Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2020


UNIVERSITAS HALU OLEO

EPIDIDYMOORCHITIS

PENYUSUN :
Habri Tri Sakti, S.Ked
K1A1 14 017

PEMBIMBING :
dr. Ruslan Duppa, M.Kes, Sp.Rad (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Habri Tri Sakti, S.Ked

NIM : K1A1 14 017

Judul Referat : Epipidymo Orchitis

Telah menyelesaikan tugas Referat dalam rangka kepaniteraan klinik Bagian Radiologi di

Fakultas Kedokteran, Universitas Halu Oleo.

Kendari, Mei 2020

Mengetahui:

Pembimbing,

dr. Ruslan Duppa, M.Kes, Sp.Rad (K)

i
EPIDIDYMO ORCHITIS
Habri Tri Sakti, Ruslan Duppa

I. Pendahuluan

Skrotum akut dapat memberikan banyak tantangan diagnostik kepada dokter

Gawat Darurat, Ahli Radiologi dan Ahli Urologi. Suatu dilema dalam menegakkan

diagnosis, penyakit seperti torsio testis, keterlibatan dalam melakukan diagnosis

sangat sensitif dan menjadi bencana bagi pria muda. salah satu diagnosis banding

untuk gejala scrotum yang akut adalah epididimo-orkitis. Patologi infeksi ini sering

dikelola sebagai pasien rawat jalan dengan hasil yang baik, jarang membutuhkan

intervensi bedah.1

Infeksi testis biasanya diobati dengan antibiotik enteral atau parenteral, dengan

sedikit atau tanpa morbiditas. Perlu diingat bahwa perkembangan ke komplikasi lebih

lanjut dapat terjadi, mengarah pada morbiditas yang lebih besar dan kehilangan testis.

Beberapa laporan kasus dan seri kasus telah dilaporkan infark testis akut yang

berkembang dari infeksi epididymal dan infeksi testis.1

Epididimo-orkitis terdiri dari peradangan epididimis dan testis. Ada hampir

600.000 kasus epididimo-orkitis per tahun di Amerika Serikat, terhitung sekitar 1/144

(0,69%) kunjungan rawat jalan di antara laki-laki berusia 18 hingga 50 tahun, dengan

mayoritas pasien berusia 18 hingga 35 tahun.. Dari hasil peneliian yang dilakukan

terhadap 610 kasus di antara tentara pada pasukan Amerika Serikat dan anggota

keluarga mereka, dinyatakan bahwa sebagian besar pasien berusia 20 hingga 29 tahun.

Namun, hampir semua usia terlibat (dengan kisaran 4 bulan hingga 76 tahun).2

Akut epididynmitis ditandai dengan nyeri testis dan sebagian besar melibatkan

gejala skrotum akut juga. Orkitis biasanya berasal dari radang epididimis. gejala

epididimo-orkitis meliputi pembengkakan dan nyeri tekan epididimis atau skrotum

1
pada sekitar 75% pasien. beberapa pasien bahkan mengalami infeksi aliran darah,

sepsis, atau syok septik karena patogen yang mendasarinya.2

Definisi

Epididimitis melibatkan peradangan atau infeksi epididimis, biasanya disertai

dengan rasa sakit dan pembengkakan. Ini adalah penyebab paling umum peradangan

intraskrotal. Epididimitis akut ditandai dengan gejala yang berlangsung selama kurang

dari 6 minggu sedangkan epididimitis kronis melibatkan gejala yang bertahan selama

3 bulan atau lebih lama. Orkitis, atau radang testis, lebih jarang terjadi daripada

epididimitis, kecuali dalam kasus penyakit virus. Namun, infeksi epididimis dapat

menyebar ke testis yang berdekatan sehingga sulit untuk membedakan entitas klinis

yang melibatkan keduanya, maka istilah epididimo-orkitis digunakan untuk

menangkap proses inflamasi gabungan ini. pada pasien dengan epididimo-orkitis akut,

respons inflamasi pada struktur yang berdekatan, seperti vesikula seminalis, dapat

