B. Hubungan Struktur-Aktivitas
1. Faktor yang Kurang Mendukung Hubungan Struktur-Aktivitas
a. Perbedaan keadaan pengukuran parameter kimia fisika dan aktivitas biologis
b. Senyawa yang digunakan ternyata bentuk pra-obat, yang terlebih dahulu harus mengalami
bioaktivasi menjadi metabolit aktif.
c. Aktivitas obat dipengaruhi oleh banyak keadaan in vivo, seperti distribusi obat yang
melibatkan proses transpor, pengikatan oleh protein, proses metabolisme yaitu bioaktivasi dan
biodegradasi serta proses ekskresi.
d. Senyawa mempunyai pusat atom asimetris, sehingga kemungkinan merupakan campuran
rasemat dan masing-masing isomer mempunyai derajat aktivitas yang berbeda.
e. Senyawa mempunyai aktivitas biologis yang mirip dengan senyawa lain tetapi berbeda
mekanisme aksinya.
f. Pengaruh bentuk sediaan terhadap aktivitas
Formulasi farmasetis dapat menyebabkan kegagalan studi hubungan struktur-aktivitas. Faktor
seperti ukuran partikel dan bentuk kristal obat dalam sediaan farmasi kemungkinan dapat
mempengaruhi potensi obat.
g. Obat bersifat multipoten
Struktur kimia yang diperlukan untuk menimbulkan aktivitas biologis yang berbeda mungkin
serupa atau tuumpang tindih, sedikit atau banyak dan ini pada umumnya terdapat pada senyawa
multipoten
h. Perbedaan spesies
Terutama pada obat yang memberikan perbedaan aktivitas yang besar oleh adanya perbedaan
spesies. Perbedaan ini pada umumnya terjadi pada obat bersifat lipofilik yang kemungkinan
disebabkan oleh perbedaan proses perubahan metabolik (oksidatif atau hidrolitik) di hati dan
proses ekskresi obat di ginjal.
Model de novo ini kurang berkembang karena tidak dapat digunakan bila efek substituen
bersifat tidak linier atau bila ada interaksi antar substituen. Selain itu model ini memerlukan
banyak senyawa dengan kombinasi substituen yang bervariasi untuk dapat menarik kesimpulan
yang benar. Namun model ini juga memiliki keuntungan karena dapat menghubungkan secara
kuantitatif antara struktur kimia dan aktivitas biologis dari turunan senyawa dengan bermacam-
macam gugus substitusi pada berbagai zona.
kx dan kh : tetapan keseimbangan reaksi dari senyawa tersubstitusi dan senyawa induk
ρ : tetapan yang tergantung pada tipe dan kondisi reaksi serta jenis senyawa
σ : tetapan yang tergantung pada jenis dan kedudukan substituen
Tetapan elektronik yang sering digunakan dalam hubungan struktur-aktivitas adalah tetapan σ
Hammet, tetapan σi Charton, tetapan σ* Taft, dan tetapan F, R Swain-Lupton.
Tetapan elektronik lain-lain:
- Tetapan reaksi, contoh: pKa (tetsapan disosiasi), K (Tetapan reaksi), t½ (waktu paro
biologis)
- Sifat organik fisik, contoh: E (potensial redoks), ∆ v (spektra infra-merah) dan δ ppm
(spektra NMR)
- Total energi elektron dalam molekul, contoh: Etot, EHOMO dan ELEMO
c. Parameter sterik
Tetapan sterik substituen dapat diukur berdasarkan sifat meruah gugus-gugus dan efek gugus
pada kontak obat dengan sisi reseptor yang berdekatan.
Tetapan sterik yang sering digunakan dalam hubungan struktur-aktivitas adalah tetapan Es
Taft, tetapan Esc Hancock, tetapan dimensi van der waal’s, tetapan U Charton dan tetapan
sterimol Verloop. Karena data tetapan sterik tersebut tidak tersedia untuk banyak tipe
substituen, parameter sterik yang dihitung secara teoritis juga digunakan dalam hubungan
struktur-aktivitas yaitu berat molekul (BM = Mw), refraksi molar dan parakor.
Regresi linier untuk dua dan tiga parameter kimia fisika, dapat dinyatakan melalui parameter-
parameter sebagai berikut:
Y = aX1 + bX2 +cX3 + d
Regresi non linier untuk dua dan tiga parameter kimia fisika, dapat dinyatakan melalui
parameter-parameter sebagai berikut:
Y = -a(X1)2 + bX1 + cX2 + dX3 + e
c. Kriteria Statistik
Keabsahan persamaan yang diperoleh dan arti perbedaan parameter yang digunakan dalam
hubungan struktur-aktivitas model Hansch, dapat dilihat dengan beberapa kriteria statistik
seperti r, r2, F, t dan s.
Arti kriteria statistik:
- Nilai r (koefisien korelasi)
Menunjukkan tingkat hubungan antara data aktivitas biologis pengamatan percobaan dengan
data hasil perhitungan berdasarkan persamaan yang diperoleh dari analisis regresi. Semakin
tinggi nilainya semakin baik hubungannya.
- Nilai r2
menunjukkan berapa % aktivitas biologis yang dapat dijelaskan hubungannya dengan
parameter sifat kimia fisika yang digunakan.
- Nilai F
menunjukkan kemaknaan hubungan bila dibandingkan dengan tabel F. Makin besar nilai F
semakin besar derajat kemaknaan hubungan.
- Nilai t
menunjukkan perbedaan koefisien regresi a, b, c dan d dari persamaan regresi bila
dibandingkan dengan tabel t.
- Nilai s (simpangan baku)
Menunjukkan nilai variasi kesalahan dalam percobaan.
HUBUNGAN STRUKTUR KIMIA SENYAWA AGONIS DAN ANTAGONIS
KOMPETITIF
1.Kurare bekerja dengan memblok reseptor dari senyawa neurotransmitter asetilkolin pada
penghubungan syaraf otot
2. Organofosfat bekerja sebagai racun syaraf fan insektisida dengan cara memblok enzim
asetilkolinesterase sehingga kadar asetilkolin dalam tubuh menjadi berlebihan.
3. Antihistamin bekerja dengan memblok tempat aksi histamine endogen .
Tujuan rancangan senyawa agonis dan antagonis adalah untuk mengembangkan antagonis
spesifik terhadap biokatalins utama atau metabolit endogen. Contoh : asetilkolin dan senyawa
kolinergik, histamine dan senyawa histaminergic, norepinerfin dan senyawa alfa adrenergic.
Banyak guguss obat yang bekerja sebagai pengganti atau mimetik dari antagonis dari substrat
atau produk antara proses biokimia. Senyawa agonis adalah senyawa yang dapat menghasilkan
respon biologis teertentu serupa dengan senyawa agonis endogen. Senyawa antagonis adalah
senyawa yang dapat menetralisir atau menghilangkan respon biologis senyawa agonis. Pada
umummnya senyawa antagonis mempunyai dasar struktur yang mirip dengan senyawa agonis.
Pengetahuan tentang agonis dan antagonis penting untuk diketahui karena dapat diguinakan
untuk:
a. Merancang kombinasi obat, terutama dalam formulasi obat di industry farmasi.
b. Pembuatan komposisi obat, terutama dalam pencampuran obat di apotek.
c. Merancang senyawa antagonis terhadap senyawa agonis endogen, seperti : metabolit-
antimetabolit, histamin-antihistamin dan neurotransmitter-antineurotransmitter.
Rancangan ini terutama dikembangkan dibagian riset dan pengembangan. Pengetahuan
tentang agonis antagonis juga penting untuk mengetahui dan mengantisipasi
kemungkinan terjadinya bahaya interaksi obat.
B. KOMBINASI OBAT
Kombinasi obat kemungkinan melibatkan campuran dua atau lebih obat dalam
satu formulasi , penggunaan dua obat dalam formulasi yang berbeda dan
diminum dalam waktu yang berbeda tetapi kemudian berada Bersama-sama
dalam darah. Hal-hal diatas dapat menimbulkan msalah interaksi obat, sehingga
kemungkinan terjadi peningkatan atau penurunan efek obat (bersifat antagonis).
Penurunan efek satu obat oleh obat lain atau antagonis antar obat pada
umumnya tidak diinginkan, tetapi kadang-kadang juga diinginkan. Pda kasus
penurunan efek obat yang tidak diinginkan, kombinasi obat dikatakan tidak
sesuai. Bila senyawa antagonis diberikan sebelumya dan objek biologi menjadi
tidak sensitive terhadap obat kedua , maka terjadi proses desentisasi atau
pencegahan aksi obat.
Bila senyawa antagonis diberikan sesudah agonis, yang dimasudkan untuk
menghilangkan efek agonis atau efek sampingnya, maka disebut efek kuratif ,
missal untuk pengobatan keracunan obat, senyawa antagonis berfungsi sebagai
antidotum.
1. Antagonis kompetitif
Senyawa agonis dan antagonis berkompetisi dalam merebutkan tempat reseptor
sehingga jumlah agonis yang berinteraksi dengan reseptor menurun.
Pada umumnya ada hubungan struktur agonis dengan antagonis. Kurva hubungan
antara efek biologis dengan log dosis serupa dengan kurva pada antagonis kimia .
Contoh :
a. Antihistamin dan histamin
b. Kolinergik dan antikolinergik
c. Spironolakton dan aldosterone
Contoh :
1) Agonis spasmolitik (papaverine) dengan antagonis spasmogen(histamine ,
asetilkolin, serotonin atau metakolin)
2) Agonis antimetabolit(aminophetarin) dengan antagonis normal metabolit (asam
para aminobenzoate)
5. Antagonis Ireversible
Tipe antagonis dengan karakteristik masa kerja yang Panjang. Pengikatan obat
reseptor kemungkinan bersifat selektif, tempat reseptor hanya untuk satu tipe
agonis. Contoh : senyawa pemblok alfa adrenergic , seperti dibenamin dan
dibenezilin , dapat memblok reseptor alfa adrenergic dengan mengikat reseptor
melalui ikatan kovalen.