BAB 3
KAJIAN LITERATUR
Evaluasi lahan adalah proses pendugaan tingkat kesesuaian lahan untuk berbagai
alternatif penggunaan lahan, baik untuk pertanian, kehutanan, pariwisata, konservasi
lahan, atau jenis penggunaan lainnya.
3.2. Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian
lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi dan keadaan
vegetasi alami (natural vegetation) yang secara potensial berpengaruh terhadap
penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk
yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia, baik di
masa lalu maupun saat sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah
direklamasi atau tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu. Penggunaan
lahan secara optimal perlu dikaitkan dengan karakteristik dan kualitas lahannya. Hal
3-1
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
Pada peta tanah atau peta sumberdaya lahan, lahan dinyatakan sebagai satuan
peta yang dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya, seperti iklim, landform
(termasuk litologi, topografi/relief), tanah dan/atau hidrologi. Pemisahan satuan
lahan/tanah sangat penting untuk keperluan analisis dan interpretasi
potensi/kesesuaian lahan bagi suatu tipe penggunaan lahan (Land Utilization Types
= LUTs).
Evaluasi lahan memerlukan sifat-sifat fisik lingkungan yang dirinci ke dalam kualitas
lahan, dimana masing-masing kualitas lahan dapat terdiri atas satu atau lebih
karakteristik lahan (FAO, 1983). Beberapa karakteristik lahan umumnya mempunyai
hubungan satu sama lain. Kualitas lahan akan berpengaruh terhadap jenis
penggunaan dan/atau pertumbuhan tanaman dan komoditas lain yang berbasis
lahan (peternakan, perikanan, kehutanan).
Dalam Juknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian (Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2003) disajikan persyaratan penggunaan lahan 121
komoditas pertanian yang dibedakan atas kelompok tanaman pangan, kelompok
tanaman hortikultura, kelompok tanaman perkebunan, kelompok tanaman rempah
3-2
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
dan obat, kelompok tanaman kehutanan, kelompok tanaman hijauan pakan ternak
dan lahan penggembalaan serta perikanan air payau.
Secara detil, tipe penggunaan lahan dapat dibedakan menggunakan 11 attribute tipe
penggunaan lahan (FAO, 1976) seperti yang disajikan pada Tabel 3.1. Berdasarkan
sistem dan modelnya, tipe penggunaan lahan dapat dibedakan atas multiple dan
compound.
A. Multiple
Merupakan tipe penggunaan lahan yang di dalamnya diusahakan lebih dari satu
komoditas secara serentak pada sebidang lahan. Setiap penggunaan lahan
memerlukan masukan dan keluaran masing-masing. Contoh, kelapa yang ditanam
bersamaan dengan kakao atau kopi di sebidang lahan.
B. Compound
Pada tipe penggunaan lahan compound, diusahakan lebih dari satu komoditas
dalam sebidang lahan. Untuk tujuan evaluasi dianggap sebagai unit tunggal.
Perbedaan jenis penggunaan lahan dapat terjadi pada suatu sekuen atau urutan
waktu, dalam hal ini tanaman diusahakan secara rotasi atau serentak pada areal
yang berbeda pada sebidang lahan yang dikelola oleh unit organisasi yang sama.
Sebagai contoh suatu perkebunan besar yang mempunyai areal yang terpisah (satu
blok/petak) digunakan untuk tanaman karet, dan blok/petak lainnya untuk kelapa
sawit. Kedua komoditas ini dikelola oleh suatu perusahaan yang sama.
3-3
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
Tabel 3.1.
Sebelas Attribute Tipe Penggunaan Lahan
3-4
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
Tabel 3.2.
Karakteristik Lahan yang Digunakan dalam Evaluasi Lahan untuk Komoditas
Pertanian
No Karakteristik Lahan Uraian
1. Temperatur rata-rata : suhu udara rata-rata tahunan (°C)
tahunan
2. Curah hujan : jumlah curah hujan tahunan atau curah hujan pada masa
pertumbuhan (mm)
3. Kelembaban udara : merupakan tingkat kebasahan udara atau jumlah uap air
yang di udara (%).
4. Drainase : merupakan pengaruh laju perkolasi air ke dalam tanah
terhadap aerasi udara dalam tanah
5. Tekstur : perbandingan butir-butir pasir (0,05 - 2,0 mm), debu
(0,002 - 0,05 mm) dan liat (< 0,002 mm)
6. Bahan kasar : bahan yang berukuran > 2 mm (%)
7. Kedalaman efektif : kedalaman lapisan tanah yang dapat dimanfaatkan untuk
perkembangan perakaran tanaman (cm)
8. Kematangan gambut : tingkat kandungan serat, dimana semakin tinggi
kandungan serat, maka semakin rendah tingkat
kematangan gambut. Tingkat kematangan gambut
dibedakan atassaprik (matang), setengah matang
(hemik), dan belum matang (fibrik)
9. Ketebalan gambut : tebal lapisan gambut (cm)
10 KTK tanah : kemampuan tanah mempertukarkan kation (me/100 g
. tanah)
11 Kejenuhan Basa : jumlah basa-basa terekstrak NH4OAc pada setiap 100 g
. (KB) contoh tanah
12 pH tanah : merupakan [H+] di dalam larutan tanah, semakin tinggi
. [H+], maka nilai pH semakin masam, sebaliknya semakin
rendah [H+], maka pH semakin basis
13 C organik : kandungan karbon organik di dalam tanah (%)
.
14 Total N : total kandungan N dalam tanah (%)
.
15 P2O5 : kandungan P2O5 terekstrak HCl 25% dalam tanah
. (mg/100 g tanah)
16 K2O : kandungan K2O terekstrak HCl 25% dalam tanah
. (mg/100 g tanah)
17 Salinitas : besarnya kandungan garam mudah larut dalam tanah
. yang dicerminkan oleh daya hantar listrik (mmhos/cm)
18 Alkalinitas : besarnya kandungan sodium (Na) dapat tukar (%)
.
19 Kedalaman sulfidik : kedalaman bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah
. sampai batas atas lapisan sulfidik (cm)
20 Lereng : kemiringan lahan (%)
.
21 Batuan di Singkapan : volume batuan yang dijumpai di permukaan tanah
. batuan permukaan (%)volume batuan yang muncul ke
permukaan tanah (%)
22 Bahaya longsor : merupakan pergerakan masa batuan atau tanah
3-5
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
.
23 Bahaya erosi : jumlah tanah hilang dari suatu lahan, diprediksi
. menggunakan rumus USLE (ton/ha/tahun)
24 Genangan : menyatakan tinggi dan lama genangan (cm/bulan)
Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan
sumberdaya lahan mempunyai karakteristik-karakteristik yang dapat dirinci dan
diuraikan sebagai karakteristik lahan, baik berupa karakteristik tanah maupun fisik
lingkungannya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi
lahan bagi komoditas tertentu, serta keperluan lainnya seperti penilaian tingkat
bahaya erosi, dsb.
Karakteristik lahan yang digunakan dalam evaluasi dapat bersifat tunggal maupun
bersifat lebih dari satu karena mempunyai interaksi satu sama lain. Karenanya
dalam interpretasi perlu mempertimbangkan atau membandingkan lahan dengan
penggunaannya dalam pengertian kualitas lahan. Sebagai contoh kualitas lahan
ketersediaan air ditentukan oleh bulan kering dan curah hujan/tahun, tetapi air yang
tersedia untuk tanaman juga tergantung pada kualitas lahan lain, seperti media
perakaran (tekstur dan kedalaman efektif).
Dalam evaluasi lahan sering kali kualitas lahan tidak digunakan, tetapi langsung
menggunakan karakteristik lahan (Driessen, 1971; Staf PPT, 1983) karena
keduanya dianggap mempunyai nilai yang sama. Kualitas lahan dapat berpengaruh
positif atau negatif terhadap penggunaan lahan tergantung pada sifat-sifatnya.
Kualitas lahan berpengaruh positif, apabila mempunyai sifat-sifat yang
3-6
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
Dalam Juknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian (Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2003), kualitas lahan yang digunakan untuk evaluasi
lahan adalah temperatur, ketersediaan air, media perakaran, retensi hara, hara
tersedia, toksisitas, sodisitas, bahaya sulfidik, bahaya erosi, bahaya baan hara,
kemudahan pengolahan, terrain, potensi mekanisasi, tingkat bahaya erosi dan
bahaya banjir. Kualitas lahan yang digunakan disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3.
Kualitas Lahan Yang Digunakan Dalam Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian
3-7
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
3-8
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
kedalaman tanah < 50 cm, lahan tersebut hanya mampu dikembangkan untuk
tanaman semusim atau tanaman lain yang mempunyai perakaran dangkal.
Sedangkan kesesuaian lahan adalah kecocokan dari sebidang lahan untuk tipe
penggunaan tertentu, sehingga perlu mempertimbangkan aspek manajemennya.
Misalnya padi sawah irigasi, sawah pasang surut, ubi kayu, kedelai, perkebunan
kelapa sawit, hutan tanaman industri akasia atau meranti.
3-9
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
3-10
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
Menurut FAO (1976) dikenal dua macam kesesuaian lahan, yaitu kesesuaian lahan
kualitatif dan kesesuaian lahan kuantitatif. Masing-masing kesesuaian lahan tersebut
dapat dinilai secara aktual maupun potensial, atau yang disebut juga kesesuaian
lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan kualitatif adalah
kesesuaian lahan yang hanya didasarkan pada kondisi fisik lahan, tanpa
memperhitungkan secara tepat produksi, masukan dan keuntungan yang dapat
diperoleh. Kesesuaian lahan kuantitatif adalah kesesuaian lahan yang tidak hanya
didasarkan pada kondisi fisik lahan, akan tetapi juga telah mempertimbangkan
aspek ekonomi, seperti input-output atau cost-benefit.
Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan yang dihasilkan oleh penilaian
berdasarkan kondisi lahan saat ini (actual land suitability), tanpa masukan
perbaikan. Sedangkan kesesuaian lahan potensial (potensial land suitability) adalah
kesesuaian lahan yang dihasilkan pada kondisi lahan telah diberikan masukan
perbaikan, seperti pemupukan, pengairan atau terasering, tergantung jenis faktor
pembatasnya.
Jadi hortikultura bisa diartikan sebagai budidaya tanaman yang dilakukan di kebun
atau pekarangan. Jadi boleh juga ditanam di lahan – lahan sempit. Pastinya hasil
tanaman ini bisa memberikan keuntungan bagi kita, karena bisa dikonsumsi sendiri
maupun untuk di jual.
3-11
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
Gambar 3.1
Tanaman buah / frutikultur
beragam, ditanam di pot seperti bunga mawar, melati, bunga kenanga dan beberapa
jenis bunga lainnya. Ada yang menempel di kulit pohon seperti bunga anggrek.
Bunga akan menambah estetika suasan taman atau pun ruangan.
Gambar 3.2
Tanaman bunga/ florikultura
3-13
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
Bali, taman gaya Jawa, taman gaya Perancis, taman gaya Jepang dan lain
sebagainya.
Tanaman hortikultura sendiri dapat tumbuh dengan baik jika ditanam pada wilayah
yang sesuai dan juga jenis tanah yang tepat. Nah, oleh sebab itu dalam kesempatan
ini penulis akan membahas mengenai Jenis tanah yang cocok untuk hortikultura –
karakteristik secara umum.
Tanah alluvial sendiri merupakan jenis tanah yang paling ideal dipakai sebagai tanah
pertanian. Hal ini dikarenakan tekstur tanah alluvial yang lembut sehingga mudah
dilakukan pengolahan tanah karena tidak membutuhkan tenaga ekstra. Selain jenis
tanaman hortikultura seperti jagung, sayuran dan tanaman buah jenis tanah alluvial
juga cocok untuk ditanami tanaman palawija, tembakau dan tebu. Persebaran tanah
alluvial sendiri tersebar merata dari daerah Kalimantan, Sumatera, Jawa hingga
Papua.
3-14
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
3-15
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
Tanah humus relatif berwarna hitam yang menunjukkan betapa tanah ini sangat
subur dan sangat cocok untuk diolah menjadi lahan pertanian. Persebaran tanah
humus berada pada daerah yang ditumbuhi banyak hutan seperti wilyah Kalimantan,
Jawa, Sumatera, papua dan sebagian wilayah Sulawesi.
3.5.5. Tanah Regosol
Tanah regosol merupakan jenis tanah yang berasal dari material yang dikeluarkan
oleh aktivitas ledakan gunung berapi namun belum mengalami perkembangan yang
sempurna. Memiliki tekstur yang kasar dan juga memiliki kandungan bahan organik
yang rendah sehingga relatif kurang subur. Meskipun demikian tanah ini masih relatif
dapat ditanami terutama untuk jenis tanaman hortikultura sayuran, serta tanaman
palawija, tebu, tembakau dan padi tentunya. Perlu dicatat bahwa untuk jenis tanah
regosol ini dikarenakan tingkat kesuburannya yang relative rendah maka sangat
membutuhkan pemeliharaan dan perawatan yang khusus.
Seperti misalnya pemupukan yang harus dilakukan secara intensif, hal ini adalah
upaya untuk menambahkan kembali unsur hara kedalam tanah. Sehingga tanaman
yang ditanam nantinya akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang baik.
Sehingga tentunya akan menghasilkan hasil panen yang optimal. Adapun
pesebarannya di wilayah Bali, Jawa, Sumatera, Bengkulu dan Nusa Tenggara.
Pengertian SIG secara luas adalah sistem manual dan atau komputer yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, mengelola dan menghasilkan
informasi yang mempunyai rujukan spatial atau geografis. Banyak para ahli
mencoba mendefinisikan SIG secara lebih operasional, misal Burrough (1986)
3-16
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
mengemukakan bahwa SIG adalah seperangkat alat (tools) yang bermanfaat untuk
pengumpulkan, penyimpanan, pengambilan data yang dikehendaki, pengubahan
dan penayangan data keruangan yang berasal dari gejala nyata di permukaan bumi.