menyebabkan pembentukan abses.3

II. Insidens dan Epidemiologi

Secara keseluruhan, penelitian menunjukkan bahwa epididymoorchitis akut

relatif jarang terjadi. Sebuah studi prospektif di Kanada menunjukkan bahwa 0,9%

pria yang datang ke klinik rawat jalan urologi pada tahun 2004, kasus epididimitis

lebih jarang dibandingkan dengan prostatitis atau sistitis interstitial. epididymo-

orchitis akut cenderung terjadi pada satu sisi, dengan kanan dan kiri sama rentan

kejadiannya, peradangan bilateral sangat jarang terjadi. Usia rata-rata pasien dalam

studi di Kanada adalah 41 tahun. Studi lain melaporkan variabel usia rata-rata

kejadian epididimitis cenderung memuncak pada pria muda yang aktif secara seksual

dengan sebagian besar kasus terjadi antara 20-39 tahun.3

2
III. Etiologi
Pada anak-anak di bawah usia yang belum aktif secara seksual, flora

mikroba yang menginfeksi epididimis adalah campuran dari flora kulit dan flora

urinary. Sedangkan pria yang sudah aktif secara seksual hingga berusia kurang dari

35 tahun, terjadinya epididimitis akut kemungkinan besar terkait dengan infeksi

menular seksual Chlamidya trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae.

Mikobakterium dan ureaplasma lebih sering ditemukan pada pria yang lebih muda

dengan Chlamidya epididimitis daripada penyebab epididimitis lainya, meskipun

penyebab epididimitis akut tidak jelas. Organisme enterik gram negatif cenderung

menyebabkan epididimitis pada pria yang lebih tua, meskipun infeksi menular

seksual masih sering terjadi, disebabkan oleh Chlamidya.3

Banyak penyebab infeksi epididimitis akut yang kurang umum lainnya telah

di laporkan. Mumps, paramyxovirus adalah penyebab orkitis yang paling sering

dan epididimitis dapat berkembang sebagai komplikasi. Meskipun semua kejadian

dari mumps orkitis telah turun secara drastis karena adanya vaksin Mumps,

Measles dan Rubella (MMR), terbukti dengan tidak dilaporkan lagi wabah yang

terjadi di Inggris dan Amerika serikat sejak tahun 2000. Mumps sering terjadi pada

pria pasca pubertas dalam kondisi kepadatan yang tinggi misalnya pada asrama.

Virus dapat menyebar dengan kontak langsung melalui droplets. Hingga 40% pria

pasca pubertas yang mengalami mumps dapat berkembang menjadi orkitis

unilateral atau bilateral dengan beberapa derajat atrofi testis yang di awali dengan

peradangan dan edema, meskipun risiko terjadinya kemandulan rendah. Pria

dengan riwayat tidak melakukakan vaksinasi MMR atau hanya menerima satu kali

vaksinasi berisiko lebih tinggi terkena orkitis sebagai komplikasi dari mumps.3

3
Tabel 1. Penyebab akut epididymo-orchitis.3

4
Orkitis yang disebabkan oleh mumps dapat sembuh sendiri dengan

pengobatan yang suportif dan tirah baring, dukungan srotum dengan pemberian

obat antiinflamasi non steroid (NSAIDs). Peran steroid belum jelas dalam

mempertahankan fungsi testis. Vaksinasi tetap cara terbaik untuk mencegah infeksi

walaupun tidak 100% efektif. Epididymo-orchitis telah dideskripsikan sebagai

penyebab infeksi penyakit granulomatosa, seperti tuberculosis dan brucellosis,

serta penyebab tidak menular seperti obat-obatan dan gangguan inflamasi

menyeluruh. Epididimitis tuberkulosis jarang dan sulit didiagnosis. Epididimitis

mungkin disebabkan oleh penyebaran hematogen. Pasien dapat merasakan nyeri

atau tidak nyeri disertai pembengkakan. Urinalisis biasanya menunjukkan piuria,

tetapi infeksi sekunder mungkin ada. Diagnosis ditegakkan melalui identifikasi

mikobakterium tuberkulosis dari urin. Karena beberapa organisme ada dalam urin

pemerikasaan biasanya negatif dan sensitivitas kultur mungkin hanya 50%.

