SILVY SYAFHIRA
1106618031
Istilah “falasia” dalam arti sempit menunjuk pada
kesalahan-kesalahan yang khas serta kesalahan
dalam penelaran yang memeragakan satu pola
tertentu yang dapat diidentifikasi dan diberi nama.
Ada dua kelompok besar kesesatan dalam logika
FALASIA yakni kesesatan formal dan kesesatan informal.
(KESESATAN) Kesesatan formal adalah kesesatan yang terjadi
karena pelanggaran pada prinsip dan kaidah
logika. Sedangkan kesesatan informal adalah
kesesatanyang menyangkut aspek-aspek seperti
materi, bahasa,cara, pola berpikir, berargumentasi,
serta pola penyampaian.
KLASIFIKASI FALASIA
Kesesatan ini muncul karena tidak adanya hubungan riil antara premis
dan konklusi pada sebuah argument, sehingga premis yang ditawarkan
tidak menetapkan kebenaran dari konklusi yang ditarik. Ada tujuh
kesesatan relevansi yang terkenal yaitu :
RELEVENSI nanti.
Argumentum ad Ignorantiam
Kesesatan ini terjadi ketika proposisi dianggap benar hanya karena
tidak bisa dibuktikan bahwa salah, atau sebaliknya. Contohnya :
Koruptor : Jaksa tidak bisa membuktikan bahwa saya korupsi, maka saya
KEKERASAN tidak korupsi. Jaksa : Anda tidak bisa membuktikan bahwa Anda tidak
korupsi, maka Anda korupsi.
KARENA INDUKSI Argumentum ad Verecundiam (Kesesatan karena Otoritas yang Tidak
YANG CACAT Memadai)
Kesesatan Aksiden
KEKERASAN Kesesatan yang terjadi ketika generalisasi yang salah diterapkan pada
kasus tertentu dimana generalisai itu tidak tepat, atau seharusnya
PRESUMSI tidak berlaku. Jika lingkungan aksidental diabaikan, dan kita
mengandaikan bahwa generalisasi berlaku secara universal, maka kita
telah melakukan kesesatan aksiden. Contoh : anggapan bahwa gula itu
penting untuk energi, maka orang sakit perlu mengkonsumsi cukup
gula termasuk yang menderita diabetes.
Pertanyaan yang Kompleks/Pertanyaan Bermuatan (Loading
Question)
Kesesatan Divisi
Kesesatan ambiguitas dimana sebuah argument menetapkan secara keliru
KESESATAN atribut-atribut pada bagian dari satu keseluruhan (atau pada anggota dari
kumpulan) berdasarkan pada fakta bahwa keseluruhan (atau kumpulan)
AMBIGUITAS memiliki atribut-atribut tersebut. Varietas pertama : berargumentasi secara
sesat bahwa apa yang benar pada satu keseluruhan harus juga benar pada
bagian-bagiannya. Contoh : berargumentasi bahwa karena suatu korporasi
tertentu sangat penting dan Pak Suban adalah seorang pejabat dari
korporasi itu, maka Pak Suban sangat penting. Varietas kedua terjadi ketika
orang berargumentasi dari atribut-atribut kumpulan elemen ke atribut
elemen-elemen itu sendiri. Contoh : Kesebelasan Barcelona bertanding di
Jakarta, tidak serta merta bahwa Messi pasti datang. Kesebelasan
Barcelona bisa datang tanpa Messi.
Kesesatan ini terjadi karena bahasa tidak menjerumuskan dengan
tepat apa yang di maksudkan seseorang.