Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

T DENGAN KASUS INFEKSI


POST PARTUM DENGAN HIV RUANG MATAHARI RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH UNDATA PALU

( Stase Keperawatan Maternitas )

DISUSUN OLEH:

IRFAN
NPM. JP019.008

CI Institusi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


INDONESIA JAYA PALU
PROFESI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP POST PARTUM


A. Pengertian
Nifas (puerperium) adalah masa mulai setelah partus dan berakhir kira – kira 6
minggu. Akan tetapi, alat genetalia baru pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil
membutuhkan waktu 3 bulan.
Masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir
setelah 6 minggu. Puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai dan berakhir
B. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini, (immediate puerperium) : Dimana ibu telah diperbolehkaan berdiri
dan berjalan – jalan yaitu 0 – 24 jam post partum.
2. Puerperium intermediate. Waktu 1 – 7 hari post partum yaitu pulihnya alat – alat
genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium waktu 1 – 6 minggu post partum yaitu waktu yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna.
C. Perubahan fisiologi pada masa nifas
1. Alat genetalia
Alat – alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur – angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi, selain itu juga
perubahan – perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi
karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar mammae.
2. Fundus uteri
Setelah janin lahir, tinggi fundus uteri kira – kira setinggi pusat, segera setelah
lahirnya plasenta TFU kurang lebih 2 jari diatas pusat, pada hari ke – 5 post partum
tinggi uterus yaitu 7 cm di atas simphysis. Sesudah 12 hari post partum uterus tidak
dapat diraba lagi diatas symphisis. Tebal Dinding uterus sendiri adalah 1,25 cm,
sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas
implantasi plasenta merupakan penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan otot – otot uterus berkontraksi setelah
post partum, pembuluh – pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot uterus
akan terjepit, proses ini yang mengakibatkan perdarahan dapat berhenti setelah
plasenta dilahirkan.
Proses involusi :
Involusi TFU
Segera setelah persalinan 2 cm di bawah pusar

12 jam setelah persalinan 1 cm diatas pusat dan menurun kira – kira


1 cm setiap hari

Hari ke – 2 setelah persalinan 1 cm di bawah pusat

Hari ke 3 -4 setelah persalinan 2 cm di bawah pusat

Hari ke 10 pasca persalinan Tidak teraba

3. Serviks
Segera setelah persalinan / post partum, bentuk serviks agak menganga seperti
corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
seolah – olah pada perbatasan antara korpus dan serviks, uteri terbentuk semacam
cincin.
4. Vagina dan perineum
Vagina nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran
seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi
mukus normal dengan ovulasi.
Perineum
Episiotomi :
Penyembuhan dalam 2 minggu.
Laserasi :
TK I : Kulit dan strukturnya dari permukaan s/d otot
TK II : Meluas sampai dengan otot perineal
TK III : Meluas sampai dengan otot spinkter
TK IV : melibatkan dinding anterior rektal

