Anda di halaman 1dari 3

Nama : JESICA ZOEVADIANIS AFADA

NIM : 18312167
Kelas : Manajemen Perpajakan-D

UAS
1. Pos atau Item yang harus diekualisasi PPh pasal 21 dan PPh pasal 26 yaitu
berkaitan dengan bentuk usaha atau pekerjaan atau pemberi kerja. Sumber
penghasilan itu berasal dari gaji,dari sewa, dari dividen, dari bunga, dari bonus, dari
hadiah dan juga lainnya. Untuk PPh 21 juga diperlukan ekualisasi PTKP, premi,
tunjangan dan iuran sebagai pengurang PKP.

2. Tujuan Ekualisasi Pajak


Ekualisasi pajak ditujukan agar wajib pajak mempersiapkan diri apabila terdapat
imbauan atau pemeriksaan oleh kantor pajak. Selain itu, wajib pajak juga terhindar
dari koreksi pajak ketika berlangsung pemeriksaan pajak.

Sedangkan, dari sisi wajib pajak sendiri, ekualisasi pajak dapat dikatakan sebagai
bentuk preventif untuk menghadapi pemeriksaan pajak. Selain itu, ekualisasi pajak
juga bisa menjadi petunjuk bagi wajib pajak bahwa kewajiban penyampaian SPT
Masa PPN, SPT Masa PPh Pasal 23, dan SPT Masa PPh Pasal 21 dengan SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Badan sudah dilakukan dengan benar.

Dengan demikian ekualisasi yang dilakukan oleh wajib pajak akan dapat melacak dan
memastikan apakah seluruh omzetnya sudah dipungut PPN, seluruh transaksi yang
menjadi objek PPh Pasal 23 telah dipotong pajaknya, dan seluruh biaya gaji dan upah
tenaga kerja langsung sudah sama dengan jumlah biaya gaji pada laporan laba rugi
kemudian diperhitungkan saat mengisi SPT PPh Wajib Pajak Badan sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku.

3. Sebagian besar PPh Pasal 22 yang dipungut dibukukan sebagai uang muka pajak
karena pemungutannnya bersifat tidak final. Maksudnya, bahwa pada akhir tahun PPh
yang telah dipungut tersebut dapat di-offset dengan utang PPh badan pada saat
pelaporan pajak tahunan. Disebut dipungut karena penghasilan belum ada. Baru beli
barang, tapi pembeli sudah disuruh bayar pajak.
Sedangkan pemungutan sebagian orang bilang bahwa pemungut mengambil pajak
dari penghasilan bruto. Selain itu, pemungutan mengambil pajak dari pada saat
pembelian. Pembelian tentu belum tentu menghasilkan penghasilan. Ada kalanya
barang dagangan tidak laku dan jadi biaya. Pengertian ini tepat untuk PPh Pasal 22
dan PPN.
Kita perlu mencermati dari posisi perusahaan kita atau perusahaan yang membuat
perencanaan tersebut karena kita akan dapat mengetahui apakah perusahaan berada
pada posisi Kurang Bayar atau Lebih Bayar atas PPh Badan
Maka dari itu, kita perlu mengerti posisi perusahaan kita

4. Karena PPN akan dikenakan pada barang transaksi atau jasa yang merupakan BKP
dan JKP sehingga dalam perencanaan pajak harus diketahui jenis PPNnya baik yang
Non BKP atau Non JKP, jadi dapat dipisahkan agar perusahaan dapat lebih baik dan
efektif dalam mengatur perpajakan.

5.
 Judul Perpu no 1 tahun 2020
KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA DAN STABILITAS SISTEM
KEUANGAN UNTUK PENANGANAN PANDEMI CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID- 19) DAN/ATAU DALAM RANGKA
MENGHADAPI ANCAMAN YANG MEMBAHAYAKAN
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN/ATAU STABILITAS SISTEM
KEUANGAN
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2O2O
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

 PPh terutang tahun 2019


25% x PKP
25% x Rp 10.600.000.000
Rp 2.650.000.000

 Jumlah kurang bayar (PPh pasal 29)


PPh terutang-kredit pajak
Rp 2.650.000.000 – Rp 1.990.000.000
Rp 660.000.000

 PPh pasal 25 masa pajak maret 2020


Penghasilan netto Rp
12.800.000.000
Kompensasi kerugian Rp 2.200.000.000
PKP Rp
10.600.000.000
PPh terutang (25% x PKP) Rp 2.650.000.000
Dikurangi: kredit pajak Rp 490.000.000
Dasar angsuran PPh pasal 25 Rp 2.160.000.000
Agsuran PPh ps 25 Rp 180.000.000

 Angsuran PPh psal 25 masa pajak April 2020


Penghasilan netto Rp
12.800.000.000
Kompensasi kerugian Rp 2.200.000.000
PKP Rp
10.600.000.000
PPh terutang (22% x PKP) Rp 2.332.000.000
Dikurangi: kredit pajak Rp 490.000.000
Dasar angsuran PPh pasal 25 Rp 1.842.000.000
Agsuran PPh pasal 25 Rp 153.500.000

Anda mungkin juga menyukai