Syahatah (1994:67) mendefinisikannya sebagai suatu proses dimana pembaca melakukan analisis
serta mengemukakan pendapatnya terhadap apa yang dibacanya, mendiskusikannya, menyepakati
atau justru berbeda pendapat terhadap apa yang telah dibacanya
Musi (1994: 128) menyebutnya sebagai kemampuan pembelajar untuk membedakan antara ide
pokok dan ide pendukung, fakta dan opini, argumentasi yang kuat dan argumentasi yang lemah, dan
penjelasan yang logis dan tidak logis
Badran (2008:71) menjelaskan bahwa secara prosedural, membaca kritis adalah aktivitas pembaca
saat berinteraksi dengan teks tulis secara kritis yang bertujuan untuk dapat menjelaskan bagian-
bagiannya, memahami dan menganalisis maknanya, menafsirkannya, mengorganisasikan kembali
ide-ide, serta mengevaluasinya.
Hoeffner & Hoeffner (2015: 3) menjelaskan bahwa membaca kritis berarti memahami hubungan-
hubungan diantara elemen-elemen dalam sebuah teks, termasuk memahami inferensi-inferensi di
dalam teks, yakni ide-ide yang tidak disebutkan secara eksplisit dalam teks akan tetapi justru itu ide
yang dimaksudkan oleh penulis
Kesimpulan definisi
membaca kritis adalah kegiatan membaca teks tulis yang bertujuan tidak hanya memahami isi teks
secara menyeluruh saja, melainkan juga mengevaluasi secara mendalam dan mendetil cara penulis
mengemukakan ide-idenya, termasuk mengkritisi apakah ide-ide yang tersaji logis ataukah tidak,
argumentasinya kuat ataukah lemah, didukung fakta ataukah hanya opini, ataukah bahkan justru
memuat bias. Dalam makalah ini terbatas disajikan bagaimana cara membaca dan mengevaluasi
argumen.
(1) berpikir sebelum membaca, yakni tentang isi teks kualifikasi penulis, waktu publikasi teks, dan
tentang apa yang benar-benar sudah diketahui berkaitan dengan judul/isi teks;
(2) membaca secara aktif, meliputi membaca sekali untuk mendapatkan kesan pertama, membaca
argumen berulang kali, memberi catatan-catatan saat membaca, menggarisbawahi kata-kata kunci,
memetakan argumen untuk dianalisis strukturnya
2. Tanyai diri Anda sebagus apa pendukung dan asumsi yang ada menguatkan kesimpulan. Jika
asumsi Anda tidak sama atau jika pendukungnya lemah atau salah, maka argument itu menjadi tidak
meyakinkan, tidak sehat atau tidak valid.
3. Beberapa argument yang bagus akan berupaya secara langsung menyanggah poin kunci dalam
argument yang berlawanan. Ketiadaan sebuah sanggahan menjadi tanda kelemahan argument. Jika
penulis menghilangkan sanggahannya, tanyai diri Anda mengapa ia melakukan hal itu.
4. Ujilah sudut pandang yang berlawanan secara seksama. Dalam mengevaluasi sebuah argument,
jangan pernah bertumpu hanya pada satu sumber. Sebagai gantinya, selidiki sudut pandang yang
berlawanan itu. Untuk mendapatkan kesimpulan yang seimbang, Anda perlu mempelajari poin-poin
yang dibentuk oleh yang berlawanan itu. Jangan mengiranbahwa apa yang Anda percayai selama ini
pasti benar, juga jangan menjadi mudah terpikat oleh satu bagian argument yang belum Anda
selidiki sudut pandangnya yang berlawanan.
5. Pertanyakan klaim-klaim yang hanya berdasarkan atas bukti-bukti yang bersifat jenaka, opini dan
testimoni. Sebaliknya, perhatikan klaim—klaim yang didukung oleh kajian riset-riset. Sebagi contoh,
beberapa suplemen herbal sudah tidak menjalani uji keamanan dan efektitivitas yang ketat. Tapi,
mereka dipromosikan sebagai obat yang aman dan manjur oleh beberapa penggunanya yang
antusias. Beberapa selebritis saat ini ada yang memberikan saran medis yang dipertanyakan dan
bahkan berbahaya. Beberapa membentuk klaim tentang efektivitas pengobatan alternative kanker
yang oleh para pakar medis masih menjadi sebuah tantangan. Testimoni-testimoni mereka bukanlah
merupakan bukti. Waspadai klaimklaim yang tidak dibenarkan oleh bukti lain. Meskipun setiap orang
memiliki opini masing-masing, opini tetap bukanlah fakta.
6. Berhati-hatilah dalam mengevaluasi sebuah polling data. Ingatlah bahwa tidak semua orang
nerespon secara jujur dalam survey maupun polling. Beberapa orang bisa jadi mengatakan sesuatu
demi seseorang atau sesuatu 78 padahal nyatanya tidak demikian. Mereka bisa jadi bermaksud
dapat menyenangkan orang yang melakukan polling atau menggambarkan diri mereka sendiri dalam
sebuah keterangan yang lebih menguuntungkan. Hasil sebagian pertanyaan polling juga bergantung
pada bagaimana pertanyaan tersebut ditanyakan. Misalnya, jika ditanya ― apakah Anda sejahtera?‖
sebagaian besar orang tentu menjawab ―tidak‖, tapi jika ditanya, ―apakah Anda senang menolong
orang miskin?‖, sebagian pasti menjawab ―ya‖.
7. Kenali kesalahan pakar. Para pakar tentu memberi informasi yang berguna tentang beberapa hal
menarik, akan tetapi mereka bukanlah orang sempurna. Hanya karena bertitel PhD misalnya, tidak
berarti bahwa kita mengira secara otomatis argument yang dikemukakannya adalah benar. Sebagai
pemikir kritis, kita mesti tetap bersikap skeptic