Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

Pelaporan
Keuangan Syariah
Pengertian Akuntansi Syariah, Akad dan
Transaksi Syariah

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

02
Ekonomi & Bisnis Akuntansi S1 Dr.Rima Rachmawati

Abstract Kompetensi
Pemahanan akuntansi syariah Mahasiswa memiliki
diawali dengan memahami kemampuan mencatat,
pengertian akuntansi syariah. menginterpretasikan,
Dasar pemikiran akuntansi melaporkan transaksi-transaksi
syariah yaitu syariat Islam. syariah pada unit bisnis berbasis
ajaran Islam.
Pengertian Akuntansi Syariah

Pengertian Akutansi Syariah


Keberadaan dan peran akuntansi syariah sering dipertanyakan: Apakah
akuntansi syariah memang diperlukan? Bukankah yang dinamakan akuntansi
(sistem pencatatan) pada dasarnya sama aja? Jika berbeda, di manakah letak
perbedaannya dan mengapa berbeda?

Ungkapan pertanyaan tersebut adalah wajar, walaupun tidak seluruhnya


benar. Secara sederhana, pengertian akuntansi syariah dapat dijelaskan
melalui akar kata yang dimilikinya yaitu, akuntansi dan syariah. Definisi
bebas dari akuntansi adalah identifikasi transaksi yang kemudian diikuti
dengan kegiatan pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran transaksi
tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan.

Definisi bebas dari syariah adalah aturan yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT. untuk dipatuhi oleh manusia dalam menjalani segala aktivitas
hidupnya di dunia. Jadi, akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses
akuntansi atas transaksi-transaksi yang sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan Allah SWT.

Perbedaan antara akuntansi syariah dan akuntansi konvesional yang dapat


disimpulkan sebagai berikut.
Kriteria Akuntansi Syariah Akuntansi
konvensional
Dasar hukum Hukum etika yang Hukum bisnis modern
bersumber dari alquran
dan sunah
Dasar tindakan Keberadaan hukum Rasionalisme

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
Allah-keagamaan ekonomis-sekuler

Tujuan Keuntungan yang wajar Maksimalisasi


keuntungan
Orientasi Kemasyarakatan Individual atau kepada
milik
Tahapan operasional Dibatasi dan tunduk Tidak dibatasi, kecuali
pada ketentuan syariah

Oleh sebab itu, akuntansi syariah diperlukan untuk mendukung kegiatan


yang harus dilakukan sesuai syariah. Tidak mungkin untuk menerapkan
akuntansi yang sesuai dengan syariah jika transaksi yang akan dicatat
proses akuntansi tersebut tidak sesuai dengan ketentuan syariah.

Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah


(PSAK)
Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Kerangka ini berlaku untuk semua jenis
transaksi syariah yang dilaporkan oleh entitas syariah maupun entitas konvesional
baik sektor publik maupun sektor swasta.

Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
1) Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksaan tugasnya;
2) Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi
syariah yang belum diatur standar akuntansi keuangan syariah;
3) Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum atau
tidak;
4) Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan syariah.

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
Transaksi syariah didasarkan pada paradigm dasar bahwa alam semesta diciptakan
oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan Illahi), dan sarana kebahagian hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan
spiritual (al-falah). Substansinya adalah bahwa setiap aktivitas umat manusia
memiliki akuntabilitas dan nilai illahi yang menempatkan perangkat syariah dan
akhlak sebagai parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha.
Dengan cara ini, akan terbentuk integritas yang akhirnya akan membentuk karakter
tata kelola yang baik (good governance) dan disiplin pasar (market discipline)
yang baik.

