Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

a. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN: HALUSINASI


1) Konsep Dasar
a) Pengertian
Menurut Direja, 2011 halusinasi adalah hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan rangsangan internal. Klien memberikan
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata.
Halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap
lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan
halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara,
terutamanya suara–suara orang yang sedang membicarakan apa yang
sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu
(Stuart, 2007).
Disimpulkan halusinasi adalah keadaan dimana pancaindra tidak
dapat membedakan rangsangan interna dan eksterna yang menimbulkan
respons yang tidak sesuai dengan jumlah (interpretasi yang datang).

b) Rentang Respon

Adaptif Ilusi Maladaptif

1. Pemikiran logis 1. Reaksi emosional 1.Kelainan pikiran


2. Emosi konsisten 2. Berkembang/berlebih 2. Halusinasi
dengan pengalaman
3. Perilaku nya sesuai 3. Perilakunya ganjil 3. Ketidakmampuan
emosi
4. Menarik diri 4. Ketidakteraturan
Hubungan sosial
5. Isolasi sosial
c) Etiologi/Psikodinamika
1. Proses Predisposisi
Pada pasien dengan halusinasi (Stuart and Lumala,1998) adalah
faktor perkembangan yaitu jika tugas perkembangan mengalami
hambatan dan hubungn interpersonal yang terganggu maka individu
mengalami stres dan kecemasan. Dan faktor sosio kultural di
masyarakat seperti kemiskinan, ketidakharmonisan sosial budaya,
hidup terisolasi dan stres yang menumpuk. Selanjutnya faktor
biokimia yang menyebabkan terjadinya pelepasan zat-zat
halusinogen (bupatin dan simotil transerase) yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam proses informasi dan penurunan
kemampuan menanggapi rangsangan.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi halusinasi menurutStuart and Sundeen,1998
adalah stressor sosial dimana stres dan kecemasan akan meningkat
bila terjadinya penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dari orang
sangat penting atau diasingkan oleh kelompok masyarakat.Faktor
biokimia dimana karena klien kurang berinteraksi dengan kelompok
lain, suasana terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stres dan
kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat-zat
halusigenik. Kemudian masalah keperawatan yang menjadi
penyebab munculnya halusinasi antara lain adalah harga diri rendah
dan isolasi sosial. Akibat kurangnya ketrampilan berhubungan sosial,
klien jadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien
akan lebih terfokus pada dirinya sendiri. Stimulus eksternal menjadi
lebih dominan dibandingkan dengan stimulus internal.

d) Jenis-Jenis Halusinasi
Adapun jenis dan sifat halusinasi menurut Wilson & Kneils,1998 yaitu :
1. Halusinasi dengar (Auditarik dan Akustik)
Yaitu suara atau ucapan yang didengar oleh klien tetapi tidak ada
obyek realita, merupakan proyeksi ketidakmampuan klien menerima
persepsi dari dirinya yang dihubungkan dengan kekuatan ketakutan
luar yang kadang-kadang suara tersebut memaki-maki, menghina
orang lain, menertawakan dan mengancam.
2. Halusinasi lihat (Visual)
Yaitu bayangan visual atau sensasi yang dialami oleh klien tanpa
adanya stimulus, klien mungkin melihat bayangan dari figure obyek
atau kejadian orang lain tidak melihat obyek tersebut.
3. Halusinasi kecap (Eustatorik)
Yaitu halusinasi rasa yang terjadi bersama-sama dengan
halusinasi bau, klien merasa mengecap sesuatu bau atau rasa di
dalam mulitnya.
4. Halusinasi hirup atau bau (Olfaktori)
Yaitu klien mengalami atau mengatakan mencium bau-bauan seperti
bunga, kemenyan dan bau-bau lain yang sebenarnay tidak ada
sumbernya.
5. Halusinasi raba (Taktil)
Yaitu klien merasa ada seseorang yang memegang, meraba,
memukul klien. Halusinasi septik yaitu klien merasakan rabaan yang
merupakan rangsangan seksual.
Dari semua tipe halusinasi tersebut dapat terjadi sendiri atau
secara kombinasi halusinasi dapat menimbulkan perubahan yang
jelas pada perubahan lingkungan yang nyata, sehingga klien dapat
sulit diajak bicara, komunikasi mengenai diri dan lingkungannya
serta mengukur efek yang terdapat pada klien tersebut.

e) Fase-fase Halusinasi
Menurut Stuart and Laraia,1998, halusinasi dibagi menjadi 4 fase yaitu :
1. Fase pertama :
Individu mengalami stres, cemas, perasaan terpisah kecuali
kesepian klien mungkin melamun dan memfokuskan pada hal-hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stres. Hal
ini menolong sementara integrasi pemikirannya meningkat tetapi
masih bisa mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya.
2. Fase kedua :
Ketakutan meningkat dipengaruhi oleh pengalaman berada pada
tingkat pendengaran halusinasi pikiran internal menjadi menonjol.
Halusiansi sensori dapat berupa bisikan yang tidak jelas dan suara
aneh tetapi klien takut bila orang lain mendengar atau
memperhatikannya, perasaan klien tidak efektif untuk mengontrol
dirinya dan halusinasi dengan memproyeksikan pengalaman
sehingga seolah-olah halusinasi datangnya dari tempat lain.
3. Fase ketiga :
Halusinasi semakin menonjol menguasai dan mengontrol klien
menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya
tersebut memberi kemungkinan dan rasa aman sementara.
4. Fase keempat :
Klien merasa tidak berdaya dan terpaku untuk melepaskan
dirinya dan kontrol yang sebelumnya menyenangkan menjadi
memerintah, memarahi, mengancam dirinya, klien tidak behubungan
dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya.
Mungkin klien berada dalam dunia menakutkan. Bila tidak dilakukan
intervensi secepatnya proses tersebut bisa menjadi kronik.

f) Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri
(Stuart & Sundeen,1998,hal 33). Mekanisme koping merupakan upaya
langsung dalam mengatasi stres yang berorientasi pada tugas yang
meliputi upaya pencegahan langsung, mengurangi ancaman yang ada.
Mekanisme koping yang sering dilakukan oleh klien dengan halusinasi
adalah regresi yaitu berhubungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk menanggulangi ansietas, klien jadi malas beraktifitas sehari-
hari. Proyeksi yaitu upaya untuk menyelesaikan kehancuran persepsi dan
mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan
tanggungjawab kepada orang lain atau suatu benda. Denial adalah
menghindari kenyataan yang tidak diinginkan dengan mengabaikan dan
mengakui adanya kenyataan ini.

2) Konsep Dasar Keperawatan


a) Masalah Keperawatan dan Data yang Dikaji
 Masalah Keperawatan
Gangguan Sensori persepsi : Halusinasi
 Data yang perlu dikaji
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Klien mengatakan: “sering a. Klien tampak ketakutan.
mendengar suara bisikan di b. Klien tampak bicara sendiri.
telinga dan sering melihat c. Klien tampak marah tanpa
sesuatu.” sebab.
d. Klien kadang tertawa sendiri.
e. Klien sering menyendiri.
f. Klien tampak mondar-mandir.

b) Pohon Masalah
Risiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial
c) Diagnosa Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
Rencana Keperawatan Klien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATA Tujuan (TUK/TUM) Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
N
Gangguan TUM: Klien dapat 1. Setelah 1 x 30 menit Bina hubungan saling percaya Hubungan saling percaya
Persepsi Sensori: mengontrol halusinasi interaksi klien tanda-tanda dengan menggunakan prinsip merupakan dasar untuk
Halusinasi yang dialaminya. percaya kepada perawat: komunikasi terapeutik: memperlancar interaksi yang
TUK 1: Klien dapat a. Ekpresi wajah a. Sapa klien dengan ramah selanjutnya akan dilakukan.
membina hubungan bersahabat baik verbal maupun non
saling percaya. b. Menunjukkan rasa verbal.
senang b. Perkenalkan nama, nama
c. Ada kontak mata panggilan, dan tujuan
d. Mau berjabat tangan perawat berkenalan.
e. Mau menyebutkan nama c. Tanyakan nama lengkap dan
f. Mau menjawab salam nama panggilan yang disukai
g. Mau duduk klien.
berdampingan dengan d. Buat kontrak yang jelas.
perawat. e. Tunjukkan sikap empati dan
h. Bersedia menggunakan menepati janji setiap kali
masalah yang dihadapi. interaksi
f. Tunjukkan sikap empati dan
menerima apa adanya.
g. Beri perhatian kepada
klien dan memperhatikan.
h. Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang
dihadapi klien.
i. Tanyakan perasaan klien
dan masalah yang dihadap
klien.
j. Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi
perasaan klien.
TUK 2: Klien dapat 2. Setelah ...x... interaksi Adakan kontak sering dan singkat Selain untuk membina
mengenal menyebutkan: secara bertahap. hubungan saling percaya,
halusinasinya a. Isi kontak sering dan singkat
b. Waktu akan memutus halusinasi.
c. Frekuensi
Observasi tingkah laku klien Mengenal perilaku klien pada
terkait dengan halusinasinya saat halusinasi terjadi dapat
(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap memudahkan perawat dalam
), jika menemukan klien yang melakukan intervensi.
sedang halusinasi:
a. Tanyakan apakah klien
mengalami sesuatu
(halusinasi
dengar/lihat/penghidu/raba
/kecap).
b. Jika klien menjawab Ya,
apa yang sedang
dialaminya.
c. Katakan bahwa perawat
percaya klien mengalami
hal tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh/ menghakimi)
d. Katakan bahwa ada klien
lain yang mengalami hal
yang sama.
e. Katakan bahwa akan
membantu klien.
Mengenal halusinasi
memungkinkan klien
Jika klien tidak sedang menghindari faktor timbulnya
berhalusinasi klarifikasi tentang halusinasi.
adanya pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien.
a. Isi, waktu, dan, frekuensi
terjadinya halusinasinya
(pagi, siang, sore, malam/
sering dan kadang-
kadang).
b. Situasi dan kondisi yang
menimbulkan/tidak
menimbulkan halusinasi.
TUK 3: Klien dapat 3. Setelah ...x... interaksi klien Identifikasi bersama klien Usahakan untuk memutus
mengontrol halusinasi. menyebutkan tindakan cara/tindakan yang dilakukan jika halusinasi, sehingga
biasanya dilakukan untuk terjadi halusinasi (tidur, marah, halusinasi tidak muncul.
mengendalikan menyibukkan diri, dll).
halusinasinya.

