atau elektrokonvulsif (ECT). Metode ECT dengan cara
memberikan aliran listrik eksternal ke otak pengidap yang sebelumnya sudah di
anestesi atau ditidurkan sehingga kekacauan listrik pada otak penyebab gejala
halusinasi dapat berkurang.

G. Pencegahan Skizofrenia
Untuk saat ini tindakan preventif gangguan kejiwaan skizofrenia secara
spesifik belum tersedia. Namun, tentu saja faktor risiko atas terjadinya skizofrenia
bisa dilakukan dengan diagnosis sedari dini jika ada anggota keluarga yang memiliki
indikasi akan adanya gejala skizofrenia.
Keharmonisan keluarga juga menjadi hal yang penting untuk dijaga, serta
melakukan kegiatan positif dan rutin berolahraga juga bermanfaat untuk menjaga
kesehatan mental seseorang. Jika seseorang terdiagnosis mengidap skizofrenia,
penanganan medis dan pemberian resep dokter akan sangat berguna. Hal tersebut
tentu saja bertujuan untuk menghindari gejala skizofrenia semakin parah.

Anda mungkin juga menyukai