1807101030103
Summary, Brain Mapping dan Vignette
Definisi
WHO mendefinisikan abortus yaitu sebagai terjadinya pengeluaran
konsepsi sebelum usia kehamilan 22 minggu atau berat janin < 500 gram yaitu
keadaan janin yang tidak dapat hidup di luar kandungan.1American College of
Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyatakan abortus sebagai
pengeluaran janin pada 13 minggu kehamilan pertama. Sehingga abortus juga
disebut sebagai early pregnancy loss.2
Patofisiologi
Beberapa teori tentang abortus yang dapat dijealaskan sebagai berikut :3,4,5
Abnormalitas Kromosom
Kejadiaan abnormalitas pada kromosom janin akan menyebabkan terjadinya
suatu peningkatan reaksi sistem imun ibu yang kejadian ini akan ditandai dengan
terjadinya peningkatan TNF dan IL-1-0 yang berakibat terjadinya gangguan
perkembangan plasenta baik dari segi morfologi maupun fungsi, kejadian ini akan
berpengaruh juga terhadap ukuran, bentuk dan vaskularisasi. Kejadian
abnormalitas pada kromosom ini juga banyak dikaitkan dengan proses invasi yang
terjadi pada trofoblas. Trofoblas yang abnormal pada desidua menyebabkan
terjadinya apoptosis pada janin.3,4,5
Etiologi
50-70% kejadian abortus disebabkan oleh karena terjadinya anomali
kromosom pada embrio. Kelainan kromosom yang menyebabkan kejadian abortus
paling banyak adalah kejadian trisomi dan aneuploidi.2,3
Faktor Risiko
a. Faktor plasenta (kelainan bentuk atau letak)
b. Faktor serviks dan uterus
c. Adanya gangguan metabolik (defisiensi korpus luteum, diabetes melitus,
hipertensi tidak terkontrol, gangguan ginjal, tiroid, obesitas, dan malnutrisi)
d. Infeksi selama kehamilan
e. Abnormalitas sistem imun
f. Paparan lingkungan
g. Peningkatan kadar homosistein dan penurunan kadar asam folat6,7
Diagnosis
Diagnosis pada abortus ini sama seperti kelainan lainnya yaitu dilakukan
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (plano test,
USG, laboratorium darah)
Anamnesis
Untuk menegakkan diagnosis abortus ada beberapa pertanyaan yang harus
ditanyakan yaitu meliputi :8
a. Kapan HPHT?
b. Apakah terdapat riwayat abortus sebelumnya?
c. Tanyakan tentang faktor risiko seperti infeksi, kelainan imun paparan radiasi
dan lainnya
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik untuk abortus adalah pemeriksaan tanda vital untuk
menilai stabilitas dari hemodinamik karena pada abortus didapatkan adanya
perdarahan pervaginam, serta dilakukan pemeriksaan obstetri seperti palpasi dan
nilai tinggi fundus uteri, pemeriksaan bimanual, inspekulo, dan pemeriksaan DJJ.
Pada pemeriksaan fisik biasanya juga didapatkan ukuran rahim tidak sesuai
dengan usia kehamilan. Periksa juga nyeri tekan ekstraurine untuk menilai apakah
terdapat kehamilan ektopik atau ruptur uterus. Jika pasien tidak stabil lakukan
pemeriksaan bimanual dan inspekulo. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat
apakah terdapat jaringan di serviks uteri yang menyebabkan stimulus vagal.8
Pemeriksaan Penunjang
a. Plano pragnancy test : hasilnya akan didapatkan postif 7-10 hari pasca
abortus
b. Laboratorium darah: akan dijumpai penurunan Hb dan Hematokrit dan
dapat terjadi peningkatan dari leukosit apabila terdapat infeksi
c. USG: untuk melihat kantung gestasi, untuk melihat perkembangan embrio
apakah masih ada dan menilai DJJ.8
Klasifikasi
Tabel 1. Klasifikasi abortus1
Tatalaksana
a. Stabilisasi : Lakukan penilaian keadaan umum dan tanda vital serta
memeriksa tanda syok. Lakukan resusitasi cairan apabila terjadi hipotensi
dan syok.8
b. Expectant Management8
c. Medikamentosa : Induksi Rahim & Rh Immunoglobin8
d. Pembedahan8
DAFTAR PUSTAKA
Kasus :
Ny. M 25 tahun, G3P1A1 usia kehamilan 2 bulan dengan riwayat abortus mola
pada kehamilan kedua, datang dikirim dari bidan dengan keluhan perdarahan
disertai gumpalan dari kemaluan dan nyeri perut sejak 2 jam sebelumnya. Siklus
haidnya selama ini teratur dan pasien menikah 6 tahun yang lalu. Tidak ada
riwayat penggunaan alat kontrasepsi atau minum obat-obatan dan jamu selama
kehamilan. Pasien menginginkan kehamilan ini. Kesadaran pasien compos mentis,
tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 90 kali/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit,
temperatur 36,7°C. Konjungtiva tidak pucat. Paru dan jantung dalam batas
normal. Tidak terdapat tanda akut abdomen, bising usus (+). Ektstremitas akral
hangat, kering merah. Pada pemeriksaan inspekulo tampak ostium terbuka dan
tampak jaringan di ostium uteri eksternum. Pada pemeriksaan dalam teraba
jaringan di ostium, corpus uteri seukuran telur bebek, tidak ada massa maupun
nyeri tekan pada kedua adneksa. Hasil laboratorium menunjukkan Hb 9.5g/dL,
hematokrit 28%, leukosit 7.000/μL, trombosit 250.000/μL.
1. Apakah diagnosis yang mungkin pada kasus diatas?
A. Mola hidatidosa
B. Abortus iminens
C. Abortus komplit
D. Abortus insipiens
E. Abortus inkomplit
Kasus :
Seorang wanita, usia 30 tahun G4P3A0, hamil 3 bulan, dibawa suaminya ke
puskesmas karena keluar darah sedikit-sedikit dari jalan lahir sejak 2 hari yang
lalu. Tidak didapatkan nyeri perut bawah. Pada pemeriksaan didapatkan orificium
uteri externa dan interna tertutup. Tes kehamilan (+).