Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa

penduduk Indonesia yang memiliki masalah gigi dan mulut sebesar 25,9% dan hanya

sekitar 31,1 % yang menerima perawatan dan pengobatan gigi mulut dari tenaga medis

(perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis), sedangkan 68,9% lainnya tidak

menerima perawatan gigi dan mulut. Secara keseluruhan kesempatan dan

keterjangkauan masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pelayanan dari tenaga medis

gigi hanya sekitar 8,1 %.1

Perawatan gigi dan mulut yang dapat diterima oleh masyarakat terdiri dari beberapa

jenis salah satu di antaranya adalah ekstraksi gigi. Ekstraksi gigi atau lebih dikenal

sebagai pencabutan gigi merupakan proses pengeluaran gigi dari alveolus, di mana gigi

tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi dan tidak dapat dipertahankan.

Meskipun prosedur pencabutan gigi sering dilakukan, masih banyak pasien yang merasa

cemas saat akan melakukan pencabutan gigi di klinik maupun di rumah sakit.

Kecemasan ini dapat dipicu oleh ketakutan pasien terhadap dokter gigi dan juga benda-

benda yang digunakan saat melakukan pencabutan gigi. Kecemasan yang ditimbulkan

oleh ekstraksi gigi

1
dianggap bukanlah masalah kesehatan yang serius, tetapi dapat menjadi hambatan

dalam melakukan prosedur pencabutan gigi.2

Kecemasan dental menduduki posisi ke lima sebagai situasi yang paling sering

ditakutkan. Kecemasan merupakan suatu bentuk emosional yang normal dialami

manusia dari waktu ke waktu. Manusia merasa cemas ketika sedang gugup, menghadapi

persoalan baik yang berhubungan dengan pekerjaan, ujian, maupun ketika sedang

dihadapkan untuk membuat suatu keputusan dan perasaan tertekan.

Menurut Encyclopedia Britanica, kecemasan tidak sama dengan rasa takut.

Ketakutan terjadi ketika seseorang berada dalam keadaan berbahaya, sedangkan

kecemasan adalah respon seseorang terhadap bukan pada keadaan yang berbahaya dan

merupakan respons subyektif atau masalah emosional penyebabnya adalah diri sendiri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Australia Research Centre for Population

Oral Health menyatakan bahwa orang yang menghindari kunjungan ke dokter gigi

memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dapat disebabkan karena rasa sakit, malu,

tidak tahu apa yang akan dilakukan dokter gigi terhadap dirinya, suntikan dan biaya

perawatan gigi.3

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penilaian terhadap tingkat kecemasan pasien saat akan melakukan

pencabutan gigi.

2
1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui bagaimana tingkat kecemasan pasien saat akan melakukan

pencabutan gigi

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencabutan Gigi

Ekstraksi atau pencabutan gigi adalah suatu tindakan pengeluaran gigi dari tulang

alveolus. Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang

utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan

penyangganya, sehingga luka bekas pencabutan gigi akan sembuh secara normal dan

tidak menimbulkan masalah setelah dilakukan pencabutan gigi. Tindakan pencabutan

gigi dapat dilakukan juga pada gigi sehat dengan tujuan memperbaiki maloklusi, untuk

alasan estetik dan juga kepentingan perawatan orthodontik.

Pencabutan gigi juga merupakan tindakan bedah minor pada bidang kedokteran gigi

yang melibatkan jaringan keras dan jaringan lunak pada rongga mulut. Pencabutan gigi

ini merupakan pengeluaran suatu gigi yang utuh atau sisa akar tanpa menyebabkan rasa

sakit atau trauma. Pada tindakan pencabutan gigi harus memerhatikan keadaan lokal

maupun keadaan sumum penderita dan memastikan penderita dalam keadaan sehat.

Dalam melakukan tindakan pencabutan gigi akan dijumpai beberapa masalah kesehatan

yang sama dan terdapat masing-masing pasien pencabutan gigi. Beberapa faktor resiko

yang biasanya menjadi faktor terjadinya komplikasi pencabutan gigi.

4
Pencabutan gigi terkadang tidak bisa dilakukan karena berbagai faktor, seperti

kelainan sistemik (diabetes mellitus, hipertensi, leukemia yang tidak terkontrol,

kehamilan, kelainan perdarahan) dan kelainan lokal (perikoronitis akut, oedem

berat,absesdentoalveolar akut, dan sebagainya). Tindakan pencabutan gigi merupakan

pilihan terakhir bilamana gigi pasien sudah rusak dan tidak dapat dirawat lagi. Banyak

diantara kalangan masyarakat yang sudah mengerti akan pentingnya mempertahankan

gigi didalam rongga mulut, namun tidak sedikit juga yang masih belum mengerti dan

cenderung untuk mencabut gigi yang rusak daripada merawat gigi.4

2.2 Kecemasan

Kecemasan adalah gejala yang tidak spesifik yang sering ditemukan dan sering kali

merupakan suatu emosi yang normal. Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk

merujuk suatu respons mental dan fisik terhadap situasi yang menakutkan dan

mengancam. Secara mendasar lebih merupakan respons fisiologis daripada respons

patologis terhadap ancaman. Orang cemas tidaklah harus abnormal dalam berperilaku,

bahkan kecemasan merupakan respons yang sangat diperlukan.5

2.3 Klasifikasi Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan, yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang,

kecemasan berat dan panik.

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan yaitu berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari

dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

5
Kecemasan ringan dapat memotifasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang

persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan

tingkah laku sesuai situasi.

b. Kecemasan sedang

Kecemasan sedang yaitu memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah

yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian

yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi

pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan

meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dan volume tinggi, lahan persepsi

menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi

menurun.

c. Kecemasan berat

Kecemasan berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan

kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik,

serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak

pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang

muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, tidak dapat tidur

(insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar

secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan

kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya dan bingung.

6
d. Panik

Panik berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror karena mengalami

kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala pada keadaan ini adalah susah bernapas,

manarik nafas panjang, tidak dapat berespon terhadap perintah sederhana, berteriak,

menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.6

2.4 Faktor yang memengaruhi kecemasan

Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi terjadinya kecemasan.7

a. Usia dan tingkat perkembangan

Semakin tua usia seseorang atau semakin tinggi tingkat perkembangan seseorang maka

semakin banyak pengalaman hidup yang dimilikinya. Pengalaman hidup yang banyak

dapat mengurangi kecemasan.

b. Jenis kelamin

Kecemasan dapat dipengaruhi oleh asam lemak bebas dalam tubuh. Pria mempunyai

produksi asam lemak bebas lebih banyak dibanding wanita sehingga pria beresiko

mengalami kecemasan yang lebih tinggi daripada wanita.

c. Pendidikan

Seseorang yang berpendidikan tinggi akan menggunakan koping lebih baik sehingga

memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang

berpendidikan rendah.

7
d. Sistem pendukung

Sistem pendukung merupakan kesatuan antara individu, keluarga, lingkungan dan

masyarakat sekitar yang memberikan pengaruh individu dalam melakukan sesuatu.

Sistem pendukung tersebut akan mempengaruhi mekanisme koping individu sehingga

mampu memberi gambaran kecemasan yang berbeda.

2.5 Penilaian Kecemasan Pasien Pencabutan Gigi

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mengetahui dan menilai tingkat

kecemasan yang dialami oleh pasien yang akan melakukan tindakan pencabutan gigi.

Metode yang digunakan berupa penggunaan kuesioner yang berisi deretan pertanyaan

yang berkaitan dengan tingkat kecemasan pasien dan diukur dengan menggunakan skala

tertentu.10

Ada banyak jenis skala yang dapat mengukur tingkat kecemasan pasien,tetapi yang

paling sering digunakan adalah Spielberg’s State-Trait Anxiety Inventory (STAI) dan

Modified Corah Dental Anxiety Scale (MDAS). Kedua skala pengukuran ini seringkali

digunakan karena dapat menunjukkan gambaran kecemasan pasien dan mendiagnosa

rasa cemas dan takut pasien.10

Skala pengukuran kecemasan ini berisi 20 item yang digunakan untuk menilai sifat

cemas pasien dan 20 item untuk menilai keadaan cemas pasien. Penilaian keadaan cemas

berisi pernyataan seperti “Saya merasa tegang”, “Saya merasa khawatir”, “Saya merasa

nyaman”. Sedangkan, penilaian sifat cemas pasien berisi beberapa pernyataan seperti

“Saya terlalu khawatir pada sesuatu yang tidak terlalu penting”, “Saya merasa senang,

8
saya adalah orang yang cukup kuat”. Kemudian, dari semua pernyataan tersebut

dilakukan skoring dengan penilaian “Hampir tidak” hingga “Hampir selalu”. Semakin

tinggi skor, maka tingkat kecemasan pasien semakin tinggi.10,11

2.6 Penanganan Kecemasan

Pengobatan untuk keadaan kecemasan mancakup empat pendekatan utama.

Pendekatan-pendekatan ini mencakup:8

1. Psikoterapi.

Istilah ini digunakan untuk banyak sekali metode pengobatan gangguan kejiwaan dan

emosi, lebih banyak dengan teknik-teknik psikologi daripada melalui obat-obatan atau

oengobatan fisik.

2. Terapi relaksasi.

Relaksasi adalah teknik yang dapat digunakan semua orang untuk menciptakan

mekanisme batin dalam diri seseorang dengan membentuk pribadi yang baik,

menghilangkan berbagai bentuk pikiran yang kacau akibat ketidak berdayaan seseorang

9
dalam mengendalikan ego yang dimilikinya, mempermudah seseorang mengontrol diri,

menyelamatkan jiwa dan memberikan kesehatan bagi tubuh.

3. Meditasi

Meditasi adalah suatu cara untuk melatih diri seseorang untuk memiliki keadaan cita

atau sikap yang lebih bermanfaat. Ini dilakukan dengan berulang kali membangkitkan

suatu keadaan batin tertentu untuk membuat diri kita terbiasa dengan dan menjadikannya

kebiasaan. Tentu, terdapat banyak keadaan cita dan sikap yang bermanfaat. Salah satu

contohnya ialah keadaan cita yang lebih santai, tidak tegang dan tidak risau; contoh lain

ialah keadaan cita yang lebih terpusat, atau keadaan cita yang lebih tenang, tanpa

celotehan dan kerisauan batin yang terus-menerus.

4. Obat-obatan

Pemberian obat penenang yang ringan yang obat-obatan anti-depresi untuk

mengurangi gejala kecemasan. Obat penenang ialah obat yang menenangkan orang yang

sedang tegang sarafnya atau merasa cemas tanpa berpengaruh pada kesadaran.

Beberapa metode terapi untuk mengurangi kecemasan:9

a) Terapi spiritual, yaitu metode terapi dengan menggunakan do’a keagamaan sesuai

dengan keyakinan, misalnya untuk yang beragama Islam dengan berdzikir, berdoa dan

sholat hajat.

b) Terapi informasi, yaitu suatu metode terapi yang diberikan sebelum terapi obat

dengan memberikan informasi mengenai penyakit dan cara pencegahan.

10
c) Terapi alam, yaitu suatu metode terapi melalui tubuh dan panca inderanya dengan

menggunakan potensi alam untuk melangsungkan dan mempertahankan hidupnya misal;

udara segar, air bersih dan sinar matahari.

d) Terapi musik, yaitu suatu metode terapi dengan menggunakan rangsangan

suara/musik untuk indera pendengaran. Musik dapat menenangkan detak jantung yang

keras, juga pikiran. Jika tekanan sudah memuncak, cobalah untuk menyisihkan waktu

mendengarkan musik dengan tempo yang ringan, atau dengarkan lagu yang bisa

membuat rileks.

e) Terapi komunikasi, yaitu suatu metode terapi dengan menggunakan pendekatan.

