Anda di halaman 1dari 4

Penalaran Induktif dalam Akuntansi

Pada umumnya digunakan untuk menghasilkan pernyataan umum yang menjadi


penjelasan (teori) terhadap gejala akuntansi tertentu. Pernyataan umum tersebut biasanya
berasal dari hipotesis yang diajukan dan diuji dalam suatu penelitian empiris. Hipotesis
adalah generalisasi yang dituju oleh penelitian akuntansi. Jika bukti empiris mendukung
generalisasi maka generalisasi menjadi teori yang valid dan mempunyai daya prediksi yang
tinggi. Contoh :

- Partisipasi manajer diisi dalam penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif


terhadap kinerja divisi.
- Ambang persepsi etis wanita lebih tinggi daripada ambang persepsi etik pria dalam
menilai kasus pelanggaran etika atau hukum.
- Tingkat solvensi berasosiasi positif dengan profitabilitas kebangkrutan perusahaan.

Secara statistis, generalisasi adalah menyimpulkan karakteristik populasi atas dasar


karakteristik sampel melalui pengujian statistis. Dalam pengujian statistis hubungan teoretis
antar variabel sering dinyatakan dalam bentuk hipotesis. Setelah definisi operasional diukur
untuk sampel amatan, konsep-konsep yag diteorikan direpresentasi dalam bentuk variabel
dan diberi notasi (X dan Y) agar memudahkan menganalisis data. Apabila pengujian statistis
menunjukkan hubungan antara variabel secara statistis signifikan, berarti ada keyakinan
tinggi bahwa teori yang diajukan didukung secara empiris dan dapat dilakukan generalisasi.

Praktiknya, penalaran induktif tidak dapat dilaksanakan terpisah dengan penalaran


deduktif atau sebaliknya. Bila dikaitkan dengan perspektif teori yang lain, teori akuntansi
normatif berbasis penalaran deduktif sedangkan teori akuntansi positif biasanya berbasis
penalaran induktif. Teori akuntansi sebagai penalaran logika bersifat normatif, sintatik,
semantic, dan deduktif sementara teori akuntansi sebagai sains bersifat positif, pragmatic, dan
induktif.

Kecohan (Fallacy)

Keyakinan mempunyai beberapa sifat yang menjadikan perubahan atau pemertahanan


keyakinan tidak semata-mata dilandasi oleh validitas dan kekuatan argument tetapi juga oleh
faktor manusia. Manusia lebih terbujuk atau terkecoh oleh emosi atau kepentingan pribadi
daripada logika. Bila terdapat suatu asersi yang nyatanya membujuk dan dianut banyak orang
padahal seharusnya tidak karena argument yang diajukan mengandung cacat, maka terjadi
kesalahan yang disebut kesalahan yang disebut kecohan atau salah nalar (fallacy). Yang
membedakan kecohan antara taktik/akal bulus dengan kecohan karena salah nalar adalah
maksud/niat untuk berargumen.

Stratagem

Stratagem adalah pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang


dengan cara selain mengajukan argument yang valid atau masuk akal. Biasanya digunakan
untuk membela pendapat yang sebenarnya keliru atau lemah dan tidak dapat dipertahankan
secara logis. Hal tersebut mengandung kebohongan dan muslihat. Niatnya semata-mata
memaksakan kehendak, membujuk orang agar menyakini sesuatu, menjadikan hal yang tidak
baik, atau menjatuhkan lawan bicara dalam debat atau perselisihan.

Persuasi Tak Langsung

Persuasi tak langsung adalah stratagem untuk meyakinkan seseorang akan kebenaran
suatu pernyataan bukan langsung melalui argument atau penalaran melainkan melalui cara-
cara yang sama sekali tidak berkaitan dengan validitas argument. Contohnya adalah
periklanan.

Membidik Orangnya

Digunakan untuk melemahkan atau menjatauhkan suatu posisi atau pernyataan


dengan cara menghubungkan pernyataan/argument yang diajukan seseorang dengan pribadi
orang tersebut. Pembicara mengajukan kejelekan atau sifat yang kurang menguntungkan dari
lawan berargumen. Contoh : dia tidak mungkin menjadi pemimpin yang andal karena dia
bekas militer (atau tahanan politik yg pernah dihukum), praktisi akuntansi yang tidak
mengikuti standar akuntansi seperti apa adanya adalah orang yang tidak loyal dan tidak
professional, kurikulum ini harus diganti total karena mengembangkan pengelola lama (rezim
orde baru).

Menyampingkan Masalah

Dengan cara mengajukan argument yang tidak bertumpuk pada masalah pokok atau
dengan cara mengalihkan masalah ke masalah yang lain yang tidak bertautan. Dilakukan jika
dia (karena sesuatu hal) tidak bersedia menerima argument yang dia tahu lebih valid dari
argumennya. Argument ini memberikan penjelasan yang tidak menjawab sebuah masalah.
Contoh : pembenahan istilah akuntansi dirasa tidak perlu karena dalam komunikasi yang kita
paham maksud dan tujuannya.

Misrepresentasi

Digunakan untuk menyanggah atau menjatuhkan posisi lawan dengan cara


memutarbalikkan fakta baik secara halus atau terang-terangan. Taktik ini penalar
menunjukkan fakta kebenaran tapi tidak secara utuh (hanya sebagian). Contoh : ketika
seorang mahasiswa melakukan konsultasi skripsi kepada dosen pembimbing dengan harapan
tulisannya akan mendapat pujian tapi pada kenyataannya revisi banyak, sewaktu ditanyain
temannya dia malah mengatakan jika dosen tersebut rewel dan banyak maunya padahal jelas
tulisan mahasiswa tersebut masih amburadul tidak jelas.

Imbauan Cacah

Digunakan untuk mendukung suatu posisi dengan menunjukkan bahwa banyak orang
yang melakukan apa yang dikandung posisi tersebut. Taktik ini didasarkan pada mayoritas
orang melakukan suatu hal (popularitas) sehingga menunjukkan bahwa hal tersebut benar dan
tidak dapat salah. Contoh : ada seseorang yang dijatuhi hukuman pidana karena kasus
pembunuhan, bisa saja tidak jadi dihukum atas dasar bahwa tidak ada yang sempurna yang
ada di bumi selain Tuhan YME.

Imbauan Autoritas

Mirip dengan imbauan cacah hanya saja “orang” diganti dengan “autoritas”. Dengan
taktik ini orang berusaha meningkatkan daya bujuk suatu posisi dengan menunjukkan bahwa
posisi yang dipegang oleh orang yang mempunyai autoritas dalam masalah yang
bersangkutan tanpa menunjukkan bagaimana autoritas bernalar. Namun stratagem ini
dianggap sebagai kecohan tergantung situasi yang melatarbelakangi. Jika autoritas dan
penalarannya memang layak orang akan terbujuk ke arah yang benar. Sebaliknya apabila
auoritas semata-mata dijadikan sebagai alat kecohan akan terjadi. Contoh : akademisi
akuntansi ditanya mengapa memakai istilah beban bukan biaya untuk arti kata expense.
Orang tersebut menjawab karena beban merupakan autoritas dari IAI tanpa mempersoalkan
apakah istilah tersebut layak atau tidak padahal dia tahu istilah beban tidak valid (tidak
didukung dengan argument).

Imbauan Tradisi

Tradisi erat kaitannya dengan pengerjaan sesuatu dengan cara tertentu karena teknik
tersebut sudah dari dulu digunakan. Orang sering memegang suatu keyakinan dengan
mengajukan argument bahwa memang demikian orang-orang yang mempunyai keyakinan.
Kenyataannya sesuatu yang telah lama dikerjakan dengan cara tertentu di masa lampau tidak
dengan sendirinya menjadi argument untuk meneruskan cara tersebut apalagi jiak sudah
ditemukan cara lain yang lebih valid/baik.