Asas Transaksi Syariah


Transaksi syariah berasaskan pada prinsip berikut.
1. Persaudaraan (ukhuwah), yang berarti bahwa transaksi syariah menjunjung
tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat, sehingga seseorang
tidak boleh mendapatkan keuntungan di atas ker orang lain. Prinsip ini
didasarkan atas prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami
(tafahum), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling
bersinergi dan saling beraliansi (tahaluf).
2. Keadilan (‘adalah), yang berarti selalu menempatkan sesuatu hanya pada
yang berhak dan sesuai dengan posisinya.
Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip
muamalah yang melarang adanya unsur:
(a) Riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya,baik riba nasiah
maupun fadhl). Esensi riba adalah setiap tambahan pada pokok
piutang yang bidersyaratkan dalam pinjam-meminjam serta
derivasinya dan transaksi tidak tunai lainnya,dam setiap tambahan
yang disyaratkan dalam transaksi pertukaran antar barang-barang
ribawi termasuk pertukaran uang(money exchange)yang sejenis secara
tunai maupun tangguh yang tidak sejenis secara tidak tunai.
(b) Kezaliman(unsure yang merugikan diri sendiri,orang lain,maupun
lingkungan). Esensi kezaliman (dzulm) adalah menempatkan sesuatu
tidak pada tempatnya,memberikan sesuatu tidak sesuai ukuran,kualitas
dan temponya,mengambil sesuatu yang bukan haknya dan

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
memperlakukan sesuatu tidak sesuai posisinya.Kezaliman dapat
menimbulkan kemadharatan bagi masyarakat secara
keseluruhan,bukan hanya sebagian:atau membawa kemdharatan bagi
salah satu pihak atau pihak-pihak yang melakukan transaksi
(c) Maysir (unsur judi dan spekulatif). Esensi maysir adalah setiap
transaksi yang bersifat spekulatif dan tidak berkaitan dengan
priduktivitas serta bersifat perjudian.
(d) Gharar (unsur ketidakjelasan) dan Esensi gharar adalah setiap
transaksi yang berpotensi merugikan salah satu pihak karena
mengandung unsur ketidakjelasan,manipulasi dan eksploitasi
informasi serta tidak adanya kepastian pelaksanaan akad.bentuk-
bentuk gharar sebagai berikut:

 Tidak adanya kepastian penjual untuk menyerahkan objek akad


pada waktu akad,baik objek akad itu sudah ada maupun belum
ada.
 Menjual sesuatu yang belum berada didalam penguasaan penjual
 Tidak adanya kepastian kriteria kualitas dan kuantitas barang/jasa
 Tidak adanya kepastian jumlah harga yang harus dibayar dan alat
pembayaran
 Tidak adanya ketegasan jenis dan obyek akad
 Kondisi obyek akad tidak dapat dijamin kesesuaiannya dengan
yang ditentukan dalam transaksi
 Adanya unsur eksploitasi salah satu pihak karena informasi yang
kurang atau dimanipulasi dan ketidaktahuan atau ketidakpahaman
yang ditransaksikan
(e) Haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas
operasional yang terkait). Esensi haram adalah segala unsur haram
yang dilarang secara tegas dalam Al-Qur‟an dan As-sunah.

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
3. Kemaslahatan (maslahah), yaitu segala bentuk kebaikan dan manfaat yang
berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual dan
kolektif.
Kemaslahatan yang diakui harus memiliki dua unsur yakni kepatuhan
syariah (halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam
semua aspek secara keseluruhan yang tidak menimbulkan
kemadharatan.Transaksi syariah yang dianggap bermaslahat harus
memenuhi secara keseluruhan unsure-unsur yang menjadi tujuan ketetapan
syariah (muqasid syariah) yaitu berupa pemeliharaan terhadap;
a) Akidah,keimanan dan ketakwaan (dien);
b) Intelek („aql);
c) Keterunan (nasl);
d) Jiwa dan keselamatan (nafs); dan
e) Harta benda (maal).

4. Keseimbangan (tawazun),yaitu keseimbangan antara aspek material dan


spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor rill, bisnis
dan sosial, serta aspek pemanfaatan serta pelestarian.
5. Universalisme (syumuliyah), dimana esensinya dapat dilakukan oleh,
dengan, dan untuk semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan
suku, agama, ras, dan golongan sesuai dengan semangat kerahmatan
semesta (rahmatan lil alamin).

