Anda di halaman 1dari 8

Nama : Lalu Zamrul Muttaqin

Nim : 15.9.3.018

Kelas : 2A

1. Sejarah Kimia Farmasi

Kimia farmasi adalah Ilmu pengetahuan yg mempelajari penemuan, pengembangan,


identifikasi dan interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif (obat) pada tingkat molekul.
KF melibatkan studi identifikasi, sintesis produk, metabolisme obat dan senyawa yg
berhubungan (IUPAC* 1974) International Union of Pure and Applied Chemistry

A. Definisi kimia farmasi


1. Burger (1970)

Ilmu pengetahuan yg merupakan cabang ilmu kimia & biologi yg digunakan untuk
memahami mekanisme kerja obat. Sbg dasar adalah dg menetapkan hubungan struktur
kimia dg aktivitas biologis obat, serta melibatkan perilaku biodinamik melalui sifat fisik
& kereaktifan kimia senyawa obat.

2. Taylor & Kennewell (1981)

Studi kimiawi senyawa atau obat yg memberikan efek menguntungkan dalam sistem
kehidupan, & melibatkan studi hubungan struktur kimia senyawa dg aktivitas biologis
serta mekanisme cara kerja senyawa pada sistem biologi dalam usaha mendapatkan efek
pengobatan yg maksimal & memperkecil efek samping yg merugikan

3. IUPAC (1974)

Ilmu pengetahuan yg mempelajari penemuan, pengembangan, identifikasi &


interpretasi cara kerja senyawa biologis aktif obat pada tingkat molekul.

A. Ruang Lingkup Kimia Farmasi

-
Isolasi & identifikasi senyawa yg secara empirik telah digunakan untuk
pengobatan.
- Sintesis struktur analog.
- Sintesis struktur induk baru.
- Mencari hubungan struktur kimia dengan aktivitas biologis obat.
- Mengembangkan rancangan obat.
- Mengembangkan hubungan struktur kimia dengan aktivitas biologis obat
melalui sifat kimia fisika dan bantuan statistik.
2. Hubungan kimia medisinal dengan cabang ilmu lain
Kimia Analisis
Kimia Organik
Kimia Fisik Farmasetika
Biokimia Biofarmasi
Kimia Medisinal ------------->farmakologi -----------> Kedokteran Klinik
Biologi Toksikologi
Mikrobiologi Patologi
Fisiologi

A. Obat Berdarsarkan Sumber

1. Obat alamiah

Obat yang terdapat di alam.

- Pada tanaman, contoh: kuinin dan atropin

- Pada Hewan, contoh : minyak ikan dan hormon

- Pada mineral, contoh : belerang (S) dan kalium bromida (KBr).

2. Obat semisintetik

Obat hasil sintesis yang bahan dasarnya berasal dari bahan obat yang terdapat di alam.

Contoh: morfin menjadi kodein dan diosgenin menjadi progesteron.

3. Obat sintetik murni

Obat yang bahan dasarnya tidak berkhasiat, setelah disintesis akan didapatkan senyawa
dengan khasiat farmakologis tertentu .

Contoh: obat-obat golongan analgetik-antipiretik, antihistamin dan diuretika.

B. Macam-macam senyawa
1. Gugs fungsional sama, aktivitas biologis sama:

contoh: der. Fenol (fenol, kresol, eugenol, timol), der. Sulfonamid (sulfanilamid,
sulfasetamid, sulfaguanidin)

2. Gugus fungsional berbeda, aktivitas biologis sama


contoh: anestetik sistemik (eter, sikloporpan, halotan), diuretik (klormerodin,
asetozalamid, hidroklortiazid)

3. Hubungan Struktur Aktivitas Obat Dengan ADME

Tiga fasa yang menentukan terjadinya aktivitas biologis obat adalah :


1. Fasa farmasetik, yang meliputi proses pabrikasi, pengaturan dosis, formulasi,
bentuk sediaan, pemecahan bentuk sediaan dan terlarutnya obat aktif. Fasa ini berperan
dalam ketersediaan obat untuk dapat diabsorpsi ke tubuh.
2. Fasa farmakokinetik, yang meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat (ADME). Fasa ini berperan dalam ketersediaan obat untuk mencapai
jaringan sasaran (target) atau reseptor sehingga dapat menimbulkan respons biologis.
3. Fasa farmakodinamika, yaitu fasa terjadinya interaksi obat-reseptor dalam
jaringan sasaran. Fasa ini berperan dalam timbulnya respon biologis obat.

A. HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES


ABSORBSI OBAT

Proses absorpsi merupakan dasar yang penting dalam menentukan aktivitas


farmakologis obat. Kegagalan ata kehilangan obat selama proses absorpsi akan
mempengaruhi efek obat dan menyebabkan kegagalan pengobatan.

Absorpsi Obat melalui Saluran Cerna


Pada pemberian secara oral, sebelum obat masuk ke peredaran darah dan
didisribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dulu harus mengalami proses absorpsi
pada saluran cerna.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses absorpsi obat pada saluran cerna
antara lain adalah bentuk sediaan, sifat kimia fisika, cara pemberian, faktor
biologis dan faktor lain-lain.
B. HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES
DISTRIBUSI OBAT
Pada umumnya distribusi obat terjadi dengan cara menembus membran
biologis melalui proses difusi. Mekanisme difusi dipengaruhi oleh struktur kimia,
sifat kimia fisika obat dan sifat membran biologis.
Setelah masuk ke peredaran sistemik, molekul obat secara serentak
didistribusikan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Melalui proses distribusi ini
molekul obat aktif mencapai jaringan sasaran atau reseptor obat. Proses distribusi
dan eliminasi obat berlangsung secara bersamaan dan pada umunya proses
distribusi obat lebih cepat dibanding proses eliminasi.
Kecepatan dan besarnya distribusi obat dalam tubuh bervariasi dan tergantung
pada faktor-faktor sebagai berikut :
Sifat kimia fisika obat, terutama kelarutan dalam lemak
a. Sifat membran biologis.
b. Kecepatan distribusi aliran darah pada jaringan dan organ tubuh
c. Ikatan obat dengan sisi kehilangan
d. Adanya pengangkutan aktif dari beberapa obat
e. Masa atau volume jaringan

Pada umunya distribusi obat terjadi dengan cara menembus membran biologis
melalui proses difusi Mekanisme difusi dipengaruhi oleh struktur kimia, sifat kimia fisika
obat dan sifat membran biologis.

a. Difusi Pasif
Penembus membran biologis secara difusi pasif dibedakan menjadi tiga, yaitu
difusi pasif melalui pori (cara penyaringan), difusi pasif dengan cara melarut dalam
lemak penyusun membran dan difusi dengan fasilitas.

1. Difusi Pasif melalui Pori


Membran sel mempunyai pori dengan garis tengah sekitar 4 A dan dapat dilewati
secara difusi oleh molekul yang bersifat hidrofil, molekul dengan garis tengah lebih kecil
dari 4A dan molekul dengan jumlah atom C lebih kecil dari 3 atau berat molekul lebih
kecil dari 150. Kecepatan difusi obat tergantung pada ukuran pori, ukuran molekul
dan peredaran kadar antar membran. Sel glomerulus kapsula Bowman ginjal
mempunyai membran karakteristik, dengan pori yang lebih besar dibanding pori membran
biologis lain. Porinya dapat dilewati oleh molekul obat dengan garis tengah 40 A dan
molekul protein dengan berat molekul sampai 5000. sebagian besar molekul obat
mempunyai garis tengah lebih besar 4 A sehigga cara penyaringan ini kurang penting
dalam mekanismepengangkut obat.

2. Difusi Pasif dengan Cara Melarut pada Lemak Penyusun Membran erton (1901)
megemukakan suatu konsep bahwa kelarutan senyawa organik dalam lemak
berhubungan dengan mudah atau tidaknya penembusan membran sel. Senyawa non polar
bersifat mudah larut dalam penembusan membran sel. Senyawa non polar bersifat mudah
larut dalam dalam lemak, mempunyai harga koefisein partisi lemak/air besar sehingga
mudah menembus sel secara difusi.

b. Difusi Aktif
Penembusan membran secara difusi aktif dibedakan menjadi dua, yaitu sistem
pengangkutan aktif dan pinositosis.
1) Sistem Pengangkutan Aktif
Sistem pengangkutan aktif atau traspor aktif, mirip dengan proses difusi pasif
dengan fasilitas yaitu sama-sama berdasarkan pembawa membran, Perbedaannya
adalah :
a. Pengangkutan obat dapat berjalan dari daerah yang berkadar rendah ke daerah
berkadar lebih tinggi, jadi tidak tergantung pada perbedaab kadar antar membran.

b. Reaksi pembentukan kompleks obat-pembawa memerlukan afinitas.

2) Pinositosi
Pinositosis merupakan tipe khas pengangkutan aktif dari obat
yang mempunyai ukuran molekul besar dan misel-misel, seperti lemak, amilum,
gliserin dan vitamin A, D, E. K. Pengangkutan ini digambarkan seperti sistem
fagositoris pada nakteri. Bila membran sel didekati oleh molekul obat maka membran
akan membentuk rongga yang mengelilingi, molekul obat dan kemudian obat bergerak
menembus membran sel.

3) Interaksi Obat dengan Biopolimer.


Semua molekul organik asing yang masuk ke tubuh, kemungkinan besar berikatan
dengan konstituen jaringan atau biopolimer seperti protein, lemak, asam nukleat,
mopolisakarida, ensim, biotransformasi dan reseptor. Pengikatan obat-biopolimer
dipengaruhi oleh bentuk konformasi molekul obat dan pengaturan ruang dan gugus-gugus
fungsional.

4) interaksi Tidak Khas


Interaksi tidak khas adalah interkasi obat dengan biopolimer, yang hasilnya
tidak memebrikan efek yang berlangsung lama dan tidak menyebabkan perubahan
struktur molekul obat maupun biopolimer. Interaksi ini bersifat terpulihkan, ikatan kimia
yang terlibat pada umumnya mempunyai yang relatif lemah. Interaksi tidak khas tidak
menghsailkna respons biloolgis. Contoh interaksi tidak khas obat dengan biopolimer
antara lain adalah interaksi obat dengan protein, jaringan, asam nukleat,
mukopolosakarida dan lemak.

A. Interaksi Obat dengan Protein


Di dalam tubuh terdapat protein, baik pada plasma darah maupun jaringan, yang
dapat berinteraksi dengan hampir semua molekul obbat. Interaksi obat-protein bersifat
terpulihkan dan ikatan kimia yang terlibat dalam interaksi ini adalah ikatan-ikatan
ion, hidrogen, hidrofob dan ikatan van der Waals. Pengikatan obat-biopolimersebagian
besar terjadi dalam cairan darah dan kadar obat bebas dalam darah selaluberkaitan
dengan kadar obat yang terikat oleh protein plasma.Kurang lebih 6,5% komposisi darah
adalah protein, dan 50% dari protein tersebut adalah Albumin, yang mempunyai peran
penting dalam proses pengkitan obat. Albumin mempunyai berat molekul 69.000,
bersifat amfoter, mempunya pH isoelektrik yang lebih rendah dibanding pH fisiologis
(7,4) sehingga albumin dapatberinterkasi baik dengan kation maupun anion obat. Selain
albumin, protein yang sering mengikat obat adalah Globulin.
Bila protein plasma telah jenuh, obat bebas dalam cairan darah berinteraksi dengan
reseptor dan menimbulkan respon biologis. Bila kadar obat bebas dalam darah menurun,
kompleks obat-protein plasma akan terurai dan obat bebas kembali ke plasma darah.
Kompleks obat-protein mempunyai beberapa fungsi, antara lain adalah :
a. Pengangkutan senyawa biologis, contoh : pengangkutan 0 oleh hemoglobin, Fe
oleh transferin dan Cu oleh seruloplasmin.
b. Detoksifikasi keracunan logam berat, contoh : pada keracunan Hg, Hg diikat secara kuat
oleh gugus SH protein sehingga efek toksinya dapat dinetralkan.
c. Meningkatkan absorpsi obat, contoh : dikumarol diabsorpsi dengan baik oleh usus karena
dalam darah obat diadsorpsi secara kuat oleh protein plasma.
d. Mempengaruhi sistem distribusi obat yaitu dengan membatasi interaksi obat dengan
reseptor khas, menghambat metabolisme dan ekskresi obat, sehingga memperpanjang
masa kerja obat. Contoh : Suramin, obat antitripanosoma, bila diberikan dalam dosis
tunggal beberapa bulan. Hal ini disebabkan ikatan kompleks suramin-protein plasma
cukup kuat dan kompleks mempunyai ukuran molekul yang besar sehingga tidak
melewati penyaringan glomerulus. Kompleks suramin-protein plasma tersebut
terdisosiasi dengan lambat, melepas obat bebas sedikit demi sedikit sehingga obat
mempunyai masa kerja yang panjang.

C. HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES


METABOLISME OBAT
Suatu obat dapat menimbulkan respons biologis dengan melalui dua jalur, yaitu :
1. Obat aktif yang dalam bentuk bebas berinteraksi dengan reseptor sel khas dan
menimbulkan respon biologis.
2. Pra-obat setelah masuk ke peredaran darah mengalami proses metabolism menjadi obat
aktif, berinteraksi dengan reseptor dan menimbulkan respons biologis ( bioaktivasi ).
secara umum tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat menjadi metabolit tidak
aktif dan tidak toksik ( bioinaktivasi atau detoksifikasi), mudah larut dalam air dan
kemudian diekskresikan dari tubuh. Hasil metabolisme beberapa obat bersifat lebih
toksik disbanding dengan senyawa induk (biotoksifikasi), da nada pula hasil metabolism
obat yang mempunyai efek farmakologis berbeda dengan senyawa induk.
D. HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN PROSES EKSKRESI
OBAT

1. Ekskresi obat melalui Paru


Obat yang diekskresikan melalui paru terutama obat yang digunakan secara
inhalasi. Sifat fisik yang menentukan kecepatan ekskresi obat melalui paru adalah
koefisien partisi darah/udara.

2. Ekskresi obat melalui Ginjal


Ekskresi obat melalui Ginjal melibatkan tiga proses:
a. Penyaringan Glomerulus
b. Absorpsi Kembali secara Pasif pada Tubulus Ginjal
c. Sekresi Pengangkutan Aktif pada Tubulus Ginjal
d. Ekskresi Obat melalui Empedu

Obat dengan berat molekul lebih dari 150 dan obat yang telah dimetabolisis menjadi
senyawa yang lebih polar, dapat diekskresikan dari hati, melewati empedu menuju ke
usus dengan mekanisme pegangkutan aktif. Obat tersebut biasanya dalam bentuk
terkonjugasi dengan asam glukuronat, asam sulfat atau glisin. Di usus bentuk terkonjugat
tersebut secara langsung diekskresikan melaui tinja, atau dapat mengalami proses
hidrolisis oleh enzim atau bakteri usus menjadi senyawa yang bersifat non polar,
sehingga diabsorpsi kembali ke plasma darah, kembali ke hati, dimetabolisis, dikeluarkan
lagi melaui empedu menuju ke usus,demikian seterusnya sehingga merupakan suatu
siklus yang dinamakan siklus enterohepatik. Siklus ini menyebabkan masa kerja obat
menjadi lebih panjang.

Anda mungkin juga menyukai