Komunikasi dengan baik, sehingga terbina hubungan saling percaya.

f) Terapi relaksasi adalah terapi perilaku yang dapat digunakan untuk menurunkan

tingkat kecemasan yang dialami individu.

11
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Ekstraksi atau pencabutan gigi adalah suatu tindakan pengeluaran gigi dari tulang

alveolus. Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang

utuh tanpa menimbulkan rasa sakit dengan trauma yang sekecil mungkin pada jaringan

penyangganya, sehingga luka bekas pencabutan gigi akan sembuh secara normal dan

tidak menimbulkan masalah setelah dilakukan pencabutan gigi. Tindakan pencabutan

gigi dapat dilakukan juga pada gigi sehat dengan tujuan memperbaiki maloklusi, untuk

alasan estetik dan juga kepentingan perawatan orthodontik.

Pencabutan gigi terkadang menimbulkan rasa cemas pada pasien yang akan

melakukannya. Terkadang, dengan rasa cemas yang alami oleh pasien dapat

membatalkan keinginannya untuk melanjutkan perawatannya. Kecemasan adalah hal

yang wajar dialami semua orang yang dapat memberi pengaruh besar dalam perubahan

perilaku. Rasa cemas sebagai respon normal terhadap peristiwa yang dianggap

mengancam atau terhadap tekanan yang dapat menyebabkan seorang menjadi gelisah.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Yahya NB, Leman MA, Hutagulung B. Gambaran kecemasan pasien ekstraksi gigi

di rumah sakit gigi dan mulut (RSGM) UNSRAT. Pharmacon 2016; 5(1): 40-2

2. Merinchiana, Opod H, Maryono J. Gambaran kecemasan pasien ekstraksi gigi

sebelum dan sesudah menghirup aromaterapi lavender. Jurnal e-Gigi; 3(2): 391-2

3. Rusdy H, Beverly. Tingkat kecemasan masyarakat saat pencabutan gigi berdasarkan

usia, jenis kelamin,da nasal daerah dengan survei online. Dentika Dent. J 2015;

18(3): 205-10

4. Ngangi S, Mariati W, Hutagulung B. Gambaran pencabutan gigi di Balai pengobatan

rumah sakit gigi dan mulut universitas sam ratulangi. Pharmacon 2012.

5. Wasilah, Probosari N. Penatalaksanaan pasien cemas pada pencabutan gigi anak

dengan mengunakan anastesi topical dan injeksi. Stomatognatic 2011; 8(1): 51-5

6. Swastini I ,Tedjasulaksana R, Nahak MM. Gambaran rasa takut terhadap perawatan

gigi pada anak usia sekolah yang berobat ke Puskesmas IV Denpasar Barat.

Interdental Jurnal Kedokteran Gigi 2007; 5(1)

7. Eka AR. Hubungan tingkat kecemasan dengan tingkat keberhasilan memberikan obat

infus pada mahasiswa. FIK UI; 2012

13
8. Boky Harfika, Mariati N.W Maryono Jimmy. Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien

Dewasa terhadap Tindakan Pencabutan Gigi di Puskesmas Bahu Kecamatan

Malalayang Kota Manado; 2013

9. Savitri R. Kecemasan, Bagaimana mengatasi penyebabnya. Jakarta; 2003. p.35-6

10. Jornet PL, Alonsi FC, Siles MS. Assessment of general pre and post operative

anxiety in patients undergoing tooth extraction: a prospective study. British Journal

of Oral and Maxillofacial Surgery 2014; 52: 18-23

11. Gilabert ER, Romero LG, Avila GB, Palma AG, Mayordomo AR, Cossio PI.

Assessment of pre and postoperative anxiety in patients undergoing ambulatory oral

surgery in primary care. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2017; 1(22): 716-22

14

Anda mungkin juga menyukai