Anda di halaman 1dari 13

BERFIKIR KRITIS

DALAM PENGELOLAAN
PERAWATAN KLIEN

Ns. Elfira Sri Futriani, SPd.S.Kep.M.Kes


I. PENDAHULUAN
• Perawat sebagai unsur vital dalam sebuah Rumah Sakit karena
perawat merupakan penjalin kontak pertama dengan durasi waktu
terlama dengan pasien khususnya pasien rawat inap, dengan tugas
utama perawat adalah memberikan asuhan keperawatan dari proses
pengkajian Head to toe, penegakan diagnose keperawatan, intervensi,
implementasi sampai dengan evaluasi hasil asuhan keperawatan
(Potter & Perry, 2009).
• Berpikir kritis penting sebelum mengambil keputusan keperawatan
karena merupakan salah satu metode ilmiah untuk memecahkan
masalah klien.
• Kemampuan perawat untuk mengidentifikasi masalah pasien dan
memilih solusi intervensi yang tepat tidak lepas dari kemampuan
mereka untuk berpikir kritis dan mengggali penyebab yang berbeda
berdasarkan basis bukti untuk setiap masalah dan solusi yang
teridentifikasi (Potter & Perry, 2010).
• Perawat perlu mengetahui bagaimana mengenali masalah pasien,
membuat diagnosis dan memilih solusi intervensi yang tepat, karena
perawat menghadapi situasi klinis yang berbeda terkait dengan
pasien, yang tidak terlepas dari kemampuan berpikir kritis perawat,
karena itu perawat dapat mengambil Keputusan secara sistematis
dan tepat dalam setiap langkah asuhan yang diberikan.
II. SIKAP PERAWAT BERFIKIR KRITIS
DALAM PENGELOLAAN KLIEN
• Komponen sikap dianggap sebagai aspek sentral dari seorang pemikir
yang kritis sikap-sikap yang termasuk kepercayaan diri, kemandirian,
integritas, pengambilan risiko, kreativitas, keadilan, kerendahan hati,
keberanian. Craven & Hirnle (2009).
• Seorang perawat dengan kemampuan pemikir kritis akan mempunyai
sikap sebagai berikut:
1. Berpikir Mandiri
• Mengingat berbagai ide sebelum membuat kesimpulan sendiri dengan
mencari literatur keperawatan, terutama ketika ada pandangan yang berbeda
pada subjek yang sama (Craven & Hirnle, 2009). Berbicara dan berdiskusi
dengan perawat lain dan berbagi ide tentang intervensi keperawatan yang
akan dilakukan (Perry & Potter, 2009)
2. Ketekunan
• Keinginan untuk mencari wawasan dan kebenaran lebih jauh meskipun
sulit. Banyak waktu dan energi akan dibutuhkan untuk mendapatkan
dan mempertimbangkan informasi baru dan membentuk wawasan
baru (Craven & Hirnle, 2009).

3. Curiosity
• Menjadi termotivasi untuk mencapai dan bertanya “mengapa” sebuah
tanda klinis atau gejala sering menunjukkan berbagai masalah (Craven
& Hirnle, 2009). Mengeksplorasi dan belajar lebih banyak tentang
pasien sehingga membuat penilaian klinis yang tepat (Perry & Potter,
2009).
4. Kreativitas
• Menciptakan ide-ide baru dan pendekatan alternatif atau pendekatan yang
berbeda jika intervensi tidak bekerja untuk pasien (Craven & Hirnle, 2009).
Implementasi keperawatan pasien yang nyeri mungkin membutuhkan posisi
yang berbeda atau teknik distraksi, perawat dapat melakukan pendekatan
yang melibatkan keluarga pasien untuk diterapkan di rumah (Perry & Potter,
2009).
5. Kepercayaan
• Merasa yakin dalam kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan belajar
bagaimana untuk memperkenalkan diri kepada pasien; berbicara dengan
keyakinan ketika mulai melakukan tindakan dengan sesuai prosedur (Craven &
Hirnle, 2009). seorang pasien berpikir bahwa perawat dapat melakukan
tindakan keperawatan. selalu dipersiapkan dengan baik sebelum melakukan
aktivitas keperawatan dan mendorong pasien untuk mengajukan pertanyaan
(Perry & Potter, 2009).
6. Keadilan
• Merupakan keinginan untuk menelaah sudut pandang orang lain dengan
standar intelektual yang sama, dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan atau
keuntungan diri sendiri atau orang lain.
• Mendengarkan kedua belah pihak dalam diskusi apapun (Craven & Hirnle,
2009). Jika seorang pasien atau anggota keluarga mengeluh tentang
seorang pekerja. Maka kemudian mencari penyelesaian yang adil dan
terbuka dengan keinginan untuk memenuhi kebutuhan pasien (Perry &
Potter, 2009).
7. Kerendahan hati
• Pemikir kritis mengerti kapan harus membutuhkan informasi lebih lanjut
untuk membuat keputusan (Craven & Hirnle, 2009). Meminta orientasi ke
perawat yang lebih mengetahui. Meminta daftar perawat secara teratur
untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan dengan pendekatan
keperawatan (Potter & Perry, 2013)
III. APLIKASI BERFIKIR KRITIS
DALAM PENGELOLAAN KLIEN
Ada 6 sub keterampilan yang harus di miliki :
1. Interpretasi
• Merupakan proses memahami dan menyatakan makna atau signifikansi
variasi yang luas dari pengalaman, situasi, data, peristiwa, penilaian,
persetujuan, keyakinan, aturan, prosedur dan kriteria. Interpretasi
meliputi sub-skill kategorisasi, pengkodean, dan penjelasan makna
(Facione, 2015). Menjadi tertib dalam pengumpulan data. Mencari pola
untuk mengkategorikan data (diagnosis keperawatan) (Potter & Perry,
2013).
2. Analisis
• Analisis merupakan proses mengidentifikasi hubungan antara
pernyataan, pertanyaan, kumpulan konsep, deskripsi, atau
bentukbentuk representasi lainnya untuk mengungkapkan
keyakinan, penilaian, pengalaman, alasan, informasi dan opini
(Facione, 2015). Memiliki kemampuan berpikir terbuka saat
perawat melihat informasi tentang pasien berarti tidak membuat
asumsi tanpa berpikir. Apakah data tersebut mengungkapkan apa
yang Anda yakini benar, atau adakah pilihan lain (Potter & Perry,
2013)
3. Penjelasan
• Penjelasan merupakan proses mengidentifikasi dan memperoleh
unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk
membentuk suatu dugaan atau hipotesis, mempertimbangkan
informasi yang relevan dan mengembangkan konsekuensi yang
sesuai dengan data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian,
keyakinan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan dan bentuk-bentuk
representasi lainnya (Facione, 2015).
4. Kesimpulan
• Kesimpulan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
mempresentasikan hasil penilaian seseorang dengan cara
meyakinkan
5. Evaluasi
• Evaluasi merupakan suatu proses pengkajian kredibilitas pernyataan atau
representasi yang menilai atau menggambarkan persepsi, pengalaman,
situasi, penilaian, keyakinan atau opini seseorang serta mengkaji kekuatan
logis dari hubungan aktual antara dua atau lebih pernyataan, deskripsi,
pertanyaan atau bentuk representasi lainnya (Facione, 2015).

6. Regulasi Diri
• Pengontrolan diri adalah kesadaran untuk memantau aktivitas kognitif
sendiri, unsur-unsur yang digunakan dalam aktivitas tersebut, dan hasil-
hasil yang dikembangkan, terutama melalui penggunaan keterampilan
dalam menganalisis, mengevaluasi penilaian inferensial seseorang dengan
suatu pandangan melalui pengajuan pertanyaan, konfirmasi, validasi, atau
pembetulan terhadap hasil penilaian seseorang (Facione, 2015
IV. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
1. Kecemasan (anxiety)
• Beban kerja yang tinggi, tes-taking, grading, dan masalah kinerja dapat
menyebabkan stres bagi mahasiswa.

2. Level of Preparation
• Pada saat seseorang memasuki kolase, ia harus menguasai
keterampilan dasar dalam membaca, menulis, mendengarkan, belajar,
dan berpikir.
• Menulis adalah alat yang dapat membantu dalam belajar. Menulis
dapat membantu seseorang mensintesis dan mengatur pengetahuan
3. Learning Styles
• Orang belajar dalam berbagai cara. paling penting bahwa
mahasiswa mengakui bagaimana ia belajar dengan baik. gaya
belajar preferensi, kurang bisa diterapkan secarah penuh.
Siswa dapat belajar dan menggunakan cara yang berbeda
untuk belajar, dan kemudian menggunakan gaya yang berbeda
tergantung pada situasi.

Anda mungkin juga menyukai