Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

Nama : Sulistia

NIM : 08061181823116

Kelas / Kelompok : B/6

DosenPembimbing : Apt. Dina Permata Wijaya, M.Si.


Apt. Herlina, M. Kes.

PERCOBAAN VI: PENENTUAN KOEFISIEN PARTISI DAN


KONSTANTA DISOSIASI

LABORATORIUM BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2020
LAPORAN PRAKTIKUM VI

BIOFARMASETIKA DAN FARMAKOKINETIKA

PENENTUAN KOEFISIEN PARTISI DAN KONSTANTA DISOSIASI

I. TUJUAN

1. Untuk memahami hubungan antara pKa dan pH


2. Untuk mempelajari koefisien partisi (PC) dan konstanta disosiasi (pKa) asam
salisilat
3. Untuk mengukur kadar ekstraksi asam salisilat dari larutan dapar kedalam
pelarut organik

II. DASAR TEORI

Besarnya koefisien partisi merupakan salah satu indikator dari kemampuan


pelarut tersebut dalam memisahkan polutan (asam butirat) dari fasa air ke fasa
organiknya. Sehingga linieritas yang terjadi pada kenaikan harga koefisien partisi,
akan menggambarkan pula linieritas kenaikan kemampuan ekstraksi dari pelarut
tersebut. Bahan obat yang memiliki koefisien partisi yang rendah akan sulit
berpenetrasi melalui membran sehingga memiliki bioavaibilitas yang rendah
(Sweetman, 2009).

Koefisien partisi merupakan salah satu parameter hidrofobik/lipofilik yang


menunjukkan kondisi keberadaan molekul obat pada pelarut nonpolar dan polar.
Nilai koefisien partisi yang terlalu besar akan menyebabkan molekul obat tertahan
lama pada lipid, sehingga tidak akan mampu mencapai target. Sebaliknya nilai
koefisien partisi yang terlalu kecil akan menyebabkan molekul obat sangat larut
dalam air (darah), sehingga tidak akan mampu menembus sawar (barrier) lipid
untuk mencapai organ lipid seperti otak dan jaringan saraf lain (Nogrady, 1992).

Asam salisilat merupakan senyawa kimia berfungsi sebagai fitohormon


untuk memacu kegiatan pembelahan sel dan pertumbuhan jaringan tanaman serta
meningkatkan ketahanan tanaman melalui sistem resistensi sistemik (SAR) Vlot,
Dempsey & Klessing 2009; Zhang et al. 2010. Asam salisilat juga dimanfaatkan
untuk mengendalikan patogen kentang pada kultur in vitro, seperti yang dilakukan
oleh Czajkowski et al. 2015, senyawa ini dapat mengurangi gejala infeksi yang
disebabkan oleh Dickeya solani (Dempsey,2009).

Asam salisilat menghasilkan senyawa fenolik yang memiliki gugusan


hidroksil atau senyawa cincin aromatik yang memiliki peran dalam biosintesis
lignin, fitoaleksin melindungi tanaman dari cendawan, bakteri, dan virus.
Tanaman terserang patogen secara tidak langsung terluka sehingga di sekitar
terinfeksi hypertensive respon (HR) yang secara langsung menghasilkan sintesis
protein PR, yaitu kitinase dan β-1,3 glucanase Malamy dan Daniel; Yu et al.
1997 (Malamy, 1992).

Hidrofobisitas suatu pelarut dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan


berbagai parameter, antara lain adalah parameter kelarutan Hildebrand (δ),
konstanta dieletrika (ε), dipole moment (µ), dan nilai logaritma koefisien partisi
(log P) . Telah ditunjukkan oleh Laane et al. (1987a,b) bahwa korelasi terbaik,
antara aktivitas katalisis dan hidrofobisitas, diperoleh jika parameter hidrofobisitas
yang dipakai adalah nilai log P dari pelarut yang digunakan. Nilai P diberi batasan
sebagai koefisien partisi suatu pelarut pada suatu sistem dua fase yang terdiri dari
1-oktanol dan air (Persamaan 1). Nilai P ini dapat ditentukan dengan mudah
melalui percobaan atau pun dengan perhitungan menggunakan konstanta
hidrofobisitas gugus-gugus atau fragmen-fragmen yang telah ditentukan
sebelumnya (Rekker, 1977).

Secara teori kalau nilai koefisien partisi suatu pelarut diketahui, maka
pengaruh sistem pelarut tersebut terhadap konstanta kesetimbangan dapat
diprediksi sebelumnya . Hal demikian tentunya bisa digunakan sebagai alat untuk
memilih jenis pelarut sesuai dengan tujuan reaksi yang dikehendaki. Penentuan
koefisien partisi cukup penting dilakukan dikarenakan ini bertujuan untuk
mendapatkan karakterisasi dan aktivasi biologis suatu obat. Terdapat beberapa
metode untuk mengukur nilai koefisien partisi, salahh satunya adalah metode
penggojokan dengan menggunakan sistem dua pelarut yang tidak saling campur
(Hailing, 1990).
Sistem kelas biofarmasi membagi jenis obat berdasarkan kelarutannya
dalam air, permeabilitas intensin dan disolusi produk obat. Meskipun koefisien
partisi bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat menggambarkan
permeabilitas suatu senyawa ke dalam membran intestinal, kulit, atau jaringan
yang lain, tetapi koefisien partisi adalah faktor kunci yang menentukan
permeabilitas obat melalui penghalang lipid atau membran biologis. Selain itu
koefisien partisi merupakan parameter lipofilisitas yang berguna untuk interaksi
suatu obat dengan makro molekul, enzim dan reseptor obat (Shargel, 1999).

Sifat lipofilisitas obat adalah sifat kelarutan obat dalam fase lemak dan
fase air (Soekardjo, 1995). Kelarutan obat dalam suatu pelarut tertentu
dipengaruhi oleh struktur kimia obat tersebut. Oleh karena itu nilai log koefisien
partisi (log P) sering digunakan sebagai parameter yang menghubungkan antara
struktur kimia obat dan aktivitas biologis. Nilai log P yang besar menunjukan
lipofilisitas yang besar, dengan demikian senyawa akan mudah menembus
membran biologis dan sebaliknya (Siswandono, 1995).

Nilai logaritma koefisien partisi (log P) suatu obat selain dapat ditentukan
secara percobaan, juga dapat ditentukan secara perhitungan teoritis. Penentuan
nilai log P secara perhitungan teoritis dapat dilakukan dengan metode
penjumlahan tetapan phi dari Hansch-Fujita dan metode penjumlahan tetapan f
dari Rekker-Mannhold. Metode penjumlahan tetapan phi dari Hansch-Fujita
dilakukan dengan cara memecah struktur senyawa tersebut menjadi gugusnya dan
menjumlahkan tetapan phi msing masing gugus tersebut (Hansch, 1971). Metode
penjumlahan tetapan f dari Rekker-Mannhold dilakukan dengan cara memecah
struktur senyaawa tersebut menjadi fragmen-fragmennya dan menjumlahkan
teteapan f masing-masing fragmen tersebut (Rekker, 1997).

Asam salisilat merupakan senyawa fenolik yang disintesis tumbuhan


melalui pathway asam shikimik, sebagai respon terhadap berbagai infeksi dan
berperan sebagai sinyal reaksi ketahanan tanaman (Hammerschmidt, 1999).
Asam salisilat merupakan bahan penginduksi RST yang sangat baik pada berbagai
tanaman Dalam percobaan ini, asam salisilat merupakan bahan penginduksi
eksternal yang paling baik dalam menginduksi RST tanaman kacang tanah
terhadap penyakit karat (Keesman, 1994).

Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi topikal dalam bidang
dermatologi, dan telah lama dikenal dengan khasiat utama sebagai bahan
keratolitik. Hingga saat ini asam salisilat masih digunakan dalam terapi veruka,
kalus, psoriasis, dermatitis seboroik pada kulit kepala, dan iktiosis.
Penggunaannya semakin berkembang sebagai bahan peeling dalam terapi penuaan
kulit, hiperpigmentasi pascainflamasi, dan akne. Efek samping lokal yang sering
dijumpai pada penggunaan asam salisilat adalah dermatitis kontak. Beberapa
kepustakaan melaporkan adanya toksisitas sistemik akibat absorpsi perkutan.
Toksisitas asam salisilat, meskipun jarang, dapat menimbulkan komplikasi yang
serius (Sulistyaningrum, 2012).
Asam salisilat, dikenal juga dengan 2-hydroxy-benzoic acid atau
orthohydrobenzoic acid, memiliki struktur kimia C7H6O3 . Asam salisilat
memiliki pKa 2,97. dapat diekstraksi dari pohon willow bark, daun wintergreen,
spearmint, dan sweet birch. Saat ini asam salisilat telah dapat diproduksi secara
sintetik. Bentuk makroskopik asam salisilat berupa bubuk kristal putih dengan
rasa manis, tidak berbau, dan stabil pada udara bebas. Bubuk asam salisilat sukar
larut dalam air dan lebih mudah larut dalam lemak. Sifat lipofilik asam salisilat
membuat efek klinisnya terbatas pada lapisan epidermis (Gholib, 2012).
Spektrofotometri adalah cabang analisis instrumental yang mencakup
seluruh metoda pengukuran berdasarkan interaksi antara suatu spektrum sinar
(Radiasi Elektro Magnetik/REM) larutan molekul atau atom. Spektrofotometri
menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang gelombang dan fotometri
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi.
Spektrofotometri digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan. Spektrofotometri Uv-Vis melibatkan energi elektronik
yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri Uv-
vis lebih banyak dipakai untuk analisis, sehinga spektrofotometri Uv-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif (Depkes RI, 1995).
Spektrofotometer Uv-Vis apabila radiasi elektromagnetik pada daerah
ultraviolet dan sinar tampak melalui senyawa yang memiliki ikatan-ikatan
rangkap, sebagian dari radiasi biasanya diserap oleh senyawa. Jumlah radiasi yang
diserap tergantung pada panjang gelombang radiasi dan struktur senyawa.
Penyerapan sinar radisi disebabkan oleh pengurangan energi dari sinar radiasi
pada saat elektron-elektron dalam orbital berenergi rendah tereksitasi ke orbital
berenergi lebih tinggi. Ada empat kemungkinan radiasi elektromagnetik pada
molekul atau atom akan mengalami perubahan energi eksitasi yang berupa :
energi translasi, energi rotasi, energi vibrasi, dan energi elektronik (Mulja, 1990).
Spektrofotometri uv-vis pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet
(200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan
cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi
elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital
keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau
cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektro (Gholib, 2012).
Koefisien partisi adalah perbandingan konsentrasi suatu senyawa dalam
fase lemak dan dalam fase air. Koefisien partisi merupakan salah satu parameter
fisiko kimia untuk mempelajari hubungan struktur dan aktivitas dalam sistem
biokimia yang paling sering digunakan. Makin besar nilai log P suatu senyawa
berarti konsentrasi senyawa dalam fase lemak semakin besar ( lipofilitasnya
tinggi) dan sebaliknya. Metoda baku pengukuran nilai log P adalah metoda
penggojokan , dengan menggunakan sistem dua pelarut yang tidak saling campur .
Kelemahan metoda ini antara lain adalah adanya cemaran dalam senyawa yang
diselidiki; berbagai senyawa yang sukar larut dalam air atau sangat mudah larut
dalam air, mudah menguap ( Fenny, 1995).
Koefisien partisi merupakan petunjuk yang berguna untuk mengetahui
kemampuan absorbsi terhadap suatu obat dalam tubuh. Pada penentuan nilai
logaritma koefisien partisi (log P) digunakan pelarut oktanol-dapar fosfat pH 7,4
dimana pH 7,4 merupakan pendekatan pH cairan tubuh/plasma d arah (8,10,13).
Selanjutnya, log P yang d i maksudkan dalam naskah ini adalah log P d alam
sistem n-oktanol-dapar fosfat pH 7,4. Dibandingkan dengan cara penentuan nilai
log P yang sudah umum digunakan untuk pengukuran lipofilitas, maka cara
penentuan R jauh lebih mudah dan lebih cepat, terutama untuk senyawa yang
lipofi1itasnya sangat tinggi atau sangat rendah ( Fenny, 1995).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Pipet volumetric 1 buah
2. Pipet tetes 2 buah
3. Timbangan 1 buah
4. Spektrofotometer UV/Vis 1 buah

B. BAHAN

1. Asam salisilat secukupnya


2. NaCl secukupnya
3. HCl secukupnya
IV.CARA KERJA

Disiapkan 100 mL buffer pH 2.5


ditimbang
20 mg asam salisilat
dimasukkan
Ke dalam labu ukur100 mL
ditambahkan
Buffer ad 100 mL buffer pH 2.5
disiapkan
Larutanasamsalisilat 0.02% dengan buffer pH 2.8, 3.0,
3.5, 3.8, 4.0
diambil
4 mL campuran buffer pH 2.5 danasamsalisilat
(larutanstok)
ditambahkan
1 mL ferinitrathinggaterbentukwarna
diukur
Absorbansi 540 nm padaspektrofotometer (absorbansi
1)
diambil
5 mL campuran buffer pH 2.5 danasamsalisilat
(larutanstok)
ditambahkan
5 mL pelarutorganikheksan/etilasetat
dikocok
tabungreaksiselamamenituntukmenyelesaikanekstraksi
dihasilkan
Terbentuk 2 lapisan
dibuang
4 mL fase air
ditambahkan
1 mL feri nitrat (0.55% feri nitrat dalam 0.4 M asam
nitrat) hingga terbentuk warna
diukur
Absorbansi pada 540 nm pada spektrofotometer
(absorbansi 2)
diulangi
Percobaan dengan buffer pH 2.8, 3.0, 3.5, 3.8 dan 4.0.
dihitung
Plot 1/PC’ vs [H+] dan PC, Ka dan pKa
dihitung
Konsentrasi ion H+ dengan persamaan pH = -log10
[H+]

Anda mungkin juga menyukai