Anda di halaman 1dari 16

Blog Fahru21

Sekedar Sharing Tugas Kuliah

Minggu, 10 April 2016

Laporan Praktikum Ekstraksi Pelarut

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ektraksi adalah proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Ekstraksi menyangkut distribusi
suatu zat terlarut (solute) diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat
berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik ataupun anorganik, untuk
analiss makro maupun mikro. Alat yang digunakan berupa corong pisah (paling sederhana), alat
ekstraksi sokhlet, sampai yang paling rumit berupa alat counter current craig.

Ekstraksi terbagi atas dua yaitu ekstraksi padat-cair (Leaching) dan ekstraksi cair-cair (Ekstraksi pelarut).
Ekstraksi padat-cair yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka pelarut menembus
kapiler-kapiler dalam bahan padat dan melarutkan ekstrak. Sedangkan ekstraksi cair-cair (ekstraksi
pelarut) adalah proses pemindahan suatu komponen campuran cairan dari suatu larutan ke cairan yang
lain (yaitu pelarutnya).

Ekstraksi senyawa tunggal dari satu pelarut ke pelarut lainnya merupakan hal yang mudah. Kegunaan
yang besar dari ekstraksi adalah kemungkinan pemisahan dua senyawa atau lebih berdasarkan
perbedaan koefisien distribusinya. Jika suatu senyawa terlarut mempunyai KD lebih besar dari satu, dan
lainnya kurang dari satu, ekstraksi sekali akan menghasilkan pemisahan hampir sempurna. Keadaan yang
menguntungkan hanya terjadi jika dua senyawa terlarut mempunyai senyawa kimia sangat beda. Jika
dua senyawa terlarut serupa atau tidak sama, koefisien distribusinya, ekstraksi sekali hanya akan terjadi
pemisahan sebagian dengan memperkaya suatu senyawa terlarut lainnya dengan pelarut lainnya. Jika
diinginkan pemisahan yang cukup memadai proses ini harus diulang beberapa kali. Oleh karena itu,
maka dalam percobaan ini digunakan ekstraksi cair-cair (ekstraksi pelarut) untuk menentukan tetapan
distribusi (KD) asam asetat.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukan praktikum terhadap percobaan ekstraksi pelarut ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk melakukan pemisahan dengan cara ekstraksi pelarut.

2. Untu menentukan tetapan distribusi (Kp) asam asetat dalam sistem organik-cair.

C. Prinsip Percobaan

Percobaan ini didasarkan pada proses pemisahan dengan teknik esktraksi pelarut dan efisien ekstraksi
dari dua senyawa atau lebih yang dipisahkan berdasarkan perbedaan koefisien distribusinya (Kp).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Ekstraksi

Ekstraksi adalah metode pemisahan suatu zat terlarut dengan menggunakan pelarut. Metode ini lebih
memungkinkan dibandingkan metode incinerator untuk menghilangkan dioksin dalam limbah cairan
industry dan kertas. Karena limbah dalam fasa cair maka digunakan proses ekstraksi cair-cair. Pemilihan
pelarut yang cocok merupakan faktor penting untuk mendukung keberhasilan dalam proses ekstraksi
cair-cair. Ekstraksi dioksin dilakukan dengan menggunakan pelarut toluen, pemilihan ini berdasarkan
sifat kimia dan fisisnya sehingga sesuai dengan criteria pelarut (Martunus, 2007).

B. Tujuan Ekstraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam baik dari
tumbuhan, hewan dan biota laut dengan pelarut organic tertentu. Proses ekstraksi ini berdasarkan pada
kemampuan pelarut organik untuk menembus dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organic dan karena adanya perbedaan antara
konsentrasi di dalam dan konsentrasi diluar sel, mengakibatkan terjadinya difusi pelarut organik yang
mengandung zat aktif keluar sel. Proses ini berlangsung terus menerus sampai terjadi keseimbangan
konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Akhyar, 2010).

C. Ekstraksi Cair-cair
Proses ekstraksi cair-cair adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk pengambilan kembali
asam sitrat dan asam oksalat pada industri asam sitrat baik pada proses pemisahan produk yang keluar
dari fermentor maupun pada proses pengolahan limbah cairnya. Untuk mengetahui apakah proses
ekstraksi lebih layak dibanding proses yang sudah dipakai selama ini, maka diperlukan pengkajian yang
lebih mendalam. Pengkajian tersebut meliputi pemilihan solven yang sesuai, studi parameter-parameter
ekstraksi yang berguna untuk perancangan peralatan ekstraksi maupun analisis ekonominya
(Kasmiyatun, 2010).

Ekstraksi cair-cair sering disebut juga dengan istilah ekstraksi solven yang merupakan proses pemisahan
yang didasarkan pada beda distribusi komponen yang dipisahkan antara dua fasa cair. Ada 4 faktor
penting yang berpengaruh dalam peningkatan karakteristik dan hasil dari rafinat dalam proses ekstraksi
dengan pelarut DMF, yaitu temperatur, solven tratio, waktu reaksi, dan putaran pengaduk. Salah satu
cara meningkatkan mutu LCO adalah dengan cara ekstraksi.Yang mana merupakan suatu metode
operasi yang digunakan dalam proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan
menggunakan sejumlah massa bahan (solven) sebagai tenaga pemisah. Secara garis besar ekstraksi
terdiri atas tiga langkah dasar, yaitu (1) proses pencampuran sejumlah massa bahan ke dalam larutan
yang akan dipisahkan komponennya, (2) proses pembentukan fasa seimbang, (3) proses pemisahan
kedua fasa seimbang (Febriyanti, 2004).

D. Tahapan Ekstraksi Cair-cair

Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan suatu komponen dari fasa cair kefasa cair lainnya. Operasi
ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

1. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung zat terlarut (diluent), kemudian
zat terlarut akan berpindah dari fasa diluent kefasa pelarut.

2. Pemisahan fasa yang tidak saling larut yaitu fasa yang banyak mengandung pelarut disebut fasa
ekstrak danfasa yang banyak mengandung pelarut asal disebut fasa rafinat. (Degaleesan, 1976 dalam
Martunus, 2007).

E. Keunggulan Ekstraksi Cair-cair

Teknik pengolahan limbah caira groin dustri dengan metode pengompleks, pengendapan, destilasi,
pertukaran ion dan lain sebagainya telah dikenal sejak dulu. Namun, metoda-metoda tersebut dinilai
tidak ekonomis. Dengan perkembangan sains dan teknologi, telah ditemukan cara pengolahan limbah
cair tersebut, yaitu dengan metoda ekstraksi cair-cair/ Liquid-liquid Extraction (LLE). Keunggulan metoda
ini antara lain, pelarut organik yang dipergunakan dapat didaur ulang, sehingga dapat terus digunakan,
asam-asam karboksilat hasil ekstraksinya dapat dipisahkan antara satu asam dengan lainnya dan
memiliki kemurnian yang tinggi. Dengan demikian metoda ini bermanfaat ganda. Disamping dapat
membersihkan lingkungan dari pencemaran asam-asam organik yang larut dalam limbah cair, asam-
asam karboksilatnya dapat dijual kembali, sebab memiliki kemurnian yang tinggi (Putranto, 2009).
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan terhadap percobaan ekstraksi pelarut ini yaitu Corong pisah, buret asam, statif dan
klem, erlenmeyer, pipet volume, gelas piala, gelas ukur, gelas kimia, corong kaca, labu takar, batang
pengaduk dan filler.

2. Bahan

Bahan yang digunakan terhadap percobaan ekstraksi pelarut ini yaitu aquades, asam asetat glasial,
pelarut organik (CHCl3), larutan KOH 1 N dan indikator phenolpthalein.

B. Prosedur Kerja

1. Penentuan konsentrasi asam asetat total


Adapun Prosedur kerja atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan konsentrasi asam asetat
total yaitu:

a. Dimasukkan 20 mL asam asetat yang telah diencerkan kedalam erlenmyer

b. Ditambahkan indikator PP 3 tetes

c. Dilakukan titrasi dengan KOH 1 N

d. Dicatat volume KOH yang digunakan sampai larutan berubah warna

e. Dihitung konsentrasi asam asetat dalam sampel

f. Dihitung massa asam asetat yang terkandung dalam sampel

2. Ekstraksi asam asetat dengan pelarut organik dan penentuan konsentrasi asam asetat sisa

a. Untuk 1 kali ekstraksi

Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan konsentrasi asam asetat sisa untuk 1
kali ekstraksi yaitu:

1) Dimasukkan 20 mL asam asetat kedalam corong pisah

2) Ditambahkan 20 mL pelarut organik (CHCl3)

3) Dikocok beberapa menit dan didiamkan hingga terbentuk dua lapisan.

4) Dipisahkan fasa airnya

5) Diencerkan fasa air hingga 100 mL

6) Dimasukkan kedalam erlenmeyer

7) Ditambahkan 3 tetes indikator PP

8) Dilakukan titrasi dengan KOH 1 N sampai terjadi perubahan warna

9) Dicatat volume KOH yang digunakan

b. Untuk 2 kali ekstraksi dengan volume yang sama

1) Dimasukkan 20 mL asam asetat encer kedalam corong pisah

2) Ditambahkan 10 mL pelarut organik (CHCl3)


3) Dikocok beberapa menit

4) Didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan

5) Dipisahkan fasa airnya

6) Dimasukkan kedalam erlenmeyer

7) Diencerkan fasa air hingga 100 mL

8) Ditambahkan indikator 3 tetes PP

9) Dilakukan titrasi dengan KOH 1 N sampai terjadi perubahan warna

10) Dicatat volume KOH yang digunakan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Penentuan konsentrasi asam asetat total

No.

Perlakuan

Kesimpulan

1.

20 mL asam asetat dimasukan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan 3 tetes indicator PP

Larutan bening

2.

Dititrasi dengan KOH 1N

Larutan berwarna ungu muda

3.

Dihitung volume KOH yang digunakan

27,9 mL

2. Ekstraksi asam asetat dengan pelarut organik dan penentuan konsentrasi asam asetat sisa

a) Untuk 1 kali ekstraksi

No.

Perlakuan

Kesimpulan

1.

20 mL asam asetat encer dimasukan ke corong pisah, kemudian ditambahkan 20 mL pelarut organik
(klorofom). Dikocok beberapa menit, kemudian didiamkan hingga terbentuk 2 lapisan

Terbentuk dua lapisan fasa bening

2.
Dpisahkan fasa air kedalam erlenmeyer, kemudian lapisan fasa air dimasukan ke dalam labu takar dan
diencerkan hingga 100 mL kemudian ditambahkan 3 tetes indikator PP

Berwarna bening

4.

Dititrasi dengan KOH 1 N

Larutan berwarna ungu

Dicatat volume KOH yang digunakan

24 mL

b) Ekstraksi asam asetat pada 2 kali ekstraksi

No.

Perlakuan

Kesimpulan

1.

20 mL asam asetat dimasukan ke dalam corong pisah, kemudian ditambahkan 10 ml pelarut organik
(Klorofom), dikocok bebrapa menit

Terbentuk 2 lapisan

Lapisan atas adalah air, lapisan bawah adalah klorofom

2.

Dipisahkan fasa air dan fasa organik, lapisan fasa air ditampung dalam Erlenmeyer, kemudian diencerkan
hingga 100 ml dalam labu takar, setelah itu ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes

Larutan berwarna bening


3.

Dititrasi dengan KOH 1 N sampai terjadi perubahan warna.

Larutan berwarna ungu muda

1.

Dicatat volume KOH yang digunakan

25,6 mL

B. Reaksi Lengkap

CH3COOH + KOH CH3COOK + H2O

C. Perhitungan

1. Penentuan kosentrasi asam asetat total

V KOH = 27,9 mL

V asam asetat = 20 mL

V x N asam asetat = V x N KOH

20 mL x N = 27,9 mL x 1 M

N asam asetat = 1,395 M

Massa CH3COOH = mol x Mr CH3COOH

= (M x V) x Mr CH3COOH

= (1,395 x 20) x Mr CH3COOH

= 55,8 x 60 = 1674 mg = 1,674 gram

2. Ekstraksi asam asetat dengan pelarut organic dalam penentuan konsentrasi asam asetat

a) Untuk 1 x ekstraksi

V CH3COOH = 100 mL = 0,1 L

V KOH = 24 mL = 0,024 L

N KOH =1N
(V x N) asam asetat = (V x N) KOH

0,1 L x N = 0,024 L x 1 N

N =

[CH3COOH]air = 0,24 N

[CH3COOH]organic = [CH3COOH]total – [CH3COOH]air

= (1,395 -0,24) N

= 1,155 N

Massa CH3COOH dalam air = mol x Mr CH3COOH

= (M x V) x Mr CH3COOH

= (0,24 x 0,1) x 60

= 1,44 gram

m CH3COOH dalam CHCl3= m CH3COOHtot – m CH3COOH dlm air

=1,674 gram – 1,44 gram

= 0,234 gram

b) Untuk 2x ekstraksi

V KOH = 25,6 mL = 0,0256 L

[CH3COOH]air =

= 0,256 N

[CH3COOH]org = [CH3COOH]total – [CH3COOH]air

= 1,395 - 0,256

= 1,139 N

Massa CH3COOH dalam air = mol x Mr CH3COOH


= (M x v) x Mr CH3COOH

= (0,256 x 0,1) x 60

= 1,536 gram

m CH3COOH dalam CHCl3 = m CH3COOHtot – mCH3COOH dlm air

= 1,674 gram – 1,536 gram

= 0,138 gram

3. Penentuan koefisien distribusi (KD)

a) Untuk 1x ekstraksi

KD =

= 6,15384615

b) Untuk 2x ekstraksi

KD =

= 11,1304348

D. Pembahasan

Ekstraksi merupakan proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Ekstraksi menyangkut


distribusi suatu zat terlarut (solute) diantara dua fasa cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi
sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih, baik untuk zat organik ataupun anorganik,
untuk analiss makro maupun mikro. Ekstraksi terbagi menjadi dua yaitu ekstraksi padat-cair dan
ekstraksi cair-cair. Pada percobaan ini ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi cair-cair (ekstraksi
pelarut).

Ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua fasa pelarut yang tidak saling
bercampur dimana sebagian komponen larut pada fasa pertama dan sebagian pelarut pada fasa kedua,
lalu kedua fasa yang mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan
sempurna dan terbentuk dua lapisan fasa cair, dan komponen kimia akan terpisah dalam kedua fasa
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap.

Prinsip percobaan ini didasari oleh hukum Distribusi Nerst yaitu zat terlarut akan terbagi dua pelarut
yang tidak saling bercampur sehingga dalam keadaan setimbang, perbandingan kedua zat akan konstan.
Ekstraksi pelarut ini menggunakan dua jenis pelarut yaitu asam asetat dan pelarut organik (CH3Cl).
Sebelum melakukan ektraksi terlebih dahulu melakukan standarisasi asam asetat dengan cara titrasi. Hal
ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi asam asetat yang akan digunakan pada saat ekstraksi.

Percobaan ekstraksi pelarut dilakukan untuk menentuan koefisien distribusi asam asetat dalam pelarut
organik yaitu CHCl3 dan pelarut murni yaitu air. Digunakan pelarut organik CHCl3 mengingat bahwa
pelarut ini bersifat non polar sehingga tidak bercampur dengan pelarut air yang akhirnya akan dapat
ditentukan seberapa besar asam asetat yang terdistribusi dalam CHCl3 dan air. Langkah awal yang
dilakukan dalam penentuan koefisien distribusi asam asetat ini yaitu menentukan konsentrasi asam
asetat total.

Dalam menentukan konsentrasi asam asetat dilakukan standarisasi asam asetat menggunakan larutan
KOH 1 N. Standarisasi ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi asam asetat yang digunakan. Pada
standarisasi dimasukan 20 mL asam asetat ke dalam erlenmeyer digunakan indikator phenolpthalein
untuk menunjukkan keadaan dimana jumlah mol asam asetat sama dengan jumlah mol KOH. Saat titrasi
KOH dan asam asetat terjadi perubahan warna, maka tepat habis bereaksi atau biasa disebut titik akhir
titrasi. Setelah larutan berubah warna, maka dihentikan proses titrasi dan volume KOH yang digunakan
yaitu sebesar 27,9 mL.

Pengamatan selanjutnya, yaitu ekstraksi asam asetat dalam pelarut organik (kloroform) untuk 1
ekstraksi. Mula-mula 20 mL asam asetat dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 20 mL
pelarut organik CHCl3 (kloroform). Dilakukan penggocokan larutan yang terdapat dalam corong pisah.
Tujuan dilakukan pengocokan adalah agar larutan asam asetat dengan kloroform menjadi homogen dan
agar asam asetat mampu terdistribusi dalam CHCl3 dan H2O. Dilakukan pengocokan dan didiamkan
selama beberapa menit agar molekul-molekul dalam komponen larutan menjadi stabil hingga terbentuk
dua lapisan yaitu lapisan air dan lapisan kloroform. Lapisan atas adalah air dan lapisan bawah adalah
kloroform.

Terbentuknya dua lapisan menunjukkan bahwa kloroform dan air tidak saling bercampur. Tidak
bercampurnya kedua pelarut ini disebabkan oleh perbedaan sifat polaritas dari kedua larutan, dimana
air sebagai pelarut polar sedang kloroform sebagai pelarut nonpolar. Kloroform berada pada lapisan
bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar daripada air dan pada lapisan atas didapatkan
pelarut air yang agak keruh. Kekeruhan ini menunjukkan bahwa dalam pelarut air telah ada asam asetat
yang terdistribusi di dalamnya begitupun pada pelarut organik kloroform.

Untuk mengetahui seberapa besar asam asetat yang terdistribusi dalam kedua pelarut ini, maka lapisan
air dipisahkan dan dilakukan titrasi lapisan airnya dengan menggunakan KOH 1 M. Lapisan organik
dalam hal ini kloroform tidak digunakan dalam titrasi mengingat bahwa dalam pelarut ini asam asetat
tidak larut sehingga apabila dilakukan titrasi maka tidak dapat diketahui seberapa besar asam asetat
yang terdistribusi di dalamnya. Lapisan yang ada dibagian bawah dikeluarkan dari corong dengan jalan
membuka kran corong dan dijaga agar jangan sampai lapisan atas ikut mengalir keluar. Lapisan air
diencerkan hingga 100 mL untuk mengefisiensikan larutan baku primer KOH yang digunakan. Setelah itu,
ditambahkan indikator phenolpthalien dan dilakukan titrasi. Pada saat larutan berubah warna, maka
dihentikan proses titrasi dan volume KOH yang digunakan sebesar 24 mL. Berdasarkan perhitungan,
maka diperoleh koefisien distribusi (KD) asam asetat untuk 1 ekstraksi yaitu 6,15384615.

Pengamatan selanjutnya yaitu ekstraksi asam asetat dalam pelarut organik kloroform untuk 2 ekstraksi.
Perlakuan yang dilakukan tak jauh berbeda dengan saat 1 ekstraksi hanya saja volume pelarut yang
digunakan harus dibagi dua agar dapat diulangi dua kali. Langkah pertama 20 mL asam asetat
ditambahkan dengan 10 mL kloroform lalu diekstraksi dan dipisahkan fase airnya. Selanjutnya fase air
tersebut ditambahkan 10 mL kloroform dan diekstraksi kembali. Kemudian fase airnya dititrasi dengan
KOH 1 N dengan pemakaian volume sebesar 25,6 mL. Koefisien distribusi (KD) yang diperoleh pada
ekstraksi 2 yaitu 11,1304348.

BAB V

SIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hasil pengamatan yang diperoleh bahwa dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Ekstraksi pelarut atau biasa dikenal dengan ekstraksi penyarian, merupakan suatu proses pemisahan
dimana suatu zat terdistribusi dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Kegunaan besar dari penyarian
ini adalah kemungkinan untuk pemisahan dua senyawa atau lebih berdasarkan koefisien distribusinya
(KD).

2. Nilai koefisien distribusi (KD) untuk 1x ekstraksi sebesar 6,15384615dan 2x ektraksi sebesar
11,1304348.
Fahru di 04.18

Berbagi

2 komentar:

Milamirani30 Oktober 2019 04.18

Daftar pustaka.ny mz

Balas

Unknown18 November 2019 19.04

Daftar pustaka please

Balas

Beranda
Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dan bagian tumbuhan obat,
hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun
sel tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan begitu pula ketebalannya sehingga diperlukan metode
ekstraksi dan pelarut tertentu untuk mengekstraksinya ( Tobo F, 2001).

Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik dalam suatu
larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang
pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan satu atau lebih zat terlarut (solut)
ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan dengan mengocok-ngocok larutan dalam
sebuah corong pemisah selama beberapa menit (Shevla, 1985).

Ada beberapa metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengambil komponen berkhasiat ini;
diantaranya dengan melakukan perendaman, mengaliri simplisia dengan pelarut tertentu ataupun yang
lebih umum dengan melakukan perebusan dengan tidak melakukan proses pendidihan (Makhmud,
2001).

Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan lebih mudah tarut dalam petarut
organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut organik menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga set yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat
akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara
konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Tobo F, 2001).

Proses Ekstrak bahan alam

Pengeringan dan perajangan

Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam
penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari teruainya kandungan kimia karena pengaruh
enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan kapang (jamur).
Jamur Aspergilus flavus akan menghasilkan aflatoksin yang sangat beracun dan dapat menyebabkan
kanker hati, senyawa ini sangat ditakuti oleh konsumen dari Barat. Menurut persyaratan obat tradisional
tertera bahwa Angka khamir atau kapang tidak Iebih dari 104. Mikroba patogen harus negatif dan
kandungan aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per juta (bpj). Tandanya simplisia sudah kering adalah
mudah meremah bila diremas atau mudah patah. Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan
dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari 10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang
tertera dalam Materia Medika Indonesia atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di
bawah sinar matahari langsung, melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan kipas
penyedot udara sehingga terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa dilakukan pengeringan di bawah sinar
matahari maka perlu ditutup dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan
debu. Agar proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata dan tidak bertumpuk.
Ditekankan di sini bahwa cara pengeringan diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak
kandungan aktifnya (Dijten POM, 1990).

Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat.
Perajangan dapat dilakukan “manual” atau dengan mesin perajang singkong dengan ketebalan yang
sesuai. Apabila terlalu tebal maka proses pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan dapat
membusuk atau berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat rusaknya kandungan kimia
karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang digunakan sebaiknya bukan dan besi
(misalnya “stainless steel” eteu baja nirkarat) (Ditjen POM, 1990).

Anda mungkin juga menyukai