Anda di halaman 1dari 5

UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN

DAN PERLKAUAN SALAH PADA ANAK PADA ANAK

Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan pencegahan
kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak, termasuk pencegahan terhadap anak
istimewa.
Indikator Keberhasilan
Peserta mampu:
1. Menjelaskkan tentang pengertian anak dan hak-hak anak.
2. Menjelaskan pengertian kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak.
3. Menjelaskan jenis, contoh dan akibat kekerasan dan perlakuan salah terhadap
anak.
4. Menjelaskan cara deteksi dini kekerasan seksual.
5. Mempraktekkan pencegahan kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak
dan anak istimewa.
Pada awal sesi di terangkan pengertian anak menurut Undang-undang No.
35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak pasal 1 menyatakan bahwa “Anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang
masih dalam kandungan”. Pada saat anak belum mencapai usia 18 tahun, maka
ada hak-hak anak yang harus dipenuhi oleh orangtua atau oleh orang-orang yang
memiliki tanggung jawab terhadap anak tersebut. Adapun pengerttian hak-hak
anak Menurut ahli hak anak adalah “hak-hak dasar yang dimiliki setiap pribadi
manusia sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir”, maka hak-hak anak
dikelompokkan menjadi 5 klaster (Konvensi Hak Anak) yaitu Hak sipil dan
kebebasan yakni masing, Hak keluarga dan pengasuhan alternatif, kesehatan
dan kesejahteraan sosial, Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya dan
Perlindungan khusus terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus,
berhadapan masalah hukum, korban kekerasan, korban bencana alam
Pada sesi ini juga menjelaskan Jenis dan Contoh Kekerasan dan Perlakuan
maltreatment terhadap salah anak Yaitu
1. Kekerasan fisik yaitu penggunaan hukuman fisik
2. Kekerasan emosional/psikis
3. Kekerasan sosial.
4. kekerasan seksual
Akibat buruk kekerasan dan Perlkuan Salah pada anak
1. Akibat fisik dan mental
Kekerasan baik fisik maupun seksual, eksploitasi, dan penelantaran dapat
menimbulkan akibat fisik dan mental yang berdampak jangka panjang .
2. Akibat emosional/psikis
mengakibatkan terganggunya emosi dan fungsi psikis anak sehingga anak
menjadi rendah diri, kehilangan percaya diri, tidak dapat percaya pada orang
lain, tidak dapat mengendalikan emosi, dan mengalami ganguan mental.
3. Akibat sosial dan perilaku
terlihat ketika anak senang menyendiri, tidak mempunyai teman bermain,
tidak bersemangat, mudah menyerah dan putus asa, cengeng, agresif,
antisosial, mudah menipu dan berpura-pura, dan lain-lain

Tingkat keparahan akibat kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak


Gejala-gejala kekerasan seksual pada anak sangat traumatis, sehingga orang tua
perlu waspada dengan melakukan deteksi dini kekerasan tersebut. Deteksi dini
terhadap kekerasan seksual, dapat dipelajari dengan melihat sikap dan perilaku
korban.
Adapun Gejala Fisisk akibat kekerasan Seksual Yaitu
1. Gejala fisik terjadinya kekerasan seksual:
a. Sakit jika memakai celana dalam, dan mengeluh kesulitan atau kesakitan
saat BAB dan BAK
b. Cedera pada buah dada, bokong, perut bagian bawah, paha,
sekitar alat kelamin atau dubur.
c. Memar di bagian tubuh atau gigi yang cedera atau tanggal
d. Rasa panas dan nyeri di area genital dan terasa sakit jika disentuh.
e. Cara jalan yang tak wajar, agak mengangkang.
f. Ditemukan bekas bercak darah atau cairan di celana dalam anak.
g. Cekalan dan cengkeraman erat tangan pelaku sehingga kuku menembus ke
kulit pada lengan anak untuk mencegah anak meronta biasanya meninggalkan
bekas di lengan bagian dalam

2. Gejala Psikis pada umumnya:


a. Anak berubah ekspresi
b. Anak yang semula tidak mengompol menjadi mengompol baik di malam
hari maupun saat di sekolahnya.
c. Menunjukkan keluhan-keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya.
d. Sulit tidur dan bermimpi buruk diikuti mengigau.
e. Sulit konsentrasi, sehingga sulit belajar dan gelisah, sehingga tidak mampu
menyelesaikan tugasnya.
f. Perilaku kemunduran seperti: mengisap ibu jari, kemunduran
kemampuan bicara.
g. Pada saat pelaku bertemu pelaku, secara refleks anak menjauhkan bagian
depan tubuhnya atau menekuk tubuhnya diikuti kedua bahu menaik. Ini
adalah gerak refleks yang tersimpan di sistem limbik di otak untuk
menjaga tubuh dari serangan berikutnya dari orang-orang yang punya
riwayat menyerang anak.
3. Gejala psikhis pada anak usia 13-18 tahun
a. Merusak diri sendiri,
b. Melakukan perbuatan berisiko tinggi
c. Depresif.
jika menemukan kondisi/gejala-gejala seperti tersebut di atas, maka
sebagai orangtua harus waspada, dan berikan dukungan:
1. Peluklah mereka erat-erat bahwa Anda sangat menyayangi mereka.
2. Sampaikan bahwa tidak ada satau orangpun yang boleh menyakiti
mereka, dan apapun yang terjadi, akan tetap memberikan perlindungan.
3. jadilah pendengar aktif tentang cerita dan pendapatnya
4. Mintalah pertolongan ahli (bawa ke Rumah Sakit RSCM atau RS-Polri)
5. laporkan ke polisi.
Kekerasan dapat terjadi di dalam rumah/lingkungan keluarga, dan dapat
juga terjadi di luar rumah seperti sekolah dan lingkungan masyarakat.
1. Pencegahan kekerasan di dalam rumah/keluarga
a. Memahami pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak sesuai
usianya.
b. Mengenalkan anak tentang kesehatan reproduksi
c. Ajarkan pada anak agar 5 (lima) bagian tubuh di bawah ini tidak boleh
disentuh orang lain kecuali orangtua anak & dokter serta pengasuh
lainnya dengan didampingi orangtua,
d. Membangun komunikasi terbuka dengan anak dan menjadi pendengar
yang baik.
e. Mintalah anak untuk tidak takut memberitahu orangtua atau guru jika
terjadi kekerasan seksual kepadanya.
f. Aktif berdiskusi dengan guru untuk mengetahui perkembangan anak di
sekolah.
2. Pencegahan kekerasan di luar rumah:
a. Jangan malu, ragu, takut untuk melindungi atau melapor pada yang
berwajib jika melihat, mendengar adanya tindak kekerasan pada anak.
b. Jangan panik jika mendapatkan informasi kekerasan pada anak.
c. Segera mencari bantuan kepada saudara, teman, rumah sakit jika
mengetahui anak mendapatkan tindak kekerasan.
d. Segera melaporkan ke RT, Rw, kelurahan, satpam, polisi jika mengetahui
adanya tindak kekerasan pada anak.
e. Melaporkan ke lembaga yang memberikan perlindungan anak.
Anak istimewa adalah anak yang mengalami keterbatasan fisik atau
mental yang sesungguhnya mempunyai potensi istimewa yang dapat
dikembangkan sehingga anak tetap dapat berpartisipasi secara bermakna
dengan lingkungan sosialnya. Dalam pengertian legal-formal kita dapat
mengutip pasal 3 ayat (1) dan (2) Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009
dinyatakan bahwa Anak berkebutuhan Khusus dikategorikan menjadi:
a. Memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara
inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
b. Mengalami kelainan seperti:
(1) Tuna Netra
(2) Tuna Rungu
(3) Tunawicara
(4) Tunagrahita
(5) Tunadaksa
(6) Tunalaras
(7) Berkesulitan belajar;
(8) Lambat belajar;
(9) Mengalami spektrum autisma
(10) Memiliki gangguan motorik;
(11) Menjadi korban penyalahgunaan narkoba obat terlarang dan zat adiktif
lainnya;
(12) Memiliki kelainan lainnya;
(13) Tunaganda.
Jika dilihat dari jenisnya, maka tiap anak istimewa memiliki tingkat
kerentanan yang berbeda-beda sehingga membutuhkan perhatian yang
berbeda pula oleh orang tua atau orang yang terdekatnya adapun Kekerasan
terhadap anak istimewa terjadi karena beberapa faktor berikut:
a) Adanya anggapan (stigma) negatif tentang keterbatasan atau kecacatan yang
dialaminya sehingga orangtua merasa malu mempunyai anak istimewa.
b) Adanya anggapan bahwa anak istimewa tidak dapat belajar dan melakukan
kegiatan sehari-hari seperti anak lain.
c) Anggapan bahwa anak istimewa tidak mempunyai potensi yang dapat
dikembangkan.
d) Adanya pemahaman salah terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar
dan hiperaktif sebagai anak bodoh, anak nakal atau anak aneh.
e) orangtua dan guru tidak tahu bagaimana sebaiknya memperlakukan anak-
anak istimewa ini.
Akibatnya, anak-anak istimewa banyak yang ditelantarkan, dipasung, atau
dieksploitasi untuk memperoleh keuntungan berdasarkan rasa kasihan orang lain.
Padahal,Kesadaran orangtua bahwa anak adalah amanah dari Tuhan yMe, sehingga orang
tua berkewajiban menjaganya dengan baik.
Kesimpulan

Peserta P2K2 dapat menegrti hak- hak anak seperti yaitu Hak sipil dan
kebebasan yakni masing, Hak keluarga dan pengasuhan alternatif, kesehatan
dan kesejahteraan sosial, Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya dan
Perlindungan khusus terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus,
berhadapan masalah hukum, korban kekerasan, korban bencana alam dan dapat
melakukan pencegahan- pencegahan kekerasan salah pada anak seperti yang
dijelaskan pada sesi ini.

Saran
Pada sesi ini penjelasnnya terlalu berat untuk KPM karena Sesi Ini
menjelaskan tentang Sub-sub pengertian intelektual seperti UUD dan Mnurut
Pendapat para ahli, Yang Saya Inginkan Pada sesi ini, Sub materi secara
kehidupan Sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai