Anda di halaman 1dari 41

Frequently Asked Questions

Ketentuan Cek

Departemen Penyelenggaraan Sistem Pembayaran


Maret 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------- i


KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------- iii
DISCLAIMER ------------------------------------------------------------------------- iv
DASAR HUKUM --------------------------------------------------------------------- v
GLOSSARY --------------------------------------------------------------------------- vii
BAB I GAMBARAN UMUM ------------------------------------------------ 1
BAB II UNSUR/SYARAT FORMAL CEK -------------------------------- 3
A. Teori Umum -------------------------------------------------------- 3
B. Tanya Jawab ------------------------------------------------------- 3
BAB III JENIS CEK ------------------------------------------------------------ 7
A. Teori Umum -------------------------------------------------------- 7
B. Tanya Jawab ------------------------------------------------------- 8
BAB IV PENGALIHAN CEK ------------------------------------------------- 11
A. Teori Umum -------------------------------------------------------- 11
B. Tanya Jawab ------------------------------------------------------- 12
BAB V PERUBAHAN CEK--------------------------------------------------- 14
A. Teori Umum -------------------------------------------------------- 14
B. Tanya Jawab ------------------------------------------------------- 14
BAB VI PENGUNJUKAN DAN PEMBAYARAN CEK----------------- 16
A. Teori Umum -------------------------------------------------------- 16
B. Tanya Jawab ------------------------------------------------------- 17
BAB VII PENOLAKAN DAN PENAHANAN CEK ----------------------- 20
A. Teori Umum -------------------------------------------------------- 20
B. Tanya Jawab ------------------------------------------------------- 22
BAB VIII PEMBATALAN DAN PEMBLOKIRAN CEK------------------- 24
A. Teori Umum -------------------------------------------------------- 24

i
B. Tanya Jawab ------------------------------------------------------- 24
BAB IX SPESIFIKASI WARKAT CEK ------------------------------------ 26
A. Teori Umum -------------------------------------------------------- 26
B. Tanya Jawab ------------------------------------------------------ 27
BAB X LAIN-LAIN ------------------------------------------------------------- 30

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu‘alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan YME karena
hanya perkenannya Buku Frequently Asked Question (FAQ) Cek dapat
terbit pada tahun 2019. Penerbitan Buku FAQ Cek diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dan pemahaman pembaca, serta dijadikan
sarana edukasi dalam penggunaan Cek di dalam kegiatan sehari-hari.
Penerbitan Buku FAQ Cek ini berperan penting dalam mendukung
kelancaran proses mewujudkan Sistem Pembayaran yang efisien, cepat,
aman, dan andal.

Sebagaimana kita ketahui bersama, secara prinsip pengaturan mengenai


Cek diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) yang
diadaptasi dari Wetboek van Kopphandel, di mana tata bahasa dalam
KUHD menggunakan terjemahan dari bahasa Belanda. Hal ini
menyebabkan beragam interpretasi hukum di masyarakat dalam
penggunaan Cek. Oleh karena itu, penerbitan Buku FAQ Cek ini
diharapkan dapat membangun persepsi yang sama di masyarakat dalam
penggunaan Cek.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Jakarta, Maret 2019

iii
DISCLAIMER

DISCLAIMER : Buku Frequently Asked Question (FAQ) Cek ini


merupakan sarana edukasi bagi pihak internal dan eksternal Bank
Indonesia. Acuan dalam penyusunan Buku FAQ Cek adalah Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) dan ketentuan yang diterbitkan
oleh Bank Indonesia. Adapun interpretasi mengenai Cek yang diatur
dalam KUHD merupakan hasil diskusi dengan pakar hukum dan praktisi
perbankan. Buku FAQ ini merupakan ”dokumen hidup” yang senantiasa
diperbaiki, diperbaharui, dan dimuktahirkan sesuai dengan perubahan
ketentuan. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas Buku FAQ Cek ini.

iv
DASAR HUKUM

A. Pasal 178 s.d Pasal 229 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang


(KUHD)

B. Undang Undang Transfer Dana (UUTD)

C. Ketentuan Bank Indonesia terkait Penggunaan Cek

1. Ketentuan Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet


Giro Kosong

a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/29/PBI/2006 tentang


Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro
Kosong.

b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/43/PBI/2016 tanggal


22 Desember 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia Nomor 8/29/PBI/2006 tentang Daftar Hitam
Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong.

c. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/13/DASP tanggal 19


Juni 2007 perihal Daftar Hitam Nasional Penarik Cek
dan/atau Bilyet Giro Kosong.

d. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 17/12/DPSP tanggal


5 Juni 2015 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007 perihal Daftar
Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Bilyet Giro Kosong

e. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/39/DPSP tanggal


28 Desember 2018 tentang Perubahan Kedua atas Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 9/13/DASP tanggal 19 Juni
2007 perihal Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau
Bilyet Giro Kosong.
v
2. Ketentuan Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring
Berjadwal

a. Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/9/PBI/2015 tanggal 29


Mei 2015 tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan
Kliring Berjadwal Oleh Bank Indonesia.

b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/5/PBI/2016 tanggal 28


April 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Bank
Indonesia Nomor 17/9/PBI/2015 tentang Penyelenggaraan
Transfer Dana dan Kliring Berjadwal Oleh Bank Indonesia.

c. Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/15/PBI/2017 tanggal


27 Desember 2017 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/9/PBI/2015 tentang
Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal Oleh
Bank Indonesia.

d. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/7/DPSP tanggal 2


Mei 2016 perihal Penyelenggaraan Transfer Dana dan
Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia.

e. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/40/DPSP tanggal


30 Desember 2016 tentang Perubahan atas Surat Edaran
Bank Indonesia Nomor 18/7/DPSP tanggal 2 Mei 2016
perihal Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring
Berjadwal oleh Bank Indonesia (Perubahan SEBI SKNBI).

vi
GLOSSARY

1. Cek adalah perintah tidak bersyarat dari nasabah kepada bank


penyimpan dana untuk membayar suatu jumlah tertentu pada saat
diunjukkan.

