Anda di halaman 1dari 3

logical fallacy adalah kesalahan dalam menyusun logika yang tepat dalam sebuah argumen.

Dalam hal ini, argumen tersebut tidak mempunyai keterkaitan antara kesimpulan serta
premis. Kalaupun premis yang disampaikan tepat, tetapi kesimpulannya salah, dapat
dianggap sebagai sesat pikir

Dalam kehidupan sehari-hari, kamu bakal cukup sering menjumpai penggunaan logical


fallacy, baik disengaja ataupun tidak. Ada banyak tujuan kenapa seseorang menggunakan
cara berpikir yang sesat dalam berargumentasi, termasuk di antaranya adalah propaganda,
tipu muslihat, atau sarana mempengaruhi orang lain. 

Kemampuan dalam mengidentifikasi logical fallacy adalah modal penting yang perlu kamu


miliki ketika ingin berinvestasi atau menjalankan bisnis. Dengan modal kemampuan
tersebut, kamu dapat terhindar dari risiko penipuan yang bisa terjadi kapan saja. Apalagi,
pengambilan kesimpulan yang salah akibat logical fallacy bisa membuat kamu mengambil
keputusan yang tidak tepat. 

Berkaitan dengan logical fallacy, kamu perlu tahu contoh-contoh sesat pikir yang sering
terjadi di masyarakat. Berikut ini adalah beberapa di antaranya: 

Strawman

Logical fallacy yang pertama adalah strawman. Dalam kesesatan berpikir ini, lawan bicara
akan menyederhanakan argumen kamu. Hal itu mereka lakukan agar bisa menyerang
argumen kamu dengan lebih mudah. Biasanya, mereka akan menggunakan argumen lain
yang sepenuhnya tidak berkaitan. 

Contoh logical fallacy strawman adalah ketika kamu berargumen kalau nelayan dan petani
tidak nyaman dengan praktik koperasi di lapangan. Alasannya, karena manfaat dari koperasi
hanya dirasakan oleh pengurus. Di sisi lain, lawan bicara menganggap kamu menolak
keberadaan koperasi. Bahkan, mereka beranggapan kalau kamu menolak keberadaan
koperasi bagi nelayan dan petani. 

Circular argument

Selanjutnya, kamu akan menjumpai logical fallacy yang disebut circular argument. Sesat


pikir yang satu ini akan membawa kamu dalam proses adu argumen yang berputar-putar
dan tidak ada habisnya. 

Contoh, seseorang menganggap kalau kuliah itu sia-sia kalau ujung-ujungnya bakal jadi
pengangguran. Argumen ini dilontarkannya berdasarkan fakta bahwa ada banyak lulusan
kuliah yang menganggur.
Pernyataan itu sekilas memang terlihat logis. Namun, fakta bahwa ada banyak lulusan
perguruan tinggi yang menganggur tidak secara langsung membuat kuliah yang mereka
jalani sia-sia. Apalagi, proses kuliah tidak hanya bertujuan untuk mencari pekerjaan. 

Ad hominem

Menyerang pribadi dari orang yang melontarkan sebuah argumen atau ad


hominem termasuk sebagai salah satu contoh sesat pikir. Cara ini kerap dilakukan dengan
tujuan untuk melemahkan argumen dari lawan bicara. 

Contoh ad hominem bisa kamu dapati ketika berbicara tentang prestasi akademik di


sekolah. Kamu beranggapan kalau peringkat tinggi di sekolah itu bukan pencapaian penting.
Sebaliknya, kamu lebih mengutamakan sikap jujur dan pemahaman ilmu yang mendalam.
Lalu, ada orang lain yang berseloroh, “Kamu bicara seperti itu karena belum pernah
rangking satu sih!”.

False dilemma

Selanjutnya, kamu perlu mengetahui jenis sesat pikir false dilemma. Dalam logical


fallacy adalah yang satu ini, seseorang melontarkan argumennya dengan memberikan
hanya dua pilihan.  Contoh,”Kamu itu orang yang tak punya pendirian kalau cuma bisa
mengikuti pendapat orang lain”. 

Appeal to popularity

Berikutnya, kamu perlu mengetahui sesat pikir yang dikenal sebagai appeal to popularity.
Kesesatan berpikir yang satu ini dilakukan dengan menggunakan pernyataan sebagian
besar masyarakat. Contoh, “Banyak orang yang berinvestasi emas. Jadi, emas adalah jenis
investasi yang paling tepat”. Padahal, di sisi lain ada banyak opsi investasi yang menjanjikan
potensi keuntungan tidak kalah dibanding emas.

Gambler’s fallacy

Kesalahan berikutnya yang termasuk logical fallacy adalah gambler’s fallacy. Pola


pikir ini beranggapan kalau penyimpangan yang terjadi dalam jangka pendek akan
terkoreksi secara alami. Contoh, “Harga saham perusahaan X dalam beberapa hari
terakhir terus menurun. Besok pasti naik”. 

Slippery slope

Dalam kesesatan berpikir ini, seseorang memiliki kecenderungan berasumsi sebab akibat
yang salah. Padahal, tidak ada penalaran yang masuk akal di antara keduanya. Sebagai
contoh, “kalau kamu memberikan minuman gratis untuk satu orang, maka kamu perlu
memberikan perlakuan serupa untuk semua orang”.

Anda mungkin juga menyukai