Anda di halaman 1dari 15

Modul 2 1

AUDITING II

MODUL 2

POKOK BAHASAN

Sampling Audit Untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi
A. Sampel yang Representatif
B. Sampling Statistik Vs Sampling Nonstatistik  Dan Pemilihan Sampel Probabilistik Dan
Nonprobabilistik
C. Metode Pemilihan Sampel Non Probabilistis
D. Metode Pemilihan Sampel Probabilistis
E. Sampling Untuk Tingkat Pengecualian
F. Aplikasi Sampling Audit Nonstatistik
G. Sampling Audit Statistik
H. Distribusi Sampling
I. Aplikasi Sampling Atribut

Dosen: Rini Susiani, S.E.,M.Ak.,Ak.,CA

PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan Sampling Audit


Untuk Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas
Transaksi
Tujuan Instruksional Umum : 1.Menjelaskan ketepatan dalam teknik pemilihan sampling audit
2.Menjelaskan metode-metode pemilihan sampling atas
Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas
Transaksi
3.Menjelaskan mengenai aplikasi sampling audit statistik dan
nonstatistik
4.Menjelaskan Aplikasi sampling atribut yang digunakan
Modul 2 2
AUDITING II

PENYAJIAN

Topik : Sampling Audit Untuk Pengujian Pengendalian dan


Pengujian Substantif Atas Transaksi

Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan


Teknik dan metode yang digunakan dalam Pengujian
Pengendalian dan Pengujian Substantif Atas Transaksi
Petunjuk Pengunaan Modul : Baca dan pahami terlebih dahulu uraian materi mengenai pokok
bahasan ini sebelum dimulai perkuliahan /pemberiaan materi,
lalu diskusikan pada forum yang tersedia dan terakhir
kerjakanlah quis untuk mereview hasil pembelajaran.

PERTEMUAN 2
SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

A. SAMPEL YANG REPRESENTATIF

Sampel representatif (representative sample)


Merupakan sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi. Hal
ini menunjukkan bahwa item item yang dijadikan sampel populasi serupa dengan item item yang
tidak dijadikan sampel. Salah satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat
representatif adalah dengan melakukn audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan.
Auditor dapat meningkatkan kemungkinan sampel dianggap representatif  dengan
menggunakannya secara cermat ketika merancang proses sampling, pemilihan sample, dan
evaluasi sampel. Hasil sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau
Modul 2 3
AUDITING II

kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi tersebut disebut sebagai risiko
nonsampling  dan risiko sampling.

Risiko nonsampling (nonsampling risk)


Merupakan risiko bahwa pengujian audit tidak menemukan pengecualian yang ada dalam
sampel. Dua penyebab risiko non sampling adalh kegagalan auditor untuk mengenali
pengecualian prosedur audit yang tidak sesuai dan tidal efektif.
Prosedur audit yang tidak efektif untuk mendeteksi pengecualian yang diragukan adalah dengan
memeriksa sampel dokumen pengiriman dan menentukan apakah masing masing telah
dilampirkan ke faktur penjualan, dan bukan memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk
menentukan apakah dokumen pengiriman telah dilampirkan. Dalam kasus ini auditor telah
melakukan pengujian dengan arah yang salah karena memulainya dengan dokumen pengiriman
dan bukan salinan faktur penjualan. Prosedur audit yang dirancang dengan cermat, instruksi yang
tepat, pengawasan, dan reviu merupakan cara untuk mengendalikan risiko nonsampling.

Risiko sampling (sampling risk)


Merupakan risiko bahwa auditor mencapai kesimpulan yang salah karena sampel populasi yang
tidak representatif. Risiko sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat pengujian lebih
sedikit dari populasi secara keseluruhan. Contoh asumsikan auditor memutuskanbahwa
pengendaliandianggap tidak efekti jika terdapat tingkat pengecualian populasi sebanyak 6%.
Asumsikan auditor menerima bahwa pengendalian dianggap efektif berdasarkan pengujian
pengendalian dengan sampel sebanyak 100 item yang memiliki tingkat pengecualian sebesar 8
%, auditor menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup mewakili populasi.

Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:


1.       Menyesuaikan ukuran sampel
2.       Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi
Modul 2 4
AUDITING II

B. SAMPLING STATISTIK VS SAMPLING NONSTATISTIK  DAN PEMILIHAN


SAMPEL PROBABILISTIK DAN NONPROBABILISTIK

Metode sampling audit dibagi menjadi dua kategori utama : sampling statistik dan sampling
nonstatistik. Kategori tersebut serupa karena keduanya melibatkan tiga tahap :
1.       Perencanaan sampel
2.       Pemilihan sampel dan melakukan pengujian
3.       Pengevaluasian hasil
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit dilakukan
dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan keputusan bagaimana
sampel dipilih dari populasi. Auditor baru dapat melaksanakan pengujian audit hanya setelah
item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan berdasarkan pengujian
audit.

Tindakan Langkah
1. Memutuskan bahwa ukuran sampel sebanyak100 akan 1. Perencanaan
diperlukan sampel
2. Memutuskan 100item mana yang akan diplih populasi 2. Pemilihan sampel
3. Melaksanakan prosedur audit untuk masing masing dari pelaksaanaan
100 item dan menentukan bahwa ada tiga pengecualian pengujian
4. Mencapai kesimpulan mengenai tingkat pengecualian 3. Pengevaluasian
yang mungkin dalam total populasi jika tingkat hasil
pengecualian sampel sama dengan 3 persen
               
Sampling statistik (statistical sampling) berbeda dari sampling nonstatistik dalam hal
menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi (mengukur) risiko sampling
dalam merencanakan sampel (langkah 1) dan dalam mengevaluasi hasil (langkah 3), dalam
sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditor tidak mengkuantifikasikan risiko
sampling. Sampel nonstatistik yang dirancang dengan baik dapat menghasilkan yang efektif
seperti yang diberikan sample statistik yang dirancang dengan baik. Auditor memilih item
sampel yang diyakini akan memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalam situasi
Modul 2 5
AUDITING II

tertentu, dan mencapai kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan. Karena alasan
tersebut penggunaan sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan
(judgemental sampling)
Baik pemilihan sampel probabilistik maupun nonprabobalistik berada pada langkah 2.
Apabila menggunakan pemilihan sampel probabilistik (probabilistic sampel selection) auditor
memlih cara acak item sehingga setiap item populasi memiliki item probabilitas yang sama
untuk dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan ketelitian yang sangat tinggi dan
menggunaan salah satu dari beberapa metode yang telah dibahas secara singkat. Dalam
pemilihan sampel nonprobabilistik (nonprobabilistik sample selection), auditor memilih item
sampel dengan menggunakan pertimbangan yang profesional dan bukan metode probabilistik.
Auditor dapat menggunakan salah  satu dari beberapa metode pemilihan sampel
nonprobabilistik.
Standar auditing memungkinkan auditor untuk menggunakan baik metode sampling statistik
maupun nonstatistik. Akan tetapi, jauh lebih lebih penting bahwa kedua metode itu diterapkan
dengan hati-hati. Semua langkah dalam proses harus diikuti dengan hati-hati. Jika sampling
statistik digunakan, sampel harus bersifat probabilistik dan metode evaluasi statistik yang tepat
harus dingunakan dengan sampel untuk melakukan perhitungan risiko sampling. Auditor juga
dapat melakukan evaluasi nonstatistik apabila menggunakan pemilihan probabilistik, tetapi
jarang dapat diterima mengevaluasi sampel nonprobabilistik dengan menggunakan metode
statistik
Ada tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit
nonstatistik, ketiga metode itu bersifat nonprobabilistik. Sementara itu, ada empat jenis metode
pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit statistik, yang semuanya
bersifat probabilistik.
Metode pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) termasuk berikut ini :
1. Pemilihan sampel terarah    
2. Pemilihan sampel blok
3. Pemilihan sampel sembarangan

Metode pemilihan sampel probabilistik termasuk berikut ini :


Modul 2 6
AUDITING II

1.       Pemilihan sampel acak sederhana


2.       Pemilihan sampel sistematis
3.       Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran sampel

C.    METODE PEMILIHAN SAMPEL NONPROBABILISTIK


Metode pemilihan sampel nonprobabilistik adalah metode yang tidak memenuhi
persyaratan teknis bagi pemilihan sampel probabilistik. Karena metode tersebut tidak didasarkan
pada probabilitas matematika, keterwakilan sampel mungkin sulit ditentukan.

Pemilihan sampel terarah (directed sample selection)


Auditor dengan sengaja memilih setiap item dalam sampel berdasarkan kriteria pertimbangannya
sendiri ketimbang menggunakan pemilihan acak. Pendekatan yang umum digunakan adalah:
 Pos yang paling mungkin mengandung salah saji.
Auditor sering kali mampu mengidentifikasi pos populasi mana yang mungkin mengandung
salah saji.
 Pos yang mengandung karakteristik populasi terpilih.
dengan memilih satu atau lebih pos yang memiliki karakterisitik populasi yang berbeda,
auditor mungkin bisa merancang sampel agar refresentatif.
 Cakupan nilai uang yang besar.
Auditor kadang kadang dapat memilih sampel yang meliputi bagian total nilai uang bagian
populasi yang besar sehingga mengurangi risiko penarikan kesimpulan yang tidak tepat
dengan tidak memeriksa pos pos yang kecil.

Pemilihan sampel blok (block sample selection)


auditor memilih pos pertama dalam satu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan. Biasanya
penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok yang digunakan masuk akal. Jika
hanya segelintir blok yang digunakan probabilitas memperoleh sampel nonpresentatif  sangatlah
besar, dengan menggunakan kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem akuntansi dan
sifat musiman, dari sejumlah jenis.
Modul 2 7
AUDITING II

Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection)


Merupakan pemilihan sampel item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Dalam kasus
semacam itu, auditor memilih item populasi tanpa memandang ukurannya, sumber,atau
karakteristik lainnya yang membedakan. Kekurangan pemilihan sampel sembarangan yang
paling serius adalah sulitnya menjaga agar tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan. karena
item populasi tertentu akan lebih besar kemungkinannya untuk dimasukkan dalam sempel
ketimbang yang lainnya.

D.     METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK


Sampel statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko sampling. Untuk
sampel probabilistik, auditor tidak menggunakan pertimbangan mengenai item atau pos sampel
mana yang akan dipilih, kecuali dalam memilih metode mana yang akan digunakan.

Sampel acak (random sample) sederhana.


Setiap kombinasi dari item populasi yang mungkin memiliki kesempatan yang sama untuk
dimasukkan dalam sampel. Auditor menggunakan sampling random atau acak sederhana untuk
populasi sampel apabila tidak ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih item populasi.

Tabel angka acak.


Jika auditor memperoleh sampel angka acak sederhana, mereka harus menggunakan metode
yang memastikan bahwa semua item dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih. Angka acak adalah serangkaian dari digit yang memiliki probabilitas yang sama untuk
muncul selama jangka panjang dan tidak memiliki pola yang dapat diidentifikasi. Sebuah tabel
angka acak (random number table) memiliki digit acak dalam bentuk tabel dengan baris dan
kolom yang telah diberikan nomor. Auditor memilih sampel acak dengan pertama membentuk
korespondensi antara nomer dokumen klien yang akan dipilih dan digit pada tabel angka acak.

Angka acak yang dihasilkan komputer.


Sebagian besar sampel yang digunakan auditor dihasilkan oleh komputer dengan menggunakan
salah satu dari tiga jenis program : spreadsheet elektronik, generator angka acak, dan perangkat
lunak audit yang tergenarilisasi. Program komputer menawarkan beberapa keunggulan :
Modul 2 8
AUDITING II

penghematan waktu, berkurangnya kemungkinan kesalahan auditor dalam memilih angka, dan
dokumentasi otomatis. Karena sebagian besar auditor memiliki akses ke komputer dan ke
spreadsheet elektronik atau  program generator angka acak, mereka biasanya lebih suka
menggunakan angka acak yang dihasilkan komputer ketimbang metode pemilihan probabilistik
lainnya.

Pemilihan sampel sistematis (sistematic sample selection)


Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih item item yang akan dijadikan sampel
berdasarkan ukuran interval tersebut.interval ditentukan dengan membagi ukuran populasi
dengan ukuran sampel yang diinginkan. Keunggulan dari pemilihan sistematis adalah lebih
mudah digunakan. Dalam sebagian besar populasi, sampel sistematis dapat diambil dengan cepat
dan pendekatannya secara otomatis akan menempatkan nomor lain dalam urutan, yang
membuatnya lebih mudah dalam mengembangkan dokumentasi yang sesuai.
Dalam banyak situasi audit, jauh lebih menguntungkan memilih sampel yang
menekankan item item populasi dengan julah tercatat yang lebih besar. Ada dua cara untuk
memperoleh sampel semacam itu :
1. Mengambil sampel dimana probabilitas pemilihan setiap item populasi individual bersifat
proporsional dengan jumlah tercatatnya. Metode ini disebut sebagai sampling dengan
probabilitas yang proporsional dengan ukuran, dan dievaluasi dengan menggunakan sampling
nonstatistik atau sampling statistik unit moneter.
2. Membagi populasi kedalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar, dan mengambil
sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang lebih besar. Hal ini disebut
sebagai sampling bertahap, dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik 
ataupun sampling statistik variabel.

E.    SAMPLING UNTUK TINGKAT PENGECUALIAN


Auditor menggunakan sampling pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk mengestimasi persentase item item dalam populasi yang memiliki karakteristik
atau atribut kepentingan. Persentase ini disebut sebagai tingkat keterjadian (accurence rate) atau
tingkat pengecualian (exception rate). Sebagai contoh jika auditor menetukan bahwa  tingkat
Modul 2 9
AUDITING II

pengecualian untuk verifikasi internal faktur penjualan adalah sekitar 3 persen, maka rata rata 3
dari tiap 100 faktur tidak diverifikasi secara layak.
Auditor sangat memperhatikan jenis pengecualian berikut dalam populasi data akuntansi:
a. Penyimpangan atau deviasi dari pengendalian yang diterapkan klien
b. Salah saji moneter dalam populasi data transaksi
c. Salah saji moneter dalam rincian saldo akun

Mengetahui tingkat pengecualian sangat bermanfaat bagi dua jenis pengecualian yang
pertama, yang melibatkan transaksi. Karena itu, auditor menggunakan secara ekspensif sampling
audit yang mengukur tingkat pengecualian ketika melakukan pengujian pengendalian dan
pengujian subtantif atas transaksi. Perihal jenis pengecualian ketiga, biasanya auditor harus
mengestimasi jumlah total dolar dari pengecualian itu karena mereka harus memutuskan apakah
salah saji yang ada bersifat material. Jika ingin mengetahui jumlah salah saji, auditor akan
menggunakan metode yang mengukur nilai uang, bukan tingkat pengecualian. Tingkat
pengecualian dalam suatu sampel akan digunakan untuk mengestimsi tingkat pengecualian
dalam populasi yang merupakan “estimasi terbaik” auditor atas tingkat pengecualian populasi.
Istilah pengecualian (exception) harus dipahami sebagai mengacu pada deviasi dari prosedur
pengendalian klien maupun jumlah yang salah secara moneter, apakah hal itu disebabkan oleh
kesalahan akuntansi yang tidak disengaja atau penyebab lainnya. Istilah deviasi (deviation)
terutama mengacu pada penyimpangan dari pengendalian yang telah digariskan.
           Dalam menggunakan sampling audit untuk menentukan tingkat pengecualian, auditor
ingin mengetahui seberapa besar tingkat pengecualian itu, dan bukan lebar interval
keyakinannya. Karena itu auditor berfokus pada batas estimasi interval, yang disebut tingkat
pengecualian atas yang dihitung (computed upper exception rate = CUER) atau yang diestimasi
dalam melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Dengan
menggunakan angka dari contoh sebelumnya, auditor dapat menyimpulkan bahwa CUER untuk
dokumen pengiriman yang hilang adalah 4% dengan risiko sampling sebesar 5% yang berarti
auditor menyimpulkan bahwa tingkat pengecualian populasi tidak lebih besar dari 4% dengan
risiko sebesar 5% tingkat pengecualian itu akan melampaui 4%. Setelah dihitung, auditor dapat
mempertimbangkan CUER dalam konteks tujuan audit khusus. Sebagai contoh, jika pengujian
dilakukan atas dokumen pengiriman yang hilang, auditor harus menentukan apakah tingkat
Modul 2 10
AUDITING II

pengecualian sebesar 4%  itu merupakan risiko pengendalian yang dapat diterima bagi tujuan
keterjadian (occurrence).

 
F.   APLIKASI SAMPLING AUDIT NONSTATISTIK
Auditor menggunakan 14 langkah yang dirancang dengan baik untuk menerapkan
sampling audit pada pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Langkah
langkah tersebut dibagi menjadi tiga tahap yang telah digambarkan sebelumnya. Auditor harus
mengikuti langkah langkat tersebut dengan cermat untuk memastikan diterapkannya persyaratan
audit maupun sampling dengan benar.
Merencanakan sampel
1. Menyatakan tujuan pengujian audit
2. Memutuskan apakah sampling audit dapat diterapkan
3. Mendifinisikan atribut dan kondisi pengecualian
4. Mendefinisikan populasi
5. Mendefinisikan unit sampling
6. Menetapkan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi
7. Menetapkan risiko yang dapat diterima atas ketergantungan yang terlalu tinggi
8. Mengestimasi tingkat pengecualian populasi
9. Menentukan ukuran sampel awal
Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit
1.       Memilih sampel
2.       Melaksanakan proseur audit
Mengevaluasi hasil
1.       Menggenaralisasi dari sampel ke populasi
2.       Menganalisis pengecualian
3.       Memutuskan akseptabilitas populasi

Tujuan pengujian harus dinyatakan dalam istilah siklus transaksi yang sedang diuji. Biasanya,
auditor mendefinisikan tujuan pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi sebagai :
Modul 2 11
AUDITING II

 Menguji keefektifan operasi pengendalian


 Menentukan apakah transaksi mengandung salah saji moneter
Sampling audit dapat diterapkan setiap kali auditor berencana membuat suatu kesimpulan
mengenai populasi berdasarkan suatu sampel. Auditor harus memeriksa program audit dan
memilih prosedur audit dimana sampling audit dapat diterapkan:
a. Mereview transaksi penjualan untuk melihat jumlah yang besar dan tidak biasa (prosedur
analitis)
b. Mengamati apakah tugas pencatat piutang usaha terpisah dari tugas menangani kas
(pengujian pengendalian)
c. Memeriksa sampel salinan faktur penjualan untuk melihat :
 Persetujuan kredit oleh manajer kredit (pengujian pengendalian)
 Keberadaan dokumen pengiriman yang dilampirkan (pengujian pengendalian)
 Pencantuman nomor bagan akun (pengujian pengendalian)
d. Memilih sampel dokumen pengiriman dan menelusuri masing masing ke salinan faktur
penjualan terkait (pengujian pengendalian)
e. Membandingkan kuantitas yang tercantum pada setiap salinan faktur penjualan dengan
kuantitas pada dokumen pengiriman yang terkait (pengujian substantif atas transaksi)

Sampling audit tidak dapat diterapkan bagi dua prosedur pertama dalam program audit ini.
Prosedur yang pertama adalah prosedur analitis dimana sampling tidak layak diterapkan.
Sementara yang kedua adalah prosedur observasi yang tidak memiliki dokumentasi untuk
melaksanakan sampling audit.
Jika sampling audit digunakan, auditor harus mendifinisikan dengan tepat karakteristik (atribut)
yang sedang diuji dan kondisi pengecualian, kecuali mereka telah mendefinisikan dengan tepat
setiap atribut, staf yang melaksanakan prosedur audit tidak akan memiliki pedoman untuk
mengidentifikasi pengecualian. Atribut kepentingan dan kondisi pengecualian untuk sampling
audit diambil langsung dari prosedur audit yang digunakan auditor.
Populasi adalah item-item yang ingin digeneralisasikan oleh auditor. Auditor dapat
mendefinisikan populasi untuk memasukkan setiap item yang mereka inginkan, tetapi ketika
memilih sampel, sampel tersebut harus dipilih dari sepuluh populasi seperti yang telah
didefinisikan. Auditor harus menguji populasi menyangkut kelengkapan dan rinciannya
Modul 2 12
AUDITING II

sebelumsuatu sampel dipilih untuk memastikan bahwa semua item populasi merupakan subjek
pemilihan sampel.
Auditor mendefinisikan unit sampling berdasarkan definisi populasi dan tujuan pengujian
audit. Unit sampling adalah unit fisik uang berhubungan dengan angka acak yang dihasilkan
auditor. Jadi sangatlah bermanfaat memikirkan unit sampling sebagai titik awal untuk melakukan
pengujian audit. Untuk siklus penjualan dan penagihan, unit sampling biasanya berupa nomor
faktur penjualan atau dokumen  pengiriman.
Penerapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerabel exeption rate = TER) untuk
setiap atribut memerlukan pertimbangan profesional auditor. TER merupakan tingkat
pengecualian tertinggi yang akan di ijinkan auditor dalam pengendalian yang sedang diuji dan
masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif (dan atau tingkat salah
saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima).
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
risiko tersebut sebagai risiko pengendalian yang terlalu rendah (acceptable risk of assessing
control risk (ARACR) to low ) ARACR mengukur risiko yang bersedia ditanggung auditor untuk
menerima suatu pengendalian sebagai efektif (atau tingkat salah saji yang dapat ditoleransi)
apabila tingkat pengecualian populasi yang sebenarnya lebih besar daripada tingkat pegecualian
yang dapat ditoleransi (TER)
Auditor harus lebih dulu membuat estimasi  tingkat pengecualian populasi untuk
merencanakan ukuran sampel yang sesuai. Jika estimasi tingkat pengecualian populasi
(estemated population exception rate = eper) rendah, ukuran sampel yang lebih kecil akan
memenuhi tingkat pengecualian yang dapat di toleransi (TER) auditor, karena hanya diperlukan
lebih sedikit estimasi yang tepat.
Penetapan tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi (tolerable exception rate = TER) untuk
setiap atribut memerlukan pertimbangan proffesional auditor,TER merupakan tingkat
pengecualian tertinggi yang dapat diterima auditor dalam pengendalian yang sedang diuji dan
masih bersedia menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif (dan/tingkat
salah saji moneter dalam transaksi masih dapat diterima).
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi, risiko tersebut sebagai risiko yang dapat diterima atas penilaian risiko pengendalian
yang terlalu rendah (acceptable risk of assessing control risk (ARACR)too low). ARACR
Modul 2 13
AUDITING II

mengukur risiko yang besedia ditanggung auditor untuk menerima sesuatu pengendalian sebagai
efektif(atau tingkat salah saji sebagai dapat ditoleransi) apabila tingkat pengecualian populasi
yang sebenarnya lebih besar dari tingkat pengecualian yang dapat ditoleransi TER.
Merevisi TER atau ARACR alternatif ini harus diikuti hanya jika auditor telah
menyimpulkan bahwa spesifikasi awal terlalu konservatif. Mengurangi baik TER maupun
ARACR mungkin sulit dipertahankan jika auditor akan direview oleh pengadilan atau komisi.
Auditor harus mengubah persyaratan trsebut hanya setelah persyaratan yang cermat diberikan.
 Memperluas ukuran sampel kenikan ukuran sampel dapat menurunkan kesalahan sampling jika
tingkat pengecualian sampel (SER) aktual tidak meningkat. SER juga dapat meningkat atau
menurun jika item item tambahan dipilih. Kenaikan ukuran sampel akan diberikan jika auditor
yakin sampael awal tidak bersifat presentatif, atau  jika penting untukmemperoleh bukti bahwa
pengendalian telah beroperasi secara efektif.
Merevisi penilaian risiko pengendalian. Jika hasil pengendalian dan pengujian substantif
atas transaksi tidak mendukung penilaian risiko pengendalian pengendalian, auditor harus
merivisi penilaian risiko pengendalian keatas. Hal ini meungkin menyebabkan auditor
meningkatkan pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas rincian saldo.
Mengomunikasikan kepada komite audit atau manajemen. Komunikasi dikombinasikan dengan
salah satu atau tiga tindakan lainnya yang baru saja dijelaskan, memang harus dilakukan tanpa
memandang sifat pengecualian. Jika auditor menentukan menentukan bahwa pengendalian
intrnal tidak beroperasi secara efektif.

G.     SAMPLING AUDIT STATISTIK


Metode sampling statistik yang paling sering digunakan untuk pengujian pengendalian dan
engujian substantif atas transaksi adalah sampling atribut (atribute sampling). Sampling
nonstatistik juga memiliki atribut, yang merupakan karakteristik yang sedang diuji dalam
populasi, tetapi sampling atribut merupakan metode statistik.
Aplikasi sampling atribut untuk pengujian pengendalian dan pengujian subtantif atas transaksi
memiliki lebih banyak kemiripan dengan sampling nonstatistik dibanding dengan perbedaannya.
Ke-14 langkah yang sama digunakan untuk kedua pendekatan itu, sementara terminologi yang
digunakan umumnya juga sama. Perbedaan utamanya terletak pada perhitungan ukuran sampel
awal yang menggunakan tabel yang dikembangkan dari distribusi probabilitas statistik dan
Modul 2 14
AUDITING II

perhitungan tingkat pengecualian atas yang diestimasi dengan menggunakan tabel yang serupa
seperti ketika menghitung ukuran sampel.

H.    DISTRIBUSI SAMPLING


Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling. Disribusi sampling adalah
distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang dapat diperoleh dari populasi
yang memiliki beberapa karakteristik  tertentu.distribusi sampling memungkinkan auditor untuk
membuat laporan probabilitas mengenai kemungkinan terwakilnya stiap sampel dalam
distribusi.sampling atribut didasarkan pada distribusi binominal, imana setipsampel dalam
populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungkin atau deviasi pengendalian.

I.    APLIKASI SAMPLING ATRIBUT


Merencanakan sampel
1.       menyatakan tujuan pengujian audit
2.       memutuskan apakah sampling aidit dapat diterapkan
3.       mendefinisikan atribut dan kondisi pengecualian
4.       mendefinisikan populasi
5. mendefinisikan unit sampling
5.       menetapkan tingkat pengencualian yang dapat ditoleransi (TER)
6.       menetapakan ARACR yang terlalu rendah
7.       mengestimasi tingkat pengecualia populasi
8.       menentukan ukuran sampel awal
menggunakan tabel, jika auditor menggunakan tabel untuk menentukan ukuran sampel awal,
mereka akan mengikuti empat langkah berikut :
a. memilih tabel yang berhubungan dengan ARACR
b. menempatkan TER pada bagian atas tabel
c. menempatkan EPER pada kolom bian kiri
d. membaca kebawah kolom bawah TER yang sesuai hingga berpotongn dengan baris
EPER yang tepat. Angka pada perpotongan tersebut adalah ukuran sampel awal
Modul 2 15
AUDITING II

       Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit


 memilih sampel. Satu satunya perbedaan dalam pemilihan sampel bagi sampling
statistikdan nonstatistik adalah terletak pada persyaratan bahwa metode probabilistik
harus digunakan untuk sampling statistik. Baik sampling acak sederhana maupun
sampling sistematis akan digunakan pada sampling atribut.
 Melaksanakan prosedur audit, sama untuk sampling atribut maupun sampling nonstatistik
Mengevaluasi hasil
 Menggenaralisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung
batas kemampuan atas CUER dengan ARACR tertentu, yang sekali lagi menggunakan
program komputer khusus atau tabel yang dikembangkan dari rumus statistik.

REFERENSI:
 Audit Kontemporer. Theodorus M. Tuanakota-Jakarta, Salemba Empat, 2015. (Kode
A)

 Randal J. Elder., Mark S. Beasley., Arens Alvin A., 2014. Auditing and Assurance
Service: An Integrated Approach. 15th. Edition. Pearson International Edition, Pearson
Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall. (Kode B)

Anda mungkin juga menyukai