Anda di halaman 1dari 8

Pengajaran BIPA di Universitas Ilmu Sosial and Humaniora,

Ho Chi Minh, Vietnam


Oleh: Kristianus Oktriono

Vietnam dikenal dengan keindahan wisata alamnya. Salah satu destinasi wisata
unggulannya adalah Teluk Halong atau Halong Bay. Keindahan alam ini tidak lepas dari
keadaan masyarakat yang terbuka terhadap perkembangan zaman termasuk unsur budaya dan
bahasa. Bahasa Indonesia menjadi populer sejak pemerintah daerah Kota Ho Chi Minh
mengumumkan bahasa Indonesia menjadi bahasa kedua secara resmi pada Desember 2007.
Sumber dari www.worldpopulationreview.com mencatat bahwa populasi penduduk Kota Ho
Chi Minh pada 2017 mencapai 3,4 juta orang. Salah satu universitas di Kota Ho Chi Minh
yang peminat jurusan studi Indonesia cukup besar adalah Universities of Social Sciences and
Humanities (USSH) atau Universitas Ilmu Sosial and Humaniora. Pengajaran BIPA di
kampus ini dimulai pada 1993 dan telah meluluskan ratusan alumni. Para alumnus Jurusan
Studi Indonesia berkarya pada berbagai sektor, seperti pemerintahan, pariwisata, ekonomi,
pendidikan, perusahaan multinasional, swasta lokal maupun swasta asing seperti Amerika,
Indonesia, Jepang dan Korea. Beberapa di antaranya berhasil menduduki posisi penting antara
lain anggota People’s Council Provinsi An Giang (angkatan pertama 1993), Wakil Rektor
USSH (angkatan 1995), serta Direktur Techcom Bank dan Pimpinan Perwakilan PT. Kapal
Api (angkatan 1996). Pengajar ditugaskan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
untuk mengajar pelajaran tata bahasa untuk mahasiswa semester 2 dan 4, serta bahasa
Indonesia pada bidang bisnis semester 8. Jadwal pengajaran dimulai setiap Selasa hingga
Jumat di kampus utama (Distrik 1) dan kampus Thu Duc. Pengajaran dilaksanakan
berdasarkan silabus yang diberikan oleh pihak USSH dan pembuatan silabus mandiri sesuai
arahan dari pihak Fakultas Ilmu Ketimuran (Faculty of Oriental Studies). Pengajar juga
menyiapkan bahan ajar dan materi pendukung yang digunakan sebagai referensi pengajaran.
Untuk mendukung pelaksanaan pengajaran BIPA di USSH, pihak kampus juga
mendirikan Pusat Studi Indonesia (PSI) sebagai media pengembangan dan pengajaran
kontemporer BIPA. Dukungan tersebut untuk menjawab minat mahasiswa Vietnam yang
mempelajari bahasa Indonesia di University of Social Sciences and Humanities (USSH) Ho
Chi Minh City terus meningkat sejak tahun 2010. Sebanyak 24 mahasiswa mengikuti
perkuliahan di Jurusan Bahasa Indonesia USSH pada tahun ajaran 2013, meningkat 9%
dibanding tahun 2012 dengan jumlah 22 mahasiswa. Hal senada juga disampaikan secara
implisit oleh Duta Besar Indonesia untuk Republik Sosialis Vietnam, Bapak Ibnu Hadi, yang
mengatakan bahwa akan berupaya maksimal memberikan dukungan kepada USSH sebagai
cara yang efektif dalam membangun people to people contact. Pihak USSH berharap supaya
terus ditingkatkan dukungan lainnya, misalnya dengan penyediaan bahan ajar BIPA seperti
buku, kamus, penyediaan guru musik untuk mengajar gamelan, serta perangkat budaya
Indonesia relevan lainnya. Pihak USSH mempunyai 5 tenaga pengajar bahasa Indonesia.
Salah seorang pengajar seniornya, Pak Fajar Nugroho, berasal dari Indonesia. Berdasarkan
kondisi minimnya tenaga pengajar BIPA, pihak USSH berharap supaya kerja sama dalam
bentuk pengiriman tenaga pengajar BIPA dapat dilakukan secara berkesinambungan. Hal ini
tentunya sangat berkaitan erat dengan tren meningkatnya peminat di USSH pada program
sarjana strata 1 Jurusan Studi Indonesia USSH yang diresmikan pada 2002. Sejauh ini, USSH
sudah berhasil meluluskan 13 angkatan dengan jumlah 150 alumnus. Sebelumnya, sejak 1993,
pengajaran bahasa Indonesia masih berupa mata kuliah pilihan pada Fakultas Studi Asia
Tenggara. Harapan dari pejabat Pensosbud KJRI Ho Chi Minh City atas pelaksanaan program
pengajaran BIPA di USSH supaya semakin memotivasi mahasiswa dalam mempersiapkan
diri dan meningkatkan kapasitas guna menghadapi persaingan pasca diresmikannya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sehingga kelak alumnus Jurusan Studi Indonesia tidak
hanya berkarya di Vietnam, tetapi juga di negara anggota ASEAN dan di Indonesia pada
khususnya.
Pengajar mendapatkan kesempatan mendampingi lima kelas pada semester genap 2016.
Durasi pengajaran selama empat jam tatap muka di kelas per minggu setiap kelas. Kegiatan
pengajaran diusung dengan beberapa metode penting seperti metode langsung, metode
terjemahan tata bahasa, audiolingual, dan komunikatif.
Pertama, gambaran kemampuan mahasiswa yang mengambil kelas Tata Bahasa
Indonesia 2 perlu ditingkatkan karena mahasiswa tersebut baru belajar selama satu semester
di USSH. Mahasiswa tersebut berasal dari berbagai wilayah di Vietnam dan mempunyai latar
belakang penguasaan kosakata yang beragam. Kemampuan mendengarkan mereka juga masih
terbatas sehingga pengajar harus menjelaskan secara perlahan-lahan untuk membahas sebuah
topik. Hal ini tentunya memakan waktu yang cukup lama. Materi yang diberikan juga
mengikuti kecepatan pemahaman mereka sehingga kelas ini memerlukan banyak latihan
supaya hasilnya menjadi lebih baik.
Kedua, kelas menulis merupakan kelas yang diambil oleh mahasiswa semester 6.
Mereka sudah mempunyai keterampilan membaca yang baik, mendengarkan yang lebih
akurat, memahami dengan cepat, dan menulis dengan tata bahasa yang cukup baik. Secara
umum, mahasiswa yang mengambil kelas menulis diminta pihak universitas untuk mulai
memberikan presentasi tentang suatu topik. Mereka juga dilatih untuk berkomunikasi dalam
kelompok menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi, secara umum
kemampuan menulis mahasiswa tampak memuaskan melalui karya tulis yang dihasilkan.
Berikutnya, kelas mendengarkan adalah kelas yang diambil oleh mahasiswa semester 4.
Mereka sudah mempunyai keterampilan menyimak yang baik karena sudah mempelajari
kosakata, konteks kalimat, budaya Indonesia, dan pemahaman antarbudaya. Melalui latihan
mendengarkan yang diberikan, tampak bahwa semua mahasiswa mempunyai pemahaman
yang akurat sehingga tidak terjadi miskomunikasi dalam berdialog atau membahas suatu
topik. Secara umum, pemahaman mereka bagus dan bias terus meningkat.
Selanjutnya, kelas Tata Bahasa Indonesia 4 merupakan kelas yang diambil oleh
mahasiswa semester 4. Mereka sudah mempelajari tata bahasa Indonesia sejak semester 1.
Ada pula beberapa mahasiswa yang sudah berhasil mendapatkan beasiswa Darmasiswa dan
tinggal di Indonesia selama satu tahun sehingga mereka sudah terekspose dengan budaya dan
konteks Indonesia. Beberapa mahasiswa ini membantu mahasiswa lainnya dalam menjelaskan
sebuah konteks kalimat yang dipelajari. Jadi, secara umum mereka bisa memahami dan
menggunakan tata bahasa Indonesia secara baik dan benar melalui proses berbicara dan
menulis kalimat.
Terakhir, kelas bahasa Indonesia bidang bisnis merupakan kelas yang berisi mahasiswa
semester 8 dan 10. Kemampuan mereka secara umum dalam hal menulis, mendengarkan,
berbicara, dan menulis sudah cukup unggul. Hal ini tampak dalam presentasi yang disajikan
oleh setiap kelompok dan peserta melalui tayangan yang ditampilkan. Kemampuan menyimak
sudah baik tetapi perlu ditingkatkan untuk beberapa mahasiswa. Pada semester ini, mahasiswa
sudah mengerjakan karya tulis akhir (skripsi). Jadi, secara umum kemampuan mereka sudah
cukup memadai dalam berkomunikasi secara verbal maupun nonverbal.
Gambar 1—3 KBM Kelas bahasa Indonesia bidang bisnis

Gambar 4—6 KBM Kelas Tata Bahasa Indonesia 2


Gambar 7—9 Kelas Mendengarkan dan Tata Bahasa Indonesia 4

Gambar 10 KBM Kelas Menulis 6

Gambar 11 Pertunjukan seni di USSH oleh mahasiswa jurusan Studi Indonesia dalam rangkaian
acara ASEAN Cultural Exchange
Beberapa Tantangan Internal, Eksternal, dan Saran

No. Ukuran Uraian Tantangan Internal

1. Sikap Selama proses pembelajaran, sikap mahasiswa akan menentukan hasil


Belajar dari pembelajaran tersebut. Pemahaman mahasiswa yang salah terhadap
belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan
pembelajaran. Sikap mahasiswa ini akan mempengaruhinya terhadap
tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa mahasiswa merasa
tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya, tidak akan terjadi proses
belajar yang kondusif.
2. Motivasi Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya
Belajar proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan
melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi
rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri mahasiswa perlu
diperkuat terus menerus.
3. Konsentrasi Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada
Belajar pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar
maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian, guru
perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan
waktu belajar serta selingan istirahat. Menurut seorang ilmuan ahli
psikologis, kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh menit telah
mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat
selama beberapa menit. Dengan memberikan selingan istirahat, maka
perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.
4 Mengolah Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan mahasiswa untuk
Bahan menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna
Belajar bagi siswa. Isi bahan belajar merupakan sekumpulan nilai dari suatu ilmu
pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian dan
kebudayaan. Kemampuan mahasiswa dalam mengolah bahan pelajaran
menjadi makin baik jika mahasiswa berperan aktif selama proses belajar.
5 Kemampuan Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak
Berprestasi suatu proses belajar. Pada tahap ini mahasiswa membuktikan hasil
belajar yang telah lama ia lakukan. Mahasiswa menunjukkan bahwa ia
telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil
belajar. Dari pengalaman sehari-hari di kampus atau asrama akan
diketahui bahwa ada sebagian yang tidak mampu berprestasi dengan
baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses
penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan,
serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.
6 Rasa Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan
Percaya Diri berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat
Siswa adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui
bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri yang
diakui oleh guru dan rekan sejawat mahasiswa. Semakin sering mereka
mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka rasa percaya dirinya
akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka mahasiswa
akan merasa lemah percaya dirinya.
7 Intelegensi Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman
dan kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan
Keberhasilan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi
Belajar aktual bila mahasiswa memecahkan masalah dalam belajar atau
kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang
disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan
belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini
akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu, pada
tempatnya mereka didorong untuk belajar dibidang keterampilan.
8 Kebiasaan Kebiasaan-kebiasaan belajar mahasiswa akan mempengaruhi
Belajar kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah
disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar
pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan
belajar, bersekolah hanya untuk gengsi, atau datang terlambat.
Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di suatu kampus.
Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian
mahasiswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
9 Cita-Cita Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan. Didikan memiliki cita-
Siswa cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan
besar bagi mahasiswa sehingga selalu termotivasi untuk belajar dengan
serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan cita-cita
dengan kemampuan berprestasi, maka maha siswa diharapkan berani
bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri.

No. Ukuran Uraian Tantangan Eksternal

1. Guru sebagai Berdasarkan pengalaman mengajar selama empat bulan, pengajar


Pembina dan mendefiniskan guru sebagai seorang pengajar yang mendidik dengan
pendamping kesabaran. Guru tidak hanya mengajar bahasa Indonesia sesuai
mahasiswa dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi penerus
Belajar
yang dipandang sebagai ‘ideal role model’. Guru harus menjaga
standar pengajaran dan mutu pembelajaran secara berkesinambungan.
Guru juga harus bisa memposisikan dirinya sebagai pengajar yang
bisa beradaptasi dengan kondisi kekinian seperti budaya setempat dan
budaya internasional.
2 Prasarana dan Prasarana meliputi gedung kampus dan ruang belajar, sedangkan
Sarana sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran dan berbagai media
Pembelajaran pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan lapangan, lengkapnya sarana dan prasarana
pembelajaran merupakan pendukung kondisi pembelajaran yang baik.
Setiap ruangan yang ditempati dilengkapi dengan komputer/laptop,
jaringan internet, dan perlengkapan audio memadai. Hal ini tidak
berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menjamin proses
pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul tantangan tentang
bagaimana mengolah sarana dan prasarana pembelajaran sehingga
terselenggara proses belajar mengajar yang berhasil dengan baik
secara berkesinambungan.
3 Kebijakan Menurut pengajar, hasil belajar merupakan hasil proses belajar
Penilaian sehingga diperlukan keaktifan siswa dalam belajar. Berdasarkan hal
tersebut, indikator penilaian keaktifan juga perlu dipertimbangkan.
Tingginya minat mahasiswa mempelajari bahasa Indonesia juga
dikarenakan adanya peranan budaya Indonesia seperti tarian
Indonesia. Penilaian di USSH hanya terdiri dari nilai UAS dan UTS,.
Jadi, untuk penilaian tugas dan lain-lain seharusnya dibuat porsi
penilai tersendiri untuk mendapatkan nilai final.
4 Lingkungan Berdasarkan pengamatan pengajar, setiap mahasiswa berada di dalam
Sosial Siswa di lingkungan sosial sekolah. Mahasiswa memiliki kedudukan dan
Sekolah. peranan yang diakui oleh komunitasnya. Jika seorang mahasiswa
diterima, ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat
belajar. Sebaliknya jika ia ditolak, maka ia akan merasa tertekan.
Mahasiswa aktif mengikuti kegiatan di luar kelas seperti kelas menari
di acara KJRI. Mahasiswa aktif dalam kegiatan di luar kelas. Selain
itu,program studi Indonesia juga mempunyai ikatan pelajar Vietnam
yang mempelajari bahasa Indonesia di USSH. Mereka mempunyai
ketua ikatan dan dibantu oleh para pengurusnya.
5 Kurikulum Pengajar melihat bahwa kurikulum yang diberlakukan di sekolah
Sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau
yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan
kemajuan dan kebutuhan masyarakat global. Dengan kemajuan dan
perkembangan masyarakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan
akibatnya kurikulum sekolah sudah disesuaikan. Untuk kurikulum
tertentu, mereka belum mempunyai format yang tetap sehingga
seharusnya dibutuhkan survei/penelitian akan kebutuhan kelas
tersebut.

Beberapa hal yang disarankan dalam proses pembelajaran di USSH Vietnam, yaitu:
mengeidentifikasi tantangan belajar, menelaah dan menetapkan status siswa, dan
Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar. Dalam mengiodentifikasi tantangan belajar,
hal-hal yang harus dilakukan antara lain: memberikan target kosakata yang dikuasai per
minggu, mengulang pemakaian kosakata tersebut dan menambah frekuensi mendengarkan
dan berbicara. Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara: menetapkan
tujuan khusus yang ingin dicapai, menetapkan tingkat ketercapaian, dan menetapkan pola
pencapaian murid.

Anda mungkin juga menyukai