Dilema Semu

Taktik seseorang untuk mengaburkan argument dengan cara menyajikan gagasannya


dengan satu alternatif lain kemudia mengakarakterisasi alternatif lain sangat jelek,
merugikan, atau mengerikan sehingga tidak ada cara lain kecuali menerima apa yang
diusulkan penggagas. Penggagas menggunakan kata “pokoknya” sebagai bentuk autoritas
pengargumen. Contoh : kalau tidak memilih alternative A maka kita akan mengalami
kerugian dan penderitaan.

Imbauan Emosi

Daya bujuk argument sering kali dicapai dengan cara membaurkan emosi dengan
nalar. Daya nalar orang dimatikan dengan cara menggugah emosinya. Emosi orang dituju
sehingga dia merasa tidak enak untuk tidak menerima argument atau keyakinan. Ada dua
stratagem yang dapat digunakan dalam taktik ini yaitu belas kasih dan tekanan/kekuasaan.
Contoh : mahasiswa yang di DO karena tidak sanggup meneruskan kegiatan akademiknya
sesuai waktu yang ditentukan. Mahasiswa tersebut mengajukan pencabutan keputusan
tersebut karena keputusan tersebut membuat dia menderita. Tapi dia mengiyakan faktanya
bahwa ia memang layak untuk dikeluarkan. Anda sebagai rektor mencabut keputusan tersebut
karena alasan dia akan semakin menderita apabila keputusan tersebut tetap dilanjutkan.
Salah Nalar

Terjadi apabila penyimpulan tidak didasarkan pada kaidah-kaidah penalaran yang


valid. Salah nalar merupakan kesalahan struktur atau proses formal penalaran dalam
menurunkan simpulan sehingga simpulan yang diturunkan menjadi salah / tidak valid. Salah
nalar biasanya bukan kesengajaan dan tidak dimaksudkan untuk mengecoh atau mengelabuhi.

Menegaskan Konsekuen

Agar argument valid maka harus mengikuti kaidah menegaskan anteseden. Contoh

Valid (menegaskan anteseden) Tak Valid (menegaskan konsekuen)


Premis 1 : jika A, maka B Premis 1 : jika B, maka A
Premis 2 : A Premis 2 : B
Konklusi : B Konklusi : A
Contoh : Contoh :
Premis 1 : jika saya di Semarang, maka saya Premis 1 : jika saya di jawa tengah, maka
di jawa tengah saya di semarang
Premis 2 : saya di semarang Premis 2 : saya di jawa tengah
Konklusi : saya di jawa tengah Konklusi : saya di semarang
Penalar terkoceh karena menyamakan atau merancukan pernyataan “jika saya di Semarang,
maka saya di jawa tengah” dengan premis “jika saya di jawa tengah, maka saya di semarang”
konklusinya sebelah kirim valid. Salah nalar terjadi karena premis A, maka B disamakan
dengan premis B, maka A.

Menyangkal Anteseden

Suatu argument yang mengandung penyangkalan akan valid apabila konklusi ditarik
mengikuti kaidah menyangkal konsekuen. Jadi salah nalar akibat menyangkal anteseden
dapat terjadi karena makna “jika A, maka B” disamakan atau dikacaukan dengan “Jika B,
maka A”.

Valid (menyangkal konsekuen) Tak Valid (menyangkal anteseden)


Premis 1 : jika saya di Semarang, maka saya Premis 1 : jika saya di jawa tengah, maka
di jawa tengah saya di semarang
Premis 2 : saya tidak di jawa tengah Premis 2 : saya tidak di semarang
Konklusi : saya tidak di semarang Konklusi : saya tidak di jawa tengah

Pentaksaan

Terjadi apabila ungkapan dalam premis yang satu mempunyai makna yang berbeda
dengan makna ungkapan yang sama dalam premis lainnya. Juga dapat terjadi karena konteks
premis yang satu berbeda dengan konteks premis lainnya. Penalar bermaksud menerapkan
kaidah transivitas tetapi tidak memenuhi syarat.

Anda mungkin juga menyukai