Sensitivitas urinary Polymerase Chain Reaction (PCR) telah dilaporkan 84%-97%,

meskipun tes ini tidak tersedia secara luas.3

Epididimitis tuberkulosis yang di induksi vaksin Bacille Calmette-Guẻrin

(BCG) atau BCGitis, disebabkan oleh terapi dengan BCG yang digunakan untuk

mengobati kanker kandung kemih. Strain Micobacterium bovis yang telah

dilemahkan ini ditanam di dalam kandung kemih untuk menyebabkan respon

peradangan terhadap sel-sel tumor. Dalam kasus yang jarang telah dilaporkan

menyebabkan granulomatous epididymo-orchitis. Pada pasien ditemukan area

nekrotik di epididimis yang dapat menyebar ke testis, sehingga menyebabkan

pembesaran skrotum, dengan atau tanpa rasa sakit. Ultrasound menunjukkan

gambaran epididimis heterogen, hypoechoic.3

5
Brucella adalah penyebab epididymo-orchitis yang relatif umum di daerah

endemis, terutama di negara-negara Mediterania dan Timur Tengah dan dapat

terjadi pada 2% pasien dengan tuberkulosis. Sebagian besar pasien mengalami

brucellosis demam akut ketika epididymo-orchitis terjadi. Nyeri skrotum unilateral

dan pembengkakan adalah gejala yang paling umum, tetapi disuria dan frekuensi

berkemih juga dapat ditemukan. Leukositosis sering tidak ada. Urinalisis dan

biakan sering normal dan biakan darah untuk brucella positif pada sekitar 50%

kasus. Anamnesis dan uji serologis untuk brucellosis dapat membantu dalam

diagnosis. Terapi antibiotik untuk brucellosis biasanya efektif.3

Histoplasmosis telah dilaporkan sebagai penyebab yang sangat jarang dari

epididimo-orkitis granulomatosa. Pembengkakan skrotum sering unilateral dan

dapat didahului gejala pernapasan dan sistemik. Intervensi bedah dan terapi

antijamur sistemik dapat menjadi pilihan pengobatan.3

Etiologi epididimo-orkitis yang berbeda telah dilaporkan pada pasien

dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan pada penerima

transplantasi yang menerima obat imunomodulasi. Epididymo-orchitis dengan

bakteremia disebabkan oleh Haemophilus influenzae dan Elizabethkingia

(sebelumnya Chryseobacterium dan Flavobacterium) meningoseptica. Infeksi

Plesiomonas shigelloides telah menjadi patogen oportunistik; kasus bakteremia dan

epididymo-orchitis dilaporkan pada pasien dengan HIV dan hepatitis C kronis.

Infeksi Nocardia adalah penyebab yang jarang terjadi pada epididymo-orchitis dan

biasanya melibatkan organ lain pada saat yang bersamaan. Sitomegalovirus

diisolasi dari urin dan air mani pasien dengan infeksi HIV yang memiliki

epididimitis yang sulit disembuhkan dengan antibiotik. Infeksi HIV juga dapat

meningkatkan risiko tuberkulosis genitourinari (TB).3

6
A. Tidak Menular (Non-infeksius)

Meskipun sebagian besar kasus epididimo-orkitis disebabkan infeksi, ada

juga beberapa penyebab tidak menular. Amiodarone dapat menyebabkan

epididimitis reversibel pada kasus yang jarang. Epididimitis telah dilaporkan pada

pasien dengan Poliarteritis Nodosa (PAN); satu laporan kasus menggambarkan

epididimitis bilateral yang tidak merespon terapi antimikroba sebagai gejala PAN

yang muncul. Epididimitis adalah manifestasi langka dari penyakit Behçet dan

mungkin berhubungan dengan penyakit yang lebih parah. Vaskulitida sistemik

lainnya, termasuk Henoch-Schönlein purpura, telah dikaitkan juga. L Sarcoidosis

dapat memengaruhi sistem genitourinari pada 5 pasien. Etiologi beberapa kasus

epididimitis akut tetap "idiopatik," tetapi kemajuan dalam mikrobiologi dan teknik

diagnostik molekuler dapat menjelaskan penyebab infeksi spesifik di masa depan.3

IV. Patofisiologi

A. Patofisiologi Epididimo-Orchitis Menular (Infeksius)

Infeksi bakteri sampai sekarang merupakan penyebab yang paling sering

ditemukan pada pasien epididimitis. Epididimitis umumnya terjadi akibat infeksi

menular seksual yang kemudian diikuti dengan migrasi patogen ke traktus

genitourinaria. Rute infeksi yang sering terjadi juga adalah melalui penjalaran

patogen secara retrograde ascending dari uretra dan kandung kemih, melalui

duktus ejakulatorius dan vas deferens yang menyebabkan kolonisasi dan inflamasi

pada epididimis. Penyebaran patogen juga dapat terjadi melalui jalur limfatik korda

spermatikus.4 Epididimitis juga dapat terjadi akibat penyebab yang tidak

berhubungan dengan infeksi menular seksual. Epididimitis yang berhubungan

dengan infeksi saluran kemih ini umumnya disebabkan oleh aliran balik atau

stagnasi dari urine yang menyebabkan infeksi pada epididimis.5

7
B. Patofisiologi Epididimo-Orchitis Tidak Menular (Non-infeksius)

Penyebab noninfeksi sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Pada

epididimitis yang disebabkan oleh penggunaan amiodarone, terdapat hipotesis yang

mengatakan bahwa terdapat kemungkinan adanya akumulasi dari konsentrasi tinggi

obat amiodarone dan metabolitnya pada jaringan epididimal. Selain itu, perubahan

histologis, seperti fibrosis epididimal fokal dan infiltrasi limfositik juga

ditemukan.6

V. Manifestasi Klinis.7

Manifestasi klinis epididimo orkitis dibagi menjadi gejala dan tanda:

A. Gejala

1. Pasien mengalami nyeri dan pembengkakan skrotum unilateral yang

terjadi secara akut.

2. Pada epididimo orkitis karena infeksi menular seksual, maka didapatkan gejala-

gejala uretritis atau adanya discharge uretra. Namun biasanya uretritis

asimptomatik.

3. Pada pasien epididimo orkitis karena uropatogen terdapat gejala-gejala ISK

(infeksi saluran kemih) atau riwayat bakteriuria.

4. Nausea, demam, menggigil

5. Torsio testis merupakan diagnosis banding terpenting dari epididimo-

orkitis. Diagnosis ini harus diperhatikan pada seluruh pasien dan harus segera

disingkirkan karena harus segera dioperasi dalam waktu 6 jam.

6. Torsio testis sering terjadi pada pria dibawah 20 tahun, namun dapat

terjadi pada semua umur.

8
B. Tanda

1. Nyeri tekan pada sisi yang sakit.

2. Pembengkakan epididimis yang dapat diraba mulai dari ekor di kutub

bawah testis dan menyebar ke daerah kepala di kutub atas testis +/-

keterlibatan testis.

3. Dapat tampak:

i. Discharge uretra

ii. Hidrokel sekunder

iii. Eritema dan/atau edema skrotum yang sakit

iv. Pyrexia

4. Prehn Sign: Pemeriksaan ini dilakukan untuk membedakan epididimitis dari

torsio testis. Elevasi skrotum dapat mengurangi nyeri pada epididimitis

namun tidak pada torsio testis. Namun pemeriksaan ini tidak dapat diandalkan

untuk membedakan epididimitis dari torsio testis

C. Gejala dan tanda pada penyakit yang spesifik:8

1. Mmps: sakit kepala dan demam diikuti oleh pembengkakan parotis bilateral. 7-

10 hari kemudian diikuti pembengkakan testis unilateral. Secara atipikal, mereka

yang terkena terdapat gejala pembengkakan testis bilateral, epididimitis saja atau

tanpa gejala sistemik.

2. Tuberkulosis: onset akut/kronis pembengkakan skrotum disertai rasa nyeri/

biasanya unilateral, gejala sistemik bisa +/-, sinus skrotum +/- dan kulit skrotum

mengeras.

3. Brucellosis: demam, berkeringat, sakit kepala, sakit punggung, dan kelemahan

biasanya dijumpai pada infeksi akut.

9
VI. Diagnosis

A. Anamnesis

Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang menunjukkan gejala dan

tanda-tanda epididimo-orkitis, yaitu nyeri hebat dan pembengkakan di daerah

belakang testis, hingga testis disertai skrotum yang bengkak dan berwarna merah.7

Onset akut, biasanya nyeri skrotum unilateral disertai atau tanpa

pembengkakan. Gejala uretritis biasanya di jumpai pada kasus yang penyebabnya

infeksius, yaitu infeksi menular seksual (IMS) dapat dijumpai gejala seperti

discharge uretra, disuria, dan iritasi penis, tetapi pada beberapa pasien bisa menjadi

asimtomatik).dapat juga di jumpai gejala infeksi saluran kemih (ISK) seperti

disuria, frekuensi, urgensi.8

B. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada sisi yang sakit,

teraba epididimis yang edema dari ekor hingga kepala epididimis. Salah satu

pemeriksaan yang penting adalah Prehn Sign untuk menyingkirkan diagnosis

banding torsio testis. Meskipun Prehn Sign bukan patokan pasti untuk diagnosis

torsio testis, namun dalam praktek klinik dimana tidak terdapat alat Doppler,

pemeriksaan ini dapat membantu untuk menetapkan dilakukan eksplorasi testis

dengan segera atau tidak.9

C. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan mikroskop dari Gramstained methylene blue uretra

smear menunjukkan >5 polimorfonuklear leukosit (PMNLs) per daya tinggi

lapangan (HPF) ATAU berputar turun sampel dari pertama lulus urin (FPU)

Gram bernoda menunjukkan >10 PMNLs per HFP (1000). Swab uretra untuk

10
N. Gonorrhoeae FPU/uretra swab untuk nukleat tes asam penguat kation

(NAAT) untuk N. gonorrhoeae, C. trachomatis dan M. genitalium . MSU untuk

mikroskopi. Protein dan laju endap darah C-reaktif dapat mendukung diagnosis

epididimitis jika dinaikkan, tetapi rujukan bedah atau pengobatan antibiotik

sebaiknya tidak ditunda atas dasar tes ini.8

Menurut 2010 United Kingdom national guideline for the

management of epididymo-orchitis, ada beberapa lamgkah yang dilakukan

untuk diagnosis:

a. Apusan Gram dari uretra. Pemeriksaan ini dilakukan meskipun gejala

uretra tidak ada. Pemeriksaan mikroskopis untuk diagnosis uretritis (> 5

PMNLs per lapang pandang besar x 1000) dan diagnosis untuk gonorrhea

(Gram negative intracellular diplococci).

b. Pemeriksaan mikroskopis dan kultur mid-stream urin untuk mengetahui

adanya bakteri.

c. Pada torsio testis pemeriksaan diatas tidak menunjukkan adanya

uretritis ataupun ISK.

d. Jika memungkinkan, colour Doppler ultrasound dapat digunakan untuk

memeriksa aliran darah arteri. Pemeriksaan ini berguna untuk membedakan

antara epididimo-orkitis dan torsio spermatic cord. Pada torsio, aliran darah

tidak mengalir ke dalam testis, sedangkan pada epididimo-orkitis aliran

darah meningkat.

11
2. Pemeriksaan Radiologi

USG Droppler

a b

Gambar 1: a. USG menunjukkan kedua testis pada presentasi awal, dengan peningkatan
flow di posisi ini menunjukkan Epididimy Orchitis. b.Ulangi USG 6 jam
kemudian menunjukkan pembalikan diastolik flow. (Dikutip dari
Kepustakaan 1).

Gambar 2. Pada potongan longitudinal Grey scale ultrasonogram menunjukkan sebuah


pembesaran heterogen pada kepala epididimis (tanda bintang) dan edema
membesar pada testis kanan. Keduanya menunjukkan peningkatan
vaskularisasi pada evaluasi warna Doppler. Temuan ini konsisten dengan
epididymo-orchitis.10

12
Gambar 3 : Infeksi berat yang mengarah ke infark. Diagnosis klinis epididimo orchitis
kanan berat pada pasien di atas. Pada USG, ada penebalan dinding skrotum
dan hiperemia yang difus. Lesi kecil hypoechoic, avaskular di dinding
skrotum dan parenkim testis konsisten dengan abses. Parenkim testis
menunjukkan echotexture heterogen tanpa vaskularisasi yang dapat dilihat
(panah). Gambaran keseluruhan menunjukkan infark testis, infeksi sekunder
hingga berat. Ini dikonfirmasi selama operasi dan pasien menjalani
oridektomi.11

VII. Diagnosa Banding

A. Torsio Testis

Pemeriksaan penunjang yang paling penting adalah USG Doppler (DUS)

dan Radionuclide Scrotal Imaging (RNSI) untuk menilai perfusi testis dan apakah

testis masih viabel. Colour DUS menunjukkan “spiraling”(whirlpool) atau

puntiran pembuluh pada topografi korda spermatika. DUS torsio testis ditandai

dengan pembesaran sferis, dan hipoekogenik testis yang menandakan adanya

gangguan aliran darah arteri dan vena testikular yang ditandai dengan berkurang

atau hilangnya warna Doppler. Adanya aliran tidak dapat menyingkirkan torsio

testis; durasi torsi, jumlah torsi pada korda spermatika dan kekuatan belitan akan

mempengaruhi pemeriksaan DUS. Kekurangan pemeriksaan ini selain tergantung

operator, adanya aliran darah perifer pada torsio awal dan torsio-detorsio sering

membingungkan.12

13
Gambar 5. A. USG skrotum menggambarkan testis kiri dengan potongantranverse
menunjukkan hidrokel tidak normal reaktif minimal. B. USG Doppler
menunjukkan sedikitnya Aliran Darah ke testis kiri.12

Gambar 6.
“Whirlpool sign” dari spermatic cord yang terpuntir. (a) USG transversal
(tidak berwarna) menunjukkan pusaran pada spermatic cord yang
terpuntir. (b) USG Doppler menunjukkan berkurangnya aliran darah pada
testis yang sama. (c) USG longitudinal gambaran “whirlpool sign”. (d)
USG Doppler transversal menunjukkan penurunan aliran darah pada
testis.13

14
B. Hidrokel

Sebuah hidrokel adalah kumpulan besar cairan antara visceral dan lapisan

parietal dari tunika vaginalis dan penyebab umum sebagian skrotum menyakitkan

pembengkakan. Dari catatan, sejumlah kecil cairan serosa antara lapisan tunika

vaginalis adalah temuan jinak dan tidak boleh keliru untuk hidrokel. Hydroceles

bisa bawaan atau diperoleh. hydroceles bawaan yang disebabkan oleh prosesus

vaginalis paten, yang memungkinkan akumulasi cairan peritoneal di kantung

skrotum. hydroceles diakuisisi adalah baik idiopatik karenakelebihan atau

gangguan penyerapan cairan serosa. Mereka mungkin sekunder karena infeksi,

torsi, trauma, atau tumor. Hydroceles hadir sebagai koleksi cairan anechoic

dengan peningkatan melalui transmisi yang mengelilingi aspek anterolateral dari

testis. gema internal dalam pengumpulan cairan kadang-kadang dapat dihargai

dan terkait dengan protein atau kandungan kolesterol.10

1. USG Droppler

15
Gambar 7.

A. Hidrokel dalam laki-laki 28 tahun dengan pembengkakan skrotum.


Ultrasonogram melintang dari skrotum menunjukkan suatu pengumpulan
cairan anechoic sekitar testis (tanda bintang). B. Kedua testis
menunjukkan beberapa fokus echogenic skrotum yang kecil di dalam
parenkim testis. Tidak ada massa yang mendasari yang diidentifikasi.10

2. CT Scan

Gambar 8. A. CT menunjukkan massa kistik di wilayah cincin dangkal di dekat kabel


spermatika. B. Bedah massa abdomen yang timbul dari korda
spermatika.14

C. Tumor testis

Benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam testis.15

16
Gambar 9. Menunjukkan Dinding skrotum hiper vaskular yang menebal (2,3 cm) lebih
tebal, lebih banyak di sisi kanan. Koleksi hypoechoic teralokasi terlihat di
wilayah antar testis menunjukkan puing echogenik dalam, berukuran sekitar
2,1 cm * 1,9 cm. Temuan mengesankan dari proses inflamasi dinding
skrotum difus dengan pengumpulan garis tengah (abses).15
VIII. Tatalaksana 16

A. Non Farmakologi

1. Informasi, penjelasan dan saran harus diberikan kepada pasien: penjelasan

tentang penyebab epididimo-orkitis (baik yang ditularkan secara seksual dan

yang tidak menular seksual), perjalanan jangka pendek dari infeksi dan

implikasi jangka panjang untuk diri mereka sendiri dan pasangan mereka,

termasuk pemberitahuan pasangan jika penyebab menular seksual diidentifikasi

atau dicurigai

2. Istirahat yang cukup

17
3. Pasien disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan

pasangannya selama pengobatan dan menyarankan agar pasangannya turut

diperiksakan.

B. Farmakologi
Terapi: antibiotik empiris sesuai dengan kemungkinan menular seksual atau

uropatogen. Pilih rejimen berdasarkan tes langsung - tes uretra / FPU, urinalisis dan

memperhitungkan usia, riwayat seksual, operasi / kateterisasi baru-baru ini, setiap

kelainan saluran kemih yang diketahui dan prevalensi lokal gonore dan pola

resistensi antibiotik.16

1. Epididimo-orkitis yang ditularkan secara seksual

Pilihan baris pertama:

• Injeksi intramuskular 500 mg Ceftriaxone. PLUS

• Doksisiklin 100 mg dua kali sehari selama 10-14 hari.

Pilihan baris kedua:

• Ofloxacin 200 mg dua kali sehari selama 14 hari.

• Levofloxacin 500 mg sekali sehari selama 10 hari.

2. Epididimo-orkitis kemungkinan besar sekunder akibat organisme enterik

• Ofloxacin 200 mg dua kali sehari selama 14 hari.

• Levofloxacin 500mg sekali sehari selama 10 hari.

3. Poin yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan

a. Bila pengujian M. genitalium telah dilakukan, dan organisme diidentifikasi,

pengobatan harus dipandu untuk memasukkan antibiotik yang sesuai (mis.

Moxifloxacin 400 mg sekali sehari selama 14 hari) 5 IVC.16

b. Bila gonore dianggap tidak mungkin, mikroskop uretra / FPU negatif untuk

diplokokus intraselular Gram-negatif, tidak ada faktor risiko untuk gonore

18
yang diidentifikasi (tidak adanya semua hal berikut - pelepasan uretra yang

purulen, kontak yang diketahui dari infeksi gonore, pria yang berhubungan

seks dengan laki-laki, etnis kulit hitam) dan di negara / populasi di mana

ada prevalensi gonorrhoca yang sangat rendah, menghilangkan ceftriaxone

atau menggunakan ofloxacin dapat dipertimbangkan. Ofloxacin

memperlakukan N. gonorrhoeae, C, trachomatis dan kebanyakan

uropatogen dengan penetrasi yang baik ke dalam prostat. Namun, itu bukan

pengobatan lini pertama untuk N. gonorrhocae karena meningkatnya

resistensi bakteri terhadap kuinolon.16

c. Pada pasien di mana gonore dianggap mungkin (lihat faktor risiko di atas)

azitromisin harus ditambahkan ke ceftriaxone dan doksisiklin untuk

memberikan penutup antibiotik yang optimal.16

IX. Komplikasi
Komplikasi lebih sering terlihat pada pasien dengan epididimo-orkitis terkait

uropatogen dibandingkan infeksi menular seksual terkait epididimo-orkitis.7

1. Reaktif Hidrokoele

2. Pembentukan abses dan infark testis - ini adalah komplikasi yang jarang.

3. Infertilitas - ada hubungan yang kurang dipahami antara epididimo-orkitis dan

infertilitas. Konsensus umum adalah bahwa pria yang mengalami azoospermia

obstruktif biasanya ditemukan memiliki obstruksi epididimis ketika dieksplorasi

untuk pengambilan sperma, yang mungkin merupakan konsekuensi dari infeksi

19
sebelumnya. Epidemio-orkitis mumps dapat menyebabkan atrofi testis. Dari

mereka dengan orkitis bilateral, 13% akan mengalami penurunan kesuburan.7

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Rhudd. A., Masood. M.,Gareth. R. Epididymo-orchitis causing testicular


infarction: a serious complication of a common disorder. Journal of Surgical Case
Reports, 2017;10, [1–3]

2. Liu JM, Ying HC, Te WH, Fung WC, See TP, Ren JH, Po HLPatients with
Epididymo-Orchitis and Meteorological Impact in Taiwan: A Nationwide
Population-Based Stud. Canadian Journal of Infectious Diseases and Medical
Microbiology. 2017; [1–8]

3. Chi. S. & Fekete. T. Epididymo-Orchitis. In. Schlossberg. D. Clinical Infectious


Disease. Camridge University. United Kingdom. 2015; [401–405]

4. Timothy.J.R. & Stephen.W.L. Epididymitis. Creighton University Medical Center.


2019; [1–4]

5. John R., Mcconaghy.MD.And Bethany P. MD. Epididymitis: An Overview The


Ohio State University Wexner Medical Center, Columbus, Ohio. 2016; 94. [723-
726].

6. Cicek. T., Demir. C. C., Coban. G., Coner. A. Amiodarone Induced Epididymitis:
A Case Report. *Corresponding Author: Department of Urology, Baskent
University Faculty of Medicine, Ankara, Turkey. 2014; [1-3].

7. Street. E., Joyce. A., Wilson. J.United Kingdom national guideline for the
management of epididymo-orchitis. Department of Genitourinary Medicine.
Department of Urology, St James University Hospital. 2010; [1-10].

8. Street. E. J., Portman. M. D., Kopa. Z., Brendish. N. J., Skerlev. M., Wilson. J.D.,
Patel. R.European guideline on the management of epididymo-orchitis. IUSTI EO
Guideline.2012; 1.8. [1-14].

9. Hapsari. P. E. Epididimo-Orkitis. Program Pendidikan Profesi Bagian Ilmu Bedah.


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2010; [12-21].

10. Kühn AL., Eduardo S, Kristina MN, Young HK, Young H. Kim. Ultrasonography
of the scrotum in adults. epartment of Radiology, UMass Memorial Medical
Center, University of Massachusetts Medical Center, Worcester, MA, USA. 2016;
[180, 183, 190-191].
11. Ong CYG, FRCR, Hsein ML, FRCR, Chinchure D, FRCR. Scrotal emergencies:
An imaging perspective. Continuing Medical Education. Malaysia. 2018; 73. [446].

12. Kusumajaya. C. Diagnosis dan Tatalaksana Torsio Testis. Continuing Medical


Education. Jakarta. 2018; 45. [737].

13. Bandarkar, AN., Blask, AR. Testicular torsion with preserved flow: key
sonographic features and value-added approach to diagnosis. Pediatric radiology.
2018; 48. [737].

14. Rekha A, A. Ravi. Understanding the Processus Vaginalis! The Abdomino Scrotal
Hydrocoele. Medical College and reserach institute. Article  in  International
Journal of Morpholog. India. 2014; 30. [61-63].

15. Hamdan. A., Yousef,.M., Aliomer. M. A., Abdulla, A. Evaluated of testicular


tumors using doppler sonography. Journal of Dental and Medical Sciences. 2014;
13. [56].

16. Street. E. J., Edwin.D.J., Zsolt. K., Mags. D.P., Jonathan. D.R., Mihael. S., Janet.
D.W., Rajul. P. The 2016 European guideline on the management of epididymo-
orchitis. International Journal of STD & AIDS 2017; 28. [746-747].

Anda mungkin juga menyukai