Setelah ...x... interaksi klien Diskusikan cara yang digunakan


menyebutkan cara baru klien, jika cara yang digunakan
mengontrol halusinasi. maladaptif diskusikan kerugian
cara tersebut.
Setelah ...x... interaksi
klien dapat memilih dan Diskusikan cara bau untuk
memperagakan cara memutus/mengontrol timbulnya
mengatasi halusinasi halusinasi:
(dengar/lihat/penghidu/raba a. Katakan pada diri sendiri
/kecap). bahwa ini tidak nyata
(saya tidak mau
dengar/lihat/penghidu/raba
/kecap).
b. Menemui orang lain
(perawa/teman/anggota
keluarga).
c. Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang
telah disusun).
d. Meminta
keluarga/teman/perawat
menyapa jika sedang
berhalusinasi.
Setelah ...x... interaksi klien
melaksanakan cara yang telah
dipilih untuk mengendalikan Bantu klien memilih cara yang
halusinasinya. sudah dianjurkan dan latih untuk
mencobanya untuk melakukan
Setelah ...x... interaksi klien cara yang dipilih dan dilatih.
mengikuti terapi aktifitas Pantau pelaksanaan yang telah
kelompok. dipilih dan dilatih, jika berhasil
beri pujian.
Anjurkan klien mengikuti terapi
aktifitas kelompok, orientasi
realitas, stimulus persepsi.
TUK 4: Klien dapat 4. Setelah ...x... pertemuan Buta kontak dengan keluarga Usaha untuk memutus
dukungan dari keluarga, keluarga untuk pertemuan (waktu, topik, halusinasi, sehingga
keluarga dalam menyatakan setuju untuk dan tempat). halusinasi tidak muncul
mengontrol mengikuti pertemuan kembali.
halusinasinya. dengan perawat.

Setelah ...x... interaksi Diskusikan dengan keluarga (pada Pengetahuan (reinforcement)


keluarga menyebutkan saat pertemuan keluarga atau dapat meningkatkan harga
pengertian, tanda dan kunjungan rumah): diri klien).
gejala, proses terjadinya a. Pengertian halusinasi.
halusinasi dan tindakan b. Tanda dan gejala Memberikan alternatif pilihan
untuk halusinasi. untuk mengontrol halusinasi.
mengendalikan halusinasi.
c. Proses terjadinya
halusinasi. Meningkatkan pengetahuan
d. Cara yang dapat dilakukan klien dalam memutus
klien dan eluarga untuk halusinasi.
memutus halusinasi.
e. Obat-obatan halusinasi. Memudahkan klien dalam
f. Cara merawat anggota. mengendalikan halusinasi.
keluarga yang
berhalusinasi di rumah Stimulus persepsi dapat
(beri kegiatan, jangan mengurangi perubahan
biarkan sendiri, makan interpretasi realitas akibat
bersama, bepergian adanya halusinasi.
bersama, memantau obat-
obatan, dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi).

Beri informasi waktu kontrol ke


rumah sakit dan bagaimana cara
mencari bantuan jika halusinasi
tidak dapat diatasi di rumah.
TUK 5: Mengontrol Setelah ...x... interaksi klien Diskusikan dengan klien tentang Dengan mengetahui prinsip
halusinasi dengan menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak obat, maka kemandirian klien
enam benar minum a. Manfaat minum obat minum obat, nama, warna, dosis, dalam hal pengobatan dapat
obat. b. Kerugian tidak minum cara, efek terapi, dan efek ditingkatkan.
obat samping penggunaan obat.
c. Nama, warna, dosis,
efek samping obat
Pantau klien menggunakan obat. Dengan menyebutkan dosis,
Setelah ...x... interaksi klien frekuensi, dan caranya, klien
mendemonstraksikan Beri pujian jika klien melaksanakan program
penggunaan obat dengan menggunakan obat dengan benar. pengobatan.
benar. Menilai kemampuan klien
Diskusikan akibat berhenti minum dalam pengobatan sendiri.
Setelah ...x... interaksi klien obat tanpa konsultasi dengan
menyebut akibat berhenti dokter.
minum obat tanpa konsultasi
dokter. Anjurkan klien konsultasi kepada
dokter atau perawat jika terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

HALUSINASI

PERTEMUAN KE : 1 (SATU)

DIAGNOSA KEP : HALUSINASI

SP :1

HARI/TANGGAL :

PROSES KEPERAWATAN

A. KONDISI KLIEN

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Klien mengatakan: “sering mendengar a. Klien tampak ketakutan.
suara-suara yang membisiki dan isinya b. Klien tampak bicara sendiri.
tidak jelas serta melihat setan-setan.” c. Klien tampak marah tanpa sebab.
d. Klien kadang tertawa sendiri.
e. Klien sering menyendiri.
f. Klien tampak mondar-mandir.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan sensori persepsi : halusinasi pendengaran

C. TUJUAN UMUM
Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.

D. TUJUAN KHUSUS
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
3. Klien dapat mengontrol halusinasi.
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
E. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian

PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN


I. FASE ORIENTASI :
A. SALAM TERAPEUTIK
“Selamat pagi bapak perkenalkan nama saya aldi. Nama bapak siapa? Lebih
suka di panggil siapa pak? Saya adalah mahasiswa S1 KEPERAWATAN
STIKIM JAKARTA, saya peraktek disini selama 5 hari dari tanggal 1 agustus
2018 sampai 5 agustus 2018. Saya peraktek pada pagi hari ini dari pukul 08.00
sampai 14.00 WIB.
B. VALIDASI
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini?”
C. KONTRAK
Topik : “Pagi ini kita berbincang-bincang sebentar ya pak, untuk melakukan
perkenalan, dan berbincang-bincang tentang apa yang bapak rasakan
saat ini.”
Waktu : bapak mau kita berbincang-bincang berapa lama pak? bagaimana
kalau 10 menit saja?’
Tempat : “dimana kita berbincang-bincangnya pak? Bagai mana kalau di
meja makan saja pak?”
Tujuan : “agar kita saling mengenal, bapak lebih mengenal saya dan saya
lebih mengenal bapak, serta bapak dapat mengenal perasaan
apa yang bapak rasakan saat ini.”
II. FASE KERJA
”Bapak sudah berapa lama di rawat disini? Kalau saya boleh tau ada masalah
apasampai bapak di bawa kesini? Apakah bapak mendengar suara tanpa ada
wujudnya? Apa yang dikatakan suara itu? Apakah terus-menerus terdengar atau
sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering di dengar suara? Berapa kali sehari
bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?
Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang bapak
lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul? Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
Pertama, dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang
ke empat minum obat dengan teratur. Bagaimana kalau kita belajar satu cara
dulu, yaitu dengan menghardik. Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu
muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak
mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya
bagus bapak D sudah bisa.”

III. FASE TERMINASI


A. EVALUASI
Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi.”
Objektif
“Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut.”
B. TINDAK LANJUT
“Saya berharap bila suara-suara itu muncul bapak dapat menghardiknya,
jangan lupa bapak masukan ke dalam jawal kegiatan harian ya pak.”
C. KONTRAK YANG AKAN DATANG
Topik : “bapak besok kita akan bertemu lagi dan berbincang-bincang
tentang cara menghilangkan suara-suara selain menghardik
Waktu : “ besok kita bertemu jam berapa? Bagai mana kalau jam 08.00
wib?”
Tempat : “ bapak mau kita berbincang-bincang dimana? Di ruang makan
atau teras? Baik pak, saya permisi dulu sampai jumpa besok”
Daftar Pustaka
 Carpenito-Lynda Juall.(1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta : EGC
 Keliat, B.A. (2006). Proses Keperawatan dan Keperawatan Kesehatan
Jiwa.Jakarta : EGC
 Stuart and Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai