kecepatan dan jumlah senyawa bioaktif yang mencapai sirkulasi sistemik secara keseluruhan menunjukkan kinetic dan perbandingan zat aktif yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah senyawa bioaktif yang diberikan. Pengkajian terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada absorbsi ke dalam sirkulasi umum serta pengukuran dari yang terabsorbsi tersebut
BIOAVAILABILITAS
Definisi: kecepatan dan jumlah bahan-bahan aktif/senyawa tertentu yang dapat diserap dari produk dan dapat mencapai lokasi aksinya (site of action). Biasanya dievaluasi dari konsentrasi pada plasma darah dan urin
SENYAWA BIOAKTIF
Definisi : merupakan senyawa yang mempunyai efek fisiologis dalam tubuh yang berpengaruh positif terhadap kesehatan manusia . Peran senyawa bioaktif dalam tubuh diperoleh jika senyawa tersebut mencapai lokasi aksinya (site of action)
ABSORPSI
Konsentrasi Obat Dalam sirkulasi sistemik
DISTRIBUSI
Konsentrasi Obat Pada Tempat Kerja Ikatan Dengan Reseptor Efek Farmakologi/ Indikasi Teurapetik
METABOLISME EKSRESI
Respon Klinik
Farmakodinamik (Efek
Obat pada Tubuh)
Toksisitas
Efikasi
Farmakodinamika
Farmakokinetika
Antaraksi Kemodinamika
1. Banyaknya senyawa bioaktif yang diabsorbsi dari formulasi atau sediaan. 2. Kecepatan diabsorbsi. 3. Lama senyawa bioaktif berada dalam cairan biologi atau jaringan dan dikorelasikan dengan respon. 4. Hubungan antara kadar dalam darah dan efikasi klinis serta toksisitas.
3 parameter yang biasanya diukur yang menggambarkan profil konsentrasi dalam darah dan waktu dari yang diberikan, yaitu : Konsentrasi puncak (Cmaks) Waktu untuk konsentrasi puncak (tmaks) Luas daerah dibawah kurva (AUC) Data ketersediaan hayati digunakan untuk menentukan : Banyaknya senyawa bioaktif yang diabsorpsi dari formulasi atau sediaan. Kecepatan diabsorpsi. Lamanya/waktu berada dalam cairan biologi atau jaringan dan dikorelasikan dengan respon pasien. Hubungan antara kadar dalam darah dan efikasi klinis serta toksisitas.
Jika cara validitas analisi belum diketahui digunakan data farmakologi dengan syarat efek farmakologik yang timbul dapat diukur secara kuntitatif, seperti efek pada kecepatan denyut jantung atau tekanan darah yang dapat digunakan sebagai indeks dari ketersediaan hayati. Untuk evaluasi ketersediaan hayati menggunakan data respons klinik dapat mengalami perbedaan antar individu akibat farmakokinetika dan farmakodinamik yang berbeda. Faktor farmakodinamik yang mempengaruhi meliputi : umur, toleransi obat, interaksi obat, dan faktor- faktor patofisiologik yang tidak diketahui.
Ukuran
partikel; bila ukuran partikel lebih kecil dr luas permukaan, sehingga obat akan cepat melarut dan diabsorbsi. Hidrate dan solvate ; senyawa bioaktif cenderung untuk mengikat beberapa molekul pelarut Ikatan ini disebut solvate, dan kalau pelarutnya adalah air maka ikatan ini disebut hidrat. Ampisillin anhidrat lebih mudah larut daripada ampisillin trihidrat, sehingga pemakaian peroral akan memberikan blood level lebih tinggi. Bentuk garam, Ester dan lainnya; gugusan estolat dri eritromisin estolat dapat menyebabkan hepatotoksisitas, sedangkan stearatnya tidak. Tapi sifat fisik eritromisin stearat mempersulit pengisian dalam jumlah yang cukup kedalam kapsul berukuran wajar. Pemadatan yang tidak tepat atas bahan baku ini sebaliknya dapat menimbulkan persoalan sidolusi dan ketersediaan hayati.
Kemurnian; bahan baku Pinisillin yang tidak murni bisa mengandung mikrokontaminan berupa hasil degradasi pinisillin sendiri, bahan inferior ini yang dapat menyebabkan alergi. Namun, meskipun telah menggunakan bahan baku murni kalau cara dan kondisi produksi dalam hal ini kebersihan, temperature, dan kelembaban kurang baik, bahan pinisillin ini akan menimbulkan efek samping yang sama.
b. Bahan- bahan pembantu; pengaruh bahan bahan pembantu dapat merubah secara drastic pola absorbsinya dan oleh karena itu efek terapi dan toksisitasnya juga berpengaruh, seperti meningkatnya toksisitas fenitoin setelah bahan pembantu yng semula dipakai CaSO4 diganti dengan laktosa. c. Cara- cara prosesing Formulasi yang sudah baik dalam suatu pabrik bias sama sekali berubah bila dibuat oleh pabrik lain dengan penggunaan alat-alat yang berbeda.
Ruangan dan kondisi- kondisinya ( temperature, kelembaban, penerangan , dan sebagainya ) yang memenuhi syarat. Misalnya pada pembuatan sediaan tetrasiklin yang merupakan bahan baku yang kurang stabil pada kondisi tertentu sehingga dapat mengakibatkan penguraian tetrasiklin menjadi non aktif, hepatoksik, dan nefrotoksik. Tenaga- tanaga yang kompeten. Dikerjakan dengan system produksi dan system control yang baik. Dalam hal ini persyaratan- persyaratan Good