Karakteristik Transaksi Syariah


Karakteristik tersebut dapat diterapkan pada transaksi bisnis yang bersifat komersial
maupun yang bersifat nonkomersial.

Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi, menyangkut


posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Beberapa tujuan lainnya adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi
dan kegiatan usaha.

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi
aset, liabilitas, pendapatan, dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip
syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaanya.
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya
pada tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam
modal dan pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai
pemenuhan kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syariah termasuk
pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf.

Bentuk Laporan Keuangan


Bentuk keuangan entitas syariah terdiri atas berikut ini.
1. Posisi Keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai laporan posisi keuangan.
2. Informasi Kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain.
3. Informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang dapat disusun
berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal
kerja, aset likuid atau kas.
4. Informasi Lain, seperti Laporan Penjelasan tentang Pemenuhan Fungsi
Sosial Entitas Syariah.
5. Catatan dan Skedul Tambahan, merupakan penampung dari informasi
tambahan yang relevan termasuk pengungkapan tentang risiko dan
ketidakpastian yang memengaruhi entitas.

Asumsi Dasar
1. Dasar akrual
2. Kelangsungan usaha

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Keandalan
4. Dapat dibandingkan

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
1. Tepat waktu
2. Keseimbangan antara biaya dan manfaat

Unsur-Unsur Laporan Keuangan


1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang
terdiri atas laporan posisi keuangan, laporan laba dan rugi, laporan arus kas,
serta laporan perubahan ekuitas.
2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kagiatan sosial, meliputi
laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan
penggunaan dana kebajikan.
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan
tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


1. Biaya historis (historical cost)
2. Biaya kini (current cost)
3. Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/ settlement value)
Sesuai dengan PSAK 101 (Revisi 2016), laporan keuangan ini disajikan oleh
entitas yang melakukan transaksi syariah pada anggaran dasarnya. Terminologi
dalam PSAK ini dapat digunakan oleh entitas yang berorientasi laba, sedangkan
untuk entitas yang tidak berorientasi laba atau memilki untuk ekuitas yang berbeda
perlu menyesuaikan deskripsi pada beberapa pos keuangan.

AKUN-AKUN AKUNTANSI SYARIAH


Akun yang dipergunakan dalam akuntansi syariah pada Lembaga Keuangan
Syariah lebih banyak dibandingkan akun-akun yang umumnya dipergunakan oleh
Lembaga Keuangan Konvensional,karena masing-masing prinsip syariah pada
Lembaga Keuangan Syariah memiliki perlakuan akuntansi masing-masing yang
mengkibatkan adanya akun masing-masing.penyajian dari akun dalam akuntansi
syariah telah diatur pada masing-masing PSAK yang terkait dan secara rinci akun-
akun yang dipergunakan sehubungan dengan akuntansi syariah dibahas dalam bab
yang terkait.

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
Pembagian akun dalam akuntansi syariah dapat dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok,yaitu akun riil(neraca),akun nominal(laba rugi)dan ekstra
komtabel yang masing-masing memiliki karakteristik berbada-beda.

A. Akun Riil (akun laporan posisi keuangan/neraca)

Akun ini menghasilkan laporan posisi keuangan(Neraca)dan memiliki


karakteristik bahwa saldo akhir tutup buku akan dipindahkan sebagai saldo awal
tahun buku berikutnya.Akun riil pada Lebaga Keuangan Syariah harus
mencerminkan transaksi Lembaga Keuangan Syariah yang tidak membedakan
sektor riil atau sektor keuangan,oleh karena itu akun-akun yang dipergunakan oleh
Lembaga Keuangan Syariah merupakan gabungan dari beberapa akun yaitu akun-
akun yang dipergunakan oleh Lembaga Keuangan yang bergerak pada sektor
keuangan seperti perbankan,akun-akun yang dipergunakan oleh Lebaga
Pembiayaan seperti leasing,consumer financing,akun-akun yang dipergunakan
oleh kintruksi dan juga perdagangan. Secara garis besar akun-akun riil dalam
akuntansi syariah sebagai berikut;
1) Kelompok Aktiva

Kelompok ini dipergunakan salah satunya untuk mencatat pengelolaan dana


yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah,baik yang dilakukan dengan
prinsip jual beli,prinsip ujroh maupun prinsip hasil bagi,damana masing-
masing prinsip emiliki karakteristik sendiri-sendiri.
(a) Akun untuk prinsip jual beli

Jika Lembaga Keuangan Syariah menyalurkan dana dengan prinsip jual


beli,yang meliputi murabahah, salam dan istishan maka akun yang
dipergunakan adalah”piutang”.oleh karena itu dalam penyajian laporan
posisi keuangan(Neraca)Lembaga Keuangan Syariah terhadap akun
piutang murabahah,piutang salam dan piutang istishna.Jika seseorang
melakukan jual beli dan pembayarannya dilakukan dengan tanggung maka
pada penjual timbul akun”piutang”.sedangkan pada pihak terkait

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
(pembeli)akun yang dipergunakan adalah “hutang”sehingga dalam laporan
posisi keuangan(Neraca)pembeli timbul akun hutang murabahah,hutang
salam dan hutang istishna.Dalam perbankan syariah akun piutang
merupakan salah satu aktiva produktif.

(b) Akun untuk prinsip ijroh

Kelompok lain yang penyaluran dana yang dilakukan oleh Lembaga


Keuangan Syariah adalah prinsip ujroh(upah)yang meliputi ijarah,ijarah
muntahia bittamllik(IMBT),sewa berlanjut dan sejenisnya.Akun yang
dipergunakan dalam transaksi ijarah ini adalah”Aktiva Ijarah”.Aktiva
Ijarah bukan merupakan aktiva tetap tetapi merupakan aktiva priduktif
yaitu aktiva yang diharapkan menhasilkan.Jika dalam akuntansi
leasing,pencatatan aset yang disewakan dilakukan oleh lesse,tetapi dalam
transaksi ijarah pencatatan aset atau objek sewa yang disewakan tetap
dilakukan pada lessor.Oleh karena aktiva tersebut dicatat pada lessor maka
lessor juga melakukan penyusutan dan pemeliharaan dari aktiva tersebut.

(c) Akun untuk prinsip bagi hasil


Prinsip lain yang dilakukan dalam penyaluran dana yang dilakukan oleh
Lembaga Keuangan Syariah adalah”bagi hasil”yang terdiri dari
mudharabah dan musyarakah.Akun yang dipergunakan dalam prinsip bagi
hasil oleh pemilik dana adalah”investasi”(dalam PSAK 59 disebut
pembiayaan).Dalam transaksi ini dapat dilakukan secara bertahap oleh
karena itu dipihak lain prinsip bagi hasil ini emiliki akun pada kewajiban
komitmen.Sedangkan akun yang dipergunakan pada akuntansi pengelolaan
dana adalah”Dana Syirkah Temporer”yang akan dibahas lebih lanjut pada
butir berikutnya.

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
2) Kelompok passiva

Kelompok ini dipergunakan untuk mencatat sumber dana yang diterima oleh
Lebaga Keuangan Syariah,baik dalam bentuk prinsip wadiah maupun dalam
bentuk prinsip mudharabah.
a) Akun untuk prinsip wadiah (sumber dana)

Salah satu prinsip yang dipergunakan dalam penghimpunan dana(sumber


dana)yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah adalah “prinsip
wadiah”.Tanpa membedakan produk jika prinsipnya adalah wadiah maka
akun yang dipergunakan adalah”titipan”pada unsure “kewajiban”.Sebagai
unsure kewajiban karena prinsip wadiah yang dilakukan oleh Lembaga
Keuangan Syariah adalah”wadiah yad dhamanah”yaitu penerima titipan
atas seijin penitip iperlukan mengambil manfaat barang yang
dititipkan,tetapi penerima titipan harus menjamin (dhaman) dikembalikan
barang tersebut apabila sewaktu-waktu penitip memintanya kembali.

b) Akun untuk prinsip mudharabah (sumber dana)


Prinsip lain yang dipergunakan dalam penghimpunan dana yang
dilaksanakan Lembaga Keuangan Syariah adalah “Mudharabah
Mutlaqah”. Tanpa memperhatikan produknya jika prinsip yang
dilaksanakan adalah Mudharabah Mutlaqah maka akun yang dipergunakan
dikelompokan pada “Dana Syirkah Temporer” (dalam PSAK 59 diberi
istilah Investasi Tidak Terikat). Dalam Penyajiannya Dana Syirkah
Temporer disajikan antara kewajiban dan equity (tidak diperkenankan
dikelompokan sebagai kewajiban atau equity). Jadi dalam Laporan Posisi
Keuangan Syariah (Neraca Syariah) pada posisi pasiva terdapat unsur atau
kelompok baru yang disebut dengan Dana Syirkah Temporer. Harus dibuat
kelompok baru (tidak sebagai kewajiban atau equity) karena dalam prinsip
mudharabah terdapat ketentuan yang menyatakan “jika dalam pengelolaan
dana mudharabah terdapat kerugian dan bukan kesalahan pengelola, maka
kerugian ditanggung oleh pemilik dana” dengan kata lain bahwa modal

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
mudharabah tidak ada jaminan untuk dikembalikan seratus persen oleh
pengelola karena ada kemungkinan terjadi kerugian yang bukan kelelaian
pengelola akan ditanggung oleh pemilik dana.Jika Lembaga Keuangan
Syariah memperoleh sumber dana mudharabah mutlaqah,kemudian dalam
pengelolaan dana tersebut LKS sudah jujur,transparan,amanah tidak
melanggar ketentuan syariah,tidak melanggar ketentuan regulator dan
sebagainya tetapi rugi,maka kerugian tersebut secara prinsip ditanggung
oleh pemilik modal mudharabah. Di Indonesia hal ini tidak terjadi karena
diindonesia,prinsip pembagian usaha yang dilaksanakan oleh LKS
mempergunakan prinsip “revenue sharing”,yang dibagi adalah revenue
Dimana dalam teori tidak mengalami negative atau kerugian.Hal terburuk
yang terjadi adalah tidak diterima revenue sama sekali,jika hal ini terjadi
maka LKS tersebut tidak untung dan tidak rugi(pada titik impas)sehingga
modal mudharabah tetap dikembalikan seluruhnya kepada pemilik
dana.Jika prinsip pembagian hasil usaha LKS mempergunakan revenue
sharing.Pemilik modal mudharabah baru menanggung kerugian jika LKS
tersebut dilikuidasi dan total aset lebih kecil dari kewajibannya.Oleh
karena itu tahapan pembayaran kewajiban dalam likuidasi LKS adalah (1)
kewajiban (2) dana syirkah temporer dan terakhir (3) modal.

Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa dalam bidang akuntansi,adanya akuntansi
syariah,merupakan keajuan yang luar biasa,apabila selama ini pada akuntansi
secara umum mempunyai persamaan yang sudah baku,maka dengan adanya
akuntansi Bank Syariah,persamaan akuntansi tersebut terpaksa harus mengalami
perubahan yang mendasar,yang ana persamaan tersebut belum dapat diperoleh
pada literatur akuntansi umum.
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa Lembaga Keuangan Syariah mempunyai
karakteristik tersendiri,dimana hal ini juga membawa implikasi dalam akuntansi
Lembaga Keuangan Syariah itu sendiri.Oleh karena itu apabila dalam akuntansi
umum terdapat persamaan akuntansi syariah pada unsur neraca adalah sebagai
berikut:

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
Aktiva = kewajiban + modal
Karena karakteristiknya akuntansi Lebaga Keuangan Syariah mempunyai
persamaan akuntansi yang berbeda dengan persamaan akuntansi umum atau
akuntansi konvensional,persamaan akuntansi pada unsur neraca Lembaga
Keuangan Syariah adalah:
Aktiva = Kewajiban + Dana Syirkah Temporer + modal
Apabila dalam unsur laporan Laba/rugi akuntansi umum diperoleh persamaan
akuntansi sebagai berikut:
Laba/rugi = Pendapatan + Jumlah Beban
Ada unsur dalam Laporan Laba Rugi yang membedakan laporan laba rugi secara
umum adalah “hak ketiga atas bagi hasil Investasi Tidak Terikat”yang mana unsur
ini tidak dapat dikategorikan sebagai unsur beban bagi bank(mudharib),dan
disajikan setelah pendapatan utama operasional sebelum pendapatan operasi
lainnya,sehingga persamaan akuntansinya adalah:
Laba rugi Pendapatan Hak pihak ketiga pendapatan Beban
=Usaha Utama -/- atas bagi hasil + Usaha lain -/-
Operasional

Untuk memberikan gambaran yang lengkap dan rinci dalam akuntansi Lembaga
Keuangan Syariah,perlu dijelaskan beberapa hal yang berbeda dengan akuntansi
konvensional dan hal-hal yang mendasari hal tersebut.Secara ini penjelasan
tentang ini dibahas pada unsur-unsur laporan keuangan pokok bahasan berikut.

B. Akun Nominal (Akun Laporan Laba Rugi)

Akun nominal merupakan akun untuk mendukung pembuatan Laporan


Laba Rugi. Akun ini memiliki karakteristik saldo akhir tutup buku periode
akuntansi dipindahkan akun Laba Rugi Berjalan,sehingga pada awal tahun
periode berikutnya saldonya dimulai dengan nihil.Inilah salah satu
pertimbangan penggantian(konvensi)akun lama ke akun baru dalam sistem
akuntansi entitas umumnya dilakukan pada akhir periode akuntansi,sehingga

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
pada saat penggantian akun perlu dikonversi adalah akun-akun yang terkait
dengan akun riil atau akun-akun dalam posisi laporan
keuangan(neraca).Dalam menyiapkan akun-akun nominal ini perlu dipahami
dengan betul penyajian dan karakteristik atau filosofi dari transaksinya,karena
terdapat akun-akun yang menurut kaidah akuntansi umum dikategorikan
sebagai beban operasional dalam akuntansi syariah tidak diperkenankan
sebagai beban melaikan harus diperlakukan sebagai pengurang dari
pendapatan,misalnya biaya penyusutan aktiva ijarah dan biaya pemeliharaan
aktiva ijarah dalam akuntansi syariah dikategorikan sebagai pengurang
pendapatan sewa.
Atas gambar tersebut di atas dapat diberikan penjelasan akun-akun
khusus,sedangkan akun yang bersifat umum penggunaannya sebagaimana
lazimnya.Akun-akun yang perllu dijelaskan lebih lanjut adalah:
1) Pendapatan Usaha Utama

Yang dikategorikan sebagai pendapatan usaha utama dalam lembaga


keuangan syariah adalah pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan dana
yang berasal dari (1) prinsip jual beli – pendapatan margin
murabahah,pendapatan keuntungan salam dan pendapatan keuntungan
istishna;(2) prinsip ujroh-pendapatan neto ijarah,pendapatan neto ijarah
muntahia bittamllik,pendapatan neto ijarah berlanjut;(3) prinsip bagi hasil
– pendapatan bagi hasil mudharabah,pendapatan bagi hasil
musharakah;(4)pendapatan prinsip lainnya – pendapatan Sertifikat Invetasi
Mudharabah Antar Bank(SIMA)dan pendapatan bonus Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia(SWBI).Pendapatan usaha utama ini merupakan
pendapatan yang akan dibagi hasil dengan pemilik dana mudharabah.
Pendapatan usaha utama yang diperoleh lembaga keuangan syariah
tersebut merupakan pendapatan milik bersama antara lembaga keuangan
syariah sebagai pengelola(mudharib)dana dan pemodal sebagai pemilik
dana(shahibul maal)sehingga belum dapat dikategorikan sebagai
pendapatan Lembaga keuangan Syariah sepenuhnya sebagaimana

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
lazimnya pendapatan dalam pengertian akuntansi umum.Disamping itu
pendapatan usaha utama merupakan unsur pokok dalam perhitungan
pembagian hasil usaha(profit distribution),yaitu pendapatan yang akan
dibagi antara Lembga Keuangan Syariah sebagai pengelola modal dengan
pemodal sebagai pemilik dana.

2) Hak pihak ketiga atas bagi hasil

Lembaga Keuangan Syariah tidak pernah membayar imbalan kepada


pemodal dalam jumlah yang ditetapkan di depan.Imbalan yang diberikan
Lembaga Keuangan Syariah kepada pemodal dalam bentuk bagian hasil
usaha yang diperoleh pengelola usaha (yang sering disebut bagi hasil)yang
besarnya tergantung pada hasil usaha yang diperoleh oleh Lebaga
Keuangan Syariah sebagai pengelola dana(mudharib).Akun yang
dipergunakan untuk mencatat bagi hasil yang menjadi hak pemilik dana
adalah”Hak pihak ketiga atas bagi hasil”.Dalam akuntansi syariah akun ini
harus disajikan tersendiri tidak boleh dikategorikan sebagai pendapatan
dan tidak boleh diketegorikan ssebagai beban operasional Lembaga
Keuangan Syariah.Tidak dikategorikan sebagai beban operasional karena :
(1) besarnya bagi hasil sangat tergantung pada hasil usaha yang nyata-
nyata diterima oleh Lembaga Keuangan Syariah. Jika pendapatan usaha
utama (hasil usaha utama) yang diterima cash basis besar maka bagi hasil
menjadi besar,begitu sebaliknya jika pendapatan usaha utama (hasil usaha
utama) yang diterima cash basis kecil maka bagi hasil menjadi kecil. (2)
merupakan bagian dari pendapatan usaha utama yang diperbolehkan
pengelola dana yang menjadi hak pemilik modal sesuai porsi pembagian
hasil usaha yang yang disepakati diawal akad.Terkait dengan pendapatan
dan hak pihak ketiga atas bagi hasil adalah adanya paradigma bahwa
sebagian dari hasil usaha yang nyata-nyata diterima oleh Lembaga
Keuangan Syariah atas pengelolaan dana mudharabah merupakan hak dari
pemilik dana mudharabah Dalam Lembaga Keuangan Kinvensional hal ini

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
tidak pernah terjadi,karena besarnya imbalan yang dibayarkan kepada
pemodal tidak terkait atau dipengaruhi ileh pendapatan yang diterima.

3) Pendapatan usaha lainnya

Yang dikategorikan sebagai pendapatan usaha lainnya adalah seluruh


pendapatan atau upah yang diperoleh Lembaga Keuangan Syariah dari
kegiatan usaha yang dilakukan atas dasar imbalan(fee base income).Oleh
karena pendapatan ini bukan hasildari pengelolaan dana mudharabah yang
dilakukan oleh LKS sebagai mudharib maka pendapatan ini tidak
dibagikan kepada pemilik modal mudharabah. Pendapatan ini sepenuhnya
menjadi hak Lembaga Keuangan Syariah,yaitu merupakan upah Lembaga
Keuangan Syariah dalam melaksanakan pekerjaan.

2) Beban usaha
A. Jika menggunakan prinsip revenue sharing.maka seluruh beban usaha
menjadi tanggung jawab pengelola dana(karena yang dibagikan adalah
dari laba kotor/gross profit),yaitu sebelum dikurangi beban-beban.
B. Jika menggunakan Profit sharing,beban dikategorikan menjadi:
a) beban usaha yang menjadi tanggungan Lembaga Keuangan Syariah
b) beban usaha yang menjadi beban pengelola dana mudharabah

C. Akun Ekstra komptabel


Unsur lain dari laporan Lembaga Keuangan Syariah adalah laporan suber
dan penggunaan dana zakat, laporan sumber dan penggunaan dana kebijakan
dan laporan yang mencerminkan kegiatan usaha entitas syariah tertentu (dalam
perbankan syariah- laporan perubahan dana investasi terikat). Laporan-laporan
ini merupakan laporan tambahan khusus yang harus dibuat oleh LKS.laporan
ini sering disebut sebagai “off balance shell” yaitu laporan diluar neraca,oleh
karena itu tidak dapat menggunakan akun-akun yang digunakanuntuk
kepentingan laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan Laba Rugi.Untuk

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


16 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
kepentingan pembuatan laporan tersebut perlu disiapkan akun-akun yang tidak
mempunyai pengaruh terhadap posisi keuangan (neraca) dan laba rugi.

LAPORAN KEUANGAN ENTITAS SYARIAH


Laporan keuangan Lembaga Keuangan Syariah akan dibahas tersendiri
dalam bab ini.Dalam bab ini hanya disampaikan pokok-pokok laporan keuangan
Lembaga Keuangan Syariah saja.salah satu tujuan dari laporan keuangan dari
Lembaga Keuangan Syariahadalah memberikan informasi yang lengkap kepada
penggunanya dan sebagai laporan pertanggungjawaban fungsi yang dilaksanakan
oleh entitas syariah.Oleh karena Lembaga Keuangan Syariah memiliki fungsi
yang berbeda dengan Laporan Keuangan Konvensional,maka Laporan Lembaga
Keuangan Syariah memiliki unsur berbeda dengan unsur Laporan Lembaga
Keuangn Konvensional.Perbedaan unsur laporan keuangan tersebut dapat
digambarkan didalam table berikut:
Unsur laporan keuangan konvensional Unsur laporan keuangan syariah
1 Laporan posisi keuangan(neraca) 1 Laporan posisi keuangan (neraca)
2 Laporan Laba Rugi 2 Laporan Laba Rugi
3 Laporan Arus Kas 3 Laporan Arus Kas
4 Laporan Perubahan Ekuitas 4 Laporan Perubahan Ekuitas
5 Catatan Laporan Keuangan 5 Laporan Sumber dan Penggunaan
Dana Zakat
6 Laporan sumber dan penggunaan
Dana Kebijakan
7 Laporan Khusus yang
mencerminkan kegiatan Entitas
Syariah tertentu
8 Catatan Laporan Keuangan

Laporan khusus yang mencerminkan kegiatan khusus dari entitas syariah yang
dimaksud adalah:

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


17 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id
 Pada bank syariah dikenal dengan Laporan Perubahan Dana Investasi
Terikat
 Pada Asuransi Syariah dikenal dengan laporan
surplus(defisit),underwriting dana tabarru‟dan laporan perubahan dana
tabarru‟.

Laporan ini juga merupakan unsur dari laporan keuangan entitas syariah yang
tidak dapat dipisahkan dengan unsur laporan keuangan lainnya.Oleh karena
entitas syariah tertentu memiliki karakteristik khusus yang tidak dapat disamakan
dengan entitas syariah yang lain maka perlu dibuat laporan yang sesuai dengan
karakteristik kegiatan usaha yang dilakukan.

‘20 Pelaporan Keuangan Syariah Biro Akademik dan Pembelajaran


18 Dr. Rima Rachmawati http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai