AUDITING II
MODUL 2
POKOK BAHASAN
Sampling Audit Untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi
A. Sampel yang Representatif
B. Sampling Statistik Vs Sampling Nonstatistik Dan Pemilihan Sampel Probabilistik Dan
Nonprobabilistik
C. Metode Pemilihan Sampel Non Probabilistis
D. Metode Pemilihan Sampel Probabilistis
E. Sampling Untuk Tingkat Pengecualian
F. Aplikasi Sampling Audit Nonstatistik
G. Sampling Audit Statistik
H. Distribusi Sampling
I. Aplikasi Sampling Atribut
PENDAHULUAN
PENYAJIAN
PERTEMUAN 2
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko
nonsampling dan risiko sampling.
Metode sampling audit dibagi menjadi dua kategori utama : sampling statistik dan sampling
nonstatistik. Kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan tiga tahap :
1. Perencanaan sampel
2. Pemilihan sampel dan melakukan pengujian
3. Pengevaluasian hasil
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan
dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana
sampel dipilih dari populasi. Auditor baru dapat melaksanakan pengujian audit hanya setelah
item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian
audit.
Tindakan Langkah
1. Memutuskan bahwa ukuran sampel sebanyak100 akan 1. Perencanaan
diperlukan sampel
2. Memutuskan 100item mana yang akan diplih populasi 2. Pemilihan sampel
3. Melaksanakan prosedur audit untuk masing masing dari pelaksaanaan
100 item dan menentukan bahwa ada tiga pengecualian pengujian
4. Mencapai kesimpulan mengenai tingkat pengecualian 3. Pengevaluasian
yang mungkin dalam total populasi jika tingkat hasil
pengecualian sampel sama dengan 3 persen
Sampling statistik (statistical sampling) berbeda dari sampling nonstatistik dalam hal
menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) risiko sampling
dalam merencanakan sampel (langkah 1) dan dalam mengevaluasi hasil (langkah 3), dalam
sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditor tidak mengkuantifikasikan risiko
sampling. Sampel nonstatistik yang dirancang dengan baik dapat menghasilkan yang efektif
seperti yang diberikan sample statistik yang dirancang dengan baik. Auditor memilih item
sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalam situasi
Modul 2 5
AUDITING II
tertentu, dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan. Karena alasan
tersebut penggunaan sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan
(judgemental sampling)
Baik pemilihan sampel probabilistik maupun nonprabobalistik berada pada langkah 2.
Apabila menggunakan pemilihan sampel probabilistik (probabilistic sampel selection) auditor
memlih cara acak item sehingga setiap item populasi memiliki item probabilitas yang sama
untuk dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan ketelitian yang sangat tinggi dan
menggunaan salah satu dari beberapa metode yang telah dibahas secara singkat. Dalam
pemilihan sampel nonprobabilistik (nonprobabilistik sample selection), auditor memilih item
sampel dengan menggunakan pertimbangan yang profesional dan bukan metode probabilistik.
Auditor dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode pemilihan sampel
nonprobabilistik.
Standar auditing memungkinkan auditor untuk menggunakan baik metode sampling statistik
maupun nonstatistik. Akan tetapi, jauh lebih lebih penting bahwa kedua metode itu diterapkan
dengan hati-hati. Semua langkah dalam proses harus diikuti dengan hati-hati. Jika sampling
statistik digunakan, sampel harus bersifat probabilistik dan metode evaluasi statistik yang tepat
harus dingunakan dengan sampel untuk melakukan perhitungan risiko sampling. Auditor juga
dapat melakukan evaluasi nonstatistik apabila menggunakan pemilihan probabilistik, tetapi
jarang dapat diterima mengevaluasi sampel nonprobabilistik dengan menggunakan metode
statistik
Ada tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit
nonstatistik, ketiga metode itu bersifat nonprobabilistik. Sementara itu, ada empat jenis metode
pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit statistik, yang semuanya
bersifat probabilistik.
Metode pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) termasuk berikut ini :
1. Pemilihan sampel terarah
2. Pemilihan sampel blok
3. Pemilihan sampel sembarangan
penghematan waktu, berkurangnya kemungkinan kesalahan auditor dalam memilih angka, dan
dokumentasi otomatis. Karena sebagian besar auditor memiliki akses ke komputer dan ke
spreadsheet elektronik atau program generator angka acak, mereka biasanya lebih suka
menggunakan angka acak yang dihasilkan komputer ketimbang metode pemilihan probabilistik
lainnya.
pengecualian untuk verifikasi internal faktur penjualan adalah sekitar 3 persen, maka rata rata 3
dari tiap 100 faktur tidak diverifikasi secara layak.
Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi:
a. Penyimpangan atau deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien
b. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
c. Salah saji moneter dalam rincian saldo akun
Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaat bagi dua jenis pengecualian yang
pertama, yang melibatkan transaksi. Karena itu, auditor menggunakan secara ekspensif sampling
audit yang mengukur tingkat pengecualian ketika melakukan pengujian pengendalian dan
pengujian subtantif atas transaksi. Perihal jenis pengecualian ketiga, biasanya auditor harus
mengestimasi jumlah total dolar dari pengecualian itu karena mereka harus memutuskan apakah
salah saji yang ada bersifat material. Jika ingin mengetahui jumlah salah saji, auditor akan
menggunakan metode yang mengukur nilai uang, bukan tingkat pengecualian. Tingkat
pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimsi tingkat pengecualian
dalam populasi yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi.
Istilah pengecualian (exception) harus dipahami sebagai mengacu pada deviasi dari prosedur
pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal itu disebabkan oleh
kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya. Istilah deviasi (deviation)
terutama mengacu pada penyimpangan dari pengendalian yang telah digariskan.
Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian, auditor
ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar interval
keyakinannya. Karena itu auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang disebut tingkat
pengecualian atas yang dihitung (computed upper exception rate = CUER) atau yang diestimasi
dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Dengan
menggunakan angka dari contoh sebelumnya, auditor dapat menyimpulkan bahwa CUER untuk
dokumen pengiriman yang hilang adalah 4% dengan risiko sampling sebesar 5% yang berarti
auditor menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian populasi tidak lebih besar dari 4% dengan
risiko sebesar 5% tingkat pengecualian itu akan melampaui 4%. Setelah dihitung, auditor dapat
mempertimbangkan CUER dalam konteks tujuan audit khusus. Sebagai contoh, jika pengujian
dilakukan atas dokumen pengiriman yang hilang, auditor harus menentukan apakah tingkat
Modul 2 10
AUDITING II
pengecualian sebesar 4% itu merupakan risiko pengendalian yang dapat diterima bagi tujuan
keterjadian (occurrence).
F. APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK
Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan
sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Langkah
langkah tersebut dibagi menjadi tiga tahap yang telah digambarkan sebelumnya. Auditor harus
mengikuti langkah langkat tersebut dengan cermat untuk memastikan diterapkannya persyaratan
audit maupun sampling dengan benar.
Merencanakan sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
3. Mendifinisikan atribut dan kondisi pengecualian
4. Mendefinisikan populasi
5. Mendefinisikan unit sampling
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas ketergantungan yang terlalu tinggi
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit
1. Memilih sampel
2. Melaksanakan proseur audit
Mengevaluasi hasil
1. Menggenaralisasi dari sampel ke populasi
2. Menganalisis pengecualian
3. Memutuskan akseptabilitas populasi
Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang sedang diuji. Biasanya,
auditor mendefinisikan tujuan pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi sebagai :
Modul 2 11
AUDITING II
Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam program audit ini.
Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis dimana sampling tidak layak diterapkan.
Sementara yang kedua adalah prosedur observasi yang tidak memiliki dokumentasi untuk
melaksanakan sampling audit.
Jika sampling audit digunakan, auditor harus mendifinisikan dengan tepat karakteristik (atribut)
yang sedang diuji dan kondisi pengecualian, kecuali mereka telah mendefinisikan dengan tepat
setiap atribut, staf yang melaksanakan prosedur audit tidak akan memiliki pedoman untuk
mengidentifikasi pengecualian. Atribut kepentingan dan kondisi pengecualian untuk sampling
audit diambil langsung dari prosedur audit yang digunakan auditor.
Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat
mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka inginkan, tetapi ketika
memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari sepuluh populasi seperti yang telah
didefinisikan. Auditor harus menguji populasi menyangkut kelengkapan dan rinciannya
Modul 2 12
AUDITING II
sebelumsuatu sampel dipilih untuk memastikan bahwa semua item populasi merupakan subjek
pemilihan sampel.
Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan pengujian
audit. Unit sampling adalah unit fisik uang berhubungan dengan angka acak yang dihasilkan
auditor. Jadi sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling sebagai titik awal untuk melakukan
pengujian audit. Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit sampling biasanya berupa nomor
faktur penjualan atau dokumen pengiriman.
Penerapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerabel exeption rate = TER) untuk
setiap atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor. TER merupakan tingkat
pengecualian tertinggi yang akan di ijinkan auditor dalam pengendalian yang sedang diuji dan
masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif (dan atau tingkat salah
saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima).
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
risiko tersebut sebagai risiko pengendalian yang terlalu rendah (acceptable risk of assessing
control risk (ARACR) to low ) ARACR mengukur risiko yang bersedia ditanggung auditor untuk
menerima suatu pengendalian sebagai efektif (atau tingkat salah saji yang dapat ditoleransi)
apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besar daripada tingkat pegecualian
yang dapat ditoleransi (TER)
Auditor harus lebih dulu membuat estimasi tingkat pengecualian populasi untuk
merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian populasi
(estemated population exception rate = eper) rendah, ukuran sampel yang lebih kecil akan
memenuhi tingkat pengecualian yang dapat di toleransi (TER) auditor, karena hanya diperlukan
lebih sedikit estimasi yang tepat.
Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate = TER) untuk
setiap atribut memerlukan pertimbangan proffesional auditor,TER merupakan tingkat
pengecualian tertinggi yang dapat diterima auditor dalam pengendalian yang sedang diuji dan
masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif (dan/tingkat
salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima).
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi, risiko tersebut sebagai risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko pengendalian
yang terlalu rendah (acceptable risk of assessing control risk (ARACR)too low). ARACR
Modul 2 13
AUDITING II
mengukur risiko yang besedia ditanggung auditor untuk menerima sesuatu pengendalian sebagai
efektif(atau tingkat salah saji sebagai dapat ditoleransi) apabila tingkat pengecualian populasi
yang sebenarnya lebih besar dari tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi TER.
Merevisi TER atau ARACR alternatif ini harus diikuti hanya jika auditor telah
menyimpulkan bahwa spesifikasi awal terlalu konservatif. Mengurangi baik TER maupun
ARACR mungkin sulit dipertahankan jika auditor akan direview oleh pengadilan atau komisi.
Auditor harus mengubah persyaratan trsebut hanya setelah persyaratan yang cermat diberikan.
Memperluas ukuran sampel kenikan ukuran sampel dapat menurunkan kesalahan sampling jika
tingkat pengecualian sampel (SER) aktual tidak meningkat. SER juga dapat meningkat atau
menurun jika item item tambahan dipilih. Kenaikan ukuran sampel akan diberikan jika auditor
yakin sampael awal tidak bersifat presentatif, atau jika penting untukmemperoleh bukti bahwa
pengendalian telah beroperasi secara efektif.
Merevisi penilaian risiko pengendalian. Jika hasil pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi tidak mendukung penilaian risiko pengendalian pengendalian, auditor harus
merivisi penilaian risiko pengendalian keatas. Hal ini meungkin menyebabkan auditor
meningkatkan pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo.
Mengomunikasikan kepada komite audit atau manajemen. Komunikasi dikombinasikan dengan
salah satu atau tiga tindakan lainnya yang baru saja dijelaskan, memang harus dilakukan tanpa
memandang sifat pengecualian. Jika auditor menentukan menentukan bahwa pengendalian
intrnal tidak beroperasi secara efektif.
perhitungan tingkat pengecualian atas yang diestimasi dengan menggunakan tabel yang serupa
seperti ketika menghitung ukuran sampel.
REFERENSI:
Audit Kontemporer. Theodorus M. Tuanakota-Jakarta, Salemba Empat, 2015. (Kode
A)
Randal J. Elder., Mark S. Beasley., Arens Alvin A., 2014. Auditing and Assurance
Service: An Integrated Approach. 15th. Edition. Pearson International Edition, Pearson
Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall. (Kode B)