Nama : Sulistia
NIM : 08061181823116
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
LAPORAN PRAKTIKUM VI
I. TUJUAN
Secara teori kalau nilai koefisien partisi suatu pelarut diketahui, maka
pengaruh sistem pelarut tersebut terhadap konstanta kesetimbangan dapat
diprediksi sebelumnya . Hal demikian tentunya bisa digunakan sebagai alat untuk
memilih jenis pelarut sesuai dengan tujuan reaksi yang dikehendaki. Penentuan
koefisien partisi cukup penting dilakukan dikarenakan ini bertujuan untuk
mendapatkan karakterisasi dan aktivasi biologis suatu obat. Terdapat beberapa
metode untuk mengukur nilai koefisien partisi, salahh satunya adalah metode
penggojokan dengan menggunakan sistem dua pelarut yang tidak saling campur
(Hailing, 1990).
Sistem kelas biofarmasi membagi jenis obat berdasarkan kelarutannya
dalam air, permeabilitas intensin dan disolusi produk obat. Meskipun koefisien
partisi bukan merupakan satu-satunya faktor yang dapat menggambarkan
permeabilitas suatu senyawa ke dalam membran intestinal, kulit, atau jaringan
yang lain, tetapi koefisien partisi adalah faktor kunci yang menentukan
permeabilitas obat melalui penghalang lipid atau membran biologis. Selain itu
koefisien partisi merupakan parameter lipofilisitas yang berguna untuk interaksi
suatu obat dengan makro molekul, enzim dan reseptor obat (Shargel, 1999).
Sifat lipofilisitas obat adalah sifat kelarutan obat dalam fase lemak dan
fase air (Soekardjo, 1995). Kelarutan obat dalam suatu pelarut tertentu
dipengaruhi oleh struktur kimia obat tersebut. Oleh karena itu nilai log koefisien
partisi (log P) sering digunakan sebagai parameter yang menghubungkan antara
struktur kimia obat dan aktivitas biologis. Nilai log P yang besar menunjukan
lipofilisitas yang besar, dengan demikian senyawa akan mudah menembus
membran biologis dan sebaliknya (Siswandono, 1995).
Nilai logaritma koefisien partisi (log P) suatu obat selain dapat ditentukan
secara percobaan, juga dapat ditentukan secara perhitungan teoritis. Penentuan
nilai log P secara perhitungan teoritis dapat dilakukan dengan metode
penjumlahan tetapan phi dari Hansch-Fujita dan metode penjumlahan tetapan f
dari Rekker-Mannhold. Metode penjumlahan tetapan phi dari Hansch-Fujita
dilakukan dengan cara memecah struktur senyawa tersebut menjadi gugusnya dan
menjumlahkan tetapan phi msing masing gugus tersebut (Hansch, 1971). Metode
penjumlahan tetapan f dari Rekker-Mannhold dilakukan dengan cara memecah
struktur senyaawa tersebut menjadi fragmen-fragmennya dan menjumlahkan
teteapan f masing-masing fragmen tersebut (Rekker, 1997).
Asam salisilat telah digunakan sebagai bahan terapi topikal dalam bidang
dermatologi, dan telah lama dikenal dengan khasiat utama sebagai bahan
keratolitik. Hingga saat ini asam salisilat masih digunakan dalam terapi veruka,
kalus, psoriasis, dermatitis seboroik pada kulit kepala, dan iktiosis.
Penggunaannya semakin berkembang sebagai bahan peeling dalam terapi penuaan
kulit, hiperpigmentasi pascainflamasi, dan akne. Efek samping lokal yang sering
dijumpai pada penggunaan asam salisilat adalah dermatitis kontak. Beberapa
kepustakaan melaporkan adanya toksisitas sistemik akibat absorpsi perkutan.
Toksisitas asam salisilat, meskipun jarang, dapat menimbulkan komplikasi yang
serius (Sulistyaningrum, 2012).
Asam salisilat, dikenal juga dengan 2-hydroxy-benzoic acid atau
orthohydrobenzoic acid, memiliki struktur kimia C7H6O3 . Asam salisilat
memiliki pKa 2,97. dapat diekstraksi dari pohon willow bark, daun wintergreen,
spearmint, dan sweet birch. Saat ini asam salisilat telah dapat diproduksi secara
sintetik. Bentuk makroskopik asam salisilat berupa bubuk kristal putih dengan
rasa manis, tidak berbau, dan stabil pada udara bebas. Bubuk asam salisilat sukar
larut dalam air dan lebih mudah larut dalam lemak. Sifat lipofilik asam salisilat
membuat efek klinisnya terbatas pada lapisan epidermis (Gholib, 2012).
Spektrofotometri adalah cabang analisis instrumental yang mencakup
seluruh metoda pengukuran berdasarkan interaksi antara suatu spektrum sinar
(Radiasi Elektro Magnetik/REM) larutan molekul atau atom. Spektrofotometri
menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang gelombang dan fotometri
adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi.
Spektrofotometri digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi
tersebut ditransmisikan. Spektrofotometri Uv-Vis melibatkan energi elektronik
yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri Uv-
vis lebih banyak dipakai untuk analisis, sehinga spektrofotometri Uv-Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif (Depkes RI, 1995).
Spektrofotometer Uv-Vis apabila radiasi elektromagnetik pada daerah
ultraviolet dan sinar tampak melalui senyawa yang memiliki ikatan-ikatan
rangkap, sebagian dari radiasi biasanya diserap oleh senyawa. Jumlah radiasi yang
diserap tergantung pada panjang gelombang radiasi dan struktur senyawa.
Penyerapan sinar radisi disebabkan oleh pengurangan energi dari sinar radiasi
pada saat elektron-elektron dalam orbital berenergi rendah tereksitasi ke orbital
berenergi lebih tinggi. Ada empat kemungkinan radiasi elektromagnetik pada
molekul atau atom akan mengalami perubahan energi eksitasi yang berupa :
energi translasi, energi rotasi, energi vibrasi, dan energi elektronik (Mulja, 1990).
Spektrofotometri uv-vis pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet
(200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan
cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi
elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital
keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau
cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektro (Gholib, 2012).
Koefisien partisi adalah perbandingan konsentrasi suatu senyawa dalam
fase lemak dan dalam fase air. Koefisien partisi merupakan salah satu parameter
fisiko kimia untuk mempelajari hubungan struktur dan aktivitas dalam sistem
biokimia yang paling sering digunakan. Makin besar nilai log P suatu senyawa
berarti konsentrasi senyawa dalam fase lemak semakin besar ( lipofilitasnya
tinggi) dan sebaliknya. Metoda baku pengukuran nilai log P adalah metoda
penggojokan , dengan menggunakan sistem dua pelarut yang tidak saling campur .
Kelemahan metoda ini antara lain adalah adanya cemaran dalam senyawa yang
diselidiki; berbagai senyawa yang sukar larut dalam air atau sangat mudah larut
dalam air, mudah menguap ( Fenny, 1995).
Koefisien partisi merupakan petunjuk yang berguna untuk mengetahui
kemampuan absorbsi terhadap suatu obat dalam tubuh. Pada penentuan nilai
logaritma koefisien partisi (log P) digunakan pelarut oktanol-dapar fosfat pH 7,4
dimana pH 7,4 merupakan pendekatan pH cairan tubuh/plasma d arah (8,10,13).
Selanjutnya, log P yang d i maksudkan dalam naskah ini adalah log P d alam
sistem n-oktanol-dapar fosfat pH 7,4. Dibandingkan dengan cara penentuan nilai
log P yang sudah umum digunakan untuk pengukuran lipofilitas, maka cara
penentuan R jauh lebih mudah dan lebih cepat, terutama untuk senyawa yang
lipofi1itasnya sangat tinggi atau sangat rendah ( Fenny, 1995).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Pipet volumetric 1 buah
2. Pipet tetes 2 buah
3. Timbangan 1 buah
4. Spektrofotometer UV/Vis 1 buah
B. BAHAN