Arronof (1989) dalam bahasa yang lebih lugas mendefinikan SIG sebagai suatu
“sistem” berbasis komputer yang memberikan empat kemampuan untuk menangani
data bereferensi geografis, yakni pemasukan, pengelolaan atau manajemen data
(penyimpanan dan pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis, dan keluaran.
Menurut Esri (1990) SIG adalah kumpulan yang terorganisisr dari perangkat keras
komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien
untuk memperoleh, menyimpan, mengupdate, memanipulasi, menganalisis dan
menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi.
Menurut Gistut (1994) SIG adalah sistem yang dapat mendukung pengambilan
keputusan spasial dan mampu mengintegrasikan deskripsi-deskripsi lokasi dengan
karakteristik-karakteristik fenomena yang ditemukan dilokasi tersebut. SIG yang
lengkap mencakup metodologi dan teknologi yang diperlukan yaitu data spasial,
perangkat keras, perangkat lunak dan struktur organisasi.
Sedangkan menurut Murai (1999), SIG sebagai sistem informasi yang digunakan
untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan
menghasilkan data bereferensi geografis atau data geospatial, untuk mendukung
pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan,
sumber daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum
lainnya. Pemanfaatan dan penggunaan lahan merupakan bagian kajian geografi
yang perlu dilakukan dengan penuh pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya
adalah untuk menentukan zonifikasi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan
yang ada. Misalnya, wilayah pemanfaatan lahan di kota biasanya dibagi menjadi
daerah pemukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum,dan jalur
hijau.
Dari berbagai definisi tersebut dapat ditarik suatu benang merah bahwa di dalam
SIG tercermin adanya: (1) pemrosesan data spasial dalam bentuk digital (numeric)
yang mendasarkan pada kerja komputer yang mempunyai persyaratan tertentu,
3-17
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
disamping data lainnya yang berupa data atribut; (2) dinamisasi proses pemasukan,
klasifikasi, analisis hingga keluaran (hasil); (3) menghasilkan informasi baru.
B. Perangkat Lunak
Perangkat lunak, merupakan sistem modul yang berfungsi untuk memasukkan,
menyimpan dan mengeluarkan data yang diperlukan. Data hasil penginderaan jauh
dan tambahan (data lapangan, peta) dijadikan satu menjadi data dasar geografi.
Data dasar tersebut dimasukkan ke komputer melalui unit masukan untuk disimpan
dalam disket. Bila diperlukan data yang telah disimpan tersebut dapat ditayangkan
melalui layar monitor atau dicetak untuk bahan laporan (dalam bentuk peta/
gambar). Data ini juga dapat diubah untuk menjaga agar data tetap aktual (sesuai
dengan keadaan sebenarnya). Perangkat lunak ini berupa ArcGIS, Arc View, Idrisi,
ARC/INFO,ILWIS, MapInfo dan lain lain.
3-18
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
D. Pengguna (user)
Teknologi GIS tidaklah bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan
membangun perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi nyata.
Bagaimanapun juga manusia merupakan subjek (pelaku) yang mengendalikan
seluruh sistem, sehingga sangat dituntut kemampuan dan penguasaannya terhadap
ilmu dan teknologi mutakhir. Selain itu diperlukan pula kemampuan untuk
memadukan pengelolaan dengan pemanfaatan SIG, agar SIG dapat digunakan
secara efektif dan efisien.
3-19
LAPORAN AKHIR
FEASIBILITY STUDY PENGADAAN LAHAN DENFARM
atau obyek. Data-data yang diolah dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial
dan data atribut dalam bentuk digital. Sistem ini merelasikan data spasial (lokasi
geografis) dengan data non spasial, sehingga para penggunanya dapat membuat
peta dan menganalisa informasinya dengan berbagai cara. SIG merupakan alat
yang handal untuk menangani data spasial, dimana dalam SIG data dipelihara
dalam bentuk digital sehingga data ini lebih padat dibanding dalam bentuk peta
cetak, table, atau dalam bentuk konvensional lainya yang akhirnya akan
mempercepat pekerjaan dan meringankan biaya yang diperlukan (Barus dan
Wiradisastra, 2000 dalam As Syakur 2007).
Ada beberapa alasan yang mendasari mengapa perlu menggunakan SIG, menurut
Anon (2003, dalam As Syakur 2007) alasan yang mendasarinya adalah:
1. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintergarsi
2. SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data
3. SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan
bumi ke dalam beberapa layer atau coverage data spasial
4. SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menvisualisasikan data
spasial berikut atributnya
5. Semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif
6. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik
7. SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitanya dengan bidang spasial
dan geoinformatika.
3-20