2. Bank adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam undang-


undang yang mengatur mengenai perbankan termasuk kantor
cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dan bank umum
syariah termasuk unit usaha syariah sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai perbankan syariah (Ref.
Angka 1 Pasal 1 Perubahan PBI DHN).

3. Penarik adalah orang perorangan atau badan pemilik Rekening Giro


atau fasilitas Rekening Khusus yang menerbitkan Cek (Ref. Angka 6
Pasal 1 Perubahan PBI DHN).

4. Pemilik Rekening adalah orang atau badan yang memiliki Rekening


Giro atau memiliki fasilitas Rekening Khusus pada Bank (Ref. Angka
7 Pasal 1 Perubahan PBI DHN).

5. Rekening Giro adalah rekening giro rupiah yang dananya dapat


ditarik setiap saat dengan menggunakan Cek dan/atau Bilyet Giro,
sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan
(Ref. Angka 8 Pasal 1 Perubahan PBI DHN).

6. Rekening Khusus adalah rekening yang khusus dibuka dan


disediakan oleh Bank Tertarik bagi Penarik yang memiliki Rekening
Giro yang telah ditutup atas permintaan sendiri atau karena
dikenakan sanksi berupa pencantuman identitas Pemilik Rekening
dalam Daftar Hitam Nasional yang berlaku, dan hanya digunakan
untuk menampung dana guna memenuhi kewajiban pembayaran

vii
atau pemindahbukuan atas Cek yang masih beredar (Ref. Angka 10
Pasal 1 Perubahan PBI DHN).

7. Bank Tertarik adalah Bank yang diperintahkan oleh Penarik untuk


melakukan pembayaran atau pemindahbukuan sejumlah dana
dengan menggunakan Cek (Ref. Angka 12 Pasal 1 Perubahan PBI
DHN).

8. Pemegang adalah orang atau badan yang memperoleh pembayaran


atau pemindahbukuan dana dari Bank Tertarik (Ref. Angka 13 Pasal
1 Perubahan PBI DHN).

9. Tanggal Penarikan adalah tanggal yang tercantum pada Cek dan


merupakan tanggal diterbitkannya Cek (Ref. Angka 16 Pasal 1
Perubahan PBI DHN).

10. Pengunjukan adalah penyerahan Cek oleh Pemegang kepada Bank


Tertarik untuk memperoleh pembayaran atau pemindahbukuan (Ref.
Angka 17 Pasal 1 Perubahan PBI DHN).

11. Bank Penagih adalah Bank yang menerima Cek dan melakukan
penagihan kepada Bank Tertarik melalui Kliring (Ref. Angka 18 Pasal
1 Perubahan PBI DHN).

12. Tenggang Waktu Pengunjukan adalah jangka waktu yang disediakan


bagi Pemegang untuk melakukan pengunjukan, yaitu selama 70
(tujuh puluh) hari sejak Tanggal Penarikan Cek (Ref. Angka 22 Pasal
1 Perubahan PBI DHN).

13. Cek Kosong adalah Cek yang ditolak pembayaran atau


pemindahbukuannya oleh Bank Tertarik dengan alasan penolakan
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia (Ref.
Angka 27 Pasal 1 Perubahan PBI DHN).

viii
BAB I
GAMBARAN UMUM

Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan


dalam pembayaran. Instrumen pembayaran saat ini dapat diklasifikasikan
atas tunai dan non-tunai. Instrumen pembayaran tunai adalah uang kartal
yang terdiri dari uang kertas dan uang logam yang sudah kita kenal
selama ini. Sementara instrumen pembayaran non-tunai, dapat dibagi
atas alat pembayaran non-tunai dengan paper-based instrument (seperti,
Cek, Bilyet Giro, Wesel dan lain-lain), card-based instrument (seperti
kartu kredit, kartu debit, kartu ATM dan lain-lain), serta electronic money.
Instrumen pembayaran non-tunai dalam bentuk Cek merupakan
instrumen pembayaran yang sudah lama digunakan oleh masyarakat
untuk bertransaksi. Meskipun saat ini sudah cukup banyak ragam
instrumen pembayaran baru yang lebih praktis dan efisien, namun pada
segmen tertentu, masyarakat masih memilih untuk menggunakan Cek
dalam bertransaksi.
Cek merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh bank dalam
bentuk buku Cek yang diberikan kepada nasabahnya untuk melakukan
penarikan dana pada Rekening Giro yang bersangkutan. Cek itu sendiri
merupakan perintah tidak bersyarat dari nasabah kepada bank
penyimpan dana untuk membayar suatu jumlah tertentu pada saat
diunjukkan. Pembayaran Cek dapat dilakukan secara tunai atau
pemindahbukuan. Pihak yang dapat menarik dana pada rekening gironya
disebut Penarik.
Berdasarkan jenisnya, Cek terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu Cek Atas
Nama dan Cek Atas Unjuk/Pembawa. Untuk Cek Atas Nama, Bank
Tertarik akan melakukan pembayaran hanya kepada nama yang tertera
pada Cek tersebut, sedangkan untuk Cek Atas Unjuk/Pembawa, Bank
Tertarik akan melakukan pembayaran kepada siapa saja yang membawa
Cek tersebut.

1
Selain itu, dalam rangka pengamanan penggunaan Cek, Penarik
atau Pemegang Cek dapat membatasi pihak yang dapat menerima
pembayaran Cek dan metode/cara pembayaran Cek, yaitu dengan
menggunakan Cek Silang dan Cek Perhitungan.
Dalam menerbitkan Cek, harus diperhatikan pemenuhan
unsur/syarat formal Cek, karena jika unsur/syarat formal Cek tidak
terpenuhi maka tidak dapat dikategorikan sebagai Cek.
Untuk menjamin pembayaran, Penarik wajib menyediakan dana
yang cukup pada saat Cek diunjukkan. Pengunjukan Cek oleh Pemegang
dapat dilakukan dalam tenggang waktu pengunjukan, yaitu 70 hari sejak
Cek diterbitkan. Cek akan daluwarsa 6 (enam) bulan terhitung sejak
berakhirnya tenggang waktu pengunjukan. Jika Cek setelah tenggang
waktu pengunjukan Cek tidak dibatalkan oleh Penarik maka Penarik tetap
wajib menyediakan dana sampai dengan daluwarsa Cek.
Apabila pada saat pengunjukan, dana pada rekening tidak
mencukupi maka dapat dikategorikan sebagai Cek Kosong. Identitas
Pemilik Rekening akan dimasukkan ke dalam Daftar Hitam Nasional
(DHN) apabila penarikan Cek Kosong memenuhi kriteria DHN. Adapun
ilustrasi penggunaan Cek sebagaimana Gambar di bawah.

2
BAB II
UNSUR/SYARAT FORMAL CEK

A. Teori Umum

1. Cek harus memenuhi unsur Cek atau dikenal juga sebagai


syarat formal Cek, yaitu sebagai berikut:
a. Nama “Cek” harus termuat dalam warkat;
b. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang
tertentu;
c. Nama pihak yang harus membayar (Bank Tertarik);
d. Penunjukan tempat di mana pembayaran harus dilakukan;
e. Pernyataan tanggal beserta tempat Cek ditarik;
f. Tanda tangan orang yang mengeluarkan Cek (Penarik).
(Ref. Pasal 178 KUHD)
Contoh:

2. Cek yang tidak memenuhi unsur/syarat formal Cek tidak berlaku


sebagai Cek (Ref. Pasal 179 KUHD).

B. Tanya Jawab

1. Q Apa yang dimaksud dengan “perintah tidak bersyarat”


dalam salah satu unsur/syarat formal Cek?

3
A Yang dimaksud dengan "perintah tidak bersyarat” adalah
penerbitan Cek oleh Penarik tidak boleh digantungkan pada
suatu kondisi-kondisi atau syarat-syarat tertentu, misal:
a. Cek hanya akan dibayarkan apabila aset Penarik
berhasil dijual; atau
b. Cek hanya akan dibayarkan apabila Pemegang telah
melakukan pengiriman barang sesuai dengan perjanjian
jual beli dengan Penarik.
Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelancaran
pembayaran Cek.
2. Q Apakah Cek dapat dibayarkan apabila pada Cek
terdapat perbedaan tulisan, huruf, warna tinta dan/atau
ketebalan tinta?
A Ya, sepanjang memenuhi unsur/syarat formal Cek (Ref.
Pasal 190 KUHD).
3. Q Bagaimana jika Cek tidak mencantumkan tempat
pembayaran?
A Apabila Cek tidak mencantumkan tempat pembayaran,
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Jika tidak terdapat tempat dimana pembayaran harus
dilakukan, maka tempat yang ditulis di samping nama
Penarik dianggap sebagai tempat pembayaran.
b. Jika pada Cek tidak mencantumkan sama sekali
tempat pembayaran, maka Cek harus dibayarkan di
tempat kedudukan kantor pusat Bank Tertarik.
(Ref. Pasal 179 KUHD).
4. Q Dengan adanya perkembangan teknologi, apakah Cek
yang tidak tercantum tempat pembayaran tetap harus
dibayarkan di tempat kedudukan kantor pusat Bank
Tertarik?
A Mengacu pada KUHD seharusnya iya, Cek tersebut harus
dibayarkan di tempat kedudukan kantor pusat Bank

4
Tertarik. Namun demikian dalam ketentuan SKNBI, diatur
bahwa Cek dapat dikliringkan oleh Peserta ke seluruh
Wilayah Kliring sepanjang Peserta yang menerbitkan
Warkat Debit memiliki Perwakilan Peserta di wilayah
tersebut (Ref. Butir VII.A.4 SEBI SKNBI). Dalam hal ini,
apabila pencairan Cek melalui kliring dapat dilakukan bukan
di tempat kedudukan kantor pusat Bank Tertarik.
Dalam prakteknya, dengan memperhatikan perkembangan
teknologi yang sudah memungkinkan Bank Tertarik dapat
melakukan verifikasi data Penarik secara nasional maka
Cek tidak harus dibayarkan di tempat kedudukan kantor
pusat Bank Tertarik.

5. Q Bila terdapat perbedaan antara huruf dan angka dalam


penulisan nominal pada Cek, bagaimana perlakuan
terhadap Cek tersebut?
A Bank dapat menolak atau membayarkan Cek (Ref. Pasal 65
Undang-Undang Transfer Dana).

Jika Bank akan membayarkan Cek, berlaku ketentuan


sebagai berikut:
a. Nominal yang berlaku adalah nominal yang ditulis
dalam huruf.
b. Jika nominal pada Cek ditulis beberapa kali baik dalam
huruf maupun angka terdapat perbedaan, berlaku
jumlah yang terkecil.
(Ref. Pasal 186 KUHD)

6. Q Siapakah yang berhak menandatangani Cek pada saat


penerbitan Cek?

5
A Pihak yang berhak menandatangani Cek adalah Pemilik
Rekening yang akan ditarik dananya dengan menggunakan
Cek.

6
BAB III
JENIS CEK

A. Teori Umum

1. Berdasarkan jenisnya, Cek terdiri atas:


a. Cek Atas Nama (Aan Order)
Cek yang mencantumkan nama penerima dana. Bank
Tertarik akan melakukan pembayaran hanya kepada nama
yang tertera pada Cek tersebut (Ref. Pasal 182 KUHD).
Contoh:

Namun, pada praktiknya Cek yang telah mencantumkan


nama penerima Cek tetapi tidak mencoret kata “atau
pembawa” maka Cek tersebut berlaku sebagai Cek atas
Unjuk/Pembawa.

b. Cek Atas Unjuk/Pembawa (Aan Tonder)


Cek yang tidak mencantumkan nama penerima dana. Bank
Tertarik akan melakukan pembayaran kepada siapa saja
yang membawa Cek tersebut dan mengunjukan kepada
Bank Tertarik (Ref. Pasal 182 KUHD).

7
Contoh:

2. Penarik atau Pemegang Cek dapat membatasi pihak yang dapat


menerima pembayaran Cek dan metode/cara pembayaran Cek,
yaitu melalui:
a. Cek Silang (Cek Bersilang), yaitu membatasi orang-orang
dan/atau bank tertentu yang dapat menerima pembayaran
atas Cek tersebut dengan menyilang Cek (Ref. Pasal 214
KUHD).
b. Cek Perhitungan, yaitu membatasi pembayaran Cek hanya
secara pemindahbukuan (Ref. Pasal 216 KUHD).

B. Tanya Jawab

1. Q Bagaimana cara menyilang Cek?


A Penyilangan Cek dilakukan dengan menempatkan 2 (dua)
garis sejajar di halaman depan Cek (Ref. Pasal 214 KUHD).
Pada praktiknya, penyilangan Cek ditempatkan pada area
sudut kiri atas Cek.

2. Q Ada berapa jenis bentuk Cek Silang?


A Cek Silang terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu:
a. Cek Silang Umum, yaitu Cek yang di antara garis
silangnya tidak dimuat suatu petunjuk atau
dicantumkan tulisan apapun (Ref. Pasal 214 KUHD).

8
Contoh:
CEK No. 000001
BANK MONAS Jakarta, 15 April 2017

Ani Santika
Atas penyerahan Cek ini bayarlah kepada ..……….………………..……….… atau pembawa*)
Seratus Lima Puluh Juta Rupiah
uang sejumlah rupiah dalam huruf …………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………… Rp 150.000.000,00

Badusaputra
9876543210
............................
Badu Saputra
............................
Badu Saputra
*) coret kata-kata “atau pembawa” apabila cek dimaksudkan untuk Tanda tangan (dan cap perusahaan)
dibayarkan hanya kepada nasabah yang namanya tercantum dalam cek (jangan melewati garis batas ini)

b. Cek Silang Khusus, yaitu Cek yang di antara garis


silangnya dimuat atau dicantumkan nama suatu Bank
(Ref. Pasal 214 KUHD).
Contoh:

CEK No. 000001


BANK MONAS Jakarta, 15 April 2017

Ani Santika
Atas penyerahan Cek ini bayarlah kepada ..……….………………..……….… atau pembawa*)
Seratus Lima Puluh Juta Rupiah
uang sejumlah rupiah dalam huruf …………………………………………………………………

…………………………………………………………………………………… Rp 150.000.000,00

Badusaputra
9876543210
............................
Badu Saputra
............................
Badu Saputra
*) coret kata-kata “atau pembawa” apabila cek dimaksudkan untuk Tanda tangan (dan cap perusahaan)
dibayarkan hanya kepada nasabah yang namanya tercantum dalam cek (jangan melewati garis batas ini)

3. Q Apa konsekuensi dari Cek Silang Umum?


A Bank Tertarik hanya dapat membayarkan Cek tersebut
dengan cara:
a. pemindahbukuan kepada nasabah di bank selain Bank
Tertarik; atau
b. tunai maupun pemindahbukuan kepada nasabah di
Bank Tertarik.
(Ref. Pasal 215 KUHD).

9
4. Q Apa konsekuensi dari Cek Silang Khusus?
A Bank Tertarik hanya dapat melakukan pembayaran kepada
nasabah pada Bank yang namanya dicantumkan dalam
Cek Silang Khusus. Jika nama Bank yang dicantumkan
dalam Cek Silang Khusus adalah nama Bank Tertarik
sendiri, maka Cek Silang Khusus tersebut dapat dibayarkan
kepada nasabah Bank Tertarik (Ref. Pasal 215 KUHD).
5. Q Termasuk jenis apakah Cek yang mencantumkan nama
penerima namun tidak mencoret “atau pembawa”?
A Cek tersebut termasuk Cek Atas Unjuk/Pembawa (Ref.
Pasal 182 KUHD).
6. Q Apakah Cek Silang hanya dapat dibayarkan melalui
pemindahbukuan?
A Tidak, Cek Silang dapat dibayarkan secara tunai atau
pemindahbukuan (Ref. Pasal 214 KUHD).
7. Q Bagaimana cara membatasi pembayaran Cek hanya
melalui pemindahbukuan?
A Pembatasan pembayaran Cek dilakukan dengan menulis
pada halaman depan Cek dengan arah miring, “untuk
dimasukkan ke dalam rekening” atau pernyataan semacam
itu (Ref. Pasal 216 KUHD).
Contoh:

10
BAB IV
PENGALIHAN CEK

A. Teori Umum

1. Cek sebagai surat berharga atau negotiable instrument dapat


dialihkan kepada pihak lain (Ref. Pasal 191 KUHD).

2. Pengalihan Cek Atas Unjuk/Pembawa dilakukan dengan cara


penyerahan Cek secara fisik dari tangan ke tangan.

3. Pengalihan Cek Atas Nama dapat dilakukan dengan 2 (dua)


cara, yaitu:
a. Cek Atas Nama dengan atau tanpa klausula yang tegas
“kepada tertunjuk” dialihkan dengan cara endosemen (Ref.
Pasal 191 KUHD).
b. Cek Atas Nama dengan klausula “tidak kepada tertunjuk”
(Cek Rekta), hanya dapat dialihkan dengan cara
menerbitkan akta cessie1 (Ref. Pasal 191 KUHD).

4. Endosemen dilakukan dengan:


a. membubuhkan tanda tangan dengan mencantumkan nama
pihak yang diendosemenkan (endosemen biasa); atau
b. membubuhkan tanda tangan tanpa mencantumkan nama
pihak yang diendosemenkan (endosemen blangko).
(Ref. Pasal 193 KUHD)

5. Dengan dialihkannya Cek, maka seluruh hak atas pembayaran


Cek tersebut dialihkan kepada Pemegang baru (Ref. Pasal 194
KUHD).

1
Cessie adalah pengalihan hak berdasarkan Pasal 613 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata)

11
6. Jika menerima Cek yang terdapat endosemen, Bank Tertarik
wajib meneliti urutan endosemen pada Cek namun tidak
termasuk tanda tangan para endosemen (Ref. Pasal 212
KUHD).

B. Tanya Jawab

1. Q Apakah Cek sebagai surat berharga dapat dijaminkan


kepada pihak lain?
A Tidak terdapat pengaturan mengenai Cek untuk dapat
dijadikan sebagai jaminan kepada pihak lain. Dalam hal Cek
akan dijadikan sebagai jaminan maka perlu
dipertimbangkan oleh Penarik maupun Pemegang bahwa
dalam penggunaan Cek terdapat potensi adanya penolakan
Cek.

2. Q Apa konsekuensi Pemegang yang menerima Cek


dengan endosemen blangko?
A Pemegang Cek yang menerima Cek dengan endosemen
blangko dapat:
a. mengisi blangko itu baik dengan namanya sendiri
ataupun dengan nama orang lain;
b. mengendosemenkan lagi cek itu dalam blangko atau
kepada orang lain;
c. menyerahkan cek itu kepada orang ketiga tanpa
mengisi blangkonya dan tanpa
mengendosemenkannya.
(Ref. Pasal 194 KUHD)

12
3. Q Di mana endosan membubuhkan tanda tangannya pada
Cek?
A Endosan membubuhkan tanda tangan di lembar belakang
pada Cek atau di lembar sambungannya (Ref. Pasal 193
KUHD).

4. Q Berapa kali batas maksimal Cek dapat dialihkan?


A Tidak ada batasan karena dalam KUHD tidak diatur batasan
berapa kali Cek dapat dialihkan atas suatu Cek yang telah
diterbitkan.

13
BAB V
PERUBAHAN CEK

A. Teori Umum

Jika terdapat perubahan penulisan pada Cek, Penarik harus


mencoret tulisan sebelumnya, menuliskan perubahannya, dan
membubuhkan tanda tangannya pada tempat terdekat dari
perubahan tersebut (Ref. Pasal 228 KUHD).
Contoh:

B. Tanya Jawab

1. Q Bagaimana jika Penarik tidak melakukan tanda tangan


pada bagian yang diubah?
A Cek harus ditolak karena tidak sesuai Pasal 228 KUHD,
dengan alasan penolakan nomor 12, yaitu koreksi dilakukan
tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 228 KUHD (Ref. butir
II.A SEBI DHN).

2. Q Berapa kali perubahan penulisan pada Cek dapat


dilakukan oleh Penarik?

14
A Dalam KUHD tidak diatur mengenai batasan berapa kali
Cek dapat diubah. Sebagai referensi, koreksi pada Bilyet
Giro diatur paling banyak 3 (tiga) kali (Ref. Butir IV.C SEBI
Bilyet Giro)

3. Q Dalam hal terdapat lebih dari satu orang yang memiliki


kewenangan untuk melakukan penarikan Cek, siapakah
yang dapat melakukan koreksi terhadap Cek yang telah
diterbitkan?
A Pihak yang dapat melakukan koreksi pada Cek adalah
pihak yang menandatangani Cek tersebut.
Contoh Kasus:
PT ABADI adalah nasabah Bank X, dengan 4 orang pemilik
spesimen tanda tangan yaitu A, B, C, D. Pada perjanjian
pembukaan Rekening Giro terdapat ketentuan bahwa
penarikan Cek dapat dilakukan apabila terdapat 2 diantara
4 tanda tangan dari pemilik spesimen.
Dalam hal Cek ditandatangani oleh A dan C, yang
dikemudian hari terdapat kesalahan penulisan informasi
dalam Cek, maka yang dapat melakukan koreksi adalah A
dan C (B dan D tidak dapat melakukan koreksi atas Cek
tersebut).

15
BAB VI
PENGUNJUKAN DAN PEMBAYARAN CEK

A. Teori Umum

1. Cek dapat dibayarkan kepada:


a. orang yang disebut namanya pada Cek;
b. orang yang disebut nama dan “atau penggantinya”;
c. orang yang disebut nama dan “tidak kepada pengganti”;
d. orang yang membawa Cek;
e. orang yang disebut namanya “atau kepada pembawa”, yaitu
Cek kepada pembawa;
f. Cek tanpa penyebutan nama penerimanya, yaitu Cek
kepada pembawa.
(Ref. Pasal 182 KUHD)

2. Cek harus dibayarkan pada saat diunjukkan (Ref. Pasal 205


KUHD).

3. Tenggang Waktu Pengunjukan Cek adalah 70 hari terhitung


sejak tanggal penerbitan (Ref. Pasal 206 KUHD).

4. Penarik dapat membatalkan Cek setelah berakhirnya Tenggang


Waktu Pengunjukan (Ref. Pasal 209 KUHD).

5. Jika Penarik meninggal atau tidak cakap hukum setelah


diterbitkannya Cek, maka kewajiban pembayaran atas Cek yang
telah diterbitkan tetap berlaku (Ref. Pasal 210 KUHD).

6. Cek daluwarsa setelah 6 (enam) bulan terhitung sejak


berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan (Ref. Pasal 229
KUHD).

16
7. Pemegang memiliki hak atas pembayaran Cek sebelum Cek
daluwarsa, sepanjang Cek tersebut tidak dibatalkan oleh
Penarik setelah berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan.

8. Dalam hal tidak terdapat pembatalan Cek oleh Penarik setelah


berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan maka Penarik tetap
berkewajiban menyediakan dana sampai dengan Cek
daluwarsa.

Ilustrasi Pengunjukan dan Pembayaran Cek

B. Tanya Jawab

1. Q Bagaimana cara menghitung Tenggang Waktu


Pengunjukan Cek?
A Tenggang Waktu Pengunjukan adalah 70 hari. Apabila
tanggal penarikan Cek 1 Januari 2018, maka tanggal
berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan Cek tersebut
adalah 11 Maret 2018.

2. Q Bagaimana cara menghitung masa daluwarsa Cek?


A Cek daluwarsa setelah 6 (enam) bulan terhitung sejak
berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan. Apabila
tanggal penarikan Cek 1 Januari 2018, maka tanggal
berakhirnya Tenggang Waktu Pengunjukan Cek tersebut
adalah 11 Maret 2018. Dengan demikian, daluwarsa Cek
adalah 11 September 2018.

17
3. Q Bagaimana jika Cek diunjukkan pada Tenggang Waktu
Pengunjukan namun dana pada rekening Penarik tidak
mencukupi?
A Cek akan ditolak pembayarannya dan dikategorikan
sebagai Cek kosong, sepanjang unsur/syarat formal Cek
terpenuhi.

4. Q Jika Cek diunjukkan setelah Tenggang Waktu


Pengunjukan Cek berakhir dan dana pada rekening
Penarik tidak mencukupi, apakah dikategorikan
sebagai Cek Kosong?
A Dikategorikan sebagai Cek Kosong apabila Cek tersebut
tidak dibatalkan oleh Penarik.

5. Q Dalam hal Cek yang diunjukan tepat pada waktunya


tidak dibayarkan, apakah Pemegang masih dapat
memiliki hak untuk menagih pembayaran Cek (hak
regres) tersebut?
A Ya, Pemegang masih memiliki hak untuk menagih
pembayaran atas Cek tersebut (hak regres) sampai dengan
6 (enam) bulan terhitung sejak berakhirnya Tenggang
Waktu Pengunjukan sepanjang Cek tidak dibatalkan.

6. Q Apakah Bank Tertarik wajib melakukan konfirmasi


kepada nasabah pada saat pencairan Cek?
A Tidak, Bank Tertarik tidak wajib melakukan konfirmasi atas
pencairan Cek. Konfirmasi dilakukan mengikuti kebijakan
internal yang berlaku di masing-masing bank.
Selain itu, Cek merupakan surat berharga yang menganut
legitimasi formal2, sehingga nasabah harus berhati-hati

2
Legitimasi Formal adalah bukti diri dari Pemegang Cek untuk memperoleh pembayaran atas Cek tersebut.
Dalam hal ini, jika unsur/syarat formal Cek telah dipenuhi maka Bank Tertarik wajib melakukan pembayaran
atas Cek tersebut kepada Pemegang Cek.

18
dalam menyimpan dan menggunakan Cek. Oleh karena itu,
penyalahgunaan Cek menjadi tanggung jawab nasabah
pemilik rekening.

19
BAB VII
PENOLAKAN DAN PENAHANAN CEK

A. Teori Umum

1. Bank Tertarik dapat menolak pembayaran Cek dengan alasan


penolakan Cek sebagai berikut:
a. Tidak tersedia dana yang cukup pada Rekening Penarik.
b. Rekening Giro atau Rekening Khusus telah ditutup.
c. Tidak terdapat penyebutan tempat dan tanggal penarikan.
d. Tidak terdapat tanda tangan Penarik.
e. Cek dibatalkan oleh Penarik setelah berakhirnya Tenggang
Waktu Pengunjukan.
f. Cek sudah daluwarsa.
g. Koreksi Cek dilakukan tidak sesuai dengan Pasal 228
KUHD.
h. Tanda tangan Penarik tidak cocok dengan spesimen yang
ditatausahakan oleh Bank Tertarik.
i. Bank Penagih bukan merupakan Bank Penagih yang
disebut dalam Cek Silang Khusus.
j. Cek diblokir pembayarannya oleh Penarik karena hilang
atau dicuri.
k. Cek diblokir pembayarannya oleh instansi yang berwenang.
l. Rekening Penarik diblokir oleh instansi yang berwenang.
m. Perintah dalam data elektronik Cek tidak sesuai dengan
perintah dalam Cek.
n. Penerimaan data elektronik Cek tidak disertai dengan
penerimaan fisik Cek.
o. Cek diduga palsu atau dimanipulasi.
p. Cek yang diterima oleh Bank Tertarik bukan ditujukan untuk
20
Bank Tertarik.
q. Tidak ada endosemen pada Cek Atas Nama yang dialihkan
kepada pihak lain yang diunjukkan melalui loket Bank
Tertarik.
(Ref. Butir II.A Perubahan Kedua SEBI DHN).

2. Cek yang ditolak pembayarannya oleh Bank Tertarik dengan


alasan dana tidak cukup, Rekening Giro telah ditutup, atau
Rekening Khusus telah ditutup dikategorikan sebagai Cek
Kosong. Namun demikian, kategori Cek Kosong tersebut tidak
berlaku apabila:
a. unsur/syarat formal Cek tidak dipenuhi;
b. Cek telah daluwarsa;
c. Cek dibatalkan setelah Tenggang Waktu Pengunjukan
berakhir;
d. Cek diduga palsu atau dimanipulasi.
(Ref. Pasal 11 Perubahan PBI DHN)

3. Setiap penolakan Cek wajib diinformasikan kepada Pemegang


melalui Surat Keterangan Penolakan (SKP) (Ref. Butir II.B.6
SEBI DHN).

4. Bank Tertarik yang melakukan penolakan terhadap Cek


dan/atau Bilyet Giro yang diduga palsu atau dimanipulasi wajib
menahan dan menunda pembayaran Cek (Ref. Butir II.C
Perubahan Kedua SEBI DHN).

5. Penahanan dan penundaan pembayaran Cek sebagaimana


dimaksud dalam angka 4 wajib ditindaklanjuti dengan verifikasi
paling lama sampai dengan 1 (satu) hari kerja berikutnya (Ref.
Butir II.C Perubahan Kedua SEBI DHN).

21
6. Dalam hal hasil verifikasi menunjukkan bahwa indikasi
pemalsuan atau manipulasi tidak terbukti, Cek diproses sesuai
dengan ketentuan.

B. Tanya Jawab

1. Q Siapakah yang menyampaikan SKP kepada


Pemegang?
A Penyampaian SKP kepada Pemegang dilakukan oleh:
a. Bank Tertarik, jika penolakan Cek dilakukan melalui
Loket Bank; dan
b. Bank Penagih, jika penolakan Cek dilakukan melalui
Kliring.
(Ref. Butir II.B.6.b Perubahan Kesatu SEBI DHN)

2. Q Kapan Bank Tertarik wajib menahan dan menunda


pembayaran Cek karena diduga palsu atau
dimanipulasi?
A Penahanan dan penundaan pembayaran Cek oleh Bank
Tertarik dilakukan:
a. Apabila pembayaran dilakukan melalui kliring,
penahanan dan penundaan dilakukan oleh Bank
Tertarik segera setelah menerima Cek dari penyerahan
kliring dan menduga adanya pemalsuan atau
manipulasi Cek. Penahanan dan penundaan tersebut
dilakukan paling lambat sebelum kegiatan kliring
pengembalian dimulai.
b. Apabila pembayaran dilakukan melalui Loket Bank
Tertarik, penahanan dan penundaan dilakukan oleh
Bank Tertarik segera setelah menerima Cek dari

22
Pemegang dan menduga adanya pemalsuan atau
manipulasi Cek.

3. Q Apa yang harus dilakukan Bank Tertarik apabila


menahan dan menunda pembayaran Cek yang diduga
palsu atau dimanipulasi?
A Jika Bank Tertarik melakukan penahanan dan penundaan
pembayaran Cek yang diduga palsu atau dimanipulasi,
Bank Tertarik wajib:
a. Melakukan verifikasi paling lama sampai dengan 1
(satu) hari kerja berikutnya.
b. Menginformasikan penahanan/penundaan Cek
kepada Pemegang atau Bank Penagih.
c. Memproses pembayaran, jika hasil verifikasi
menunjukkan bahwa indikasi pemalsuan tidak terbukti
atau menolak pembayaran, jika hasil verifikasi terbukti
adanya pemalsuan dengan menggunakan alasan “Cek
diduga palsu atau dimanipulasi”.
(Ref. Butir II.C Perubahan Kedua SEBI DHN)

23
BAB VIII
PEMBATALAN DAN PEMBLOKIRAN CEK

A. Teori Umum

1. Penarik tidak dapat membatalkan Cek selama Tenggang Waktu


Pengunjukan (Ref. Pasal 209 KUHD).

2. Pembatalan Cek hanya dapat dilakukan setelah Tenggang


Waktu Pengunjukan Cek berakhir (Ref. Pasal 5 ayat (2)
Perubahan PBI DHN).

3. Penarik dapat mengajukan permintaan pemblokiran


pembayaran Cek dengan alasan hilang atau dicuri (Ref. Butir
II.A Perubahan Kedua SEBI DHN).

B. Tanya Jawab

1. Q Apakah Cek yang sudah diterbitkan oleh Penarik dapat


dibatalkan?
A Ya, Cek yang telah diterbitkan dapat dibatalkan setelah
Tenggang Waktu Pengunjukan Cek berakhir (KUHD Pasal
209; Pasal 5 ayat (2) Perubahan PBI DHN).5

2. Q Bagaimana cara untuk membatalkan Cek?


A Pembatalan Cek hanya dapat dilakukan oleh Penarik
dengan cara menyampaikan surat permohonan
pembatalan Cek kepada Bank Tertarik secara tertulis, yang
paling sedikit memuat informasi:
a. nomor Cek;
b. Tanggal Penarikan Cek;
c. nilai nominal Cek; dan

24
d. tanggal mulai berlakunya pembatalan.
Pada surat tersebut juga dilampirkan fotokopi identitas diri
Pemilik Rekening (Ref. Butir I.F Perubahan Kedua SEBI
DHN).
3. Q Bagaimana jika pada surat perintah pembatalan Cek
tidak dicantumkan tanggal mulai berlakunya
pembatalan Cek dimaksud?
A Tanggal diterimanya surat perintah pembatalan oleh Bank
Tertarik menjadi tanggal mulai berlakunya pembatalan (Ref.
butir I.F SEBI DHN).
4. Q Kapan Bank Tertarik dapat melakukan pembatalan
Cek?
A Bank Tertarik dapat melakukan pembatalan Cek apabila
terdapat surat permintaan pembatalan Cek dari Penarik
setelah berakhirnya tenggang waktu pengunjukan (Ref.
Butir I.F Perubahan Kedua SEBI DHN).
5. Q Dalam kondisi apa Bank Tertarik dapat melakukan
pemblokiran Cek dan bagaimana mekanismenya?
A Pemblokiran Cek dapat dilakukan apabila Cek hilang atau
Penarik diduga terkait dengan tindak pidana.
Untuk pemblokiran Cek hilang, Bank Tertarik melakukan
pemblokiran Cek berdasarkan surat permintaan
pemblokiran Cek dari Penarik, yang disertai dengan surat
asli keterangan dari Kepolisian.
Untuk pemblokiran Cek karena Penarik diduga terkait
dengan tindak pidana, Bank Tertarik melakukan
pemblokiran Cek berdasarkan surat dari instansi yang
berwenang (Ref. butir II.A.15 & II.A.16 Perubahan Kedua
SEBI DHN).

25
BAB IX
SPESIFIKASI WARKAT CEK

A. Teori Umum

1. Warkat Cek wajib dicetak di Perusahaan Pencetakan Dokumen


Sekuriti (PPDS) yang telah memperoleh izin dari otoritas atau
lembaga yang berwenang (Ref. Pasal 28 ayat (5) PBI SKNBI).

2. Warkat Cek wajib memenuhi spesifikasi teknis dan rancang


bangun (Ref. Butir XI.A.2 SEBI SKNBI).

3. Standar keamanan pada warkat Cek paling sedikit memuat 5


unsur pengamanan dari jenis fitur keamanan sebagai berikut:
a. Guillosche;
b. Roschette;
c. Numismatic (line relief);
d. Raster anti fotokopi;
e. Micro text (huruf mikro);
f. Hidden image;
g. Hologram;
h. Invisible ink;
i. Visible ink;
j. Tinta penetrasi merah ber-fluorescent; dan
k. Fitur lain yang menurut pertimbangan Bank lebih efektif
tingkat pengamanannya.

26
Rancang Bangun Warkat Cek

Contoh Warkat Cek

BANK MONAS

Rp……………...
..

B. Tanya Jawab

1. Q Siapakah otoritas atau lembaga yang berwenang


memberikan izin kepada perusahaan pencetakan
sebagai PPDS?
A Otoritas atau lembaga yang berwenang memberikan izin
adalah Badan Koordinasi Pemberantasan Uang Palsu
(BOTASUPAL).

27
2. Q Apakah Bank Indonesia menerbitkan daftar PPDS yang
dapat mencetak Cek?
A Tidak. Informasi perusahaan pencetakan yang telah
memperoleh izin sebagai PPDS dapat diperoleh dari
BOTASUPAL.

3. Q Pada ketentuan apa Bank Indonesia mengatur


mengenai pencetakan warkat Cek?
A Pencetakan warkat Cek diatur oleh Bank Indonesia dalam
ketentuan mengenai penyelenggaraan transfer dana dan
kliring berjadwal. Dalam ketentuan tersebut, pencetakan
warkat Cek antara lain mencakup spesifikasi teknis dan
rancang bangun warkat Cek.

4. Q Sebelum melakukan pencetakan warkat Cek, apakah


Bank harus memperoleh persetujuan terlebih dahulu
dari Bank Indonesia?
A Ya, apabila pencetakan warkat Cek dilakukan untuk
pertama kali dan terdapat perubahan spesifikasi teknis dan
rancang bangun pada warkat Cek. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa warkat Cek yang akan dicetak telah
memenuhi ketentuan Bank Indonesia antara lain:
1. Syarat formal oleh Bank Tertarik.
2. Fitur keamanan.
3. Pencantuman informasi dalam bentuk Magnetic Ink
Character Recognition (MICR) pada bagian clear band
pada warkat Cek.

5. Q Apakah Bank Penagih harus menolak Cek yang tidak


memenuhi spesifikasi teknis?

28
A Bank Penagih tetap harus meneruskan Cek yang tidak
memenuhi spesifikasi teknis kepada Bank Tertarik,
mengingat yang dapat menentukan bahwa suatu Cek
memenuhi/tidak memenuhi spesifikasi teknis adalah Bank
Tertarik.

29
BAB X
LAIN-LAIN

1. Q Apakah terdapat batasan nilai nominal pada penggunaan


Cek?
A Tidak, penggunaan Cek tidak dibatasi nilai nominalnya. Namun
demikian, saat ini Bank Indonesia menetapkan batas nominal
apabila Cek diunjukan melalui kliring yaitu maksimal Rp500 juta
(Ref. Butir VII.A.5 Perubahan SEBI SKNBI).

2. Q Bagaimana mekanisme penagihan Cek dengan nominal di


atas Rp500 juta?
A Penagihan Cek dengan nominal di atas Rp500 juta harus
dilakukan di luar mekanisme kliring.
Berdasarkan kesepakatan Bank yang dituangkan dalam
Ketentuan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (KASPI)
mekanisme disepakati untuk penagihan Cek dengan nominal di
atas Rp500 juta dilakukan secara bilateral antara Bank Penagih
dan Bank Tertarik.

3. Q Apakah Cek yang ditolak melalui kliring dapat dikliringkan


kembali?
A Ya, sepanjang Cek masih dalam masa Tenggang Waktu
Pengunjukan atau Cek belum dibatalkan oleh Penarik setelah
Tenggang Waktu Pengunjukan Cek berakhir.

4. Q Apakah terdapat batas maksimal Cek yang telah ditolak


melalui kliring dapat dikliringkan kembali?
A Bank Indonesia tidak mengatur batas maksimal Cek yang dapat
dikliringkan. Berdasarkan kesepakatan Bank yang dituangkan

30
dalam KASPI disepakati bahwa batas maksimal Cek dapat
dikliringkan yaitu 3 (tiga) kali. Namun demikian, pengunjukan
Cek yang pernah ditolak oleh Bank Tertarik melalui kliring lebih
dari 3 (tiga) kali akan dikenakan kompensasi biaya administrasi
yang dibebankan kepada Bank Penagih.

31
32

Anda mungkin juga menyukai