Pada post partum terdapat lochia, yaitu cairan / sekret yang berasal dari kavum
uteri dan vagina.
Macam – macam lochia :
a. Lochia rubra
Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, cairan yang keluar berwarna
merah dan berlangsung selama 2 hari pasca persalinan
b. Lochia sanguinolenta
Berisi darah dan lendir, cairan yang keluar berwarna merah agak kekuningan dan
berlangsung pada hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c. Lochia serosa
Berisi darah berwarna kuning, berlangsung dari hari ke 7 – 14 hari pasca
persalinan
d. Lochia alba
Cairan putih terjadi setelah 2 minggu pasca persalinan
5. Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon laktogen
(prolaktin) terhadap kelenjar payudara, kolostrum diproduksi mulai di akhir masa
kehamilan sampai hari ke 3 – 5 post partum dimana kolostrum mengandung lebih
banyak protein dan mineral tetapi gula dan lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan
meningkat saat bayi menetek pada ibunya karena menetek merupakan suatu
rangsangan terhadap peningkatan produksi ASI
6. Ligamen
Ligamen – ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama
kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur – angsur ciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan
uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungnya turun”
setelah melahirkan karena ligament, fasia dan jaringan alat peunjang genetalia
menjadi agak kedor. Untuk memulihkan kembali jaringan – jaringan penunjang alat
genetalia tersebut, juga otot – otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan untuk
melakukan latihan – latihan tertentu pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi, keuntungan lain ialah dapat mencegah stasis darah yang mengakibatkan
trombosis masa nifas.
7. Sistem pencernaan
a. Mobilitas lambung menurun sehingga timbul konstipasi.
b. Nafsu makan kembali normal.
c. Kehilangan rata-rata berat badan 5,5 kg.
8. Sistem perkemihan
Uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi
melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan
edema, seringkali disertai daerah – daerah kecil hemoragi
9. Sistem integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah
bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin
memudar tetapi tidak hilang sebelumnya
D. Perubahan Psiklogi pada masa nifas
1. Bonding
Bonding adalah Daya tarik awal dan dorongan untuk terjadinya ikatan batin
antara orang tua dan bayinya (Bobak,2000). Bonding adalah menggambar suatu
hubunagan yang berawal dari saling memikat diantara orang-orang seperti orang tua
dan anaknya ketika pertama kali bertemu. Bonding merupakan langkah awal untuk
saling tertarik dan berespon orang tua dan bayi serta merupakan dasar untuk
menciptakan kasih sayang dan menerima bayinya sebagai anggota keluarga
Prinsip Bonding tidak sebatas memperhatikan bayi kepada ibu,memberitahu
jenis kelamin,panjang,dan berat badan saja tetapi ada prinsip-prinsip yang
mendasarinya:
a. Pada menit pertama sesudah kelahiran adalah masa paling optimal untuk
dilakukan bonding
b. Respon spesifik manusiawi ketika pertama kali diberikan kepada orang tua
(memandang berkata, dan melakukan sesuatu)
c. Monotropi adalah proses yang terstruktur dimana pad satu waktu orang tuanya
hanya dapat berespon pada satu bayi
d. Perlu umpan balik antara orang tua dan bayi melalui beberapa tanda seperti
gerakan tubuh dan gerakan mata
e. Awal penentu perkembangan masa depan
2. Attechment
Attechment adalah suatu perubahan perasaan satu sam lain yang paling
mendasar ketika ada perasaan keterkaitan tanggung jawab dan kepuasan .Attechment
adalah suatu perasan kasih sayang atau kesehatan yang mengikat antara satu orang
dengan orang lain.Attechment adalah unik,spesifik dan memerlukan kesabaran
Ketidaknyamanan dikurangi atau dirubah oleh ibu (pemberian perawatan dalam
bentuk yang lain) dan diganti dengan kesenangan,ibu memberikan dengan pertasaan
senang dan puas.Ibu akan mengulurkan tangan pada bayi,menjaga kontak mata antara
ibu dengan bayi,dan berbicara dengan baik, ibu menjadi infant, dicintai dan dapat
berinteraksi sebagai penguat agen atau setiap peristiwa.Ibu menjadi sesuatu yang
bermakna lain pada kehidupan Infant
II. KONSEP INFEKSI PASCA PERSALINAN
A. Pengertian
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya mikroorganisme dalam
tubuh manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya . Infeksi pascapartum
(sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran
genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan
Infeksi postpartum adalah semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
B. Etiologi
1. Faktor Presipitasi Infeksi post partum
Penyebab dari infeksi postpartum ini melibatkan mikroorganisme anaerob dan
aerob patogen yang merupakan flora normal serviks dan jalan lahir atau mungkin juga
dari luar. Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50 % adalah streptococcus dan anaerob
yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman yang
sering menyebabkan infeksi postpartum antara lain :
a. Streptococcus haematilicus aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan
dari penderita lain , alat alat yang tidak steril , tangan penolong , dan sebagainya.
b. Staphylococcus aurelis
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit
c. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum , menyebabkan infeksi terbatas
d. Clostridium welchii
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya , sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar rumah sakit.
2. Faktor predisposisi infeksi post partum
a. Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, seperti perdarahan,
dan kurang gizi atau malnutrisi
b. Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
c. Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan lahir.
d. Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
e. Anemia, higiene, kelelahan
f. Partus lama/macet, korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat berlanjut ke infeksi dalam
masa nifas.

C. Klasifikasi
1. Infeksi uterus
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). infeksi
ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan
terdapat benda asing dalam rahim
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jarang
terjadi pada wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah mengalami
persalinan melalui vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling
sering terjadi adalah endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim
yang menjadi peka setelah lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses kelahiran
caesar, setelah proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu
dini. Juga sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula
terjadi infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam,
nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina
berbau tidak enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada
infeksi karena luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang
berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air
kecil. Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang
meninggi. Maka dari itu setiap perubahan suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan
pemeriksaan.

Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri
abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan
dapat terjadi penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi
sekitar rahim), salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat
terjadi sepsis (infeksi menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada
tuba atau indung telur

Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas implantasi


plasenta masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan
tindakan pada saat terjadi keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis

Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban.
Keadaan ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada
endometritis agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri
perut pada hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan
tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu
keadaan sudah normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini
tidak boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh
lokia yang sedikit dan tidak berbau.

Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera


diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakkan untuk
menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.
b. Miometritis (infeksi otot rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah tunika
muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan, perdarahan vaginal dan
nyeri perut bawah, lokhea berbau, purulen.
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit
ini tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu
merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang
meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan
reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi
lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar
menometroragia dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore. Akan
tetapi pembesaran uterus pada multipara umumnya disebabkan oleh pemanbahan
jaringan ikat akibat kehamilan. Terapi dapat berupa antibiotik spektrum luas seperti
amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg kg/BB, metronidasol mg IV per 8 jam,
profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.
c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini
biasanya unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi, Nyeri unilateral
tanpa gejala rangsangan peritoneum, seperti muntah. Penyebab Parametritis yaitu :
1) Endometritis dengan 3 cara yaitu :
a) Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis
b) Lymphogen
c) Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
2) Dari robekan serviks
3) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )
2. Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka
yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada
pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang menderita endometritis selama
periode pascapartum.
Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang serius. Ibu
yang cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi
subnormal. Kulit menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat dan denyut nadi
menjadi cepat. Hipotensi berat dan sianosis peripheral bisa terjadi. Begitu juga oliguria.
Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah
menunjukian bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram negative.
Pemeriksaan tambahan bisa menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis, dan koagulopati.
Perubahan EKG menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan insufisiensi
miokard. Bukti-bukti hipoksia jantung, paru-paru, ginjal, dan neurologis bisa ditemukan.
Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen
untuk menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah kolaps
vascular. Fungsi jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat.
Pengobatan yang cepat terhadap syok bakteremia membuat prognosis menjadi baik. Dan
morbiditas dan mortilitas maternal diturunkan dengan mengendalikan distrees
pernafasan, hipotensi dan DIC (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004).

3. Peritonitis

Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga
ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya,
ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga
peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis.
Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam,
perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat
pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum douglas harus
dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau
kandung kencing.
Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan
penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan
nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita, yang mula-mula kemerah-merahan,
menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin; terdapat apa yang dinamakan facies
hippocratica. Mortalitas peritonitis umum tinggi.
4. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan
terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki
kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil. Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter
yang flaksid, refluks vesikoureteral, dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil
untuk menderita ISK, biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan PMS kronis, trutama
gonore dan klamidia, juga memiliki resiko. Bakteriuria asimptomatik terjadi pada sekitas
5% nsampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati akan terjadi pielonefritis pada kira-kira
30% pada wanita hamil. Kelahiran dan persalinan premature juga dapat lebih sering
terjadi.
Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan, lebih disukai
pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang diperoleh dengan cara bersih.
Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai selama dua
sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus
urinarius.
5. Septicemia dan piemia
Pada septicemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk ke peredaran
darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan
dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu
tromboflebitis pada vena-vena diuterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta.
Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii
(tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang
mengandung kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk
keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat lain, antaranya
ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-
abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia.
Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala septicemia lebih
mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan penderita sudah sakit dan lemah.
Sampai tiga hari postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil.
Selanjutnya, suhu berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi
menjadi cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai
tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi seperti piemia.
Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit, perut nyeri,
dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi umum dengan suhu tinggi
serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman dengan embolus memasuki peredaran
darah umum. Suatu ciri khusus pada piemia ialah berulang-
ulang suhu meningkat dengan cepat disertai menggigil, kemudian diikuti oleh
turunnya suhu. Ini terjadi pada saat dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika.
Lambat laun timbul gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus
dapat pula menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
D. Manifestasi Klinis
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor
(benngkak) karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan
sehingga terdapat rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan
faal, dan reaksi umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut
jantung. Manifestasi klinis yang lain :
1. Peningkatan suhu
2. Takikardie.
3. Nyeri pada pelvis
4. Demam tinggi
5. Nyeri tekan pada uterus
6. Lokhea berbau busuk/ menyengat
7. Penurunan uterus yang lambat
8. Nyeri dan bengkak pada luka episiotomy

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g%
dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.
b. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine.

c. Pemeriksaan Mikroskopis Urine : guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah untuk


melihat kelainan ginjal dan salurannya (stadium, berat ringannya penyakit)
d. Pemeriksaan protein urine : Ditemukan protein dalam urine tetapi kelainan yang
terjadi tidak menandakan adanya indikasi penyakit. Normalnya tidak boleh sampai +
1.
e. Pemeriksaan glukosa urin : Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa disalam
urine. Karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali hasil filtrasi
dari glumerulus (Normal : 1 -25 mg/ dL )

F. Penatalaksanaan

1. Masa Persalinan
a. Hindari pemeriksaan dalam berulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilitas
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama.
c. Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominal dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
e. Pakaian dan barang-barang atau alat-alat yang berhubungan dengan penderita harus
terjaga kesuci-hamaannya.
f. Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan transfusi darah.
g. Masa Nifas
h. Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan
pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kndung kencing harus steril.
i. Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak
bercampur dengan ibu sehat.
j. Tamu yang berkunjung harus dibatasi.
2. Masa Kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan
kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangan
dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula koitus pada hamil tua hendaknya
dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya
ketuban, kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
a. Pencegahan infeksi postpartum :
1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus pada kehamilan
tua sebaiknya dilarang.
2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga persalinan agar
tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan trauma sesedikit mungkin. Cegah
perdarahan banyak dan penularan penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-
alat persalinan harus steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi
yang tepat.
3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat pasien dengan
tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat yang berada dalam masa nifas.
b. Penanganan umum
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan)
yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali
pada saat kehamilan ataupun persalinan.
4) Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
5) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala
yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
6) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang
mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.
c. Pengobatan secara umum
1) Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan
darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam
pengobatan.,
2) Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
3) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum
luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah
diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.
d. Penanganan infeksi postpartum :
1) Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
2) Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet. Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-
hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum.

G. Komplikasi
1. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
2. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya
emboli pulmoner.
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah.
Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
H. Prognosa
Prognosis infeksi intra partum sangat tergantung dari jenis kuman, lamanya infeksi
berlangsung, dapat/tidaknya persalinan berlangsung tanpa banyak perlukaan jalan lahir.

III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
 Data demografi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, alamat.
 Keluhan utama : adanya nyeri perubahan fungsi seksual, luka.
 Riwayat penyakit dahulu : apakah klien dan keluarga pernah menderita penyakit
yang sama.
 Riwayat penyakit sekarang : klien mengalami infeksi alat kelamin
 Riwayat seksual, termasuk riwayat PMS sebelumnya, jumlah pasangan seksual pada
saat ini, frekuensi aktifitas seksual secara umum.
 Gaya hidup, penggunaan obat intravena atau pasangan yang menggunakan obat
intravena; merokok, alcohol, gizi buruk, tingkat stress yang tinggi.
 Pemeriksaan fisik bagian luar,
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi cardy,
suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
d. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting
susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri,
produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
e. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal
utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus,
konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi
blas.
f. Anogenital : Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,
kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka
episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna,
jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr
alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status
kesehatan klien yang nyata (actual) dan kemungkinan akan terjadi (resiko) dimana
pemecahannya dalam batas wewenang perawat. Diagnosa yang mungkin muncul antara
lain :
1. nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik/biologis (distensi abdomen, after
pains, distensi kandung kemih).
2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial.
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, anoreksia, mual, muntah, dan pembatasan medis.
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan, retensi urine.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan efek anesthesia, terpasang infus.
6. Kurang pengetahuan tentang cara perawatan diri dan bayi berhubungan dengan
kurang informasi.
7. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi tentang status kesehatan bayi,
peralihan sebagai orang tua.
C. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan mata rantai penetapan kebutuhan pasien dan
pelaksanaan tindakan keperawatan. Dengan demikian rencana asuhan keperawatan adalah
petunjuk tertulis yang menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa keperawatan,
rencana asuhan keperawatan pada klien post partum menurut
1. nyeri berhubungan dengan luka insisi, distensi abdomen, after pains, distensi kandung
kemih.
Tujuan :
Dalam waktu 3 hari, rasa nyeri berkurang atau hilang
Kriteria evaluasi :
 Tanda-tanda vital normal (nadi 60-80 x/menit, respirasi 18-24 x/menit),
 Tidak meringis,
 Kegiatan tidak terganggu dengan rasa nyeri.
 Skala nyeri
Intervensi Rasional
1. Tentukan skala nyeri dan 1. Untuk mengenal indikasi
intensitas nyeri, pantua tekanan kemajuan atau
darah, nadi dan pernafasan penyimpangan dari hasil
setiap 4 jam. yang diharapkan.
2. Anjurkan klien untuk 2. Relaksasi dan nafas dalam
menggunakan teknik relaksasi dapat mengurangi
dan nafas dalam serta teknik ketegangan otot dan
distraksi (untuk nyeri ringan menghambat rangsang nyeri
dan sedang). serta menambah pemasukan
oksigen. Distraksi
mengganggu stimulus nyeri
tetapi tidak mengubah
intensitas nyeri, paling baik
untuk periode pendek.
3. Anjurkan posisi tidur miring. 3. Mempermudah pengeluaran
gas
4. Berikan obat analgetik sesuai 4. Analgetik bersifat
order menghambat reseptor nyeri,
sehingga persepsi nyeri
berkurang/hilang
2. Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan
infeksi nasokomial.
Tujuan :
Dalam 3 hari setelah proses persalinan, infeksi tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
 Tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 60-80 x/menit, suhu tidak
lebih dari 38 0C),
 Insisi kering
 Lochea tidak berbau busuk
 Uterus tidak lembek
 Dolor : 1 - 2
 Kalor : 36’5 – 37’2 C
 Rubbor : Normal
 Function laesa : normal
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan luka dengan 1. Akan meminimalkan dan
teknik aseptic dan anti septic. mencegah kontaminasi dan
atau masuknya
mikroorganisme.
2. Observasi adanya tanda-tanda 2. Akan memudahkan
infeksi pada daerah luka : dolor, intervensi lebih dini dan
kalor, rubor dan function laesa. intervensi selanjutnya.
3. Berikan antibiotic sesuai order 3. Antibiotik bersifat
dan kolaborasi untuk bakterisida dan adanya
pemeriksaan leukosit. leukositosis merupakan
salah satu tanda infeksi.
4. Anjurkan untuk makan 4. Protein dan viatamin C
makanan tinggi protein, vitamin dibutuhkan untuk
C dan zat besi. pertumbuhan jaringan dan
zat besi untuk pembentukan
hemoglobin.

3. Gangguan pola eliminasi urine berhubungan dengan retensi urine.


Tujuan :
Dalam waktu 2 hari pola eliminasi urine tidak terganggu.
Kriteria Evaluasi :
1. Klien dapat Buang air kecil setelah diangkat kateter
2. Terhindar dari infeksi system urine.
Intervensi Rasional
1. Rawat perineum dan kateter 1. Mencegah agar tidak
secara rutin dan teratur. mendukung pertumbuhan
bakteri.
2. Tempatkan kantung kencing 2. Untuk mencegah refluk,
bila dipasang kateter lebih sehingga tidak tumbuh
rendah dari pasien. bakteri
3. Ajarkan teknik merangsang 3. Klien biasanya bisa buang
kencing setelah diangkat kateter air kecil setelah 6-8 jam
seperti siram daerah kandung setelah pengangkatan
kemih dengan air dan anjurkal kateter. Posisi duduik
klien duduk. dapatmenimbulkan rasa
penuh sehingga klien
terangsang untuk kencing.
4. Angkat kateter sesuai ketentuan 4. Untuk menghindari
biasanya 6-12 jam post operasi pertumbuhan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak M Irene, Deitra Leonasd Lowdermilk dkk. 2004. “Buku Ajaran Keperawatan
Maternitas”. Jakarta. EGC
Biomed M mitayani,S.ST. 2009.”Asuhan keperawatan maternitas”. Jakarta: Salemba Medika
Brunner and suddart.2002.Medical practical nursing, 1st edition, Jakarta : EGC
WWW.SCRIB/infeksipostpartum.COM
http://www.lusa.web.id/tag/infeksi-post-partum
http://ainicahayamata.wordpress.com/2011/03/30/infeksi-postpartum/
FORMAT PENGKAJIAN POST PARTUM

Nama Mahasiswa : IRFAN Tanggal Pengkajian : 2 September 2020


NPM : JP019.02.008 Ruangan/RS : Matahari /RSUD Undata
DATA UMUM KLIEN
1. Inisial klien : N. T Inisial suami : Tn.H
2. Usia : 33 Thn Usia : 34 Thn
3. Status perkawinan : Menikah Pekerjaan : Wiraswasta
4. Pekerjaan : IRT Pendidikan terakhir : SMA
5. Pendidikan terakhir : SMA
Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu.
No Tahun Tipe Penolong Jenis BB Keadaan Masalah
persalinan Kelamin Lahir Bayi Kehamilan
1.
2.
3.

Pengalaman menyususi : []YA [√]TIDAK Berapa lama : -


Riwayat kehamilan saat ini
1. Berapa kali pemeriksaaan kehamilan ? 4 kali
2. Masalah kehamilan : klien mengatakan mual - mual
Riwayat persalinan
1. Jenis persalinan : Spontan (letkep/letsu)/Tindakan (EV,EF)

2. Jenis kelamin bayi : L, BB/PB : 3600 gram/50. Cm


3. Perdarahan : ±60cc
4. Masalah dalam persalinan : klien mengalami KPD
Riwayat Ginekologi
1. Masalah ginekologi : klien mengatakan tidak mengalami masalah genikologi
2. Riwayat KB : klien mengatakan belum pernah melakukan pemasangan alat KB
DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI
Status obstetric : G1P0A0 Bayi Rawat Gabung : []YA [√]TIDAK Jika
tidak, alasan : Bayi beresiko karena ibu bayi mengalami riwayat HIV/AIDA
Keadaan umum : Sedang Kesadaran :Composmeis. BB/TP:60.kg/jam
Tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg Nadi : 90.x/menit
Suhu : 37,30C Pernafasan : 22.x/menit
Kepala leher
Kepala : keadaan kepala cukup bersih, tidak ada benjolan , tidak ada kelaianan
Mata : slera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokhor
Hidung : brsih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung
Mulut : ada stomatitis dan karies gigi
Telinga : bersih, tidak ada pengeluaran serumen
Leher : tidak ada nyeri ekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
Masalah khusus : klien Nampak meringis menahan nyeri

Dada
Jantung : suara janting reguler
Paru-paru : ekspansi paru simetris , tidak ada suara napas tambahan
Payudara : payudara simetris kiri dan kanan
Puting susu : menonjol
Pengeluaran ASI: terdapat pengeluaran ASI
Masalah khusus : tidak ada …
Abdomen
Involusi uteri : kembali seperti sebelum hamil
Fundus uteri : ±2 cm dibawah umbilikus , Kontraksi :tidak ada
Posisi : dibawah umbilikus
Kandung kemih : kosong
Diatasis rektus : ada
Fungsi pencernaan : klien mengatakan fungsi pencernaannya baik
Masalah khusus : tidak ada
Perineum dan Genital
Vagina : integritas kulit mengalami kemerahan, tidak
ada edeme , tidak ada hematom , terdapat
pengeluaran darah ±40 cc
Perineum : episiotomy
Tanda REEDA
R : Kemerahan : [√]YA []TIDAK
E : Edema : []YA [√]TIDAK
E : Ekimosis : []YA [√]TIDAK
D : Dishargeserum []pus []darah [√]tidak ada
A : Aproximate : [√]YA []TIDAK
Kebersihan : kurang bersih
Lokia : ada
Jumlah :±40cc Jenis/warna : rubra/merah kecoklatan
Konsistensi : cair Bau : khas
Hemoroid : tiak ada
Derajat : …- Lokasi :
Berapa lama : …-
Nyeri : [√]YA []TIDAK
Masalah khusus : klien mengatakan nyeri pada luka jahitan di perineum akibat
episiotomy, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- tusuk dan
perih, klien mengtakan nyeri hilang timbul, skala nyeri 8.
pada luka jahitan Nampak luka masi basah , kemerahan da nada
bintik kebiruan
Ekstremitas
Ekstremitas atas
Edema : []YA [√]TIDAK
Varises: []YA [√]TIDAK
Ekstremitas bawah
Edema : [√]YA []TIDAK
Varises: []YA [√]TIDAK
Tanda hormone :-
Masalah khusus : tidak ada
Eliminasi
Urine : Kebiasaan BAK
BAK saat ini …normal… Nyeri : [√]YA []TIDAK
Fekal : Kebiasaan BAB
BAB saat ini 1 x pacsa melahikan…Konstipasi : []YA [√]TIDAK
Masalah khusus : tidak ada
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama3-5..jam, frekuensi: 2x/hari
Pola tidur saat ini kurang teratur
Keluhan ketidaknyamanan : ya; lokasi luka jahitan di perineum
Sifat nyeri Intensitas seperti tertusuk – tusuk dan perih
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobilisasi : klien mengatakan dapat melakukan mobiliasasi secara mandiri
Latihan/senam : tidak pernah
Masalah khusus : tidak ada
Nutrisi dan cairan
Asupan nutrisi : Nafsu makan: [√] baik [] kurangbaik []tidak ada
Asupan cairan : [√] cukup []kurang
Masalah khusus : tidak ada
Keadaan mental
Adaptasi psikologis : klien mengatakan cemas dengan kondisinya sekarang karena ini
merupakan persalinan pertamanya, klien selalu bertanya tentang
kesehatannya dan bagaimana cara merawat payudara.
Penerimaan terhadap bayi : klien mengatakan senang atas kelahiran bayi pertamanya
Masalah khusus : kurang pengetahuan tentang perawatan payudara
Kemampuan menyusui : baik
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
- Amoxicylin 3x 500 mg
- methergin 1 amp
- Vitamib B/C/sf 2x1
Hasil pemeriksaan penunjang :
- HEMATOLOGI
Analyzer Hema Hasil Nilai Normal
Hb 11,80 g/dL 12-15
Ht 34,70 % 35-47
Eritrosit 3,50% 3,90-5,60
MCH 33.80% 27-32
MCV 99,20% 76-96
MCHC 34,10% 29-36
Leukosit 16.9 rb/mmk 4-11 rb
Trombosit 195,0 rb/mmk 150-400 rb

- KIMIA KLINIK
Elektrolit Hasil Nilai Normal
Na 138 mmol/L 136-145
K 4,9 mmol/L 3.5-5,1
Cl 111 mmol/L 98-107
Cal 2,42 mmol/L 2.12-2,52
PENGUMPULAN DATA

DS:
- klien mengatakan nyeri pada luka jahitan di perineum akibat episiotomy
- klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- tusuk dan perih
- klien mengtakan nyeri hilang timbul
- klien mengatahan luka jahitan di perineum terasa perih
- klien mengatakan tidak tau bagaimana melakukan perawatan payudara

DO:
- klien Nampak meringis
- skala nyeri 8
- Nampak ada luka jahitan pada perineum
- N: 90x/mnt
- TD: 120/70 mmHg
- Nampak ada luka jahitan pada perineum
- keadaan luka masih basah, kemerahan dan Nampak ada bintik kebiruan pada skitar luka
- keluar loche rubra ± 40cc
- Nampak ada pengeluaran cairan berwarna merah pada vulva
- vulva kotor
- S : 37,2 oC
- N: 90x/mnt
- Leukosit : 16.9 rb/mmk
- klien Nampak sering bertanya tentang cara perawatan payudara
ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Persalinan dengan
- klien mengatakan nyeri pada luka episiotomy
jahitan di perineum akibat Nyeri Akut
episiotomy Terputusnya jaringan
- klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk- tusuk dan perih Menekan pembuluh saraf
- klien mengtakan nyeri hilang timbul
DO:
- klien Nampak meringis Reseptor nyeri teraktifasi
- skala nyeri 8
- Nampak ada luka jahitan pada nyeri
perineum
- N: 90x/mnt
- TD: 120/70 mmHg
2. DS: Persalinan dengan
- klien mengatahan luka jahitan di episiotomy
perineum terasa perih Resiko Infeksi
DO: Terputusnya jaringan
- Nampak ada luka jahitan pada
perineum
- keadaan luka masih basah, kuman mudah masuk dan
kemerahan dan Nampak ada bintik berkembang pada luka
kebiruan pada skitar luka
- keluar loche rubra ± 40cc
- Nampak ada pengeluaran cairan resiko terjadi infeksi
berwarna merah pada vulva
- vulva kotor
- S : 37,2 oC
- N: 90x/mnt
- Leukosit : 16.9 rb/mmk
3. DS: status persalianan pertama
- klien mengatakan tidak tau Kurang
bagaimana melakukan perawatan perubahan status psikologis pengetahuan
payudara
DO: kurang terpapar informasi
- klien Nampak sering bertanya
tentang cara perawatan payudara kurang pengetahuan

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORIRAS MASLAH

1. nyeri akut b.d agen cedera fisik


2. kurang pengetahuan tentang proses perawatan payudara b.d kurang imformasi
3. resiko infeksi b.d trauma jaringan
RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. nyeri akut b.d agen cedera Setelah dilakukan 1. kaji karakteristik 1. mengidentifikasi
fisik, ditandai dengan : tindakan nyeri klien kebutuhan –
DS: keperawatan selama kebutuhan khusus
- klien mengatakan nyeri 3x 24 jam dan intervensi
pada luka jahitan di diharapkan masalah yang tepat
perineum akibat nyeri dapat teratasi
episiotomy atau dapat 2. atur dan ajarkan 2. penggunaan
- klien mengatakan nyeri diminimalisir klien posisi duduk pengencangan
seperti ditusuk- tusuk dan dengan kriteria hasil dengan gluteal saat
perih : mengkontraksikan duduk
- klien mengtakan nyeri - nyeri berkurang otot gluteal menurunkan
hilang timbul atau hilang stress dan
DO: - ekspresi wajah tekanan langsung
- klien Nampak meringis rileks pada perineum
- skala nyeri 8 - skala nyeri 3. ajarkan klien tentang
- Nampak ada luka jahitan berkurang jadi tehnik relaksasi 3. membantu
pada perineum skala 3-4 memberikan rasa
- N: 90x/mnt nyaman
- TD: 120/70 mmHg 4. penatalaksanan
pemberian terapi 4. megurangi nyeri
analgetik sebagai dan membantu
tindakan kolaborasi proses
penyembuhan
2. kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan 1. kaji pengetahuan 1. menggali
proses perawatan payudara b.d tindakan klien tentang seberapa banyak
kurang imformasi, ditandai keperawatan selama perawatan payudara pengetahuan
dengan : 30 menit diharapkan klien
DS: pengetahuan klien 2. ajarkan klien tentang 2. agar menambah
- klien mengatakan tidak bertambah dengan perawatan payudara pengetahuan
tau bagaimana melakukan kriteria hasil : klien dan
perawatan payudara perawatan
DO: - klien mengerti mandiri
- klien Nampak sering tentang 3. ajarkan Breast Care 3. agar payudara
bertanya tentang cara perawatan pada ibu tidak engkak dan
perawatan payudara paudara ASI tetap lancer
- klien mampu
melakukan 4. anjurkan ibu untuk 4. agar ASI keluar
perawatan selalu melakukan dengan lancar
payudara payudara dipagi hari
- ASI lancer
- kebersihan
payudara
terjaga
3. resiko infeksi b.d trauma Setelah dilakukan 1. kaji keadaan umum 1. peningkatan suhu
jaringan, ditandai dengan : tindakan klien (peruahan pada 2-10 hari
DS: keperawatan selama TTV) setelah
- klien mengatahan luka 3x 24 jam diharapak melahirkan
jahitan di perineum terasa tidak terjadi infeksi mengindikasikan
perih dengan kriteria hasil terjadinya infeksi
DO: : 2. kaji keadaan luka 2. mengevaluasi
- Nampak ada luka jahitan - luka episiotomy klien jika terjadinya
pada perineum sembuh dengan komplikasi yang
- keadaan luka masih sempurnah memerlukan
basah, kemerahan dan - tidak ada tanda intervensi lebih
Nampak ada bintik –tanda lanjut
kebiruan pada skitar luka peradangan ( 3. ajarkan klien cara
- keluar loche rubra ± 40cc color, perawatan luka 3. meningkatkan
- Nampak ada pengeluaran tumor,dolor, perineum pengetahuan
cairan berwarna merah dan klien tentang
pada vulva fungsiolesa) 4. anjurkan klien perawatan vulva
- vulva kotor - pasien mampu untuk rajin
- S : 37,2 oC melakukan mencuci tangan 4. membantu
- N: 90x/mnt tehnik untuk sebelum dan mencegah dan
- Leukosit : 16.9 rb/mmk peningkatan sesudah menyentuh menghalangi
penyembuhan genital penyebaran
- TTV dalam infeksi
batas normal 5. penatalaksanaan
pemberian terapi 5. mencegah infeksi
antibiotic sebagaia dan penyebaran
tindakan kolaborasi jaringan sekitar
dan membantu
proses
penyembuhan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI


1. 2/9/20 1. Mengkaji karakteristik nyeri klien 14.00
H: S:
- klien mengatakan nyeri pada luka jahitan - klien mengatakan nyeri pada luka
09.00 di perineum akibat episiotomy jahitan di perineum akibat
- klien mengatakan nyeri seperti ditusuk- episiotomy
tusuk dan perih - klien mengatakan nyeri seperti
- klien mengtakan nyeri hilang timbul ditusuk- tusuk dan perih
- skala nyeri 8 - klien mengtakan nyeri hilang
timbul
09.10 2. Mengatur dan Mengajarkan klien posisi
duduk dengan mengkontraksikan otot O:
gluteal - klien Nampak lebih rileks
H: - skala nyeri 7
- klien dapat melakukan tehnik
Klien megatakan dapat mengontrol mengontrol nyeri
nyerinya secara minimal - TD: 120/80 mmHg
- N: 80x/mnt
- S: 36,8 oC
09.20 3. Mengajarkan klien tentang tehnik relaksasi - R :20x/mnt
napas dalam A: maslah belum teratsi
H: P:lanjutkan intervensi
Klien mengatakan mampu melakukan 1. kaji karakteristik nyeri klien
tehnik relaksasi napas dalam untuk 2. anjurkan melakukan tehnik
mengontrol nyeri dan merasa sedikit lebih relaksasi
nyaman 3. penatalaksanaan pemberian
terapi analgetik sebagai
tindakan kolaborasi sesuai
4. Melayani pemberian terapi analgetik indikasi.
12.00 sebagai tindakan kolaborasi
H:
Inj. ketorolac 1 amp/iv
2. 2/9/20 1. Mengkaji pengetahuan klien tentang 14.10
perawatan payudara S:
09.35 H: Klien megatakan belum mengetahui cara Klien mengatakan sudah paham
perawatan payudara tentang cara perawatan payudara
O:
09.40 2. Mengajarkan klien tentang perawatan - klien dapat melakukan tindakan
payudara perawatan payudara secara
H: klien mendemonstrasikan cara perawatan mandiri
payudara dengan baik - ASI lancer
- Tidak ada pembengkakan pada
3. Mengajarkan Breast Care pada ibu payudara
10.00 H: klien dapat mendemonstrasikan cara Breast A: masalah teratasi
care dan mengatakan merasa nyaman P: pertahankan Intervensi
setelah dilakukan breast care 1. anjurkan klien untuk runting
malakukan perawatan paydara
10.10 4. Menganjurkan ibu untuk selalu melakukan secara tepat.
payudara dipagi hari
H: klien mengatakan akan melakukan
perawatan payudara secara rutin

3. 2/9/20 1. Mengkaji keadaan umum klien (peruahan 14.20


TTV) S:-
H:
10.15 - keadaan umum klien sedang O:
- TD : 120/70 mmHg - keadaan luka bersih
- S : 37,2 oC - luka ampak masi kemarahan dan
- N: 90x/mnt Nampak bercak kebiruan
- R :22x/mnt - Nampak masi ada pengeluaran
lochea ± 20cc
2. Mengkaji keadaan luka klien - keadaan luka masi basah
10.20 H: - tidak ada pembengkakan
- Nampak ada luka jahitan pada perineum - tidak ada pus
- keadaan luka masih basah, kemerahan dan
Nampak ada bintik kebiruan pada skitar A: masalah belum teratasi
luka P: lanjutkan intervensi
- keluar loche rubra ± 40cc 1. kaji keadaan umum klien
- Nampak ada pengeluaran cairan berwarna (peruahan TTV)
merah pada vulva 2. kaji keadaan luka klien
- vulva kotor 3. ajarkan klien cara perawatan luka
perineum
10.30 3. Mengajarkan klien cara perawatan luka 4. anjurkan klien untuk rajin mencuci
perineum serta melakukan vulva hygiene tangan sebelum dan sesudah
H: klien mengatakan pham tentang cara menyentuh genital
perawatan vulva dan merasa nyeman 5. penatalaksanaan pemberian terapi
setelah dilakuka perawatan vulva antibiotic sebagaia tindakan
kolaborasi
10.35 4. Menganjurkan klien untuk rajin mencuci
tangan sebelum dan sesudah menyentuh
genital
H: klien mengatakan rutin mencuci tangan

12.00 5. Melayani pemberian terapi antibiotic


sebagaia tindakan kolaborasi
H: amoxicylin 500mg tab /oral

Anda mungkin juga menyukai