Anda di halaman 1dari 4

Nama : Eka Putri Ayunda

NIM : 40010318060063
Kelas : A

TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING

A. Kurs Mata Uang Asing


Dalam suatu transaksi internasional tidak dapat dihindari adanya kemungkinan
penggunaan mata uang yang berbeda dengan mata uang dasar (base currency) yang
dipakai seorang pengukur transaksi wajib pajak dalam pembukuan. Sesuai dengan
pasal 28 ayat (4) UU KUP pengukuran transaksi dalam pembukuan harus dengan
menggunakan satuan mata uang rupiah. Padahal dalam transaksi internasional nilai
yang disepakati para pihak bisa jadi menggunakan mata uang asing. Ketika wajib
pajak mengonversi transaksi dengan mata uang asing ke mata uang rupiah, nilai kurs
konversi yang digunakan akan mempengaruhi kewajiban pajak yang harus dibayar.
Untuk kepentingan perpajakan dikenal beberapa jenis kurs konversi, di antaranya :
a. Kurs Bank Indonesia
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter mengeluarkan nilai kurs konversi.
Kurs konnversi yang dikeluarkan oleh BI ada dua yaitu kurs jual dan kurs beli.
Dalam praktek dikenal istilah kurs tengah, yaitu rata-rata kurs jual dan kurs beli
yang dihitung kurs jual ditambah dengan kurs beli kemudian dibagi dua.
b. Kurs Menteri Keuangan
Menteri keuangan sebagai otoritas di bidang keuangan termasuk pajak tiap
hari Senin mengeluarkan Kurs Menteri Keuangan yang berlaku selama seminggu.
Nilai kurs ini sebagai dasar pelunasan bea masuk, pajak pertambahan nilai barang
dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak ekspor, dan pajak
penghasilan yang terdiri dari PPh pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23, PPh pasal
26 dan PPh Final pasal 4 ayat (2).
c. Kurs Realisasi
Adalah kurs yang sebenarnya terjadi saat merupiahkan atau membeli mata
uang asing. Nilai kurs konversi ini ditentukan dari keseakatan para ihak yang
bertransaksi ataupun nilai kurs konversi ketika menukarkan mata uang asing di
tempat-tempat penukaran uang (money changer).
B. Keuntungan Atau Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing
Berdasarkan pasal 4 ayat 1 huruf I UU PPh keuntungan selisih kurs mata uang
asing merupakan objek PPh. Keuntungan yang diperoleh karena fluktuasi kurs mata
uang asing diakui berdasarkan system pembukuan yang dianut dan dilakukan secara
taat asas sesuai Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia. Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10 tentang Transaksi dalam mata uang
asing menyatakan selisih kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian
(settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing.
Untuk memberikan gambaran di ilustrasikan sebagai berikut :
Contoh :
PT ABC melakukan ekspor sejumlah garmen ke XYZ Inc sebuah perusahaan yang
berkedudukan di Amerika senilai USD 100.000 tanggal 11 Mei 2010 saat nilai kurs
transaksi USD 1 sama dengan Rp 9.073. Pelunasan pembayaran baru diterima PT
ABC tanggal 3 Juni 2010 saat nilai kurs transaksi USD 1 sama dengan Rp 9.190
Perhitungan keuntungan (kerugian) selisih kurs sebagai berikut :
3 Juni 2010 (tgl penyelesaian) 100.000 x 9.190 = 919.000.000
11 Mei 2010 (tgl transaksi) 100.000 x 9.073 = 907.300.000
Keuntungan selisih kurs = 11.700.000

PSAK juga menyatakan bahwa pada setia tanggal neraca pos aktiva dan
kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah
dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam
menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah bank Indonesia
sebagai indicator objektif. Dalam prakteknya akuntan public akan menggunakan kurs
tengah BI karena lebih objektif dan dapat memberikan nilai komparabilitas dalam
laporan keuangan.

C. Pembekuan Dengan Mata Uang Asing


Wajib pajak tertentu yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 196/PMK.03/2007 jo. PER-11/PI/2010 diizinkan untuk menyelenggarakan
pembekuan dengan menggunakan Bahasa inggris dan satuan mata uang Dollar
Amerika Serikat. Para wajib pajak tertentu tersebut adalah :
a. Wajib pajak dalam rangka penanaman modal asing yang beroperasi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan penanaman modal
asing.
b. Wajib pajak dalam rangka kontrak karya yang beroperasi berdasarkan
kontrak dengan pemerinth republic Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan peraturan perundan-undangan pertambangan selain
pertambangan minyak dan gas bumi.
c. Wajib pajak kontraktor kontrak kerja sama yang beroerasi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas
bumi
d. Bentuk usaha tetap sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (5)
Undang-Undang PPh atau sebagaimana diatur dalam perjanjian
penghindaran pajak berganda (P3B) terkait
e. Wajib pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun
seluruhnya di bursa efek luar negeri
f. Kontrak investasi kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam
denominasi satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dan telah
memperoleh Surat pemberitahuan efektif pernyataan pendaftaran dari
badan pengawas pasar modal-lembaga keuangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal, atau
g. Wajib pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar
negeri, yaitu perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau
dikuasai oleh perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang
mempunyai hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam pasal 18
ayat (4) huruf a dan b Undang-Undang PPh.

Sebelum diterbitkannya peraturan menteri keuangan Nomor


196/PMK.03/2007, pembayaran PPh Pasal 25 dan Pasal 29 serta PPh Final yang
dibayarkan sendiri oleh Wajib Pajak yang telah mendapatkan izin menyelenggarakan
pembukuan dalam Bahasa inggris dan mata uang Dollar AS wajib dilakukan dalam
perhitungan mata uang Dollar AS. Ketentuan ini disebutkan dalam keputusan Dirjen
Pajak dan Dirjen Anggaran Nomor KEP.306/PJ/1999.
Setelah diterbitkannya pperaturan menteri keuangan Nomor 196/PMK.03/2007
tepatnya dalam pasal 7 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan ini, ditegaskan bahwa
pembayaran PPh pasal 25 dan pasal 29 serta PPh Final yang dibayar sendiri oleh
wajib pajak yang memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan mata uang Dollar AS dapat dilakukan dalam satuan mata uang Rupiah.
Pembayaran PPh dalam mata uang Dollar AS ini dilakukan dengan cara mentransfer
sejumlah PPh terutang dari Bank wajib pajak di luar negeri atau bank devisa ke
rekening giro kas negara di bank Indonesia Nomor 600.500411. Bukti transfer tersebut
kemudian disatukan dengan SSP lembar ke 1 untuk arsip wajib pajak, sedangkan
fotokopi bukti transfer disatukan dengan SSP lembar ke 3 untuk dilaporkan ke kantor
pelayanan pajak (KPP) sesuai dengan ketentuan pelaporan.
Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan Bahasa inggris dan
satuan nama uang Dollar AS oleh wajib pajak harus terlebih dahulu mendapat izin
tertulis dari Menteri Keuangan, kecuali bagi Wajib Pajak dalam rangka kontrak karya
atau wajib pajak dalam rangka kontraktor kontrak kerja sama. Izin tertulis tersebut
dapat diperoleh wajib pajak dengan mengajukan surat permohonan kepada kepala
kantor wilayah, paling lambat 3 bulan :
a. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan Bahasa
inggris dan satuan mata uang Dolaar AS tersebut dimulai, atau
b. Sejak tanggal pendirian bagi wajib pajak baru untuk bagian tahun pajak
atau tahun pajak pertama.

Anda mungkin juga menyukai