Anda di halaman 1dari 4

2.

Forming
Tahap forming atau pembentukan dalam proses perkembangan tim adalah masa
oriental dan perkenalan. Para anggota tim bercampur dan saling mengetes satu
sama lain trntang kemungkinan terciiiptanya pertemananan dari orientasi tugas.
Tahap ini memiliki ketidakpastian yang tinggi, dan para anggota biasanya menerima
kuasa atau wewenang apa pun yang diberikan pada mereka dari pemimpin resmi
atau peminpin tidak resmi.
3. Storming
Selama tahap storming, kepribadian setiap individu mulai tampak. Para anggota
lebih tegas dalam menjelaskan peran mereka dan apa yang diharapkan mereka.
4. Norming
Setiap tahap norming, konflik diselesaikan, dam keselarasan tim dan kesatuan akan
muncul . Konsensus siapa yang akan memegang kuasa, siapa yang akan menjadi
pemimpin, dan laij sebagainya.
5. Performing
Penekanan yang beaar dalam Pemecahan permasalaha dan pemcapaian tugas.
6. Adjourning
Tahap adjourning terjadi dalam komite dan tim yang memiliki tugas terbatas yang
harus dikerjakan dan dibubarkan setelahnya. Selama tahap ini, penekanannya
ditempatkan pada penyelesaian dan bersantai. Kinerja dalam mengerjakan tugas
tidak lagi menjadi prioritas utama.
Kepaduan Tim
Aspek yang terpenting adalah lain dari proses tim adalah kepaduan. Kepaduan tim
adalah sejauh mana para anggota tertarik pada timnya dan termotivasi untuk tetap
berada dalam tim tersebut. Anggota – anggota dari tim yang memiliki kepaduan
yang tinggi memiliki komitmen terhadap aktivitas tim, rajin mendatangi rapat, dam
merasa bahagia ketila timnya sukses.
Faktor – faktor yang menentukan kepaduan tim
Beberapa karakteristik dari stuktur dan konteks suatu tim akan mempengaruhi
kepaduan. Pertama, interaksi tim. Ketika anggota – anggota tim sering melakukan
kontak, mereka akan saling mengenal satu sama lain, mengganggap diri mereka
sebagai satu unit, dan menjadi lebih berkomitmen pada tim. Hal yang kedua adalah
konsep tujuan bersama. Jika para anggota tim menyepakati tujuan dan
arahan,mereka akan lebih berpadu. Ketiga, ketertarikan pribadi pada tim, yang
berarti bahwa para anggota memiliki sikap dan nilai yang sama dan menikmatk
kebersamaan mereka.
Dua faktor yang ada dalam konteks tim juga mempengaruhi kepaduan tim. Hal yang
pertama adalah adanya kompetisi. Ketika sebuah tim sedang menjalani persaimhan
sengit dengan tim lain, kepaduan tim tersebit akan meningkat seiring degan usaha
kerasnya untuk menang. Hal yang kedua adalah,kesesuksesan tim dan evaluasi
yang menyenangkan dan dilakukan pihak luar akan menambah kuatnya kepaduan.
Ketika sebuah tim mencapai kesuksesan dalam tugasnya dalam tugasnya dan orang
lain dalam organisasi mengakui kesuksesan tersebut, para anggota tim akan merasa
senang, dan komitmen mereka pada timnya akan tinggi.
Konsekuensi kepaduan tim
Hasil dari kepaduan tim dapat dibagi kedalam dua kategori – kategori dam
produktivitas. Sebagai aturan umum, moril akan lebih tinggi dalam tim dengan
kepaduan tinggi karena adanya komunikasi yang meningkatkan antara anggota,
iklim tim yang ramah, pemertahanan keanggotaan karena komitmennya pada tim,
kesetiaan, dan partisipasi anggota dalam keputusan dan aktivitas timnya. Kepaduan
yang tinggi hampir secara seragam memberikan dampak yang lebih pada kepuasan
dan moril para anggota tim.
Norma – norma Tim
Norma tim adalah standar perilaku informal yang dianut oleh semua anggota tim dan
dijadikan acuan dalam berperilaku. Norma – norma adalah sesuatu yang berharga
karena norma memberikan kerangka acuan atas apa yaang diharapkan dan apa
yang diterima. Norma yang ada dalam kelompok yang bersifat informal misalnya:

 Tidak menghasilkan output yang terlalu besar dibandingkan para anggota lain
atau melebihi batasan produksi yang ditetapkan kelompok;
 Tidak menghasilkan produksi atau output yang lebih rendah ketimbang yang
diberlakukan kelompok;
 Tidak mengatakan sesuatu pada supervisor atau manajemen yang bisa
membahayakan anggota kelompok lainnya; dan
 Orang dengan otoritas atas anggota kelompok lain, semisal inspektur,
seharusnya tidak mengambil keuntungan dari senioritasnya tersebut atau
menjaga jarak sosial dengan kelompok.

Mengelola konflik tim

Dalam proses interaksi antara suatu sub sistem dengan sub sistem lainnya tidak ada
jaminan akan selalu terjadi kesesuaian atau kecocokan antara individu
pelaksananya. Setiap saat ketegangan dapat saja muncul, baik antar individu
maupun antar kelompok dalam organisasi. Banyak faktor yang melatarbelakangi
munculnya ketidakcocokan atau ketegangan, antara lain: sifat-sifat pribadi yang
berbeda, perbedaan kepentingan, komunikasi yang “buruk”, perbedaan nilai, dan
sebagainya. Perbedaan-perbedaan inilah yang akhirnya membawa organisasi ke
dalam suasana konflik. Agar organisasi dapat tampil efektif, maka individu dan
kelompok yang saling tergantung itu harus menciptakan hubungan kerja yang saling
mendukung satu sama lain, menuju pencapaian tujuan organisasi.
Untuk meminimalkan terjadinya konflik maka perlu adanya manajemen konflik, yaitu
mengelola konflik yang akan terjadi. Mengelola konflik di sini tidak berarti kita harus
menghindari konflik, apalagi menguburnya, karena bagaimanapun konflik memang
harus ada.
Pertama, adalah strategi yang disebut dengancontending atau bertanding. Intinya,
masing-masing pihak yang akan berebut kepentingan bisa melakukan segala upaya
untuk menjadi pemenang tanpa harus memperhatikan kepentingan pihak lain yang
menjadi lawan politiknya, bahkan berusaha agar pihak lain menyerah atau
mengalah. Bentuknya pun sangat beragam. Bisa dengan membuat janji, ancaman,
atau bahkan hukuman. Bahkan bisa pula dilakukan dengan ditunjukkan hanya
dengan cara membuat argumentasi persuasif kalau bukan dengan cara sebaliknya,
ngotot dengan pendirian sepihaknya. Tentu dengan segala dampak sosial yang
bakal ditimbulkannya.

Berbeda dengan yang pertama, maka strategi kedua dilakukan dengan cara mencari
alternatif cara yang seoptimal mungkin bisa memuaskan masing-masing pihak yang
akan berebut kepentingan.

Sebab – sebab konflik


Banyak orang berpendapat bahwa faktor-faktor penyebab konflik sosial terjadi
karena adanya perebutan sesuatu yang jumlahnya terbatas. Adapula yang
berpendapat bahwa konflik muncul karena adanya ketimpangan-ketimpangan dalam
masyarakat, terutama antara kelas atas dan kelas bawah.

Selain itu juga karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan, kebutuhan, dan


tujuan dari masing masing anggota masyarakat.

Gaya lenyelesaikan konflik

Ada beberapa gaya yaitu :

Gaya bersaing mencerminkan ketegasan seora g untum memenangkan


keinginannya dan daplat digunakan ketika tindakan seorang untuk memenangkan
penting atau tindalan yang tidak biasa.

Gaya menghindar tidak mencerminkan ketegasan ataupun kerja sama. Gaya ini
cocok ketika pesoalannya bersifat trivia,ketika ada kesempatan untuk menang.

Gaya berkonpromi mencerminkan jumlah yang cukup dari ketegasan dan kerja
sama.

Gata mengakomodasi mencermintkan derajat kerja sama yang tinggi,yang akan


sangat cocok ketkka orang – orang menyadri bahwa diri mereka salah.

Gaya berkolaborasi mencermintkan tingkat ketegasan dan kerja sama tinggi. Gaya
kolaborasi memungkinkan kedua pihak untuk menang, meskipun kedua pihak untuk
menang,meskipun harus dilakukan tawar – menawar dan negoisasi. Gaya
kolaborasi adalah gaya yang penting ketika kedua kepentingan tersebut terlalu
penting untuk dikompromikan, ketika pengetahuan dari orang- orang yang berbeda
harus digabungkan menjadi solusi bersama dan ketika komitmen kedua pihak
dibutuhkan untuk melakukan konsensus.

Anda mungkin juga menyukai