Anda di halaman 1dari 15

BERPIKIR KRITIS

Ns. Noor Aznidar Aldani, M.Kep


Latar Belakang

• Setiap Perawat pasti akan enghadapi berbagai situasi saat bertugas di RS


maupun di tengah-tengah masyarakat. Situasi tersebut bisa berhubungan
dengan diri pasien , anggota keluarganya, bahkan dengan sesama staf
Kesehatan lain yang masih satu lingkup tanggungjawab pekerjaan . Untuk
itu perawat di tuntut agar bisa berpikir cerdas pada setiap situasi apapun.
• Agar seseorang mampu berpikir cerdas dalam menghadapi setiap
kemungkinan situasi yang terjadi dilingkungan perawatan, maka perawat
harus mengembangkan cara berfikir kritis, dalam menghadapi setiap
masalah dan pengalaman baru saat memberikan Asuhan Keperawatan
kepada pasien. Perawat harus bisa berpikir terbuka, kreatif, bijaksana,
dan percaya diri dalam menentukan keputusan klinis terhadap pasien.
Definisi

• Perry (2005), menyebutkan berfikir kritis bukan merupakan hal yang


mudah atau proses linier yang dapat dipelajari dalam satu malam,
melainkan proses yang harus diperoleh melalui pengalaman, komitmen,
dan rasa ingin tahu. Berpikir kritis merupakan serangkaian proses
belajar dan berpikir seiring dengan perawat melakukan keputusan
klinis.
• Settertsen dan Laure (2004) menjabarkan beberapa proses berpikir
kritis antara lain identifikasi adanya masalah , analisis semua informasi
yang berkaitan dengan masalah tersebut, evaluasi informasi / meninjau
asumsi dan bukti, dan tyerakhir adalah membuat kesimpulan.
• Dapat disimpulkan bahwa pemikir kritis yang kritis akan
memperhatikan apa yang penting dalam sebuah situasi,
membayangkan dan mengeksplorasi semua alternatif,
mempertimbangkan kode etik, dan kemudian membuat keputusan
(Perry, 2005)
• Perawat yang mampu mengapikasikan pemikiran kritis selama
bekerja akan focus terhadap penyelesaian masalah dan membuat
keputusan, serta tidak akan membuat keputusan yang terburu-
buru atau ceroboh. (Tahiro dan Saylor, 1994)
Bagan Model Pemikiran Kritis Untuk Penilaian
Keperawatan (Sumber: Diambil dari Tahiro dan Saylor, dalam Potter, 2005)
1. Pemikiran Kritis Dasar (Tingkat 1)

• Perawat sedang belajar menerima berbagai opini dan nilai yang


berbeda dari beberapa staf perawat lain.
• Perawat akan mengikuti segala aturan perawatan tahap demi tahap,
tanpa mempertimbangkan kebutuhan dasar pasien secara individual.
• Perawat tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk mengantisipasi
dan melakukan Tindakan bagaimana menerapkan prosedur secara
individual.
• Perawat pada tingkatan pemikiran dasar tidak memilki pengalaman,
kompetensi masih lemah, dan rentan bersikap fleksibel (Potter, 2005).
2. Pemikiran Kritis Kompleks (Tingkat 2)

• Perawat telah mulai bisa memisahkan atau memilih dan memilah dirinya dari
satu aturan
• Mulai membiasakan diri untuk menganalisis dan memeriksa pilihan-pilihan atau
alternatif Tindakan dengan lebih independent.
• Dapat memposisikan diri dengan baik Ketika berinteraksi dengan saf perawat
lain yang sudah ahli, artinya kemampuan berpikir dan keinginan untuk melihat
pendapat para ahli secara lebih luas dan terbuka mulai terbentuk
• Perawat terus belajar mencari solusi-solusi dan alternatif lain yang mungkin
saja bertolak belakang dengan aturan yang ada
• Pemikiran kritis kompleks memungkinkan perawat untuk mempelajari berbagai
macam pendekatan untuk satu jenis terapi yang sama (Perry, 2005)
3. Pemikiran Kritis Komitmen (Tingkat 3)

• Perawat dapat mengantisipasi keadaan untuk menentukan suatu


pilihan tanpa bantuan orang lain. Jadi, apapun keputusan yang
ditentukan oleh seorang perawat, dia akan menanggung risikonya
• Perawat tidak hanya mempertimbangkan alternatif kompleks pada
suatu permasalahan. Tetapi, perawat harus memilih Tindakan yang
sesuai dengan alternatif pemecahan yang ada
• Perawat bertanggungjawab atas segala Tindakan yang dia buat,
maka dia harus memberi perhatian penuh terhadap keputusan
apapun yang diambil dan menimbang apakah Tindakan diambil
sudah sesuai atau belum.
Kemampuan Menerapkan (Kompetensi)
Pemikiran Kritis

Terdapat 3 komponen dalam kompetensi pemikiran kritis:


1. Metode Ilmiah:
2. Pemecahan masalah
3. Pengambilan Keputusan
Metode Ilmiah

• Adalah Suatu proses atau prosedur keilmuan untuk mendapatkan


pengetahuan secara sistematis yang berdasarkan bukti fisis
• Tujuan metode ilmiah:
1. Sebagai pembuktian terhadap suatu kebenaran
2. Mencari pengetahuan yang dimulai dari perumusan masalah ,
pengumpulan data, menganalisis data, dan menarik suatu
kesimpulan
3. Membantu memecahkan masalah dengan bukti-bukti yang bisa
dibuktikan dengan data
• Kriteria Metode Ilmiah
1. Berdasarkan kenyataan atau fakta
2. Bebas dari prasangka
3. Menggunakan hipotesis
4. Objektif
• Langkah-Langkah Metode Ilmiah
1. Melakukan observasi
2. Melakukan identifikasi masalah
3. Mengumpulkan data
4. Menyatakan hipotesis
5. Menguji Hipotesis
6. Melakukan Evaluasi
Pemecahan Masalah

• Lngkah-Langkah pemecahan masalah (Poyla, 1985)


1. Memahami masalah
2. Merencakanan cara penyelesaian
3. Melaksanakan rencana
4. Melihat Kembali
Pengambilan Keputusan

• Pengambilan keputusan adalah suatu produ dari pemikiran kritis


yang bertujuan untuk memecahkan masalah (Perry, 2005)
• Proses Pengambilan Keputusan:
1. Appraising The Challenge
2. Surveying Alternatives
3. Weighing Alternatives
4. Deliberating About Commitment
5. Adhering Despite Negative Feedback
• Pertimbangan dalam Proses Pengambilan Keputusan menurut Janis (1987)
1. Pertimbangan Utilitarian
yaitu: merupakan pertimbangan yang berhubungan dengan manfaat dari suatu
keputusan, terdiri dari:
• Perimbangan keuntungan dan kerugian bagi diri sendiri
• pertimbangan keuntungan dan kerugian bagi orang lain
2. Pertimbangan Nonutilitarian
• Penerimaan dan penolakan dari diri sendiri seperti emosi/perasaan dan harga
diri
• Penerimaan dan penolakan dari orang lain
Model Pemikiran Kritis untuk Pengambilan
Keputusan Klinis

Anda mungkin juga menyukai